Anda di halaman 1dari 7

LCS

Liquor Cerebrospinalis adalah cairan yang menyelimuti susunan syaraf pusat.


Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap otak maupun tulang belakang. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar
metabolit-metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh limpe) dan
memberikan perlindungan terhadap tekanan.

Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan
tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah suatu
penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna
pula setelah terjadi trauma. LCS paling sering diperiksa pada pasien terduga meningitis.

Meningitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan pada meninges, yaitu
lapisan membran yang melapisio t a k d a n s u m s u m t u l a n g b e l a k a n g Meningitis dibagi
menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yangterjadi pada cairan otak
yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.Meningitis serosa ditandai
dengan jumlah sel dan protein yang meninggidisertai cairan serebrospinal
yang jernih. Penyebab yang paling seringdijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan
menghasilkaneksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun
virus. MeningitisMeningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering
terjadi.

Produksi liquor cerebro spinalis (LCS) kira-kira 70% dibentuk dalam pleksus khoroid ventrikel
oleh proses sekresi aktif dan ultrafiltrasi dari plasma dan sekitar 30% terbentuk sebagai
cairan interstitial yang diproduksi dalam ruang interseluler otak dan sumsum tulang
belakang. Resorbsi LCS terjadi melalui villi arakhnoid dari sinus duramater. Walaupun terus-
menerus ada produksi dan resorpsi LCS dan terus-menerus juga ada pertukaran zat antara
LCS dan darah, ada stagnasi tegas dalam kantong lumbal. Karena itu, konsentrasi protein
dan jumlah sel dalam LCS di kantong lumbal lebih tinggi dibandingkan dengan LCS dalam
ventriculus dan cisterna magna.

Volume total LCS pada orang dewasa adalah kurang lebih 90 – 150 ml. Di ventrikel kira-kira
20 ml, di dalam sisterna subarakhnoid 60 ml, dan di dalam kanalis spinalis sekitar 70 ml.
Kecepatan formasinya pada orang dewasa sekitar 500 ml/hari atau 20 ml/jam.

Produksi LCS meningkat pada : papilloma pleksus khoroideus, kongenital / obstruksi


hydrosephalus, dan pemberian spironolacton. Sedangkan produksinya menurun pada :
hipotermia, alkalosis, pemberian furosemid dan vasopressin. Dalam keadaan normal
tekanan awal bervariasi antara 90 – 180 mmHg

Lokasi pengambilan sampel dengan jarum pada mumnya di kolumna vertebralis pada
daerah lumbal, orang dewasa di L3-L4 sedangkan anak-anak di L4-L5. Pertimbangan
pengambilan pada daerah lumbal adalah lebih praktis dan aman karena hanya terdapat
filum terminale sehingga kemungkinan melukai system saraf adalah kecil. Pungsi lumbal
perlu dilakukan secara hati-hati dan dengan tujuan yang jelas. Pada tekanan intrakranial
yang tinggi sebaiknya tidak dilakukan, hal ini dapat menyebabkan herniasi medulla
oblongata. Volume LCS yang diambil yaitu 15-20ml dan akan dibagi menjadi 3 tabung
(analisa kimia, bakteriologi dan mikroskopik) namun pada praktek di lapangan belum tentu
volume yang diambil dapat sebanyak itu, terkadang hanya dapat terambil 5-10ml saja,
sehingga analisa yang dilakukan tidak ketiganya.

Pemeriksaan makroskopis cairan serebrospinalis yang dilakukan oleh praktikan meliputi pemeriksaan
warna dan kekeruhan, serta bekuan. Pemeriksaan warna dan bekuan dilakukan dengan membandingkan
warnadan kekeruhan sampel dengan aquades. Sampel dituang dalam tabungreaksi dan diamati secara
visual dengan latar belakang hitam. Warna cairan LCS dibandingkan dengan aquades.

Normal warna LCS tampak jernih, ujud dan viskositasnya sebanding air. Warna merah muda disebabkan
karena perdarahan trauma akibat pungsi. Warna merah tua atau coklat disebabkan karena perdarahan
subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge. Untuk membedakan perdarahan
akibat trauma pungsi dengan perdarahan yang lain adalah pada trauma pungsi akan ditemukan adanya
penjernihan darah dari tabung 1 hingga tabung 3 karena jumlah darah yang tidak tersebar sepanjang LCS
melainkan hanya pada daerah cidera saja. Warna hijau atau keabu-abuan disebabkan karena pus. Warna
coklat disebabkan karena terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik. Xanthokromia
mengacu pada warna kekuning-kuningan biasanya akibat pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis
(perdarahan intraserebral/subarachnoid); tetapi mungkin juga disebabkan oleh kadar protein tinggi,
khususnya jika melebihi 150 mg/dl.

Pemeriksaan kekeruhan, pada LCS normal tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun
demikian LCS yang jernih selain pada LCS yang normal terdapat juga pada meningitis luetika,
tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa. Adanya kekeruhan ringan seperti
kabut mulai tampak jika jumlah lekosit >200/ml, eritrosit > 400/ml, mikroorganisme
(bakteri, fungi, amoeba), aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi, atau media
kontras radiografi.

Pada pemeriksaan bekuan, apabila ditemukan bekuan menandakan bahwa banyak darah
masuk ke dalam cairan pungsi pada waktu pungsi. Darah dalam LCS yang disebabkan
perdarahan subarachnoid tidak membeku, sedangkan darah dalam LCS yang disebabkan
trauma pungsi akan mengalami pembekuan. Pada LCS Normal tidak terlihat bekuan, adanya
bekuan menandakan banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin. Disebabkan oleh
trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa. Jendalan sangat halus
dapat terlihat setelah LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam.

Pemeriksaan mikroskopis dapat pula dilakukan, namun pada praktikum kali ini pemeriksaan
mikroskopis tidak dilakukan karena prinsipnya sama dengan pemeriksaan hitung leukosit
pada darah. Pemeriksaan mikroskopis ditujukan untuk mengetahui jumlah dan jenis leukosit
pada LCS. Pemeriksaan dengan menggunakan bilik hitung Fusch Rosenthal karena
volumenya lebih besar dibanding bilik hitung improved neuber sehingga leukosit yang
dihitung lebih banyak (lebih teliti). Normal LCS mengandung leukosit 0-5 sel/ul (dewasa) dan
0-30 sel/ul (neonatus). Apabila jumlah sel 10-200 sel/ul (didominasi limfosit) menandakan
adanya peradangan kronis dapat ditemukan pada trombosis serebri, meningitis virus,
tumor, neurosiphilis lanjut. Jumlah sel 200-500 sel/ul (limfosit& neutrofil) dpat ditemukan
pada herpes, meningitis siphilis akut, meningitis tuberkulosa. Jumlah sel >500 sel/ul
(didominasi neutrofil) menandakan peradangan akut dapat ditemukan pada menigitis
bakteri akut.

Pemeriksaan kimia dapat diketahu kadar protein, glukosa, asam laktat, creatinin kinase & laktat
dehidrogenase. Namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan pemeriksaan kadar protein saja. Kadar
protein normal cairan serebrospinal pada ventrikel adalah 5-15mg%. pada sisterna 10-25 mg% dan pada
daerah lumbal adalah 15-45 mg%. Kadar protein lebih dari 150mg% akan menyebabkan cairan
serebrospinal berwarna xantokrom, pada peningkatan kadar protein yang ekstrim lebih dari 1,5 gr% akan
menyebabkanpada permukaan tampak sarang laba-laba (pellicle) atau bekuan yang menunjukkan tingginya
kadar fibrinogen.

Peningkatan kadar protein dapat ditemukan pada :

1. Peningkatan permeabilitas darah oleh radang (meningitis purulenta)


2. Obstruksi sirkulasi LCS secara mekanis (tumor, hernia, adhesi, abses ekstra duramater)
3. Peningkatan sintesis immunoglobulin dalam limfosit & sel plasma (multiple sklerosis, neurosifilis, sub
akut sklerosing paraencephalitis)

Penurunan kadar protein dapat ditemukan pada :

1. Kebocoran LCS karena robeknya duramater akibat trauma


2. Pengambilan LCS banya
3. Peningkatan tekanan intrakranial
4. Hiperthiroidisme

Pemeriksaan protein LCS dapat dilakukan dengan 2 test yaitu Pandy dan Nonne. Test Pandy lebih
sensitif sedangkan Test Nonne Apelt lebih sesifik.

Test Pandy bertujuan untuk menguji kadar globulin dan albumin dalam sample LCS. Pemeriksaan ini
menggunkan reagen fenol jenuh. Reagen Pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan
globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaannormal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan
yang ringan seperti kabut. Semakin tinggi kadar protein (globulin dan albumin), maka hasil reaksi akan
semakin keruh. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil pemeriksaancairan LCS
metode Pandy positif yakni terbentuk kabut putih yang nyata saat tetesan cairan otak tercampur reagen. Hal
ini menandakan bahwa ada peningkatan kadar globulin dan albumin dalam cairan serebrospinal yang
diperiksa.
Test Nonne Apelt dilakukan bertujuan untuk menguji kadar globulin dalam sampel LCS. Pemeriksaan ini
menggunkan reagen larutan amonium sulfat jenuh. Larutan amonium sulfat akan memberikan reaksi
terhadap protein globulin yang ada dalam sampel dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan
cincin yang terbentuk berbanding lurus dengan kadar globulin, semakin tinggi kadar globulin
maka cincin yangterbentuk semakin tebal. Terbentuknya cincin diantara kedua lapisan ini
disebabkan akrena globulin yang sifatnya larut dalam garam netral dan tidak larut dalam air,
sehingga ketika terjadi reaksi amonium sulfat (garam netral) dengan globulin yang
mnyebabkan larutan bersifat setengah jenuh sehingga terbentuk cinicn putih. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil cincin putih yang bila dikocok akan tetap ada dengan
ketebalan yang sama, hasil pengamatan tersebut dilaporkan sebagai positif (++).

Dari kedua percobaan tersebut, menandakan adanya peningkatan pada globulin LCS dan
kemungkinan disertai peningkatan albumin.
RF & ASAM URAT

rheumatoid factor adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun tubuh yang dapat
menyerang jaringan sehat di dalam tubuh (bagian dari sistem kekebalan tubuh yang
menyerang jaringannya sendiri, dan bukan jaringan asing). Untuk uji skrining terhadap
pemeriksaan rheumatoid factor dapat dilakukan dengan metode aglutinasi dimana
darah dicampurkan dengan partikel lateks yang dilapisi oleh antibody IgG manusia. Jika
darah tersebut mengandung factor rheumatoid, larutan lateks tersebut akan membentuk
gumpalan atau aglutinasi sehingga sampel serum yang diperiksa mengandung RF,
maka akan terbentuk aglutinasi

Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RF (RheumatoidFactor) yang


digunakan dalam mendiagnosa ataupun memantau Rheumatoid Arthritis. Rheumatoid
Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh
diserang oleh sistemkekebalan tubuhnya sendiri) sistemik kronik yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi sehingga akan merasakan rasanyeri. Selain pada
penyakit autoimun, RF positif juga dapat ditemukan pada infeksi akibat adanya reaksi
antigen antibodi, kelecalaan persendian dan pada lansia karena metabolisme tang rendah
sehingga ikatan antibodi berkurang. Selain dengan pemeriksaan RF, dapat dilakukan
pemeriksaan tambahan lain seperti CCP & ANA.

Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RF menggunakan metode tes


aglutinasi. Reagen RA lateks termasuk dalam metode yang sensitive dan telah
terstandarisasi, dibuat dengan fraksi IgG manusia yang telah dimurnikan dan lateks
polystyrene yang telah diseleksi. Suatu metode aglutinasi dimana darah dicampurkan
dengan partikel lateks yang dilapisi oleh antibody IgG manusia. jika darah tersebut
mengandung faktor rematoid , larutan lateks tersebut akan membentuk gumpalan atau
aglutinasi. Pemeriksaan dengan metode ini menggunakan agglutination slide test
menggunakan latar hitam. Sedangkan sampel yang digunakan berupa sampel serum.
Dalam pemeriksaan RF dengan menggunakan aglutinasi tes dilakukan dengan dua tahap,
yaitu uji kualitatif dan uji semi kuantitatif.

Uji kualitatif merupakan uji skrining atau tahap awal yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya RF (Rheumatoid Factor) yang merupakan penanda dari reaksi antigen-antibodi.
Apabila didaptkan hasil yang negatif maka pemeriksaan dihentikan. Namun apabila hasil
menunjukkan hasil positif maka pemeriksaan dilanjutkan ke uji semi kuantitatif. Uji semi
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui titer atau kadar RF yang terkandung
dalam sampel serum dengan teknik pengenceran mulai dari ½,¼, 1/8, 1/16 .Pada uji
kualitatif dilakukan dengan menggunakan RA Lateks yangditeteskan pada slide card
hitam. hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi, jika hasil negatif ditandai dengan
tidak adanya aglutinasi. Berdasarkan pemeriksaan rheumatoid factor yang dilakukan
pada sampel serum atas nama Dominicus Bintang (laki-laki, 21 thn) diperoleh hasil negatif
(tidak terjadi aglutinasi), sehingga untuk proses ujisemi-kuantitatif tidak dilanjutkan.
Asam urat adalah hasil metabolisme purin dalam tubuh. Asam urat terutama disintesis
dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Pemeriksaan asam urat dilakukan
dengan metode POCT dengan sample darah vena dan darah tepi, dengan probandus
Dominicus Bintang (laki-laki,usia 21 thn). pada percobaan kali ini didapatkan kadar asam
urat pada darah vena & darah tepi sama yaitu 4,9 mg/dl. Pada dasarnya, pemeriksaan asam
urat lebih baik menggunakan darah vena dibanding darah kapiler, karena pada kapiler
mungkin adanya kontaminasi dari keringat / partikel-partikel di ujung jari yang dapat
mengganggu hasil pemeriksaan.

Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk filtrasi, direabsorbsi sebagian, dandiekskresi
sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urine.
Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara
seimbang, sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya
menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian dan tempat lainnya termasuk di
ginjal itu sendiri dalam bentuk kristal-kristal. Peningkatankadar asam urat dalam urine dan
serum bergantung pada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet
makanan yang mengandung purin.

Pada umumnya para pria lebih banyak terserang asam urat, dan kadar asam urat kaum pria
cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan pada wanita
prosentasenya lebih kecil, dimana peningkatannya juga cenderung berjalan sejak dimulainya
masa menopause. Ini karena wanita mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu
pembuangan asam urat lewat urine. Sementara pada pria, asam uratnya lebih tinggi karena
tidak memiliki hormon estrogen.

Penyakit asam urat digolongkan menjadi 2, yaitu :

1. Penyakit gout primer, yaitu kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga disebabkan karena berkurangnya pengeluaran asam
urat dari tubuh.
2. Penyakit gout sekunder, yaitu meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi
(mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi).

kolesterol akan meningkatkan risiko peningkatan asam urat lebih tinggi dua kali lipat, begitu
pula sebaiknya. Letak kaitan keduanya adalah karena adanya hubungan pengendapan dan
pengentalan darah dalam kedua penyakit ini. Ketika seseorang mengalami masalah dengan
kadar kolesterol tinggi, maka aliran darah dalam tubuh akan terganggu karena muncul
endapan dalam pembuluh darah yang menghalangi aliran darah. Akibatnya endapan purin
yang seharusnya bisa segera diangkat menuju ginjal malah tersumbat dalam aliran darah
dan meningkatkan risiko asam urat. Sedang ketika kadar purin dalam darah meningkat,
maka darah akan semakin mengental. Darah yang kental membuat laju aliran darah menjadi
lambat. Aliran darah yang lambat akan membuat pembentukan endapan lebih sering
terjadi. Termasuk pula pembentukan endapan kolesterol.

Hubungan antara asam urat dan RF

Asam urat yang tinggi (Hiperurisemia) dapat menyebabkan pengendapan monosodium urat (MSU)
pada cairan sendi, tulang, kulit, tendon dan jaringan lunak lainnya. Kristal MSU dapat menginduksi
berbagai sitokin dan kemokin seperti TNFα, IL-1β, IL-6, IL-8 dan growth-related oncogene-α.
Pengendapan kristal MSU pada persendian dan jaringan periartikuler berhubungan dengan
gangguan autoinflamasi yang dikenal sebagai gout. Adanya kejadian inflamasi ini akan menghasilkan
reaksi antigen-antibodi yang pada pemeriksaan RF akan menunjukan hasil positif.

Anda mungkin juga menyukai