Oleh
Kelompok
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami selaku penulis makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudulPatologiSistemPencernaandapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dari kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Patofisiologi. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Ibu dr. Itail Husna Basa, M.Kes yang telah membimbing kami.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan pembaca mengenai PatologiSistemPencernaan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya
demi perbaikan penulisan makalah di masa yang akan datang dan kami berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran atas makalah yang kami buat ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sistempencernaanmakananberhubungandenganpenerimaanmakanandanmempersiapkannyaunt
uk di proses olehtubuh. Makananadalahtiapzatataubahan yang
dapatdigunakandalammetabolismegunamemperolehbahan-
bahanuntukmemperolehtenagaatauenergi.Selamadalam proses
pencernaanmakanandihancurkanmenjadizat-zatsederhanadandapatdiserapolehusus,
kemudiandigunakanolehjaringantubuh.
Sistempencernaanadalah organ yang
seringkalimudahterkenagangguansehinggatimbulberbagaimasalahpenyakitpencernaan.Penyakitpenc
ernaanadalahsemuapenyakityangterjadipadasaluranpencernaan.
Penyakitinimerupakangolonganbesardaripenyakitpadaorganesofagus, lambung, duodenum
bagianpertama, keduadanketiga, jejunum, ileum, kolon,kolon sigmoid, danrektum.
Penyakitpencernaan yang
mulanyaringandapatberdampakfatalapabilakitatidakmengertidiagnosapenyakitdancarapenanganan
yang tepat.
Olehkarenaitusangatpentingbagikitauntukmengetahuiberbagaiselukbelukhinggapenangananpenyaki
t pencernaan.
PEMBAHASAN
2.1 Gastritis
2.1.1 Pengertian
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berartiinfamasi/peradangan.
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Gastritis adalah proses infamasi padalapisan
mukosa dan submukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain.
2.1.2 Klasifikasi
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah prose peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi pada bagian superfisial. Biasanya gastritis ini bersifat tiba-tiba. Peradangan
mungkin disertai perdarahan ke dalam mukosa dan, pada kasusyang lebih parah, terlepasnya
epitel mukosa superfisial ( erosi ). Bentuk erosif yang parah ini merupakan penyebab penting
perdarahan saluran cerna akut.
Gejala klinis : gastritis akut mungkin sama sekali tidak bergejala, dapt menyababkannyeri
epigastrium dengan keparahan bervariasi disertai mual dan muntah, atau bermanifestasi sebagi
hamtemesis, dan pengeluaran darah yang dapat mematikan, bergantung pada keparahan
kelainan anatomik.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis difinisikan sebagai peradangan mukosa kronis yang akhirnya menyebabkan
atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Gastritis kronis ditandai dengan atrofi progresif
(penyusutan bertahap) epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung.
Apapun penyebab atau distribusi hihistologi gastritis kronis, peradangan terdiri atas infiltrat
limfosit dan sel plasma, kadang-kadang disertai peradangan neutrofilik di region leher lubang
mukosa. Peradangan mungkin disertai pengurangan kelenjar dengan derajat bervariasi dan
atrofi mukosa. Apabila ada H.pylori ditemukan bersarang didalam lapisan mukosadi atas
epitel mukosa superficial.
Gambaran klinis : gastritis kronis biasanyatiak atau sedikit menimbulkan gejala; dapat timbul
rasa tidak enak di abdomen atas serta mual dan muntah.
H.pylori adalah bakteri gram-negatif, berbentuk S, berukuran sekitar panjang 2-3 mikron dan
lebarnya 0,5 mikron. Bentuknya seperti spiral berekor diselubungi lapisan mirip rambut atau
flagella. Dalam keadaan tidak aktif ia bersarang dan berkembang biak dalam lapisan mucus.
Begitu keadaan memungkinkan untuknya aktif, bakteri dengan gesitnya bergerak.
Bakteri ini memerlukan urea ( hasil penguraian utama dari metabolism protein mamalia) serta
hemin ( pigmen merah dalam darah) untuk berkembang biak. Ternyata hanya sel-sel jaringan
mucus lambun yang dapat menyimpan nutrisi esensial ini. Disitulah bakteri ini mengeluarkan
enzim urease yang dapat menguraikan urea menjadi ammonia dan karbon dioksida. Tentunya
jika tidak dibasmi, akan tumbuh subur dan sambil menggerogoti daerah disekitarnya.
4. Terjadinya iskemia
Akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung lambung, berhubungan dengan
keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
5. Stress psikologis.
Mekanisme terjadinya ulkus atau luka pada lambung akibat stres adalah melalui penurunan
produksi mukus pada dinding lambung.
2.1.4 Gejala
Gejala gastritis/ maag, antara lain:
1. Tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri ulu hati
5. Lambung terasa penuh
6. Kembung
7. Bersendawa
Gejala ini bisa menjadi akut, berulang, dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih
dari satu bulan terus menerus.
2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara factor-faktor
pencernaan seperti:
1. Asam lambung
2. Pepsin dengan produksi mucus
3. Bikarbonat
4. Aliran darah
a) Factor pertahanan
Ada dua penyebab terbentuknya ulkus; (1) produksi mukus yang terlalu sedikit, atau (2) terlalu banyak
asam yang diproduksi atau dikirimkan ke saluran cerna.
Untuk menangkal iritasi terdapat sistem pertahanan mukosa yang mempertahankan keutuhan dan
memperbaiki mukosa lambung bila timbul kerusakan. Sistem pertahanan tersebut teridiri atas beberapa
faktor:
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan mucus
bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia
termasuk ion hydrogen.
Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya meliputi
produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan
antar sel.
Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran darah dan lekosit. Komponen terpenting lapis
pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat.
mikrosirkulasi melalui kapiler dipertahankan oleh pembuatan prostaglandin, nitrat oksida, dan
hidrogen sulfid secara terus menerus yang melindungi sel-sel endhotial dari cedera dan
mencegah agregasi platelet dan leukosit.
b) Factor penyerang
Epitel lambung mengalami iritasi terus menerus disebabkan oleh :
Factor endogen ( HCL/ gasric acid, pesin,garam empedu)
`Factor ekstrogen ( bakteri , alcohol, obat-obatan)
2.1.6 Diagnosis
Gastritis didiagnosa melalui satu atau lebih test kesehatan sebagai berikut:
Endoskopi gastrointestinal bagian atas
Dokter melihat melalui kamera khusus, alatnya diamsukkan melalui mulut sampai
lambung untuk melihat kerusakan lambung dan mengecek ada tidaknya inflamasi.
Selanjutnya melakukan biopsi mengambil sampel untuk di test.
Jaringan yang diambil akan dikultur dengan cairan tertentu kemudian jika terjadi
perubahan warna menjadi merah maka positif terdapat infeksi bakteri helicobacter
pylori.
Test darah
Untuk keperluan dokter guna mengecek sel darh merah pasien apakah menderita
anemia. Anemia dapat sebagai sebab dari adanya perdarahan pada lambung.
Selain darah, specimen lain seperti urine, ludah, dan limfe dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kadar antibody terhadap bakteri helicobacter pylori. Semakin tinggi
kadar antibody, semakin besar kemungkinan infeksi bakterinya.
2.2. Gastroenteritis
2.1.1 pengertian
Gastroenteritis berasal dari kata ‘gastro’ ( lambung), ‘entero’ ( usus ), dan ‘itis’ (peradangan). Gastroenteritis
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dan atau peradangan pada saluran pencernaan). Gastroenteritis
merupakan peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran
gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen.
Pada gastroenteritis, diare merupakan suatu keadaan dengan peningkatan frekuensi, konsistensi feses yang lebih
cair, feses dengan kandungan air yang banyak, dan feses bisa disertai dengan darah atau lender.
2.2.2 Kalsifikasi
1) Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak yang sebelumnya sehat dan berlangsung kurang dari dua
minggu. Patogenesis diare akut oleh infeksi, dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan
d) Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan usus
mengakibatkan terjadinya diare.
2) Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat
badan tidak bertambah selama masa diare. Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor
yang satu sama lain saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Infeksi bakteri, misalnya ETEC (Enterotoxigenic E.coli) yang sudah resisten terhadap obat, dan juga
pertumbuhan bakteri berlipat ganda (over growth) dari bakteri non patogen seperti Pseudomonas, Klebsiella
c) Kekurangan kalori protein (KKP), pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa
usus halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh
organ-organ tersebut dan menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diserap dengan sempurna. Makanan
yang tidak diserap tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus meningkat dan
terjadi diare osmotik.
d) Gangguan imunologik, defisiensi dari SigA (secretory immunoglobulin A) dan CMI (Cell Mediated Immunity)
akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Akibatnya bakteri,
virus, dan parasit akan masuk ke dalam usus dan berkembangbiak dengan leluasa sehingga terjadi overgrowth
dengan akibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan (Suraatmaja, 2007).
Selain itu, ada pula obat yang menimbulkan diare sebagai efek samping, misalnya digoksin, garam
magnesium, litium, sorbitol, beta blockers, sitostatika, reserpin, kinidin, dan antibiotik berspektrum
luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin). Adakalanya juga akibat
penyalahgunaan laksansia dan penyinaran dengan sinar-X (radioterapi). Penyebab diare lainnya dapat
disebutkan seperti alergi makanan/minuman (seperti proein susu sapi dan gluten) serta intoleransi
laktosa karena defisiensi enzim laktase, dan akibat penyakit seperti colitis ulcerosa, Irritable Bowel
Syndrome, kanker colon, dan infeksi HIV.
2.2.4 Gejala Gastroenteritis
Setelah terinfeksi, gejala gastroenteritis akan muncul antara 1-3 hari dan bertahan selama 1-2 hari, tapi bisa juga
hingga 10 hari. Gastroenteritis menyerang bagian usus pada manusia, sehingga gejala yang muncul adalah
berikut ini:
Berikut ini beberapa gejala pada orang dewasa yang cukup parah dan harus segera mendapatkan penanganan
dari dokter.
Muntah darah.
Cairan yang diminum tidak bisa ditahan sehingga muntah tiap kali setelah minum.
Muntah lebih dari 48 jam.
Demam di atas 40 derajat Celcius.
Mengalami gejala dehidrasi seperti kurang buang air kecil dan mulut yang kering.
Buang air besar disertai darah.
Gejala pada bayi dan anak-anak yang harus diwaspadai dan harus secepatnya mendapatkan penanganan dokter
adalah:
Terlihat lesu.
Diare disertai darah.
Demam tinggi.
Merasa sangat kesakitan atau tidak nyaman.
Mengalami dehidrasi. Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun drastis, menangis tanpa air
mata dan mulut yang kering.
2.2.5 Patofisisologi
Mukosa usus kecil terdiri dari susunan vili panjang yang diselingi oleh kripta di dekat pangkalan
mereka. vili dan kripta tertutupi oleh selapis sel epitel. Vili sangat berdiferensiasi untuk keperluan
penyerapan (terutama di ujung vili) dan kripta yang tidak berdiferensiasi dan bertindak sebagai
reservoir untuk proliferasi dan diferensiasi ke dalam sel serap. Kripta-kripta mensekresikan klorida dan
imunoglobulin ke dalam lumen usus.
Beberapa virus menginfeksi enterosit( sel yang berperan dalam proses penyerapan air dan nutrisi pada
usus) matang di epitel vili tengah atau atas dari usus kecil (rotavirus, adenovirus, astrovirus) virus lain
menginfeksi sel kripta seperti parvovirus dan torovirus. Terutama usus kecil proksimal terinfeksi.
setelah replikasi virus, sel epitel menjadi nekrotik dan dihilangkan, menyebabkan hilangnya enzim
yang memecah karbohidrat dan protein (laktase, peptidase) dan malabsorpsi primer. ini juga mengarah
pada atrofi vili, diikuti oleh hiperplasia sel kriptus reaktif dengan peningkatan jumlah mitosis pada
enteroblas, infiltrasi seluler submukosa dan hipersekresi yang menambah keparahan diare. pemulihan
dari hilangnya vili relatif cepat (7-10 hari).
Pada tahap awal diare, iskemia ditandai diamati di vili, sebelum kematian enterosit dan menunjukkan
bahwa perubahan yang diamati adalah hasil dari respon sistemik lokal yang dipicu oleh infeksi
enterosit dan bahwa diare bukan hanya akibat dari gangguan fungsi enterocyte.
2.2.5 Diagnosa
Hal utama dalam diagnosis gastroenteritis adalah penilaian diare dan status dehidrasi pasien diikuti dengan
pemeriksaan penunjang, khususnya pemeriksaan feses untuk menentukan penyebab secara definit.
Anamnesis
Pasien bayi dan anak yang datang dengan keluhan gastroenteritis harus dievaluasi onset, frekuensi, kuantitas,
dan lamanya diare/muntah. Gambaran diare dan atau muntahnya juga ditanyakan, meliputi apakah ada darah,
cairan empedu, atau mukus.
Pasien perlu ditanyakan lama sakitnya, apakah ada nyeri perut dan demam, adanya kondisi defisiensi/supresi
imunitas tubuh, serta komorbiditas penyakit dan malnutrisi.
Hal lain yang perlu ditanyakan terkait riwayat pasien adalah riwayat penyakit kronis, riwayat penggunaan
antibiotika dalam waktu dekat, status vaksinasi rotavirus, dan penggunaan obat-obatan.
Gastroenteritis Virus
Tergantung kepada penyebabnya, gejala pasien dapat berbeda-beda. Gastroenteritis virus dapat asimtomatik,
dan biasanya self-limitingdisease. Umumnya gejala yang muncul adalah diare dan muntah. Gejala dan tanda
klinis lain yang dapat mengiringi adalah demam, nyeri abdomen, anoreksia, dan pada anak akan rewel dan
cengeng.
Gastroenteritis Bakteri
Gejala yang umum pada gastroenteritis bakteri adalah demam tinggi, diare berdarah, dapat bermukus dengan
frekuensi >6 per hari, serta nyeri abdomen yang berat.
Khusus pada Kolera akan terjadi serangan diare yang seperti air cucian beras (ricewaterydiarrhea) yang banyak
dan sering
Penderita kolera juga akan mengalami muntah mendadak secara terus-menerus mengakibatkan penderita cepat
jatuh ke dalam dehidrasi. Serangan kolera biasanya terjadi sebagai epidemik, melibatkan anak-anak dan orang
dewasa.
Infeksi Clostridiumdifficile akan menimbulkan gejala berupa demam, diare intensitas tinggi disertai adanya
darah dan mukus, serta kram perut.
Infeksi Pseudomembranouscolitis akan menimbulkan gejala berupa demam, dan kram perut.
Gastroenteritis Fungal
Pada infeksi akibat jamur, akan ditemukan diare bermukus dan berdarah [14]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada gastroenteritis dimulai dari pengukuran berat badan sewaktu pasien datang, yang akan
dibandingkan dengan berat badan sebelum sakit. Dilanjutkan dengan palpasi abdomen dimana dapat dirasakan
nyeri ringan saja. Nyeri pada perabaan abdomen dapat juga terjadi, dan lebih sering pada infeksi bakteri atau
kedaruratan abdomen.
Hal lain yang penting untuk dilakukan pada pemeriksaan fisik adalah penilaian terhadap status dehidrasi untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Tanda adanya dehidrasi dapat dibagi menjadi dua, taitu tanda utama dan
tanda tambahan. Tanda utama adalah penurunan kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit melambat. Tanda
tambahan adalah ubun-ubun besar cekung, mata cowong, air mata kurang, serta mukosa mulut dan bibir kering.
1. Minimal, atau tidak ada dehidrasi, defisit cairan <5% dari berat badan, atau <50mL/kgBB. Seseorang
diklasifikasikan dalam status dehidrasi ini apabila tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan.
2. Ringan-sedang, defisit cairan 5%-10% dari berat badan, atau 50-100 mL/kgBB. Seseorang
diklasifikasikan dalam status dehidrasi ini apabila ditemukan 2 tanda utama disertai 2 atau lebih tanda
tambahan, namun masih tidak memiliki tanda kegagalan sirkulasi. Misalnya : keadaan umum sedikit
gelisah atau cengeng, ubun-ubun besar dan mata sedikit cekung, turgor sedikit melambat, namun akral
hangat dan waktu pengisian kapiler normal.
3. Dehidrasi berat, defisit cairan >10% dari berat badan, atau >100 mL/kgBB. Seseorang diklasifikasikan
dalam status dehidrasi ini apabila ditemukan 2 tanda utama disertai 2 tanda tambahan dengan
intensitas yang lebih berat daripada tanda pada derajat ringan-sedang, dan juga sudah muncul tanda
kegagalan sirkulasi. Misalnya : kesadaran mulai menurun, ubun-ubun besar dan mata sangat cekung,
tidak ada air mata, mukosa mulut kering, turgor sangat kurang, dan akral dingin serta waktu pengisian
kapiler melambat.[15-17]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gastroenteritis dapat dibuat berdasarkan diagnosis banding organisme kausalnya
(gastroenteritis viral, bakterial, ataupun fungal), dan juga bisa dibuat berdasarkan diagnosis banding derajat
dehidrasinya.
Selain daripada itu, diagnosis banding gastroenteritis juga bisa dibuat berdasarkan penyakit yang mendasari
ataupun penyakit lain dengan tanda dan gejala yang mirip, misalnya apendisitis, ketoasidosis diabetik,
pielonefritis, intususepsi, keracunan zat-zat eksternal, gangguan malabsorpsi, intoleransi laktosa, dan penyakit
Crohn.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gastroenteritis ditujukan untuk mengetahui organisme kausal, dan menyingkirkan
diagnosis banding. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, feses, maupun CT scan apabila
diperlukan.
Pada pemeriksaan darah, dapat diperiksa kadar elektrolit karena dapat terjadi hipernatremia maupun
hiponatermia pada keadaan dehidrasi, terutama pada bayi dan anak. Pemeriksaan kadar gula darah juga dapat
dilakukan karena dehidrasi pada bayi dan anak meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia. Selain itu,
hipoalbuminemia dapat terjadi pada infeksi Pseudomembranouscolitis.
Pada keadaan yang berat, dapat terjadi asidosis metabolik, sehingga analisis gas darah sebaiknya dilakukan pada
keadaan ini. Seorang dikatakan mengalami asidosis metabolik jika serum bikarbonat ≤16 mmol/L dan pada
kapnografi didapatkan end-Tidal CO2 ≤31 mmHg. [5,18] Apabila dehidrasi sangat berat, dapat terjadi gagal
ginjal akut, sehingga fungsi ginjal sebaiknya diperiksa, yaitu menggunakan pengukuran kadar serum ureum dan
kreatinin. [19]
Pemeriksaan sampel feses cukup andal dalam menentukan etiologi yang definitif. Pada
infeksi Entamoebahistolytica dapat ditemukan tropozoit dan sel-sel darah merah. Pada
infeksi Clostridiumdifficiledapat ditemukan leukosit fekal>5/lapang pandangan, dan tampak basil gram positif
dengan spora-spora oval subterminal. Pada Pseudomembranouscolitis bisa ditemukan fekal lekosit. [5]
CT Scan
CT Scan pada gastroenteritis jarang diperlukan. CT scan dapat dilakukan pada kasus dimana nyeri abdomen
sangat berat, dan dicurigai adanya perforasi, obstruksi usus, ataupun megakolon toksik. CT scan abdomen pada
pasien dengan gastroenteritis akan menunjukkan penebalan dinding usus yang abnormal yaitu > 3mm dan
pertumbuhan lapisan mukosa.
2.3 Appendiksitis
2.3.1 Pengertian
2.3.5 GejalaApendisitis
Nyeridekatpusaratauperutbagianatas yang
menjadisemakintajamketikabergerakkeperutkananbawah.
Inibiasanyamerupakantandapertama.
Kehilanganseleramakan
Mualataumuntahsegerasetelahsakitperutdimulai
Pembengkakanperut
Demam
Ketidakmampuanuntukkentut (flatus)
2.3.6 Diagnosis
Demamumumnyatidakada. Bilaada, makasakitperutakantimbullebihdahulu.
Jikadijumpaidemampadakasusapendisitis,
pikirkankemungkinanterjadinyaperforasiapendisitis.
Awalnyaberupanyeriperiumbilikal, namuntemuanklinis yang paling pentingadalah
rasa nyeri yang terus-meneruspadakuadranbagianbawahsebelahkanan.
Dapatdisalahartikaninfeksisalurankemih, batuginjal, masalahovarium, adenitis
mesenterik, ileitis. Bedakandengan DBD.
Leukositosis.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan
pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
2.4 Peritonitis
2.4.1 Pengertian
Peradangan peritonium (membran serosa yang melapisi rongga abdomen dan
menutupi visera abdomen) merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran
infeksi dari organ abdomen (mis., apendititis,salpingitis), perforasi saluran cerna,
atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering menginfeksi adalah
organisme yang hidup dalam kolon (pada kasus ruptura apendiks) yang mencakup
Eschericia coli atau Bacteroides, sedangkan stafilokokus dan streptokokus
seringkali masuk dari luar.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau
bila infeksi menyebar akan menyebabkan timbulnya peritonitis gebneralisata.
Dengan timbulnya peritonitis generalisata, aktivitas peristaltik bekurang sampai
timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang.
2.4.3 Gejala
Gejala yang terjadi pada penderita Peritonitis :
1) Demam.
2) Nyeri perut yang semakin terasa jika bergerak atau disentuh.
3) Perut kembung.
4) Mual dan muntah.
5) Nafsu makan menurun.
6) Diare.
7) Konstipasi dan tidak bisa buang gas.
8) Lemas.
9) Jantung berdebar.
10) Terus-menerus merasa haus.
11) Tidak mengeluarkan urine atau jumlah urine lebih sedikit.
2.4.5 Patofisiologi
Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen, ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal peritoneum
terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, kantong-kantong
nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang membatasi infeksi.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap
sehingga menimbulkan obstruksi usus.
Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau generalisata. Pada peritonitis
lokal dapat terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta mekanisme
pertahanan tubuh dengan melokalisir sumber peritonitis dengan omentum dan usus.
Pada peritonitis yang tidak terlokalisir dapat terjadi peritonitis difus, kemudian
menjadi peritonitis generalisata dan terjadi perlengketan organ-organ intra abdominal
dan lapisan peritoneum viseral dan parietal. Timbulnya perlengketan ini menyebabkan
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik. Cairan dan elektrolit
hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria.
Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri masuk ke dalam pembuluh
darah.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan. Beberapa
penyakit pada organ pencernaan manusia adalah gastritis, gastroenteritis, apendiksitis,
peritonitis. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Gastritis adalah proses
infamasi padalapisan mukosa dan submukosa lambung yang berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastroenteritis adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi dan atau peradangan pada saluran pencernaan.
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis. Peritonitis adalah
peradangan peritonium (membran serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera
abdomen)
Masing –masing penyakit gangguan pencernan tersebut memiliki gejala,patofisiologi yang
berbeda maka diperlukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat untuk setiap gangguan
pencernaan.Penyakit pencernaaa bervariasi dari penyakit ringan hingga berat yang dapat
menyebabkan kematian. Namun, walaupun terkadang terasa ringan penyakit system
pencernaan ini dpat mengakibatkan dampak buruk bahkan fatal apabila dibiarkan tanpa
penanganan yang intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Misnadiarly. 2016. Mengenal Penyakit Orgaan Cerna: Gastritis ( Dyspepsia atau Maag ). Jakarta :
Yayasan Pustaka Obor
http://eprints.ums.ac.id/28145/4/04._BAB_I.pdf