Anda di halaman 1dari 6

TUTORIAL MODUL 5 PERTEMUAN 1

DTP

1. Mengapa pada daerah endemis, malah kunjungan terbanyak di poliklinik adalah


penyakit degeneratif bukan demam berdarah?
2. Bagaimana identifikasi masalah kesehatan yang strategis dalam pembangunan?
3. Apa yang dapat menjamin agar tidak ada kematian maternal? (PISPK)
4. Bagaimana langkah / strategi mewujudkan desa sehat / desa siaga?

BS

1. –
2. 5 fokus masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut antara lain :
 Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB)
 pengendalian Stunting
 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
 Germas
 Tata Kelola Sistem Kesehatan

Kementerian Kesehatan gelar rapat kerja tahunan atau Rapat Kerja Kesehatan
Nasional (Rakerkesnas) 2020

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator utama derajat kesehatan suatu negara.
Tingginya angka kematian ibu terkait dengan penyebab langsung yaitu kematian ibu
di Indonesia masih didominasi oleh kesehatan ibu saat kehamilan dan persalinan,
sedangkan penyebab tidak langsungnya dipengaruhi oleh empat terlalu dan tiga
terlambat. Kondisi “4T” atau biasa yang disebut empat terlalu masih menjadi suatu
masalah yang sulit untuk diselesaikan secara tuntas, yaitu terlalu tua untuk hamil,
terlalu muda untuk hamil, terlalu banyak jumlah anak, dan terlalu dekat jarak
kelahiran kurang dari dua tahun. Dan dipengaruhi oleh tiga terlambat yaitu
terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, terlambat
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan terlambat ditangani oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.

Selain hal tersebut di atas ibu melahirkan mengalami kematian karena perdarahan,
eklamsia, infeksi dan aborsi. Empat faktor ini merupakan 70% penyebab yang
menimbulkan kematian ibu
PERAN PETUGAS KESEHATAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN IBU 2015

ISU-ISU STRATEGIS DAN AGENDA PEMBANGUNAN RT RPJMN 2020-2024


3. Dalam Permenkes RI No 39 tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program
indonesia sehat  dengan pendekatan keluarga, disebutkan berbagai upaya untuk
menurunkan angka kematian anak dalam berbagai kelompok usia:

1) Balita:
1. Melakukan revitalisasi Posyandu
2. Menguatkan kelembagaan Pokjanal (Kelompok kerja operasional)Posyandu
3. Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA
4. Menguatkan kader Posyandu
5. Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita
2) Anak Usia Sekolah:
1. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS
3. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)
4. Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan
5. Menguatkan SDM Puskesmas.
3) Remaja:
1. Menyelenggarakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
2. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah menengah
3. Menambah jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
peduli remaja (PKPR)
4. Mengupayakan penundaan usia perkawinan.

Pendekatan keluarga dilakukan untuk mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP)


dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga,
didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.

Tujuan dari pendekatan keluarga adalah:

 Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan


komprehensif (pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dasar)
 Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) kabupaten/ kota dan
provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan
 Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menjadi peserta JKN

Salah satu acuan bagi arah kebijakan kemenkes adalah penerapan pendekatan pelayanan
kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care). Artinya pelayanan
kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia, sejak masih
dalam kandungan – bayi – anak balita – anak usia sekolah – remaja – dewasa muda –
dewasa tua atau usia lanjut.

Dalam rangka pelaksanaaan program indonesia sehat  terdapat 12 indikator utama untuk
penanda status kesehatan sebuah keluarga, meliputi:

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

4. Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir
sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak
kunjung selesai.

Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama
seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat
pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit
endemis seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di
Indonesia.

Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari
sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom
up.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa
siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

 
Secara umum, TUJUAN pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
Selanjutnya, secara khusus, tujuan pengembangan desa siaga (Depkes, 2006), adalah :

1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya


kesehatan.
2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi KRITERIA berikut (Depkes,
2006) :

1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal
dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :

 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian


luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
 Kesiapsiagaan    penanggulangan    bencana    dan kegawatdaruratan kesehatan.
 Pelayanan    kesehatan    dasar,    sesuai    dengan kompetensinya.
 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.

PRINSIP pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :

1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan
yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat
dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi
dan masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah,
mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila
langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan
(termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan.

Secara organisasi, koordinasi dan kontrol proses pengembangan desa siaga dilakukan oleh
sebuah organisasi desa siaga. Organisasi desa siaga ini berada di tingkat desa/kelurahan
dengan penanggung jawab umum kepala desa atau lurah.

Kegiatan pokok desa siaga

1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan
dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan
direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di
poskesdes.
2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melalui survei
mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD, desa
siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa siaga
menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai target
tersebut.
3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana yang
terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional poskesdes. Desa
siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan
koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar desa siaga
berkelanjutan (sustainable).
4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif
mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan kegiatan
tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program tertentu, seperti
malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus
desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas.
5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian
dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga
untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian pengurus
desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan
Keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.
6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap
tahun. Besarnya sesuai dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut
sebelumnya sudah direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan
Puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana
tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.
Tahapan pengembangan desa siaga

Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat siklus.
Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.

1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan kegiatan
antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk kelompok masyarakat
yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga desa untuk
merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah prioritas
yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari
penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah.
Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2).
Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah
masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya,
pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada masyarakat,
serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan berupa
pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.

Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun disesuaikan dengan
kondisi masing-masing desa/kelurahan.

http://promkes.kemkes.go.id/pengertian-tujuan-indikator-dan-kegiatan-pokok-desa-siaga

Anda mungkin juga menyukai