Anda di halaman 1dari 26

NAMA: LEONARDUS RIHI DIDA

NIM:30119032
PRODI:D3TLM/B

RESUM MATERI PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

 PEMERIKSAAN LCS

Liquor Cerebrospinalis atau yang biasa disingkat LCS adalah cairan yang menyelimuti susunan
syaraf pusat. Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap otak maupun tulang belakang. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-
metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh limpe) dan memberikan perlindungan terhadap
tekanan. Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi.

Pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis ditujukan untuk mengetahui adanya kelainan pada otak
maupun sumsum tulang, meningitis, tumor, abses, enchefilitis maupun infeksi virus pada daerah tersebut.
Analisa Liquor Cerebrospinalis sendiri dibagi menjadi menjadi 3 bagian yaitu makroskopis, mikroskopis
dan kimia.

Pemeriksaan Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis - LCS) adalah cairan yang
menyelimuti susunan syaraf pusat. Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap otak maupun tulang
belakang. Selain itu juga berfungsi sebagai pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion,
membawa keluar metabolit-metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh limpe) dan memberikan
perlindungan terhadap tekanan. Cairan ini memiliki komposisi yang hampir sama dengan plasma darah,
yaitu Natrium, Kalium, Urea, Asam laktat dan Sulfonamid, serta 12 zat lain yang komposisinya berbeda
dengan plasma darah.
Pemeriksaan LCS ditujukan untuk mengetahui adanya kelainan pada otak maupun sumsum
tulang, meningitis, tumor, abses echefilitis maupun infeksi virus pada daerah tersebut. Pemeriksaan
terhadap protein dalam cairan otak merupakan yang paling penting. Dalam keadaan normal, protein yang
terdapat pada cairan otak sangat sedikit. jadi, tujuan dari pemeriksaan ini yaitu untuk mengetahui
jumlahnya dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif..
Pemeriksaan makroskopis meliputi: warna, kekeruhan, bau, bekuan dengan menggunakan mata
telanjang. Pemeriksaan mikroskopis yaitu pemeriksaan untuk menghitung jumlah dan jenis sel, sedangkan
pemeriksaan kimia meliputi: pemeriksaan protein, glukosa, Dalam keadaan normal, cairan otak hanya
mengandung sedikit sekali protein, karena sawar darah-otak tidak dapat ditembus oleh protein-protein
plasma yang besar molekulnya. Konsentrasi normal kurang dari 1% dari kadar protein dalam serum yang
nilainya 5-8 g/dl.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan
tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah sesuatu penyakit
susunan saraf pusat baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah terjadi trauma.
Fungsi LCS adalah sebagai bantalan dari reaksi kimia / fisik / perlindungan otak dari benturan,
mempertahankan volume cairan otak dan untuk mengatur produksi cairan otak.
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan pungsi ke dalam cavum subarachnoidale
bagian lumbal. Selain disitu dapat dilakukan juga pungsi suboccipital ke dalam cisterna magna atau
pungsi vertikel, sesuai dengan indikasi klinik

Alat
 Pipet thoma leukosit
 Kamar hitung Improved Neubauer
 Glass beaker , tabung reaksi, cawan poreselin
 Mikroskop
 Tissue
 Centrifuge
 Tabung serologi
Bahan
 Sampel cairan otak
 Reagen larutan turk pekat (turk rosental)
 Aquadest
Sampel
 Cairan otak
Warna
Tujuan : Untuk mengetahui warna dari cairan otak
Prinsip : Warna cairan otak dibandingkan dengan aquadest
Prosedur :
a) Dimasukakan cairan otak dalam tabung serologi sebanyak ¾ tabung
b) Dibandingkan dengan aquadest dan dinilai hasilnya
Kekeruhan
Tujuan : Untuk mengetahui kekeruhan pada cairan otak
Prinsip : Kekeruhan diamati pada cahay 7 – 10 cm dengan cahaya tembus
Prosedur :
a) Dimasukakan cairan otak dalam tabung serologi sebanyak ¾ tabung
b) Dibandingkan dengan aquadest
c) Diamati pada cahaya terang
Sedimen
Tujuan : Untuk mengetahui adanya sedimen dalam cairan otak
Prinsip : Untuk melihat adanya elemen – elemen dalam cairan otak maka dilakukan
pemeriksaan dibawah mikroskop. Hall ini dikerjakan dengan pemusingan
pada kecepatan tertentu dan pada waktu tertentu sehingga elemen terpisah
dari supernatannya
.
Prosedur :
a) Dimasukakan cairan otak dalam tabung centrifuge sebanyak ¾ tabung
b) Dicentrifuge 3000 rpm 15 menit
Bekuan
Tujuan : Untuk mengetahui adanya benang fibrin pada LCS
Prinsip : Sifat – sifat bekuan dapat diamati dengan menggunakan mata telanjang
Prosedur :
a) Dimasukakan cairan otak dalam beakerglass
b) Diaduk dan amati adanya bekuan dan sifat – sifat
c) Cara pembacaan dengan melihat adanya bekuan yang halus sekali, menyusun keping,
menyusun serai, beberapa selaput atau bekuan kasar dan besar

Interpretasi Hasil

Warna cairan otak Kekeruhan cairan otak Sedimen cairan otak Bekuan cairan otak
Kekuning kuningan sedikit Agak keruh tidak ada endapan tidak ada bekuan
Hasilnya ( - ) Hasilnya ( - ) Hasilnya ( - ) Hasilnya (
-)

Pemeriksaan Mikroskopis
Hitung jumlah Leukosit
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah leukosit dalam cairan otak
Prinsip : LCS diencerkan dalam pipet leukosit kemudian di masukan dalam kamar
hitung dan dihitung jumlah sel leukositnya
Prosedur:
a) Dipipet larutan Truk sampai tanda 1
b) Kemudian diisap cairan otak sampai tanda 11
c) Kocok pipet benar-benar , buang 3-4 tetes
d) Kemudian teteskan pada kamar hitung/ IMPROVED NEURBAUER
e) Hitung jumlah semua sel yang dilihat dalam sebuah bidang besar dengan memakai lensa
obyektif 10x. mengetahui prosentase dari sel leukosit
Hasil Perhitungan :
P = 11 – 1 = 10
(11 – 1) – 1 9
N = x. 1/t. P = 0 . 1/0,1 . 10/9 = sel/ul LCS
A 9
Keterangan :
X : Jumlah sel
t : Tinggi KH (0,1)
P : Pengenceran (10/9)
A : Luas KH (9)

0 0 0
1. Menghitung Jenis Sel
0 0 0
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah leukosit dalam cairan
otak
0 0 0 Prinsip : Setetes LCS diletakkan diatas obyek glass
kemudian dibuat hapusan dan
di cat giemsa / wright
Prosedur :
a. Buat hapusan pd obyek glass
b. Cat dengan giemsa / wright
c. Dilihat di mikroskop
d. Di hitung 100 - 300 sel

Interpretasi Hasil
1. Hitung jumlah sel
Normal = 0-5 sel/ul
Borderline = 6-10 sel/ul
Abnormal = > 10 sel/ul
Anak - anak umur < 5 tahun, Normal = < 20/ mm

2. Hitung Jenis Sel


Dihitung jika jumlah sel > 50 sel/ul LCS yang di periksa limfosit , segment
Jumlah segment meningkat tanda proses radang menghebat
Jumlah limfosit meningkat tanda proses radang mereda.

Pemeriksaan Kimiawi
Metode : Tes Pandy
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein albumin dan globlin dalam LCS
Prinsip : Adanya protein dalam LCS akan bereaksi dengan reagen pandy yang
ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan yang dinilai secara kualitatif.
Prosedur :
a) 1 ml reagent Pandy dalam tabung serologi yang kecil bergaris tengah 7 mm
b) Tambahkan 1 tetes cairan otak
c) Segera baca hasil test tersebut dengan melihat pada derajat kekeruhannya.

Metode : Nonne Apelt


Tujuan : Untuk mengetahui adanya globulin dalam LCS
Prinsip : Protein dalam cairan otak akan membentuk presipitat dengan larutan
jenuh Ammonium sulfat yang dapat dinilai secara kualitatif.
Prosedur :
a) Taruhlah ½ sampai 1 ml reagen Nonne apelt dalam tabung serologi
b) Dengan hati – hati dimasukkan sama banyak cairan otak ke dalam tabung
tersebut, sehingga kedua macam cairan tinggi terpisah menyusun dua lapisan
c) Tenangkan selama beberapa menit kemudian selidikilah perbatasan kedua
cairan itu

Pemeriksaan Glukosa
Tujuan : Untuk mengetahui adanya glukosa dalam cairan otak
Prinsip : Adanya glukosa dalam LCS akan bereaksi dengan enzim GOD yang
kemudian kadarnya dapat diketahui dengan menggunakan alat
fotometer
Prosedur :

Sampel Standart Blanko

LCS 10 μl - -

Standart - 10 μl -

Lart. pereaksi 1000 μl 1000 μl 1000 μl

a. Dikocok hingga homogen


b. Diinkubasi 37 °C selama 7 menit
c. Dibaca pada fotometer dengan λ : 546 ; P : C/F F : 405
Λ : 546 ; P : c/st F : 100

Pemeriksaan Protein
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam cairan otak
Prinsip : Adanya protein dalam LCS akan bereaksi dengan reagen yang kemudian
kadarnya dapat diketahui dengan menggunakan alat fotometer
Prosedur :
Sampel Standart Blanko

LCS 10 μl - -

Standart - 10 μl -

Lart. pereaksi 1000 μl 1000 μl 1000 μl

3. Dikocok hingga homogen


4. Diinkubasi 37 °C selama 7 menit
5. Dibaca pada fotometer
Interpretasi Hasil Tes Pandy:
- Normal Tidak terjadi kekeruhan
+1 Adanya opalescen (10 – 100 mg/dl)
+2 Cairan keruh (100 – 300 mg/dl)
+3 Sangat keruh (300 – 500 mg/dl)
+4 Kekeruhan seperti susu dan terbentuk endapan ( Lebih dari 500 mg/dl)

Factor- factor yang mempengaruhi hasil


1. Dipastikan reagen yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa.
2. LCS yang diteteskan pada reagen terhindar dari sedimen atau endapan agar tidak menyebabkan
hasil positif palsu.
3. Pada saat pengamatan hasil menggunakan latar belakang hitam agar mudah melihat kekeruhan
yang berwarna putih

Interprestasi Hasil Nonne Apelt:


Normal : tidak terjadi cincin putih
+1 : terbentuk cincin putih sangat tipis, hanya dapat dilihat dengan latar
belakang hitam, bila dikocok akan kembali jernih
+2 : cincin putih tampak agak jelas, bila dikocok cairan jadi opalescent
+3 : cincin putih tampak jelas, bila dikocok jadi keruh
+4 : cincin putih sangat jelas, bila dikocok cairan menjadi keruh sekali

Interpretasi Hasil Glukosa:


Kadar Normal : 50 – 80 mg/dl

Interprestasi Hasil Protein :


Batas normal kadar protein dipengaruhi oleh tempat pengambilannya :
 Ventriculi : 5 – 15 mg/dl
 Cisterna magna : 10 – 25 mg/dl
 Lumbal : 15 – 40 mg/dl

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan spesimen cairan otak


1. Jangan menunda-nunda pemeriksaan cairan otak. Berbagai sel dan tripanosoma cepat lisis pada
sampel cairan otak. Glukosa juga cepat rusak, kecuali kalau dengan fluorida-oksalat.
2. Bekerjalah dengan hati-hati dan hemat. Spesimen yang dapat diambil untuk pemeriksaan cairan
otak atau liquor cerebrospinal sering kali hanya sedikit karena pengambilannya sulit.
3. Liquor cerebrospinalis mengandung organisme virulen. Pakailah pipet dengan sumbat kapas yang
tak menyerap cairan, atau pakaulah penghisap karet untuk menarik cairal dalam pipet.
4. Cedera pembuluh darah yang diakibatkan karena tindakan lumbal pungsi menyebabkan
terdapatnya darah pada sampel sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang positif palsu

 MATERI TRANSUDAT DAN EKSUDAT


Transudat terjadi akibat proses bukan radang melainkan karena gangguan keseimbangan cairan
badan (tekanan osmotik koloid, statis kapiler atau tekanan hidrostatis, kerusakan endotel), sedangkan
eksudat berhubungan dengan proses peradangan.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan ciri-ciri spesifik eksudat adalah cairan keruh
(mungkin berkepin- keping, purulen, cyloid), kental, warna bermacam-macam, BJ>1.012, sering ada
bekuan, kadar protein lebih dari 4 g/dl, kadar glukosa < kadar glukosa plasma darah, mengandung
banyak sel, dan sering ada bakteri. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit
yang menyebabkan emigrasinya

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Alat
 Tabung reaksi
 Gelas ukur
 Beaker glass
 Batang pengaduk
 Pipet thoma leukosit
 Kamar hitung leukosit
 Mikroskop
 tabung venoject
 Pipet tetes

Reagen
 Larutan NaCl 0,9%
 cat giemsa atau wright
 Larutan asam asetat glasial
 Larutan MB

Sampel
 Cairan yang berasal dari rongga perut, pleura, perikardium, sendi, kista, hidrocycle serta di dapat
dengan pungsi

Pemeriksaan Makroskopis
Volume
Tujuan : Untuk mengetahui volume dar cairan transudat - eksudati
Prinsip : Volume dapat diukur dengan menggunakan gelas ukur
Prosedur Kerja
Cairan transudat dimasukkan kedalam gelas ukur dan dibaca volumenya pada meniscus
bawah

Warna
Tujuan : Untuk mengetahui warna dari cairan transudat-exudat
Prinsip : Warna dapat diketahui dan diamati pada ketebalan 7-10 cm
dengan menggunakan cahaya tembus.

Prosedur Kerja
Masukkan cairan yang akan diperiksa kedalam tabung. Kemudian amati dengan sikap serong
pada cahaya tembus. Dan dinyatakan dengan : kuning, kuning campur hijau, merah jambu,
merah, putih, susu.

Kejernihan
Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan dari cairan transudat-exudat
Prinsip : Kejernihan dapat diamati pada ketebalan 7-10 cm pada cahaya
tembus.
Prosedur : Masukkan cairan yang diperiksa kedalam tabung sampai ¾ penuh.
Kemudian amati adanya kekeruhan dengan sikap serong pada cahaya
terang. Nyatakan hasilnya dalam jernih, agak keruh, dan sangat keruh.

Bau
Tujuan : Untuk mengetahui bau dari cairan transudat-eksudat
Prinsip : Bau dapat diamati dengan indra penciuman.
Prosedur : Masukkan cairan yang akan diperiksa kedalam beaker glass. Bau dapat
diamati dengan cara mengkibas-kibaskan tangan kearah hidung. Cairan
transudat/exudat tidak berbau kecuali terjadi pembusukan protein.
Infeksi oleh kuman anerob dan E. Colli menimbulkan bau busuk.

Kebekuan

Tujuan : Untuk mengetahui kebekuan dari cairan transudat-eksudat


Prinsip : sifat – sifat bekuan dapat di amati dengan mata telanjang.
Prosedur : masukkan cairan yang di periksa ke dalam beaker glass kemudian aduk
Dengan menggunakan batang pengaduk dan amati adanya bekuan pada
Batang pengaduk

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Hitung jumlah Leukosit


Tujuan : Untuk mengetahui jumlah leukosit dalam cairan transudat – eksudat.
Prinsip : Dengan melakukan pengenceran memakai larutan NaCl 0,9 % (pz) maka
dapat di ketahui jumlah sel dalam cairan transudat – eksudat dengan
menggunakan kamar hitung .
Prosedur :
1. Kocok dulu cairan yang di periksa kemudian hisap NaCl 0,9 % (pz) dengan menggunakan
pipet thoma leukosit sampai tanda 1
2. Sisa larutan di hisap dengan menggunakan tissue
3. Kemudian isap cairan yang di periksa sampai tanda 11, kocok hingga homogen dan buanglah
3 tetes larutan tersebut
4. Masukkan cairan tersebut ke dalam kamar hitung, sel dengan bantuan mikroskop
pembesaran lensa obyektif 10x. Hitung sel leukosit dalam seluruh bidang besar.
pembacaan :

0 0 0

0 0 0

0 0 0

Hasil Perhitungan :
P = 11 – 1 = 10
(11 – 1) – 1 9
N = x. 1/t. P = 0 . 1/0,1 . 10/9 = sel/ul
A 9
Keterangan :
X : Jumlah sel
t : Tinggi KH (0,1)
P : Pengenceran (10/9)
A : Luas KH (9)

Menghitung jenis sel Lekosit


Tujuan : Untuk menghitung jenis – jenis dari sel leukosit terutama neutrophil
Segmen dan limfosit
Prinsip : setetes cairan transudat – eksudat di buat hapusan yang kemudian di
pulas dengan cat giemsa atau wright dan amati di bawah mikroskop
dengan pembesaran obyektif 100 x
Prosedur :
Sediaan dilihat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu.
1) Jika cairan jernih , maka tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10-15 ml bahan, cairan
atas dibuang dari sedimen di campur dengan berapa tetes serum penderita itu sendiri,
Buatlah sediaan apus dari campuran itu.
2) Kalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai bahan itu,
jika terdapat bekuan dalam cairan bekuan itulah yang di pakai untuk membuat sediaan apus.
3) Di cat sediaan dengan wright / giemsa Dilihat dibawah mikroskop

PEMERIKSAAN KIMIAWI
Metode : Rivalta Test
Tujuan : Untuk megetahui ada tidaknya protein dalam transudat – exudat
Berdasarkan timbulnya kekeruhan sehingga sangat membedakan
transudat atau exudat.
Prinsip : Adanya seromucin yang terdapat dalam eksudat akan bereaksi dengan
Asam asetat glasial dan menimbulkan kekeruhan yang di nilai secara
kualitatif.
Prosedur :
Metode beaker glass
a) Masukkan 100 ml aquadest dalam beaker glass
b) Di tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan campur
c) Teteskan 1 tetes cairan yang di periksa
d) Amati reaksi yang terjadi saat cairan yang di periksa di teteskan dan akan bereaksi dengan
cairan yang mengandung asam acetat glasial
Metode tube
a. Di inkubasikan aquadest ke dalam tabung venoject ¾ tabung
b. Di tambahkan 1 tetes asam asetat glasial
c. Di tambah 1 tetes MB yang sudah di beri sampel
d. Di inkubasi selama 30 menit di baca hasilnya.
Hasil : Positif terjadi kabut
Interpretasi Hasil
a. Pemeriksaan Makroskopis :
Volume : Jumlah semua cairan menentukan luas kelainan
Warna transudat : kekuningan
eksudat : bermacam-macam tergantung penyebabnya
Kejernihan transudat : Jernih
Eksudat : keruh
Bau transudat : tidak berbau
eksudat : tidak berbau,
Bila berbau terjadi pembusukan protein infeksi oleh kuman anaerob dan E. coli
menimbulkan bau busuk
Kebekuan transudat : tidak ada bekuan
eksudat : ada bekuan
bekuan (renggang, berkeping atau sangat halus) yang tersusun dari fibrin
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Jumlah leukosit : Transudat jumlah sedikit ( < 500 sel/ul)
Eksudat jumlah banyak ( > 500 sel/ul)
Menghitung Jenis leukosit :
Transudat: Hanya sel mononuklear (limposit)
Eksudat: Ditemukan sel mononukleaar dan polimorfonuklear/ segmen
c. Pemeriksaan Kimiawi :
Rivalta test
Metode beaker glass : Transudat : tetesan itu mengadakan kekeruhan ringan serupa
kabut halus (positif lemah) (+/-)
Eksudat : tetesan itu mengadakan kekeruhan kabut tebal
(positif) (+)
Metode tube: Transudat : Hasil positif lemah terjadi kabut halus
Eksudat : Hasil positif terjadi kabut tebal

 MATERI CAIRAN GETAH LAMBUNG

Getah Lambung adalah cairan yang terdapat di dalam lambung yaitu : Air, Asam lambung, Enzim
pencernaan (Pepsin, Renin, dan Lipase) dan Garam-garam mineral (Sodium Chlorida (NaCl), Potassium
Chlorida (KCl) dan Phospate) Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di
antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan ruang berbentuk kantung
mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri
pada regio abdomen. Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus,
badan (body), antrum, dan pilori. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal
(gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah daerah
berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan (body) adalah suatu rongga
longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum
adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat.
Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung
spinkter pilorik
Lambung memiliki motilitas khusus untuk gerakan pencampuran makanan yang dicerna dan cairan
lambung, untuk membentuk cairan padat yang dinamakan kimus kemudian dikosongkan ke duodenum.
Sel-sel lambung setiap hari mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung yang mengandung berbagai
zat, diantaranya adalah HCl dan pepsinogen. HCl membunuh sebagian besar bakteri yang masuk,
membantu pencernaan protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta
merangsang empedu dan cairan pancreas
Prinsip dari pemeriksaan cairan getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh
sel mukosa lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptic fundus dan kelenjar pilorik.
Kelenjar peptic mensekresi pepsin, lipase, dan HCl, sedangkan kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk
proses fermentasi

Alat
 beakerglass,
 batang pengaduk,
 tabung centrifuge,
 centrifuge, cover
 tabung serologi,
 kamar hitung,
 pipet leukosit,
 selang, objek glass
 pipet pasteur,
 bak pengecatan.
 mikroskop

Reagen
 Indikator MR 1%,
 Indikator PP 1 %,
 Larutan NaOH,
 Larutan Ferri Chlorida 10%,
 Larutan H202 3%,
 Larutan HCL 0,1 N.
 Lugol
 Sudan III

Sampel
 Cairan Getah lambung

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS CAIRAN GETAH LAMBUNG

Volume
Tujuan : Untuk mengetahui volume getah lambung.
Prinsip : Volume atau jumlah getah lambug diukur dengan gelas ukur.
Prosedur : Jumlah seluruh getah lambung dimasukkan kedalam gelas ukur baca
pada miniskus bawah.
Warna
Tujuan : Untuk mengetahui warna dari getah lambung
Prinsip : Warna diuji dengan ketebalan 7-10cm pada cahaya terang.

Prosedur : Getah lambung dimasukkan dalam tabung reaksi sampai penuh, dilihat
pada posisi serong dengan cahaya terang.
Bau
Tujuan : Untuk mengetahui bau dari getah lambung
Prinsip : Bau dirasakan dengan indra penciuman.
Prosedur : Getah lambung ditempatkan dalam beaker glass dibau dengan
mengkibas-kibas dengan tangan.
Lendir
Tujuan : Untuk mengetahui lendir dari getah lambung
Prinsip : Adanya lendir dalam getah lambung dapat terlihat sebagai benang yang
memanjang.
Prosedur : Tuang getah lambung perlahan- lahan dari satu wadah kewadah yang
lain amati adanya lendir yang memanjang dalam getah lambung.
Sisa makanan
Tujuan : Untuk mengetahui adanya sisa makanan dalam getah lambung.
Prinsip : Sisa makanan dapat dipeiksaa dengan mata biasa.
Prosedur : Ditempatkan getah lambung dalam beaker glass diaduk perlahan –
lahan dan amati sisa makanan.
Potongan jaringan
Tujuan : Untuk mengetahui adanya potongan jaringan dalam getah lambung
Prinsip : Pot jar di periksaa dengan mata biasa.
Prosedur : Ditempatkan getah lambung dalam beaker glass diaduk perlahan –
lahan dan amati adanya potongan jaringan.
Pus
Tujuan : Untuk mengetahui adanya pus dalam getah lambung.
Prinsip : Pus dapat diperiksaa dengan mata biasa.
Prosedur : Ditempatkan getah lambung dalam beaker glass diaduk perlahan –
lahan dan amati adanya pus

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS GETAH LAMBUNG


Tujuan : Untuk mengatahui adanya unsur–unsur yang terkandung dalam getah
lambung.
Prinsip : Getah lambung dicentrifuge lalu sedimennya dibuat hapusan dipreparat
kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
Prosedur :
1) Getah lambung ditempatkan dalam beaker glass aduk sampai homogen.
2) Tabung centrifuge diisi getah lambung samapai ¾ penuh.
3) Centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit.
4) Dibuang cairan filtrat diatasnya sampai sisa 0,3 cc resuspensikan kembali sediment tersebut.
Satu tetes suspensi diteteskan pada obyeks dan ditutup dengan cover glass, diperiksaa dibawah
mikroskop. Disini diperhatikan adanya eritrosit, leukosit, eritrosit, epitel, sisa makanan dan
potongan jaringan.
Satu tetes suspensi dicampur dengan satu tetes sudan III lalu dibuat preparat dan diperiksa
dibawah mikroskop. Lihat ciri butir-butir lemak yang berwarna merah jingga.
Satu tetes suspensi dicampur dengan larutan lugol, lalu dibuat preparat dan diperiksaa dibawah
mikroskop. Cari butir-butir amylum yang berwana biru.

PEMERIKSAAN KIMIAWI CAIRAN GETAH LAMBUNG


Penentuan HCL Bebas
Tujuan : Untuk mengetahui apakah lambung sanggup mengekresikan asam
hidroclorida.
Prosedur :
a. 1 ml getah lambung dimasukkan kedalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan 1 tetes indikator MR 1 %.
c. Adanya HCL akan menjadi warna merah , berarti PH kurang lebih dari 4.

Penentuan HCL Bertingkat


Tujuan : Untuk mengetahui adanya HCL bertingkat pada getah lambung.
Prinsip : Sekresi lambung dirangsang dengan alkohol dan kemudian pada jam–
jam tertentu, tiap porsi getah lambung, dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan
Indikator MR 1 % untuk menunjukkan HCL bebas dan indikator PP 1% untuk
menunjukkan asam total.

Prosedur :
a. Dipipet 5 ml getah lambung.
b. Ditambah 2 tetes MR 1%.
c. Lakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna merah menjadi kuning.
d. Baca pada buret berapa ml terpakai, jumlah itu menentukkan jumlah HCL bebas.
e. Ditambahkan 2 tetes PP 1 %
f. Lakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna merah jambu.
g. Baca pada buret berapa ml terpakai jumlah itu menentukan asam total.
Pemeriksaan Asam Laktat
Tujuan : Untuk mengetahui adanya asam laktat dalam getah lambung
Prinsip : Terjadinya reaksi ferri chlorida dengan asam laktat membentuk ferri
laktat yang berwarna kuning.
Prosedur :
a. 20 ml aquadest dimasukkan dalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 3 tetes larutan ferri chlorida 10 % campuran ini harus berwarna kuning benar.
c. Separuh dari isi tabung ini dipindahkan tabung reaksi lain, yang satu untuk test dan yang satu
untu kontrol.
d. Kepada tabung satu diberikan 1 ml aquadest dan tabung dua diberikan getah lambung (1ml).
e. Bandingkan warna kedua tabung itu jika tabung dua jelas lebih kuning dari tabung satu maka
terdapat asam laktat positif.

Pemeriksaan Darah Samar


Tujuan: Untuk mengetahui adanya darah samar dalam getah lambung.
Prinsip: Test ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai proxidase yang
menguraikan hidrogen peroksida dan kemudian menghidroksidasi
PP menjadi zat warna merah.
Prosedur :
a. Dipipet 3 ml getah lambung dimasukkan dalam tabung reaksi
b. Ditambah 2 tetes reagent pp 1 %.
c. Ditambahkan 5 tetes H2O2 3%
d. Dicampurkan sampai warna merah.
Pepsin
Tujuan : Untuk mengatahui adanya pepsin dalam getah lambung.
Prinsip : Adanya pepsin akan mencernakan protein putih telur dengan larutan
HCl 0,1 N
Prosedur :
a. Rebus sebutir telur ayam kemudian kupas dan buanglah kuningnya.
b. Putih telur yang beku dipotong menjadi lempeng berukuran tebal 1 mm, lebar dan panjang 5
mm.
c. Sediakan 7-8 ml getah lambung ditambah HCL 0,1 N sama banyak kemudian campuran itu
dibagi sama rata kedalam tabung reaksi yaitu tabung A,B dan C.
d. Tabung A diberi sedikit pepsin (kontrol +) tabung dipanskan hingga mendidih (kontrol -),
tabung C tidak apa-apakan (sebagai tes sebenarnya).
e. Kepada tiap tabung diberi lempeng putih telur beku dan beberapa tetes toluen kemudian
dimasukkan kedalam lemari pengeraman selama satu malam pada suhu 37˚C.
f. Bandingkan besarnya lempengan putih telur pada ketiga tabung tersebut.
Tabung A : lempengan putih telur hilang (Kontrol +)
Tabung B : lempengan putih telur utuh (kontrol -)
Tabung C : putih telur hilang/ mengecil ( pepsin +)
Putih telur tetap utuh (pepsin -)

Interpretasi Hasil

Makroskopis
- Volume : ≤ 75 ml
- Warna normal : abu – abu mutiara ( putih keruh)
abnormal : Kehijauan : Biliverdin
Kuning : Bilirubin
Merah muda : Darah segar
Coklat : Darah tua
- Bau normal : agak asam
abnormal : Asam keras : statis dari lambung yang disertai peragian
Busuk : adanya necrosis dari lambung
Tinja : obstruksi usus
- Lendir : tanpa lendir
- Sisa makanan : tanpa sisa makanan
- Pus : tanpa pus
- Potongan jaringan : tanpa potongan jaringan
Mikroskopis
- Epitel : tidak ada ( - )
- Eritrosit : tidak ada ( - )
- Leukosit : tidak ada ( - )
- Yeast/ jamur : tidak ada ( - )
- Bakteri : tidak ada ( - )
- Butir-butir lemak berwarna merah jingga
- Butir-butir amylum berwarna biru
Kimiawi
- Adanya HCl menunjukkan warna merah
- Adanya asam laktat menunjukkan warna kuning
- Adanya darah samar menunjukkan warna merah
- Adanya pepsin menunjukkan putih telur menghilang atau mengecil

 MATERI BATU GINJAL

Proses terjadinya batu ginjal (nefrolitiasis) dimulai ketika terbentuknya endapan keras
menyerupai batu yang terbuat dari mineral dan garam di dalam ginjal
Analisa batu ginjal merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan batu ginjal, yaitu suatu
kondisi terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran kencing. Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium,
fosfat atau kombinasi asam urat yang biasanya larut dalam urin.
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui dengan
menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat,
fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.

1. Batu Kalsium

Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan batu saluran kencing yaitu sekitar
70% - 80% dari seluruh kasus batu saluran kencing. Batu ini kadang - kadang di jumpai dalam bentuk
murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batukalsium oksalat, batu kalsium
fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan
kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari
dua tipe yang berbeda, yaitu:

 Whewellite (monohidrat) yaitu, batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan
konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu

berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite

2. Batu Asam Urat

Lebih kurang 5 - 10% penderita batu saluran kencingdengan komposisi asam urat. Pasien biasanya
berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol,
dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit batu saluran kencing, karena
keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran
batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn
(tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat - obatan. Sebanyak
90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.

3. Batu Sistin

Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling
jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan
ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang
asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang
memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas. Memerlukan
pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang
rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

4. Batu Struvit (magnesium-amonium fosfat)

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp,Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita
batu saluran kencing. Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran
kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air
kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.

Jenis jenis batu ginjal:

Alat
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Gergaji halus
 Alat tumbuk
 spiritus
 Rak tabung
 Mortir
 Timbangan

Reagen
 Larutan HCl 10%
 Serbuk MnO2
 Larutan NaCN 12%
 Aquadest
 Larutan HNO3 pekat
 Larutan NH4OH 10%
 Larutan Chloroform
 Larutan NH4 molibdat
 Larutan Asam asetat anhidrit
 Reagen Nesler
 Larutan H2SO4 pekat
 Larutan Na Nitropraside 5%

Sampel
 Batu ginjal dari saluran urine

Pemeriksaan Makroskopis Batu Ginjal


Tujuan : untuk mengetahui struktur dari batu ginjal
Pemeriksaan meliputi :
a. Warna
b. Jumlah
c. Kekerasan
d. Tampang permukaan
e. Besarnya
 Batu asam urat
Biasanya ditemukan multipel, besarnya berbeda beda dari beberapa
millimeter sampai ½ cm, bentuk membundar dan permukaan halus

 Batu fosfat dan carbonat


Ukuran besarnya sampai beberapa cm garis tengahnya, warna seperti
kapur dan bentuknya merupakan tuangan dari tempat pembentukannya

 Batu oxalat
Permukaanya berkilau halus dan bertonjolan kecil-kecil

 Batu cysteine
Ukurannya kecil-kecil dan multipel
Pemeriksaan Kimia Batu Ginjal
Tujuan : Untuk mengetahui susunan kimia dari batu ginjal
Prosedur prepare batu ginjal :
1. Batu ginjal digerus dalam mortir
2. Serbuk yang terjadi dimasukkan tiap-tiap tabung
3. Kemudian dilakukan pemeriksaan
a) Karbonat
Serbuk batu ginjal dalam tabung reaksi ditambahkan 3 ml larutan HCl 10% bila
terbentuk gas CO2 (+)
b) Kalsium
Serbuk batu ginjal dalam tabung reaksi ditambahkan 3 ml larutan HCl 10% dipanaskan
kemudian ditambahkan larutan Ammonium oxalate jenuh melalui dinding tabung,
adanya endapan putih seperti kabut menunjukkan Ca (+)
c) Oksalat
Gerusan batu ginjal dalam tabung reaksi ditambah 1 ml HCl 10% dipanaskan sampai
mendidih diitambah seujung sendok MnO2. menimbulkan gas berarti oksalat (+)
d) Uric acid
Gerusan batu ginjal dalam tabung reaksi ditambah 1 ml NaCO3 20% Ditambah 1 ml
reagen A.U 50%, kemudian ditambah 1 ml reagen uric acid, bila menimbulkan warna
biru berarti uric acid (+)
e) Ammonium
Gerusan batu ginjal dalam tabung reaksi ditambah 1-2 tetes NaOH 20% ditambah 2
tetes reagen Nessler, bila terjadi endapan kuning sampai coklat menunjukkan
ammonium (+)
f) Phosphat
Gerusan batu ginjal dalam tabung reaksi ditambah 4-5 tetes HNO3 pekat dipanaskan
sampai mendidih dan ditambah 1 ml NH4OH 10% ditambah 1 ml NH4 molibdat
dipanaskan lagi sampai mendidih, bila terjadi warna kuning tua berarti phosphat (+)
g) Magnesium
Gerusan batu ginjal dalam tabung reaksi ditamah 1-2 tetes NaOH 20% lalu ditambah 1
tetes titon yellow bila timbul warna merah lembayung berarti magnesium (+)
h) Cystine
Gerusan batu ginjal dalam tabung reaksi ditambah 1 ml NH4OH 10% ditambah 1 tetes
NaCN 12% tunggu 5 menit dan ditambah beberapa tetes Natrium nitroprusida 5% bila
terjadi warna merah anggur berarti cysteine (+)
i) Cholesterol
Gerusan batu ginjal dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml chloroform dididihkan dan
ditambahkan asam acetat anhidrat 0,5 ml dan beberapa tetes H2SO4 pekat, bila terjadi
warna hijau berarti cholesterol (+

Interpretasi Hasil
 Batu ginjal mengandung karbonat menimbulkan gas CO2
 Batu ginjal mengandung kalsium menunjukkan endapan putih seperti kabut
 Batu ginjal mengandung oksalat menimbulkan gas
 Batu ginjal mengandung uric acid menunjukkan warna biru
 Batu ginjal mengandung ammonium menunjukkan endapan warna kuning sampai coklat
 Batu ginjal mengandung phosphat menunjukkan larutan kuning tua
 Batu ginjal mengandung cysteine menunjukkan larutan warna merah anggur
 Batu ginjal mengandung magnesium menunjukkan larutan warna merah lembayung
 Batu ginjal mengandung cholesterol menunjukkan larutan warna hijau

 Materi pemeriksazn sperma

Sperma yang sering disebut juga mani atau semen adalah ejakulat yang berasal dari seorang pria
berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa.
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu elemen penting dalam penilaian fertilitas atau
infertilitas. Pemeriksaan sperma meliputi maksroskopis (hal-hal yang terlihat dengan mata telanjang),
mikrospkopis, kimia dan imunologi. Namun, di sini yang akan kita lakukan adalah hanya pemeriksaan
sperma secara makroskopis dan mikroskopis.

Alat :
- Wadah/pot dengan penutup
- Kertas Label
- Gelas ukur 5 atau 10 ml
- Kertas indicator / pH
- Mikroskop binokuler
- Kamar Hitung Improved Neubauer
- Pipet Leukosit
- Aquadestilata
- Minyak Imersi
- Objective dan Cover Glass
- Gelas Bejana
Reagen :
- Reagen spermisid : 5 gram NaHCO3, 1 ml formalin 35%, gentian violet jenuh atau 5 ml
safranin, 100 ml aquades
Spesimen
- Spesimen : cairan semen
Syarat spesimen :
1) diperoleh dengan cara masturbasi
2) saat pengambilan sampel cairan semen tidak menggunakan sabun ataupun pelumas
3) mencatat waktu pertama kali sampel cairan semen keluar dari alat reproduksi
Syarat pasien :
1) abstinensia (tidak berhubungan suami istri ) selama 3-5 hari
2) saat pengambilan sampel tidak menggunakan obat atau stimulus kimiawi
3) diusahakan pasien dalam keadaan sehat dan menghindari aktivitas olahraga berat -

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Koagulasi dan Likuefeksi
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya koagulan pada sperma serta mengetahui lama
waktunya yang diperlukan untuk mencair.
Prinsip : Koagulant yang terdapat pada seperma normal akan mengalami
pengenceran oleh adanya enzim yang terdapat pada bagian yang cair
dari sperma itu.
Prosedur :
a) Sperma diamati adanya koagulum dan catat hasilnya.
b) Amati terus koagulum dan catat hasilnya apabila terjadi pencairan sperma.
c) Lamanya waktu sejak sperma diejakulasikan hingga terjadi pencairan sperma dari
koagulum merupakan waktu likuefeksi.
Viskositas
Prinsip : Kekentalan (vikositas) sperma akan teramati dengan sempurna setelah masa
likuefeksi terjadi.
Prosedur :
a. Metode batang pengaduk : Dengan batang pengaduk dimasukkan sampel, kemudian
batang pengaduk diangkat dan amati panjang rentang yang terbentuk
b. Metode viskometer : menggunakan pipet Ellison berskala 0,1. Cara penggunaannya
dengan memipet spesimen sampai skala 0,1 kemudian ujung atas ditutup dengan jari,
selanjutnya jari di lepas bersama dengan itu stopwacth di jalankan dan saat
spesimen menetes stopwacth dimatikan dan catat waktu yang diperoleh
Volume
Tujuan : untuk mengetahui volum dari spesimen cairan semen
Prinsp : volume dapat diketahui menggunakan gelas ukur
Prosedur :
menuang semua spesimen kedalam gelas ukur dengan pembacaan minikus atas mencatat
volum
Warna
Tujuan : untuk mengetahui warna dari specimen
Prinsip : warna dapat diamati secara langsung menggunakan indra penglihatan pada cahaya
yang terang
Prosedur : Sampel dimasukkan tabung reaksi kemudian diamati dengan latar belakang
putih pada cahaya terang
Bau
Tujuan : untuk mengetahui bau atau aroma dari specimen
Prinsip : bau atau aroma dapat diketahui dengan indra penciuman
Prosedur : Sperma dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian dikibas-kibaskan ke
hidung.

PH
Tujuan : untuk mengetahui pH dari spesimen semen
Prinsip : tingakt pH dapat merubah warna dari kertas lakmus sehingga dapat diketahui pH
dari suatau spesimen dengan membandingkan kertas lakmus dengan indikator Ph
Prosedur : Teteskan sperma pada kertas universal, kemudian dibandingkan dengan standart
warna normal.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Kepadatan dan Motilitas Sperma
Tujuan : untuk mengetahui kepadatan dari spermatozoa
Prinsip : Selain dari sampel seperma akan dapat menggambarkan kepadatan serta motilitas
dari sperma yang mana motilitas sperma semakin lama kan semakin lemah.
Prosedur :
a) Teteskan 1 tetes sperma pada obyek glass
b) Ditutup dengan cover glass  amati dengan perbesaran 45x
c) Dihitung presentase sperma yang motil baik, kurang baik serta non motil
d) Kepadatan sperma bisa dinilai dari jumlah sel yang ditemukan dibagi lapang pandang
e) Motilitas ditentukan dengan menghitung jumlah spermatozoa yang motilitas baik
(bergerak lurus kedepan & cepat), motil tidak baik (gerak mundur, gerak ditempat, gerak
memutas & gerak lambat), tidak motil atau tidak bergerak

Hitung Jumlah Spermatozoa


Tujuan : untuk mengetahui jumlah dari spermatozoa
Prinsip : jumlah spermatozoa diketahui dengan melakukan pengenceran dan
perhitungan konversi sesuai dengan pengeceran yang dilakukan
Prosedur :
a. Pengenceran tergantung pada kepadatan spermatozoa jika >50/LP maka
pengenceran 20x dan jika < 50/LP maka pengencaran 10x
b. Memipet larutan pengencer (spermisid atau NaCl 0,85%) sampai tanda 1 (pengenceran
10x), jika sampai tanda 0,5 maka pengenceran 20x menggunakan pipet thoma leukosit
c. Selanjutnya memipet spesimen sampai skala 11, kemudian di homogenkan,
buang 2-3 tetes larutan
d. Teteskan 1-2 tetes larutan pada pipet ke dalam kamar hitung Improved
NeubaurSpermatozoa di hitung pada 1 bidang besar leukosit dan diamati
menggunakan mikroskop pada pembesaran objektif 45 kali

Viabilitas spermatozoa
Tujuan : untuk mengetahui viabilitas atau spermatozoa yang hidup
Prinsip : spermatozoa yang mati akan mengalami kerusakan sel sehingga eosin dapat
menembus membran sel dan spermatozoa akan terwarnai oleh eosin (merah), sedangkan
spermatozoa hidup tidak dapat tewarnai akibat eosin tidak dapat menembus membran sel
spermatozoa
Prosedur :
a. Setetes spesimen ditambah 1 tetes eosin 0,5% kemudian dihomogenkan dan diinkubasi
selama 1-2 menit
b. Selanjutnya ditambah negrosin 10 % dan dihomogenkan
c. Larutan tersebut dibuat hapusan dan dibiarkan kering di udara
d. Viabilitas di hitung dalam 100-300 sel spermatozoa kemudian diprosentase,
pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran objektif 100x

Morfologi Sel
Tujuan : untuk mengetahui morfologi dari spermatozoa
Prinsip : Setetes sperma dibuat hapusan kemudian dicat dengan wright/giemsa akan
terlihat morfologi sel sperma secara mikroskopis
Prosedur :
a. Membuat sediaan hapusan dari specimen
b. Melakukan pengeceatan wright atau giemsa
c. Sediaan dievaluasi menggunakan mikroskop dengan pembesaran objektif 100x
d. Morfologi di evaluasi dalam ± 10 LP

Interpretasi Hasil
Makroskopis
a) Koagulum : positif, tidak terdapat bekuan atau semen langsung cair diduga terjadi
sumbatan pada kelenjar vesica seminalis atau tak mempunyai vesika seminalis.
b) Likuifeksi : 20 menit , mencair setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). 20 menit belum
homogen (gangguan prostat )
c) Viskositas Terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang yang
terjadi makin tinggi viskositasnya.
d) Meningkatnya viskositas disebabkan:
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquedaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
- Pengaruh obat-obatan tertentu.
e) Volume
- Normalnya volume tergantung ras dan negara, Bagi orang Indonesia
volume yang normal 2 – 3 ml.
- Volume >8 ml (Hyperspermia), disebabkan : Ejakulasi yang berturut
turut, Vesica seminalis kecil (buntu cabstuksi), Penampung sperma
tidak sempurna
- <1 ml (Hypospermia), disebabkan : Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis
terlalu giat. Minum obat hormon laki–laki.
- Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis
f) Bau
- Bau yang khas atau spesifik ( kaporit), Baunya Sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat.
- Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis.
g) Warna
- Warna normal : Putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
- Adanya lekosit pada infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna
sperma menjadi putih kekuningan.
- Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan.
h) pH
• pH Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah atau sedikit basa
yaitu 7,2 – 7,8
• pH asam diduga inflamasi kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika
seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
• pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena
akan mempengaruhi pH sperma

Mikroskopis
a) Kepadatan
Kepadatan = Jumlah Sperma
Jumlah LP
=.............se/LP
Jika diperoleh > 50/LP maka pengenceran 20x dan jika < 50/LP maka pengencaran 10x
b) Motilitas
- Motilitas dibagi menjadi: baik, kurang baik dan tidak motil (tidak bergerak)
- Ciri-ciri motilitas baik: gerak cepat lurus kedepan
- Ciri-ciri motilitas kurang baik ; gerak lambat, memutar, ke arah belakang atau
arah berbelok dan bergerak ditempat atau hanya ekornya saja
- Tidak motil : tidak bergerak sama sekali
- Hitung motilitas dalam 5 lapang pandang dan kelompokkan spermatozoa
berdasarkan kualitas motilitasnya dan diprosentase

Gambar. motilitas spermatozoa

c) Hitung jumlah

- Normal : > 20jt/ml

Gambar sebaran spermatozoa di dalam kamar hitung


- Contoh perhitungan : ditemukan 80 sel dalam 1 kotak besar leukosit, 1/t=10 dan
pengenceran 10x
- Rumus = N x 1/t x P A
1
= 210x 10x10
1
= 21000 se/µl
= 21000 sel/µl x 1000= 21 jt/ ml
=.......ml x..........(volum ejakulat)=............/ejakulat
d) Viabilitas
- Sperma yang terwarnai : mati
- Spermatozoa yang tidak terwarnai/ transparan: hidup
- Normalnya >50% dari seruluh spermatozoa yang dihitung hidup
Gambar hasil uji viabilitas ( A: spermatozoa hidup, B: spermatozoa mati)

e) Morfologi
- Morfologi normal spermatozoa memiliki kepala, leher, badan dan ekor , seperti
gambar dibawah ini

Gambar. Spermatozoa hasil pengecatan dalan analisis morfologi


(a :morfologi normal, b: morfologi tidak normal)

Anda mungkin juga menyukai