BAKTERIOLOGI III
Tingkat/Semester :2/4
NIM : 30119032
Kelas / Tahun Angkatan : B / 2019
- Handskun
- Masker
- Inkas
- Inkubator
- Lampu spiritus
- Rak tabung
Bahan
: Sample
- Sisa makanan/minuman
- Muntahan
- Feses
- Rectal swab
Bahan Media
- Salmonella Shigella Agar (SSA)
- BAP
- EMB
- TCBS
- Gula-gula ( glukosa, laktosa, manosa, maltosa, sukrosa )
- Indol
- VP/MR
- KIA
- Citrat
- Urea
- Motil
- NAS
- MSA
Pewarnaan
- Gram I : Gentian violet
- Gram II : Lugol
- Gram III : Alkohol 70% - Gram IV : Fucshin
Prosedur Kerja
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Setelah diinkubasi
Fermentasi : Laktosa dan Sukrosa (+)
Konsistensi : Semi Mucoid
Media BAP
Bentuk : Bulat
(Staphylococcus sp.)
Ukuran : Kecil
Warna : Putih
Setelah diinkubasi
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Bentuk : Batang
Warna : Merah
Susunan : Menyebar
Sifat : Gram (-) negatif
Pewarnaan Gram
(Staphylococcus sp.)
Bentuk : Coccus
Warna : Ungu
Glukosa
2.
Salmonella typhi
Setelah diinkubasi
dapat terdeteksi ditandai dengan berubahnya warna
dari merah menjadi kekuningan
Laktosa
3.
Maltosa
5.
Sukrosa
6.
VP
8
. Pada media uji biokimia reaksi VP,
Citrat
9 Pada media uji biokimia reaksi
.
citrat, hasilnya negative ditandai
Setelah diinkubasi dengan tidak adanya perubahan
warna
Urea
10.
Pada media uji biokimia reaksi urea, bakteri Salmonella typhi
Motil
11.
Pada media uji motil
menununjukkan adanya pergerakan
Setelah diinkubasi motilitas , karena bakteri
Salmonella typhimempunyai sifat
motilitas
KIA
12.
pada media KIA hasil disamping
menunjukkan berlereng alkalis
Setelah diinkubasi dasar acid, H2S positif dan gas
negatif
Test IMVC
Ukuran : Kecil
Warna : Kuning
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Setelah diinkubasi
Media NAS
Bentuk : Bulat
Ukuran : Kecil
Tepi : Rata
Konsistensi : Mucoid
1. Tes Katalase
Tujuan : Untuk membedakan apakah bakteri menghasilkan enzim katalase
Untuk membedakan bakteri Staphylococcus / Streptococcus Prosedur
2 tetes H2O2 + 1 mata ose koloni bakteri dari media NAS / MSA = positif
adanya gelembung
2. Tes Koagulase
Tujuan : Untuk mengetahui apakah bakteri menghasilkan enzim koagulase
Untuk membedakan bakteri Staphylococcus pathogen / non pathogen
Prosedur
1 tetes PZ + 1 mata ose koloni bakteri dari media NAS / MSA + 1 tetes plasma
citrate = adanya butiran pasir
Kesimpulan Mahasiswa
Pada pemeriksaan Gastroenteritis terdapat dua metode, yaitu Rectal swab ( usap
dubur ) yaitu dengan cara memasukkan kapas kedalam rectum. Yang kedua ialah dengan
metode menggunakan sampel feses.
Media yang digunakan pada pemeriksaan ini yaitu EMB, BAP, SSA, TCBS. Lalu
dilakukan pewarnaan gram. Apabila ada pewarnaan gram bakteri yang ditemukan berbentuk
batang, berwarna merah, menyebar dan bersifat gram negatif maka dilanjutkan ke media
Biokimia Reaksi lalu Test IMVIC. Namun jika di temukan bakteri berbentuk coccus,
berwarna ungu, bergerombol dan bersifat positif maka diteruskan ke media NA dan MA, lalu
test katalase dan koagulase.
Bakteri yang dapat ditemukan pada pemeriksaan Gastroenteritis :
• Klebsiella
• E. Coli
• Salmonella
• Staphylococcus
• V. Cholera
Catatan Mahasiswa
Faktori nfeksi:
1. Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada
sat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam
penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama
oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus
Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia,
bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium defficile, clostridium perfringens, E,
coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae,
dan yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh
parasit adalah balantidium coli, capillaria philippinensis, cryptosporidium, entamoeba
histolitica, giarsia lamblia, isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis,
strongiloides stercoralis, dan trichuris trichuria.
2. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri non
invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan
golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E.
coli hemorrhagic (EHEC) dan camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non
ihnvasiv terjadi melalui suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan
transport ion di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine
monophospate), cGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-dependent dan
pengaturan ulang sitoskeleton.
3. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti :
otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
PATOGENESIS
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral. Hal ini
disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak
penularannya transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor
penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya
tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas
lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang
mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman.
Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare
disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut.
Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang
lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak
sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan
memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi
permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel
epitel).
Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub
unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane
sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat
merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya
rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam
lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus
menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi
sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau
ke usus besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk
menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah
tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S.
Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia)
patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi
dengan jasad renik lain.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel
epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit.
Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke
dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang
menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama diare.
GEJALA KLINIK
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari
kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti
asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih
dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia
jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan
cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan
pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform,
pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
Daftar Pustaka