Anda di halaman 1dari 3

B.

Pemeriksaan Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis )


Liquor Cerebrospinalis adalah cairan yang menyelimuti susunan syaraf pusat.
Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap otak maupun tulang belakang. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar
metabolit-metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh limpe) dan memberikan
perlindungan terhadap tekanan.
Pemeriksaan LCS ditujukan untuk mengetahui adanya kelainan pada otak maupun
sumsum tulang, meningitis, tumor, abses, enchefilitis maupun infeksi virus pada daerah
tersebut. Pemeriksaan terhadap protein dalam cairan otak merupakan yang paling penting.
Dalam keadaan norma, protein yang terdapat pada cairan otak sangat sedikit. Jadi, tujuan
dari pemeriksaan ini yaitu untuk mengetahui jumlahnya dapat dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Jika ada darah dalam cairan otak, hasil pemeriksaan ini ( dengan cara
maupun juga ) tidak ada artinya lagi.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan Nonne-Pandy untuk mengetahui kadar
protein (albumin dan globulin) pada sampel LCS.
a. Pemeriksaan Nonne Apelt
Pemeriksaan Nonne Apelt atau pemeriksaan Ross-Jones, menggunakan larutan
jenuh amoniumsulfat (85 gr (NH4)2SO4 netral dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dipanaskan pada suhu 900C, disimpan beberpa hari) sebagai reagent. Reagen Nonne
memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk kekeruhan yag berupa
cincin.
Seperti juga test Pandy, test Nonne sering dilakukan seperti badside test pada waktu
mengambil cairan otak dengan pungsi. Sebenarnya test Nonne ini sudah usang,
dalam laboratorium klinik modern ia sudah tidak digunakan lagi. Dalam keadaan
normal hasil test ini negatif, artinya: tidak terjadi kekeruhan pada perbatasan.
Semakin tinggi kadar globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi. Laporkan
hasil test ini sebagai negatif atau positif saja.
Test Nonne memakai lebih banyak bahan dari test Pandy, tetapi lebih bermakna dari
test Pandy karena dalam keadaan normal test ini berhasil negatif: sama sekali tidak
ada kekeruhan pada batas cairan.
Pemeriksaan Nonne Apelt dilakukan terhadap 2 sampel, yaitu sampel A (Dewasa)
dan B (Dewasa). Kemudian diperoleh hasil sebagai berikut
1. Sampel A
Diperoleh hasil positif 3 (+3) yaitu terlihat cincin putih yang tampak jelas dan
bila dikocok, cairan menjadi keruh.
2. Sampel B

Diperoleh hasil positif 2 (+2) yaitu terlihat cincin putih yang agak jelas dan bila
dikocok, cairan menjadi opalescent (seperti kabut halus).
b. Pemeriksaan Pandy
Pemeriksaan Pandy menggunakan reagen pandy (phenolum liquefactum 10 ml :
aquadest 90 ml, disimpan pada suhu 37 oC selama beberapa hari, reagen harus
sering dikocok-kocok). Reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin
dan globulin) dalam bentuk kekeruhan.
Test pandy ini mudah dapat dilakukan pada waktu melakukan fungsi dan memang
sering dijalakan demikian sebagai bedside test. Itulah sebabnya maka test Pandy
masih juga dipertahankan dalam penuntun ini, meskipun pada waktu ini dikenal
test-test terhadap protein yang lebih spesifik dan lebih bermanfaat bagi klinik.
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang sangat
ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar protein (albumin dan globulin),
semakin keruh hasil reaksi. Tak ada kekeruhan atau kekeruhan yang sangat halus
berupa kabut menandakan hasil reaksi yang negatif. Kekeruhan yang lebih berat
berarti test Pandy ini menjadi lebih positif.
Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti
kabut.
Pada pemeriksaan dengan metode pandy , terhadap 2 sampel, yaitu sampel A
(Dewasa) dan B (Dewasa). Kemudian diperoleh hasil sebagai berikut
1. Sampel A
Diperoleh hasil positif 3 (+3) yaitu termasuk kategori sangat keruh (kadar
protein 300-500mg%)
2. Sampel B
Diperoleh hasil positif 2 (+2) yaitu termasuk kategori keruh (kadar protein 100300mg%)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan spesimen cairan otak
1. Jangan menunda-nunda pemeriksaan cairan otak. Berbagai sel dan tripanosoma cepat
lisis pada sampel cairan otak. Glukosa juga cepat rusak, kecuali kalau dengan
fluorida-oksalat.
2. Bekerjalah dengan hati-hati dan hemat. Spesimen yang dapat diambil untuk
pemeriksaan cairan otak atau Liquor cerebro spinalis sering kali hanya sedikit karena
pengambilannya sulit..
3. Liquor cerebro spinalis mengandung organisme virulen. Pakailah pipet dengan
sumbat kapas yang tak menyerap cairan, atau pakailah penghisap karet untuk menarik
cairen dalam pipet
Sumber Kesalahan

1. Wadah sampel yang tidak steril menyebabkan sampel terkontaminasi oleh kumankuman sehingga memberikan hasil positif palsu.
2. Penundandaan pemeriksaan sampel tanpa ad perlakuan tertentu menyebakan berbagai
sel cepat lisis, glukosa cepat rusak sehingga memberikan hasil negatif palsu.
3. Penyimpanan sampel di dalam lemari es yang menyebabkan bakteri yang tidak tahan
pada suhu redah, sehingga memerikan hasil negatif palsu.
4. cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik
seringkali sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan Haemophilus
influenzae, sehingga ,e,berikan hasil yang negatif palsu.
5. Cedera pembulu darah yang diakibat karena tindakan lumbal fungsi menyebabkan
terdapatnya darah pada sampel sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang positif
palsu.

Gandasoebrata, R.1969. Penuntun Laboratorium Klinik . Dian Rakyat : Jakarta


Ginsberg Lionel. 2007. Lecture Notes Neurology. Erlangga : Jakarta
Kee, Joyce LeFeffer .1999. Pemeriksaan Dan Diagnosis. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai