Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

BAKTERIOLOGI III

Nama Mahasiswa : LEONARDUS RIHI DIDA

Tingkat/Semester :2/4

NIM : 30119032
Kelas / Tahun Angkatan : B / 2019

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020/2021

Nama :Leonardus Rihi Dida


Kelas/Tkt : B / 2
Institusi : IIK Bhakti Wiyata Kediri
No Absen : 32
Tanggal :
Topik : Pemeriksaan Gastroenteritis
Tujuan : - Mengetahui Penatalaksanaan spesimen/ sampel GE,
- Mengetahui metode pemeriksaan GE,
- Mengetahui pembacaan hasil pemeriksaan GE

Prinsip : Pembiakan secara invirto


Alat
: - Ose bulat dan ose jarum

- Handskun
- Masker
- Inkas
- Inkubator
- Lampu spiritus
- Rak tabung
Bahan
: Sample

- Sisa makanan/minuman
- Muntahan
- Feses
- Rectal swab

Bahan Media
- Salmonella Shigella Agar (SSA)
- BAP
- EMB
- TCBS
- Gula-gula ( glukosa, laktosa, manosa, maltosa, sukrosa )
- Indol
- VP/MR
- KIA
- Citrat
- Urea
- Motil
- NAS
- MSA
Pewarnaan
- Gram I : Gentian violet
- Gram II : Lugol
- Gram III : Alkohol 70% - Gram IV : Fucshin
Prosedur Kerja

1. Prosedur Rectal Swab


a. Disiapkan alat – alat swab steril sarung tangan
b. Penderita menungging pengambilan swab disebelah kanan penderita
c. Dibuka rectum dengan speculum kemudian masukan swab (sebelumnya dibasahi
dengan PZ steril)
d. Swab dicabut searah dengan gulungan kapas
e. Speculum dilepas kemudian ditanam pada media pemupuk.

2. Prosedur Pemeriksaan Menggunakan Sample Feses


a. Sample feses ditampung sebanyak 5 ml
b. Untuk diare cair atau 1-2 cm3 feses pada wadah steril
c. Sampel segera diperiksa
d. Jika tertunda, dapat disimpan dengan suhu 4oC, namun tidak dibekukan
e. Sampel diperiksa setidaknya tidak melebihi 2 jam setelah pengambilan sampel.
Hasil Pengamatan Mahasiswa
Media EMB
Bentuk : Bulat
(Escherichia coli)
Ukuran : Kecil

Warna : Methalic sheen

Tepi : Rata

Permukaan : Cembung
Setelah diinkubasi
Fermentasi : Laktosa dan Sukrosa (+)
Konsistensi : Semi Mucoid

Media BAP
Bentuk : Bulat
(Staphylococcus sp.)
Ukuran : Kecil

Warna : Putih
Setelah diinkubasi
Tepi : Rata

Permukaan : Cembung

Hemolisa : Beta, Alfa, Gama


Konsistensi : Mucoid

Media SSA Bentuk : Bulat


(Salmonella sp.) Ukuran : Kecil
Warna : Hitam
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Reduksi Tellurit : Tellurit +
Konsistensi : Semi Mucoid
Setelah diinkubasi

Media TCBS Bentuk : Bulat


(Vibrio cholera) Ukuran : Kecil/halus
Warna : Kuning
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Konsistensi : Semi Mucoid

Setelah diinkubasi Fermentasi : Sukrosa (+)


Pewarnaan Gram
(Salmonella sp.)

Bentuk : Batang
Warna : Merah
Susunan : Menyebar
Sifat : Gram (-) negatif

Pewarnaan Gram
(Staphylococcus sp.)

Bentuk : Coccus

Warna : Ungu

Susunan : Bergerombol (buah anggur)


Sifat : Gram (+)
Hasil Pengamatan Mahasiswa pada Media Biokimia Reaksi (Salmonella
sp.)
Indol
1.

Pada media uji biokimia reaksi

Setelah diinkubasi Indol, bakteri Salmonella typhi tidak terdeteksi


ditandai dengan tidak
berubahnya warna pada
media Indol

Glukosa
2.

Pada media uji biokimia reaksi glukosa, bakteri

Salmonella typhi

Setelah diinkubasi
dapat terdeteksi ditandai dengan berubahnya warna
dari merah menjadi kekuningan

Laktosa
3.

Pada media uji laktosa tidak terjadi perubahan warna,


karena
Setelah
diinkubasi

bakteri Salmonella typhi tidak memfermentasi


laktosa
Manosa
4.

Pada media uji biokimia reaksi


manosa, bakteri Salmonella typhi
Setelah diinkubasi
terdeteksi ditandai dengan
berubahnya warna pada media
manosa

Maltosa
5.

Pada media uji biokimia reaksi


Setelah diinkubasi maltosa, bakteri
Salmonella typhi
terdeteksi ditandai dengan
berubahnya warna pada media
maltosa

Sukrosa
6.

Pada media uji biokimia reaksi


sukrosa, bakteri Salmonella typhi
Setelah diinkubasi

tidak terdeteksi ditandai dengan tidak berubahnya


warna pada media sukrosa
MR
7
.
Pada media uji biokimia reaksi
MR, hasil positif dengan ditandai
Setelah diinkubasi
dengan perubahan warna merah
sesudah di tambah dengan reagen
methyl red

VP
8
. Pada media uji biokimia reaksi VP,

hasilnya negatif dengan ditandai


Setelah diinkubasi tidak adanya perubahan warna pada

media setelah ditambah dengan


reagen KOH dan -nafthol
𝛼

Citrat
9 Pada media uji biokimia reaksi
.
citrat, hasilnya negative ditandai
Setelah diinkubasi dengan tidak adanya perubahan
warna
Urea
10.
Pada media uji biokimia reaksi urea, bakteri Salmonella typhi

Setelah diinkubasi menghasilkan hasil negative


ditandai dengan tidak
berubahnya warna pada
media urea

Motil
11.
Pada media uji motil
menununjukkan adanya pergerakan
Setelah diinkubasi motilitas , karena bakteri
Salmonella typhimempunyai sifat
motilitas

KIA
12.
pada media KIA hasil disamping
menunjukkan berlereng alkalis
Setelah diinkubasi dasar acid, H2S positif dan gas
negatif

Test IMVC

1. Media indol + 2 tetes R/Kovac  harusnya bereaksi dengan indol dan


menghasilkan warna merah, tetapi dalam penelitian menghasilkan negative
2. Media MR + 2 tetes R/MR menyebabkan media ini memiliki pH asam
sehingga terbentuk warna merah 

3. Media VP + 2 tetes KOH + 1 tetes -Nafthol tidak adanya reaksi dengan


reagen, sehingga tidak menunjukkan perubahan warna 

Media MSA Bentuk : Bulat

Ukuran : Kecil

Warna : Kuning

Tepi : Rata

Permukaan : Cembung

Fermentasi : Manitol (+)


Konsistensi : Semi Mucoid

Setelah diinkubasi

Media NAS

Bentuk : Bulat

Ukuran : Kecil

Warna : Putih Susu

Tepi : Rata

Pigmen : Kuning emas, Kuning jeruk,

Setelah diinkubasi Putih susu

Konsistensi : Mucoid

Uji Test Katalase dan Koagulase

1. Tes Katalase
 Tujuan : Untuk membedakan apakah bakteri menghasilkan enzim katalase
Untuk membedakan bakteri Staphylococcus / Streptococcus  Prosedur
2 tetes H2O2 + 1 mata ose koloni bakteri dari media NAS / MSA = positif
adanya gelembung

2. Tes Koagulase
 Tujuan : Untuk mengetahui apakah bakteri menghasilkan enzim koagulase
Untuk membedakan bakteri Staphylococcus pathogen / non pathogen
 Prosedur
1 tetes PZ + 1 mata ose koloni bakteri dari media NAS / MSA + 1 tetes plasma
citrate = adanya butiran pasir

Kesimpulan Mahasiswa

Pada pemeriksaan Gastroenteritis terdapat dua metode, yaitu Rectal swab ( usap
dubur ) yaitu dengan cara memasukkan kapas kedalam rectum. Yang kedua ialah dengan
metode menggunakan sampel feses.
Media yang digunakan pada pemeriksaan ini yaitu EMB, BAP, SSA, TCBS. Lalu
dilakukan pewarnaan gram. Apabila ada pewarnaan gram bakteri yang ditemukan berbentuk
batang, berwarna merah, menyebar dan bersifat gram negatif maka dilanjutkan ke media
Biokimia Reaksi lalu Test IMVIC. Namun jika di temukan bakteri berbentuk coccus,
berwarna ungu, bergerombol dan bersifat positif maka diteruskan ke media NA dan MA, lalu
test katalase dan koagulase.
Bakteri yang dapat ditemukan pada pemeriksaan Gastroenteritis :
• Klebsiella
• E. Coli
• Salmonella
• Staphylococcus
• V. Cholera

Catatan Mahasiswa

Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar


masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama
pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis
yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya
kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan
serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun
banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat. Gastroenteritis
atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali
perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis
digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/
atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung
dan usus. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 :
501). Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik
frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari. Saluran
gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus.
Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan
posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya
kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung
ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah
diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas
kirakira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus,
korpusdanpilorus.

Faktori nfeksi:

1. Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada
sat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam
penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama
oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus
Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia,
bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium defficile, clostridium perfringens, E,
coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae,
dan yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh
parasit adalah balantidium coli, capillaria philippinensis, cryptosporidium, entamoeba
histolitica, giarsia lamblia, isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis,
strongiloides stercoralis, dan trichuris trichuria.
2. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri non
invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan
golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E.
coli hemorrhagic (EHEC) dan camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non
ihnvasiv terjadi melalui suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan
transport ion di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine
monophospate), cGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-dependent dan
pengaturan ulang sitoskeleton.
3. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti :
otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.

KOMPLIKASI

1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

PATOGENESIS
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral. Hal ini
disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak
penularannya transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor
penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya
tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas
lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang
mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman.
Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare
disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut.
Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang
lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak
sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan
memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi
permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel
epitel).
Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub
unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane
sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat
merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya
rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam
lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus
menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi
sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau
ke usus besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk
menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah
tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.

Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S.
Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia)
patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi
dengan jasad renik lain.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel
epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit.
Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke
dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang
menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama diare.

GEJALA KLINIK
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari
kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti
asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
(pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih
dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia
jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan
cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan
pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform,
pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.

Daftar Pustaka

Dihati Raja. 2014. MAKALAH GASTROENTERITIES.


http://badry7.blogspot.com/2014/04/makalah- , diakses pada tanggal 20 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai