Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan protein LCS

Metode Nonne Apelt


Prinsip Reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk
kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan
kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin
tebal.
Reagen Nonne Apelt (komposisi : Ammonium Sulfat 80 gr, aquadest 100 ml)
Alat Tabung reaksi dan Pipet pasteur
Sampel LCS
Landasan Teori
Dalam susunanya, cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi
oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah; disamping filtrasi, faktor sekresi oleh plexus
choroideus turut berpengaruh. Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan
tetapi seperti transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi
berbgai macam zat dalam plasma darah.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnose atau untuk melakukan
tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat member petunjuk kea rah sesuatu
penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna
pula setelah terjafi trauma.
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan pungsi kedalam cavum
subarachnoidale bagian lumbal.selain disitu dapat dilakukan juga pungsi suboccipital
kedalam sisterna magna atau pungsi ventrikel, sesuai dengan indikasi klinik.
Jumlah cairan yang diambil dengan pungsi harus disesuaikan dengan jenis-jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan dengan cairan itu; lebih dari 15 ml. cairan otak dapat
diperiksa dengan makroskopi, mikroskopi,kimia, bakteriologi, dan serologi. Cara
menampungnya bahan ini hendaknya disesuaikan pula dengan jenis pemeriksaan yang
akan dilakukan dan dengan persangkaan macam penyakit.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sampel lcs:
A. Apabila yang dikehendaki pemeriksaan-pemeriksaan tanpa bakteriologi, siapkan
setidaknya 3 tabung untuk menampung cairan keluar pertama-tama dari jarum pungsi; isi
tabung ini sedapatnya jangan dipakai untuk pemeriksaan sebenernya karena mungkin sekali
mengandung darah oleh tindakan melakukan pungsi. Tabung yang kedua dan ketiga diisi
langsung melalui jaurum pungsi dengan sama banyaknya cairan otak (2-4 ml) dan boleh
dipakai untuk pemeriksaan pemeriksaan non-bakteriologis.
B. Sediakan selalu juga tabung yang berisi sejumlah kecil larutan natrium citrate 20
%: tabung ini digunakan jika diperkirakan bahwa cairan otak itu akan membeku, yaitu kalau
cairan otak keruh, xanthochrom atau bercampur darah. Untuk menjaga terjadinya
pembekuan diperlukan 0.01 ml larutan natriumcitrat untuk setiap 1 ml cairan otak.
C. Jika menghendaki pemeriksaan bakteriologis, tabung ketiga harus tabung steril
yang isinya kemudian dipakia untuk bakterioskopi atau untuk pembiakan, laboratorium dapat
menyediakan tabung yang telah berisi sesuatu medium biakan khusus jikalau dikehendaki.
Dianatara banyak pemeriksaan kimia yang dapat dilakukan atas cairan otak, ada
beberapa macam yang sering sering dikehendaki, yaitu pemeriksaan terhadap kadar
protein, glukosa, klorida. Selain itu, meskipun bukaan bersifat penetapan kimia sebenarnya
sering dikehendaki juga test-test koloid.
Pemeriksaan terhadap protein dalam cairan otak ialah yang paling penting diantara
pemeriksaan kimia. Usaha mengetahui jumlahnya dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Jika ada darah dalam cairan otak ini (dengan cara manapun juga) tidak ada
artinya lagi.
Uji kimia yang sering dilakukan terhadap lcs adalah penentuan protein. Lcs normal
mengandung sangat sedikit protein. Nilai rujukan untuk protein lcs total biasanya disebutkan
sebesar 15 hingga 45 mg/dl, namun terkadang bergantung pada metode yang dilakukan,
dan nilai yang lebih tinggi dijumpai pada bayi dan orang-orang yang berusia lebih dari 40
tahun. Nilai ini dilaporkan dalam milligram per desiliter dan bukan gram per desiliter, seperti
pada konsentrasi protein plasma.
Secara umum, lcs mengandung fraksi protein yang serupa dengan yang ditemukan
didalam serum; namun, rasio protein lcs terhadap protein serum bervariasi diantara fraksi.
Seperti dalam serum, albumin membentuk sebagian besar fraksi protein lcs. Namun
berkebalikan dengan serum, pra-albumin adalah fraksi prevalen kedua terbanyak didalam
lcs. Alfa globulin mencakup haptoglobin primer dan seruloplasmin. Transferin adalah beta
globulin mayor; selain itu, fraksi transferin defisien karbohidrat yang terpisah, disebut
sebagai “tau”, dijumpai dalam lcs dan bukan didalam serum. Gamma globulin lcs terutama
adalah immunoglobulin G (igG), dengan hanya sedikit jumlah imonoglobulin A (igA),
immunoglobulin M (igM), fibrinogen, dan lipoprotein beta tidak ditemukan di dalam lcs
normal.
Makna klinis kenaikan nilai protein total paling sering dijumpai pada kondis patologik.
Nilai yang rendah secara abnormal dijumpai apabila cairan bocor dari ssp. Penyebab
kenaikan protein lcs mencakup keruskan pada sawar darah otak, produksi immunoglobulin
didalam ssp, penurunan klirens protein normal dari caira, dan degenerasi jarinngan serum.
Meningitis dan kondisi perdarahan yang merusak sawar darah otak adalah penyebab
tersering kenaikan protein lcs. Banyak gangguan neurologis lainnya dapat meningkatkan
protein lcs, dan hasil abnormal pada cairan yang jernih dengan hitung sel rendah umum
dijumpai.
Prosedur protein lcs yang rutin dirancang untuk menghitung konsentrasi protein total.
Meskipun begitu, diagnosis gangguan neurologis terkait dengan protein lcs abnormal sering
memerlukan pengukuran fraksi protein indivudu. Protein yang muncul didalam lcs sebagai
akibat kerusakan sawar darah otak mengandung fraksi yang sebanding dengan fraksi yang
terdapat didalam plasma, dimana albumin terdapat dalam konsentrasi tertinggi. Penyakit,
termasuk sklerosis multiple, yang merangsang sel imunokompeten didalam lcs menunjukan
proporsi igG yang lebih tinggi.
Agar dapat akurat menentukan apakah igG meningkat karena dihasilkan didalam lcs
atau meningkat sebagai akibat dari defek pada sawar darah otak, perbandingan antara
kadar albumin dan igG dalam serum dan lcs harus dibuat. Metode ini menyertakan indeks
albumin lcs/ serum untuk mengevaluasi keutuhan sawar darah otak dan indeks igG lcs
untuk mengatur sintesis igG didalam lcs.
Ada beberapa penyebab klinis nilai lcs yang abnormal. Abnormal protein lcs dapat
meliputi jumlahnya yang berlebih atau berkurang. Hasil yang meningkat didapati pada
Meningitis,pendarahan, tumor lcs primer, miksedema, penyakit cushing, penyakit jaringan
ikat, polyneuritis, skeloris multiple, sindrom guilllain-barre, neurosifilis, polyneuritis, diabetes,
uremia. Hasil yang menurun dapat ditemukan pada kebocoran llcs/trauma, pungsi baru-baru
ini, produksi lcs yang cepat, intoksikasi air. Nilai rujukan untuk protein biasanya 15 – 45
mg/dl, tapi ini bergantung pada metode yang digunakan, dan nilai yang lebih tinggi dijumpai
pada bayi dan orang yang berusia diatas 40 tahun.
Test none. Percobaan ini juga dikenal seperti test Nonne-Apelt atau test Ross-Jones,
menggunakan larutan jenuh amoniumsulfat sebagai reagens (ammoniumsulfat 80 g:
aquadest 100 ml; saring sebelum memakainya). Test seperti ini dilakukan terutama untuk
menguji kadar globulin dalam cairan otak.
Pungsi spinal yang menimbulkan cedera dapat menyebabkan darah berada didalam
spesimen cairan, hal ini dapat menimbulkan perkiraan yang keliru saat menghubungkannya
dengan masalah klinis.Obat tertentu dapat menyebabkan peningkatan kadar protein CSS
keliru.

Prosedur Kerja
1. Sediakan 0,5 ml- 1 ml reagen none dalam tabung reaksi kecil
2. Tambahkan cairan otak sama banyak, sehingga terbentuk lapisan
3. Tunggu 3 menit, lihat batas dikedua cairan.

Interpretasi hasil
Cincin keruh (+) : abnormal ( sampel no 4 )
Cincin keruh (- ) : normal ( sampel no 1 )
Pustaka
Gandasoebrata,R.2013. penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian rakyat
Shanti, dharma.dkk.2016.PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK URINALISIS DAN
CAIRAN TUBUH. Denpasar: program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran
universitas udayana.
Strasinger, susan king. 2017. Urinalisis & cairan tubuh. Jakarta: EGC
Parami, pontisomaya. 2017. NEUROFISIOLOGI : CAIRAN SEREBROSPINAL. Diakses
pada 28 november 2019dihttps://simdos.unud.ac.id
Japardi, iskandar. 2002. CAIRAN SEREBROSPINA. Diakses pada 28 november 2019 di
http://repository.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai