Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) 60 tahun 1999

tentang pendidikan tinggi, maka tujuan pendidikan dimaksud adalah

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian.

Dalam pelaksanaan pendidikan proses pembelajaran yang terjadi

tidak terbatas di dalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung pada

pendidikan ini lebih ditekankan pada pengajaran yang menerobos di

luar kelas, bahkan di luar institusi pendidikan seperti lingkungan kerja,

alamat atau kehidupan masyarakat. Dalam hal ini Praktik Kerja

Lapangan (PKL) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk

mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan (KAP) yang

diperoleh pada proses belajar mengajar (PBM).

Lahan praktik sebagai sarana belajar mengajar utama untuk

mewujudkan professional//mahasiswa dan juga sebagai wahana untuk

meningkatkan ketersmpilan secara utuh dari seorang mahasiswa yang

telah mendapat pelajaran teori dielas atau Praktik

Laboratorium/bengkel kerja.

1.2 Tujuan PKL

1
1.2.1 Tujuan Umum

Praktik kerja lapangan (PKL) bertujuan untuk memberikan

pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa agar

memperoleh hasi yang efisien, efektif, dan optmal dalam

memperoleh, mengolah, menganalisis data/informasi serta

mnginterpretasikan hasilnya pada saat interveni kepada

masayaraat

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengenal ultra struktur sel dan fungsinya, dasar genetika

dan kelainan genetik, endokrinologi

2. Mengenal macam-macam dan sifat-sifat mirkoorganisme

yang berhubungan dengan kesehatan

3. Melakukan diagnostik laboratorium terhadap parasit

penyebab infeksi pada manusia

4. Melakukan pemeriksaan mikroorganisme dalam

laboratorium kesehatan melalui pemeriksaan makroskopis,

mikroskopis, isolasi dan tes serologik/imunologik

5. Melakukan pemeriksaan secara analisis kimia klinik dan

hematologi bahan-bahan darah, serum, plasma, urine,

feces, cairan lambung dan sebagainya dalam menunjang

diagnosis penyakit.

6. Melakukan pemeriksaan air, makanan, dan minuman

secara kualitatif dan kuantitatif

2
7. Melakukan pemantapan mutu laboratrium secara internal da

eksternal dalam bidang kimia klinik, hematologi, patlogi,

imunologi dan mikrobiologi.

1.3 Manfaat PKL

1. Mahasiswa dapat mengembangkan kerja sama dengan

masyarakat dan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas

maupun rumah sakit.

2. Mahasiswa dapat melaksanakan program puskesmas maupun

rumah sakit yang berkaitan dengan praktik pembangunan

kesehatan masyarakat.

3. Mahasiswa dapat membantu mengembangkan program

labolatorium klinik di puskesmas maupun rumah sakit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Tinjauan Umum Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur

pemeriksaan kusus dengan mengambil bahan atau sampel dari

penderita, berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan

sebagainya, untuk membantu menegakan diagnosis penyakit.

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan untuk

menunjang diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan laboratorium juga

dapat menganalisa cairan tubuh dan jaringan, guna membantu dokter

dalam mendiagnosis penyakit dan mengobati pasien. Pemeriksaan

laboratorium terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan

hematologi, parasitologi, imunoserologi, kimia klinik, bakteriologi dan

urinalisa.

2.2 Pengambilan Sampel

2.2.1 Pengambilan Sampel Darah

Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah

manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah

sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap – tiap orang tidak

sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung

atau pembuluh darah.

Darah merupakan bagian penting dari sistem transport,

darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri

dari dua bagian besar yaitu plasma darah (merupakan bagian

cair dalam tubuh) dan bagian korpuskuli yakni benda – benda

4
darah yang terdiri dari sel darah putih atau leukosit, sel darah

merah atau eritrosit dan sel pembekuan darah atau trombosit.

a. Darah Vena

Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan

darah dengan menusuk area pembuluh darah vena dengan

menggunakan spoit. Pengambilan darah vena yaitu suatu

pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa

cubiti, vena saphena magna/vena supervisiallain yang cukup

besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan

representatif dengan menggunakan spoit atau vacutainer.

b. Darah Kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah

skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah

dengan tusukan kulit. Pengambilan darah kapiler dilakukan

untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil

(kurang dari 0.5 ml), misalnya untuk pemeriksaan kadar

glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematoktrit) atauanalisa

gas darah (capillary method) dll.

2.2.2 Pengambilan Sampel Urine

5
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang

diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari

dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urine

diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah

yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan

tubuh. Secara umum urine berwarna kuning. Urine encer warna

kuning pucat (kuning jernih), urine kental berwarna kuning pekat,

dan urine baru/segar berwarna kuning jernih. Urine yang

didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urine berbau

khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urine

berkisar antara 4,8–7,5, urine akan menjadi lebih asam jika

mengkonsumsi banyak protein, dan urine akan menjadi lebih

basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urine

1,002–1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urine

diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam

urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,

badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na,

Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormon, zat toksin (obat,

vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel

darah Kristal kapur dsb). Volume urine normal per hari adalah

900–1400 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor

diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi),

jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.

6
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat

dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer,

isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah

putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis

sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat

khusus.

2.2.3 Pengambilan Sputum

Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru

dan trakea melalui mulut biasanya juga disebut dengan

ecpectoratorian. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien

hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan

konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan

secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan

sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga

terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran

pernafasan merespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan

keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme

penyebab penyakit.

Waktu Pengumpulan Spesimen yaitu dibutuhkan tiga

spesimen sputum untuk menegakkan diagnosis TB secara

mikroskopis. Spesimen sputum paling baik diambil pada pagi

hari selama 3 hari berturut-turut (pagi-pagi-pagi), tetapi untuk

7
kenyamanan penderita pengumpulan sputum dilakukan:

Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari.

Pengambilan sampel sputum yaitu Sebelum mengeluarkan

sputum, mintalah pasien untuk berkumur terlebih dahulu jika

hanya sputum sewaktu saja yang dikehendaki, sputum pagilah

terbaiknya. Adakalanya diperlukan sampel kumpulan yaitu

sampel 12 jam atau 24 jam, sputum sewaktu ditampung dalam

wadah bermulut lebar seperti cawan petri, botol bermulut lebar,

karton sputum dan sebagainya, harus dijaga agar jangan sampai

wadah tersebut dicemari oleh bagian luarnya,sputum harus

selalu dipandang sebagai materi yang infeksius. Wadah kaca

hendaknya disterilkan dalam autoklaf, karton sputum harus

dibakar, meja tempat bekerja dan mikroskop sebaiknya

disterilkan dengan Lysol 10%.

2.3 Pemeriksaan Kimia Klinik

2.3.1 Glukosa Darah

Glukosa darah merupakan gula sederhana dalam

makanan biasanya dalam bentuk disakarida, atau terikat

molekul lain. Kosentrasi glukosa dalam darah orang yang

tidak menderita diabetes umumnya antara 75-115 ml/dl.

Kadar glukosa darah adalah istilah yang memacu kepada

tingkat glukosa di dalam darah. Kosentrasi gula darah, atau

tingkat glukosa serum, daitur dengan ketat di dalam tubuh.

8
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas 70-150

mg/dl sepanjang hari. Tingkat ini akan naik setelah makan dan

biasanya berada pada level terendah pagi hari, sebelum

orang makan.

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan

eksogen. Faktor endogen disebut juga humoral faktor di

antaranya insulin, glucagon, kortisol, sistem reseptor pada

otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah

makanan yang di konsumsi serta aktivitas fisik yang di

lakukan.

Metabolime glukosa sebagian besar menghasilkan energi

bagi tubuh. Glukosa yang berupa disakarida, daalm proses

pencernaan di mukosa usus halus akan di uraikan menjadi

monosakarida oleh enzim disakarida, enzim-enzim maltose,

sukrose, laktase yang bersifat spesifik untuk satu jenis

disakarida. Dalam bentuk monosakarida, gula akan diserap

oleh usus halus

Glukosa dimetabolisme piruvat melalui jalur glikolisis,

yang dapat terjadi secara anaerob, dengan produk akhir yaitu

laktat. Jaringan aerobic metabolisme piruvat menjadi asetil

KoA, yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk oksidasi

sempurna menjadi CO2 dan H2O, berhubungan dengan

pembentukan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.

9
2.4 Pemeriksaan Urinalisa

Urinalisis merupakan tes saring ganda yang paling sering

diminta oleh dokter, karena persiapannya tidak membebani pasien

seperti pengambilan darah, cairan otak atau fungsi sum-sum tulang.

2.4.1 Pemeriksaan Makroskopik Urine

a. Warna Urine

Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih

sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen

urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan

konsentrasi urin; urin encer hampir tidak berwarna, urin

pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.

Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin adalah:

1. Merah: hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.

Penyebab nonpatologik: banyak macam obat dan zat

warna, bit, rhubab (kelembak), senna.

2. Oranye: pigmen empedu. Penyebab nonpatologik: obat

untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain

termasuk fenotiazin.

3. Kuning: urin yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.

Penyebab nonpatologik: wotel, fenasetin, cascara,

nitrofurantoin.

10
4. Hijau: biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).

Penyebab nonpatologik: preparat vitamin, obat

psikoaktif, diuretik.

5. Biru: tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat:

diuretik, nitrofuran.

6. Coklat Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin,

pigmen empedu. Pengaruh obat: levodopa, nitrofuran,

beberapa obat sulfa.

7. Hitam atau hitam kecoklatan: melanin, asam

homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin.

Pengaruh obat: levodopa, cascara, kompleks besi,

fenol.

b. Bau Urine

Urine baru, pada umumnya tidak berbau keras.

Baunya disebut pesing, disebabkan karena adanya asam-

asam yang mudah menguap. Bau urine dapat dipengaruhi

oleh makanan/ minuman yanga dikonsumsi. Apabila urine

dibiarkan lama, maka akan timbul bau amonia, sebagai

hasil pemecahan ureum. Aceton memberikan bau manis

dan adanya kuman akan memberikan bau busuk pada

urine.

11
c. Volume Urine

Pada orang dewasa, normal produksi urine sekitar 1,5

L dalam 24 jam. Jumlah ini bervariasi tergantung pada:

luas permukaan tubuh, konsumsi cairan, dan kelembaban

udara/ penguapan.Volume Urine Abnormal:

1. Poliurea: volume urine menigkat, dijumpai pada

keadaan seperti : Diabetes, Nefritis kronik, beberapa

penyakit syaraf, edema yang mulai pulih.

2. Oliguria: volume urine berkurang, dapat dijumpai

pada keadaan seperti penyakkit ginjal, dehidrasi,

sirosis hati.

3. Anuria: tidak ada produksi urine, dapat terjadi pada

keadaan-keadaan seperti circulatory collaps (sistolik

< 70 mmHg), acute renal failure, keracunan sublimat,

dll.

4. Residual urine (urine sisa): volume urine yang

diperoleh dari kateterisasi setelah sebelumnya

pasien disuruh kencing sepuas-puasnya.

d. Buih pada Urine

Bila urine dikocok akan timbul buih, bila buih

berwarna kuning, dapat disebabkan oleh pigmen empedu

(bilirubin), atau phenylazodiamino-pyridine. Adanya buih

12
juga dapat disebabkan karena adanya sejumlah besar

protein dalam urin (proteinuria).

e. Kekeruhan pada Urine

Urine baru dan normal pada umumnya jernih.

Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau

pengendapan urat (dalam urin asam) atau fosfat (dalam

urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan

selular berlebihan atau protein dalam urin. Adanya

kekeruhan pada urine umumnya disebabkan karena :

1. Fosfat Amorf: warna putih, hilang bila diberi asam,

terdapat pada urine yang alkalis.

2. Urat amorf: warna kuning coklat, hilang bila

dipanaskan, terdapat pada urine yang asam

3. Darah: warna merah sampai coklat

4. Pus: seperti susu, menjadi jernih setelah disaring

5. Kuman: pada umumnya akan tetap keruh setelah

disaring ataupun dipusingkan. Pada Urethritis terlihat

benang-benang halus.

f. Berat Jenis Urine

Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan

faal pemekatan ginjal. Semakin pekat urin semakin tinggi

berat jenisnya dan begitupula sebaliknya, semakin encer

urin maka semakin rendah berat jenisnya. Berat jenis urin

13
normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urin berhubungan

erat dengan diuresa, semakin besar diuresa semakin

rendah berat jenisnya dan begitupula sebaliknya, semakin

kecil diuresa semakin tinggi berat jenisnya. Berat jenis urin

kurang dari 1,003 dapat disebabkan oleh intake cairan

yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal

kronik. Sedangkan urin yang mempunyai berat jenis 1,030

atau lebih, dapat dijumpai pada penderita dengan

proteinuria, diabetes mellitus (DM), dan dehidrasi.

2.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik Urine

Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati

sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam

unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya

dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena

infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal

ginjal.

2.4.3 Pemeriksaan Menggunakan Carik Celup

Pemeriksaan urin memakai carik celup sangat cepat,

mudah dan spesifik. Carik celupberupa secarikplastik kaku

yang pada sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai

Sembilan kertas isap atau bahan penyerap lain yang masing-

masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah

satu zat yang mungkin ada didalam urin . Ada dan banyaknya

14
zat yang dicari ditandai dengan perubahan skala warna

tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik; skla

warna yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian

semikuantitatif.

Meskipun sensitive dan spesifik, pemakaian carik celup

menghendaki agar cara memakainya mengikuti pentunjuk-

petunjuk yang ditentukan oleh perusahan pembuat carik

celup. Kalau tidak mengikutinya maka hasil pemeriksaan

dapat menyimpang dari keadaan sebenarnya.

2.5 Pemeriksaan Imunoserologi

Imunoserologi adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari

identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah

putih yang berespon terhadap antigen, protein asing di dalam tubuh,

investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan

tubuh seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan

tubuh berubah melawan jaringan tubuh sendiri dan kelainan

imunodefisiensi yaitu ketika sistem kekebalan tubuh kurang aktif dan

mempelajari kecocokkan organ untuk transplantasi.

2.5.1 Pemeriksaan HbsAg

Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface

antigen, HBsAg) merupakan material permukaan dari virus

hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan antigen

Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter

15
peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang

Australia.

HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus

hepatitis B pertama yang muncul di dalam serum dan mulai

terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi,

mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya

SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satu-satunya petanda

serologik selama 3 – 5 minggu. Pada kasus yang sembuh,

HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi

sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi

sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih

dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar

10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan

hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.

Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada

pendonor darah untuk mengidentifikasi antigen hepatitis B.

Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir tidak

terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor.

Namun, meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah

menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait

dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur,

yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang

berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang

16
bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka

berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi,

hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang

menderita hepatitis B.

2.6 Pemeriksaan Mikrobiologi

2.6.1 Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)

Basil Tahan Asam atau (BTA) adalah nama lain dari

Microbakterium tuberculosis yaitu suatu kuman berbentuk

batang yang tahan terhadap pencucian alkohol asam pada

saat dilakukan pewarnaan. BTA menyebabkan suatu penyakit

infeksi menular dan mematikan yang biasa disebut

tuberkulosis atau TB.

Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa

spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel

spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan

ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam–

macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih

sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat

pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas

dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur

internal dan butiran.Sel sel individu bakteri dapat berbentuk

seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks).

17
2.7 Pemeriksaan Parasitologi

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari

tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan

ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang

tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda

dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis.

2.7.1 Pemeriksaan Parasit Malaria

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat karena dapat menyebabkan kematian terutama

pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu hamil.

Hal-hal yang penting diperhatikan adalah SOP

(Standard Operating Procedure), tahap-tahapnya dimulai dari

persiapan, pembuatan, pewarnaan sampai dengan

pemeriksaan sediaan darah (SD). Dengan memperhatikan

hal-hal tersebut, maka akan sangat mempengaruhi hasil akhir

dari pemeriksaan SD. Dengan tujuan agar mampu

menegakkan diagnosa malaria secara mikroskopis sebagai

tolak ukur, dan dapat menentukan dengan pasti spesies

Plasmodium nya sehingga pengobatan bisa diberikan dengan

cepat dan tepat. Karena penderita dengan gejala klinis malaria

tanpa pemeriksaan atau konfirmasi laboratorium, hasilnya

akan bias serta ketepatan diagnosisnya kurang akurat.

Jenis sediaan darah terbagi atas dua, yaitu:

18
1. Sediaan darah tebal, terdiri dari sejumlah besar sel darah

merah yang terhemolisis. Parasit yang ada terkonsentrasi

pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih cepat

terlihat di bawah mikroskop

2. Sediaan darah tipis, terdiri dari suatu lapisan sel darah

merah yang tersebar dan digunakan untuk membantu

identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam SD

tebal.

2.7.2 Pemeriksaan Telur Cacing

Definisi infeksi kecacingan menurut WHO yang dikutip oleh

Wardhana (2016) adalah sebagai infestasi satu atau lebih cacing

parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara

nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui

tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis STH yaitu Ascaris

lumbricoides, Necator americanus, Trichuris trichuira dan

Ancylostoma duodenale (Margono Ghassani, 2011).

Cara pemeriksaan telur cacing dengan menggunakan metode

secara langsung (NaCl Fisiolodis, eosin, maupun aquades) dan

secara tidak langsung yaitu metode sidementasi dan metode flotasi

dengan NaCl jenuh.

2.8 Pemeriksaan Toksikologi

Uji Narkoba adalah teknik analisis dari sampel biologis contoh :

Urin, Rambut, Darah, Keringat, cairan. Untuk menentukan ada

tidaknya jenis obat spesifik atau metabolitanya.

19
Jenis-jenis Narkoba :

1. Opiat

Opiat dikenali sebagai Narkotik adalah bahan yang digunakan dalam

perobatana untuk menidurkan atau melegakan kesakitan, tetapi

mempunyai potensi tinggi untuk menyebabkan ketagihan.

2. Ganja

Ganja tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena

kandungan zat Narkotika pada bijinya tetrahidrokanabinol yang dapat

membuat pemakaiya mengalami euforia (rasa senang yang

berlebihan).

3. Amfetamin

Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metl-Fenetilamin atau beta-

fenil- isopropilamin, atau benzedrin, adalah golongan stimulasi (hanya

dapat diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya

untuk mengobati hiperaktif karena kurang perhatian. Digunakan untuk

mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala

mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom

kelelahan kronis.

4. Kokain

Kokain senyawa sintetis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat

cepat. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama

dengan morfin, dan heroin karena efek adiktif.

5. Alkohol

Alkohol minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan

psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan

20
BAB III

KEGIATAN PRAKTIK

3.1 Pengambilan Sampel

3.1.1 Pengambilan Darah

1. Darah Vena

a. Pra Analitik

1. Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan alat dan bahan:

a) Spuite atau jaurm suntik 3 ml atau 5ml

b) Torniquet

c) Kapas alkohol

d) Plesterin

e) Anti koagulan/ EDTA

f) Vacuum tube

g) Bak injeksi

b. Analitik

1. Salam pada pasien

2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan

ramah, usahakan pasien senyaman mungkin.

3. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang

akan dilakukan

4. Minta pasien meluruskan lenganya, pilih tangan yng

21
banyak melakukan aktivitas.

5. Minta pasien untuk mengepalkan tangannya.

6. Pasangkan torniqket kira-kira 10 cm diatas lipatan siku.

7. Pilih bagian vena mediana cubiti atau cephalica.

Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi

vena. Vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastic

dan memiliki dinding tebal.

8. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah

pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5

menit pada daerah lengan.

9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan

kapas alkohol 70% dan biarkan kering, dengan catatan

kulit yang sudah dibersihkan jang dipegang lagi.

10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum

menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam

vena, akan terlihat darah masuk kedalam semprit

(flash). Usahakan sekali tusuk vena, lalu torniquet

dilepas.

11. Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien

membuka kepalan tangannya.

12. Letakan kapas di tempat suntikan lalu segera

lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu

plester selama ± 15 menit.

22
c. Paska Analitik

1) Sampel yang tidak lisis

2) Jumlah sampel sesuai pemeriksaan

2. Darah Kapiler

a. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien Pengambilan  sampel  dilakukan 

sebelum  pasien  menggunakan  obat antimalaria.

2. Persiapan Sampel : Darah berupa darah kapiler.

3. Prinsip: Dibuat sediaan apusan tebal dan tipis dan

diwarnai dengan pewarnaan giemsa 3%.

4. Alat dan Bahan

a. Mikroskop

b. Minyak Immersi

c. Larutan giemsa 3%

d. Methanol

e. Rak pewarnaan

f. Lancet/penblood

g. Kapas alcohol

h. Kapas kering

i. Timer

j. Tissue

23
b. Analitik

1. Gunakan APD dan siapkan alat dan bahan yang akan

di gunakan

2. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak

tangan menghadap ke atas.

3. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12

bulan darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6

bulan darah diambil dari tumit)

4. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk

menghilangkan kotoran dan minyak yang menempel

pada jari tersebut.

5. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak

terkumpul di ujung jari.

6. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku)

secara cepat dengan menggunakan lancet

7. Bersihkan tetes darah pertama yang keluar dengan

kapas kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan

sisa alkohol.

8. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.

c. Paska Analitik

Lakukan pemeriksaan sesuai dengan jumlah volume darah

yang dibutuhkan

24
3.1.2 Pengambilan Sputum

a. Pra Analitik

Alat dan Bahan

1) Pot sputum

2) Sampel sputum

b. Analitik

Persiapan tindakan

1) Siapkan pot sputum yang ideal

2) Berikan label identitas pasien yang jelas pada dinding

pot sputum, yaitu nama, jenis kelamin, umur.

Tempelkan label pada dinding pot sputum, jangan

pada tutupnya.

Persiapan pasien

3) Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri pada

pasien dan persilahkan pasien untuk duduk.

4) Berikan informasi kepada pasien tentang tindakan

yang akan dilakukan dan minta persetujuan atas

tindakan yang akan dilakukan.

5) Jelaskan kepada pasien untuk tidak makan, minum

atau merokok sebelum sputum besok pagi (P)

dibatukkan.

25
Pengumpulan sputum

6) Minta pasien untuk membatukkan sputum di

ruang terbuka dan mendapat sinar matahari

langsung atau ruangan dengan ventilasi yang baik,

dan berada jauh dari orang sekitar untuk mencegah

penularan kuman TB.

7) Beri petunjuk pada pasien untuk :

a. Berkumur dengan air (jangan ditelan) sebelum

sputum dikumpulkan untuk meminimalisir

kontaminasi spesimen oleh sisa makanan atau

kotoran lain di dalam mulut.

b. Bila pasien memakai gigi palsu, minta pasien untuk

melepaskannya.

c. Menarik napas panjang dan dalam sebanyak 2-3

kali dan setiap kali hembuskan nafas dengan kuat.

d. Membuka penutup pot sputum lalu dekatkan pada

mulut.

e. Batuk secara dalam untuk mengeluarkan sputum

(bukan air liur) dari dalam dada ke dalam pot

sputum.

f. Mengulangi sampai mendapatkan sputum yang

berkualitas baik dan volume yang cukup (3-5 ml /

1 sendok teh).

26
g. Segera tutup rapat tabung dengan cara memutar

tutupnya, kemudian masukkan ke dalam

pembungkus atau kantong plastik.

8) Ingatkan pasien untuk mengumpulkan sputum ke-2

setelah bangun pagi keesokan hari dan datang lagi

untuk membawa.

Pengiriman sputum

9) Pastikan pot sputum sudah memiliki label nama.

10)Pastikan sputum segera dikirim setelah pengumpulan

sputum (sebaiknya tidak lebih dari 24 jam). Selama

pengiriman, sputum disimpan dalam cool box.

3.1.3 Pengambilan Urine

a. Pra Analitik

Alat dan Bahan

1) Pot urine

2) Sampel urine

b. Analitik

Persiapan tindakan

1) Siapkan pot urine yang ideal

2) Berikan label identitas pasien yang jelas pada dinding

pot urine, yaitu nama, jenis kelamin, umur. Tempelkan

label pada dinding pot sputum, jangan pada tutupnya.

27
Persiapan pasien

3) Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri

pada pasien dan persilahkan pasien untuk duduk.

4) Berikan informasi kepada pasien tentang tindakan

yang akan dilakukan dan minta persetujuan atas

tindakan yang akan dilakukan.

5) Menjelaskan kepada pasien tata cara pengambilan

urine yang benar.

Pengumpulan urine

a. Cara pengambilan sampel urine pada wanita

1) Pasien harus mencuci tangannya dengan

memakai sabun lalu mengeringkan dengan kain

bersih atau tissue.

2) Dibersihkan labia dan vulva menggunakan tisu

basah atau kasa steril dengan arah dari depan ke

belakang.

3) Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan

kasa steril yang lain.

4) Dibuang urine pertama yang keluar, setelah itu

urine porsi tengah ditampung dan membuang

urine terakhir yang dikemihkan.

5) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke

laboratorium.

28
b. Cara pengambilan sampel urine pada pria

1) Pasien harus mencuci tangannya dengan

memakai sabun lalu mengeringkan dengan kain

bersih atau tissue.

2) Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang.

Keluarkan urine, aliran urine yang pertama

dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam

wadah steril tang telah disediakan. Pengumpulan

urine selesai sebelum aliran urine habis.

Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian

luar wadah.

3) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke

laboratorium.

3.2 Pemeriksaan Kimia Klinik

1. Pra Analitik

a. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus

b. Persiapan Sampel : Dipakai sampel darah kapiler

c. Metode Pemeriksaan: GOD PAP Enzimatik

d. Prinsip Pemeriksaan: Kadar glukosa ditentukan setelah

pengoksidasian enzim dihadapkan dari oksidasi glukosa.

Terbentuknya hidrogen peroksida bereaksi dibawah katalis

dari peroksidasi dengan fenol dan 4-aminofenazon menjadi

merah keunguan, quinoneimine tua sebagai indikator.

29
e. Alat dan Bahan :

Alat

1. Centrifuge

2. Jarum

3. Microlab 300

4. Micropipette

5. Tabung vakum tutup merah

6. Yellow tip dan blue tip

Bahan

1. Aquadest

2. Kapas alkohol

3. Kapas kering

4. Reagen glukosa

5. Serum

6. Standar glukosa

7. Tissue

2. Analitik

a. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan :

1) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000

µL reagen

2) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL

reagen

30
3) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL

reagen

b. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 20 menit pada

suhu ruangan

c. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan

cara:

1) Nyalakan mikrolab 300

2) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu

tekan enter akan tampak program test menu

3) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “glukosa”, tekan

enter

4) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh

cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai

terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar

5) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil

menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan

muncul “reagen standar” pada layar

6) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh

cypernya dan tunggu hingga beberapa saat

7) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan

terisap lalu masukkan identitas pasien

8) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya

9) Matikan microlab.

31
3. Pasca Analitik

GDS : 70-I80 mg/dl

GDP : 70-110 mg/dl

GD2PP : 70-140 mg/dl

3.3 Pemeriksaan Urinalisa

3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik Urine

1. Pra Analitik

a. Alat dan Bahan

1. Urine sewaktu

2. Tabung reaksi

3. Rak tabung reaksi

4. Botol penampung

5. Corong

6. Gelas arloji

7. Pipet tetes,

8. Indikator universal

9. Strip

10. Gelas ukur 50 ml.

2. Analitik

a. Pemeriksaan Volume Urin

1. Pada jam/waktu tertentu pada hari pertama, pasien kencing dan

spesimen ini dibuang, waktu dia kencing tersebut dicatat/ditulis

pada tempat penampung urine tersebut.

32
2. Semua spesimen sesudah dikumpulkan dengan hati-hati di dalam

suatu wadah selama 24 jam berikutnya

3. Spesimen yang terakhir tepat 24 jam sesudah kencing yang

pertama kali ditampung

4. Ukurlah volume urine dengan menggunakan gelas ukur.

b. Pemeriksaan keasaman pada Urine

1. Diletakkan kertas indikator pada gelas arloji

2. Diteteskan sedikit urine yang masih segar di atas

kertas indikator tersebut.

3. Dibandingkan kertas indikator tersebut dengan

warna yang sesuai dengan warna standard.

4. Dibaca pHnya pada warna standard yang sesuai

dengan kertas indikator tersebut.

5. Apabila urine asam maka kertas pH akan

berwarna kuning dan jika urine alkalis maka

kertas pH akan berwarna hijau.

c. Pemeriksaan warna Urine

1. Disiapkan tabung reaksi yang bersih, kering dan

jernih (tabung yang tidak buram)

2. Diisi 3/4 tabung reaksi dengan urine.

3. Diamati urine tersebut di tempat yang terang

4. Kemudian dicatat hasilnya

d. Pemeriksaan kekeruhan

33
1. Dimasukkan sampel urine kedalam tabung reaksi

yang bersih kering dan jernih

2. Diamati urine tersebut di tempat yang terang, lalu

3. Dicatat hasil : jernih , agak keruh, keruh atau

sangat keruh

e. Pemeriksaan berat jenis

1. Dituang urine ± 40 ml kedalam gelas ukur

2. Dilepaskan pelan-pelan urinometer ke dalam

gelas ukur sehingga bebas dari dinding

3. Diputar urinometer untuk dilepaskan dari dinding

dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

4. Setelah urinometer terapung ditengan-tengah

dibaca berat jenisnya tanpa parallax pada

meniscus bawah.

f. Pemeriksaan bau urine

1. Diisi 3/4 tabung reaksi dengan urine segar.

2. Dikibas-kibas kan telapak tangan diatas tabung

reaksi wadah yang berisi sampel urine tadi

sampai tercium bau dari urine tersebut.

3. Paska Analitik

a. Jumlah urin, jumlah urin normal berkisar antara 1000-

1800 mL/24 jam.

34
b. Warna urin yang normal adalah kuning muda sampai

kuning tua

c. Kejernihan urin, urin normal nampak segar jernih

d. Berat jenis, berat jenis urin normal berkisar antara

1003-1030.

e. Bau urin: tidak bau amis

f. Reaksi dan pH, pH urin normal berkisar antara 4,3-

8,0.

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik Urine

a. Pra Analitik

1. Prinsip Pemeriksaan

Sedimen Urine Adanya bentukan-bentukan/elemen-

elemen/unsur-unsur yang tersuspensi dalam urine

akan dipresipitatkan dengan cara dicentrifuge dan

dianalisa dibawah mikroskop.

2. Alat dan Bahan

a. Cover glass/Deck glass

b. Objek glass

c. Mikroskop

d. Centrifuge

e. Tabung centrifuge

f. Pipet tetes

g. Sampel urine

35
b. Analitik

1. Kocok botol penampung urine supaya sedimen

bercampur dengan cairan atas dan ukur pH urine

2. Masukkan urine sebanyak 7-8 ml ke tabung centrifuge.

3. Pusing tabung centrifuge dengan alat centrifuge dengan

kecepatan 1.500-2.000 rpm dalam waktu 5 menit.

4. Buang cairan atas hingga suspensi sedimen tinggal 0,5

ml. Kocok tabung supaya meresuspensikan sedimen.

5. Teteskan 1 tetes urine diatas objek glass. Periksa

dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x kemudian

40x.

c. Paska Analitik

Interpretasi Hasil

1. Leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per

LPB (Lapang Pandang Besar) dengan objektif 40x.

2. Epitel dan silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK

(Lapang Pandang Kecil) dengan objektif 10x.

3. Unsur-unsur lain dan kristal-kristal dilaporkan per LPK

dengan keterangan : (-) tidak ada, (+) ada, (++) banyak,

(+++) banyak sekali

4. Nilai Normal Pemeriksaan Sedimen Urine: eritrosit : 0-1

per LPB leukosit : 1-5 per LPB epitel : negatif silinder :

0-1 per LPK kristal-kristal dalam urine normal : dalam

36
urine asam : asam urat, natrium urat, calsium sulfat

dalam urine asam / netral / agak basa : calsium oksalat,

asam hipurat dalam urine basa / netral / agak asam :

triple fosfat, dikalsium fosfat dalam urine basa : calsium

carbonat, calsium fosfat, amonium biurat

3.3.3 Pemeriksaan Menggunakan Carik Celup

a. Pra Analitik

Alat dan Bahan

1. Sampel urine

2. Strip carik selup

3. Standar pembanding

b. Analitik

1. Keluarkan strip carik celup secukupnya.

2. Lihat warna pada pita carik celup, cocokkan

dengan pita yang negatif, kecuali BJ.

3. Jangan lupa mengontrol carik celup dengan bahan

kontrol sebelum melakukan pemeriksaan urine.

4. Homogenkan urine sebelum diperiksa. Celupkan

carik celup dalam urine. Urine yang berlebihan

dihilangkan dengan meletakkannya diatas tisu.

5. Baca hasil dengan membandingkan warna dengan

standar pembanding

c. Paska Analitik

37
Nilai normal pemeriksaan carik celup urine:

1. Urobilinogen : 0,1 – 1,0 mg/dl

2. Glukosa : negatif

3. Bilirubin : negatif

4. Benda keton : negatif Berat jenis : 1.001 – 1.035

5. Darah samar : negatif pH : 5 – 9

6. Protein : negatif

7. Nitrit : negatif

8. Leukosit : negatif

3.4 Pemeriksaan Immuno-serologi

1. Pra-Analitik

a. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus

b. Persiapan Sampel : Sampel darah vena

c. Metode : Immunochromatografi Rapid Test

d. Prinsip : Imunokromatografi dengan prinsip serum/plasma

yang diteteskan pada bantalan sample bereaksi dengan

partikel yang telah dilapis dengan anti HBs (antibody).

Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip

membrane untuk berikatan dengan antibody spesifik pada

daerah tes (T), sehingga akan menghasilkan garis warna.

e. Alat dan bahan

1. Strip test HbsAg

2. Timer

38
3. Tabung reaksi

4. Rak tabung

5. Serum

6. Mikro pipet

7. Tip kuning

2. Analitik

a. Digunakan APD

b. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

c. Dilakukan prnganbilan saampel darah vena

d. Dicentrifuge dampel darah selama 5 menit dengan kecepatan

3000 rpm

e. Dipisahkan serum dari bekuan darah atau sel darah merah

f. Dipipet 100 µl serum kemudian teteskan pada lubang sampel

pada strip HbsAg

g. Didiamkan selama 10-20 menit

h. Diamati garis merah yang muncul

3. Pasca-Analitik

a. Positif : Hanya terbentuk dua garis merah pada Control (C)

dan Test (T)

b. Negatif : Terbentuk satu garis merah pada Control (C).

c. Invalid : Tidak terbentuk garis merah pada Control (C) dan pada

Test (T). Atau terbentuk garis merah pada Test (T) sedangkan

pada Control (C) tidak terbentuk garis merah

39
3.5 Pemeriksaan Mikrobiologi

a. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan Sampel : Dijelaskan pada pasien apa yang

dimaksud dengan sputum (dahak) agar yang dibatukkan benar-

benar merupakan sputum, bukan air liur, darah atau campuran

antara keduanya. Dijelaskan cara mengeluarkan sputum.

Diberikan pot sputum sebanyak 2 buah

3. Prinsip : Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan

lilin dan lemak yang sukar ditembus oleh cat carbol fuchsin,

dengan pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan

lemak dapat ditembus cat carbol funssin sehingga bakteri akan

berwarna merah

4. Alat dan Bahan

a. Mikroskop

b. Objek glass

c. Bunsen

d. Rak Pewarnaan

e. Pipet tetes

f. Tusuk Gigi

g. Carbol Fuchsin

h. Asam Alkohol

i. Methylen Blue

40
j. Timer

b. Analitik

1. Di gunakan APD lengkap

2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

3. Dibuat sediaan dengan cara membuat coel-coel 2x3 cm di atas

objek glas, sediaan difiksasi diatas nyala api bunsen.

4. Digenangi sediaan dengan carbol fuchsin

5. Dipanasi sediaan dari bawah dengan menggunakan sulut

api/spirtus sampai keluar uap (jangan sampai mendidih)

6. Didiamkan selama 5-10 menit

7. Dibilas sediaan dengan menggunakan air mengalir

8. Digenangi sediaan dengan asam alkohol/sampai tidak tampak

warna carbol fuchsin

9. Digenangi dengan methylen blue selama 10-20 detik

10. Dibilas sediaan dengan air mengalir, keringkan sediaan pada

rak pengering

11. Amati sediaan di bawa mikroskop dengan pembesaran 100x

menggunakan oil imersi

c. Pasca Analitik

Interpretasi Hasil :

Negatif : Tidak ditemukan BTA dalam 100 LP

41
Scanty : Ditemukan 1– 9 BTA dalam 100 LP1

1+ : Ditemukan 10 – 99 BTA dalam 100 LP

2+ : Ditemukan 1 – 9 BTA dalam 1 LP (minimal 50 LP)

3+ : Ditemukan ˃10 BTA dalam 1 LP (minimal 20 LP)

3.6 Pemeriksaan Parasitologi

3.6.1 Pemeriksaan Parasit Malaria (Slide)

a. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien Pengambilan  sampel  dilakukan 

sebelum  pasien  menggunakan  obat antimalaria.

2. Persiapan Sampel : Darah berupa darah kapiler.

3. Prinsip: Dibuat sediaan apusan tebal dan tipis dan

diwarnai dengan pewarnaan giemsa 3%.

4. Alat dan Bahan

a. Mikroskop

b. Minyak Immersi

c. Larutan giemsa 3%

d. Methanol

e. Rak pewarnaan

f. Lancet/penblood

g. Kapas alcohol

h. Kapas kering

i. Timer

j. Tissue

42
b. Analitik

1. Gunakan APD dan siapkan alat dan bahan yang akan

di gunakan

2. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak

tangan menghadap ke atas.

3. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12

bulan darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6

bulan darah diambil dari tumit)

4. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk

menghilangkan kotoran dan minyak yang menempel

pada jari tersebut.

5. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak

terkumpul di ujung jari.

6. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku)

secara cepat dengan menggunakan lancet

7. Bersihkan tetes darah pertama yang keluar dengan

kapas kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan

sisa alkohol.

8. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil

objec glass bersih (pegang object glass di bagian

tepinya). Posisi object glass berada di bawah jari

tersebut.

43
9. Teteskan 1 tetes kecil darah (+ 2µl) di bagian tengah

object glass untuk SD tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil

darah (+ 6µl) di bagian ujung untuk SD tebal

10. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.

11. Letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas

meja atau permukaan yang rata.

12. Untuk membuat SD tipis, ambil object glass baru

(object glass kedua) tetapi bukan cover glass)

13. Tempelkan ujungnya pada tetes darah kecil sampai

darah tersebut menyebar sepanjang object glass.

14. Dengan sudut 45° geser object glass tersebut dengan

cepat ke arah yang berlawanan dengan tetes darah

tebal, sehingga didapatkan sediaan hapus (seperti

bentuk lidah).

15. Untuk SD tebal, ujung object glass kedua ditempelkan

pada ke tiga tetes darah tebal. Darah dibuat homogen

dengan cara memutar ujung object glass searah jarum

jam, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.

16. Berikan label/etiket pada bagian ujung object glass

dekat sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas

label atau object glass frosted. Pada label dituliskan

KODE/INISIAL NAMA/TANGGAL PEMBUATAN.

44
17. Lakukan proses pengeringan SD secara perlahan-lahan

di tempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunakan

lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini

dapat menyebabkan SD menjadi retak-retak sehingga

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat

digunakan untuk mengeringkan SD.

18. Hindarkan SD dari gangguan serangga (semut, lalat,

kecoa dll), debu, panas, kelembaban yang tinggi dan

getaran.

19. Warnai sediaan dengan giemsa 3% setelah kering, dan

diamkan selama 45-60 menit. Pada keadaan tidak

memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24

jam SD harus sudah diwarnai.

20. Amati SD di bawa mikroskop dengan pembesaran 100x

menggunakan oil imersi.

c. Pasca Analitik

Interpretsi Hasil

1. Positif : Ditemukannya parasite malaria dalam

sediaan darah

2. Negatif : Tidak ditemukannya parasite malaria dalam

sediaan darah

3.6.2 Pemeriksaan Telur Cacing

1. Pra Analitik

45
a. Alat dan Bahan (Metode Flotasi)

1) Mikroskop

2) Objek glass

3) Cover glass

4) Beker glass

5) Lidi

6) Penyaring teh

7) Jarum ose

8) Tabung disentrifugasi

9) Sentrifugator

10)10 gram tinja

11)200 ml larutan NaCl jenuh (33%)

b. Alat dan bahan (Metode Apung)

1. Mikroskop

2. Objek glass

3. Cover glass

4. Beaker glass

5. Tabung reaksi

6. Rak tabung reaksi

7. Lidi

8. Penyaring teh

9. Jarum ose

10. 10 gram tinja

46
11. 200 ml larutan NaCl jenuh (33%)

2. Analitik

Metode apung dengan disentrifugasi

1) 200 ml NaCl jenuh (33%) dimasukan ke dalam

beker glass

2) 10 gram feses sampel diambil menggunakan lidi

dan dimasukan ke dalam larutan NaCl jenuh (33%)

kemudian diaduk sampai larut

3) Feses yang sudah larut kemudian disaring

menggunakan penyaring teh

4) Larutan yang sudah disaring kemudian dituangkan

ke dalam tabung disentrifugasi sebanyak ¾ bagian

dan dimasukan ke sentrifugator selama 5 menit

5) Permukaan sampel pada tabung sentrifugasi

diambil dengan menggunakan jarum ose dan di

oleskan pada objek glass, kemudian di tutup

dengan menggunakan cover glass.

6) Diamati dibawah mikroskop

Metode apung tanpa disentrifugasi

1) 200 ml NaCl jenuh(33%) dimasukkan ke dalam

beker glass

47
2) 10 gram feses sampel diambil menggunakan lidi

dan dimasukan ke dalam larutan NaCl jenuh (33%)

kemudian diaduk sampai larut

3) Feses yang sudah larut kemudian disaring

menggunakan penyaring teh

4) Hasil saringan dituangkan ke dalam tabung reaksi

sampai cembung pada bagian permukaan tabung

reaksi

5) Diamkan selama 5-10 menit kemudian ditutup

dengan cover glass dan segera diangkat

6) Cover glass diletakan diatas objek glass dengan

cairan berada diantara objek glass dan cover glass

7) Diamati di bawah mikroskop

3. Pasca Analitik

Hasil pemeriksaan mikroskop

1) Hasil positif ditemukan telur cacing

2) Hasil Negatif tidak ditemukan telur cacing

3.7 Pemeriksaan Toksikologi

a. Pra Analitik

1. Persiapan sampel : Tidak memerlukan pasien

2. Persiapan bahan :

a. Mono test

b. Sampel urine

48
b. Analitik

1. Siapkan urine di dalam pot yang steril

2. Buka penutup strip test, kemudian celupkan strip test tersebut

secara verticaal ke dalam sampel urine selama 10-15 detik

3. Ketika strip test dicelupkan tidak boleh melewati batas garis

yang paling bawah Zona Sample (S)

4. Tempatkan test strip itu pada bidang datar, lalu baca hasil

setelah 5-10 menit

c. Paska Analitik

1. Positif : Hanya terbentuk pita pink pada control (C)

2. Negatif : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada

Test (T)

3. Invalid : Tidak terbentuuk pita pink atau berbentuk pita pink

pada Test (T) sedangkan pada Control (C) tidak terbentuk pita

pink

49
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat PKL

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate, merupakan salah satu 

Perguruan Tinggi Kesehatan yang bernaung di bawah Badan

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan bertujuan untuk menghasilkan Tenaga Kesehatan yang

Kompeten dan Profesional, yang memiliki kemampuan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap yang sesuai dengan persyaratan dunia kerja

serta dapat berpartisipasi aktif ditempat kerja sesuai dengan

keahliannya.

Sejarah Pengembangan Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate,

merupakan konversi melalui suatu proses yang panjang yaitu mulai

dari Sekolah Penjenang Kesehatan Umum (SPKU), berdasarkan SK

MENKES RI No: 05/B.V/Pend.17, tanggal 9 Januari 1971 dengan

lamanya pendidikan dua tahun 4 (empat) semester. Pendidikan ini

berlangsung selama ± 8 tahun.

Kemudian pada tahun 1979  SPKU di konversi menjadi Sekolah

Perawat Kesehatan (SPK) berdasarkan SK. MENKES RI No :

84/Kep/Diklat/Kes tanggal 8 September 1978 dengan lama pendidikan

3 tahun atau 6 (enam) semester dengan menerima peserta didik dari

lulusan SLTP melalui Sipensimaru Diknakes.

50
Perkembangan selanjutnya pendidikan SPK dirasakan kurang

layak dalam menghadapi segala tuntutan kehidupan masyarakat yang

semakin kompleks, hal ini sejalan dengan lajunya kemajuan

pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang kesehatan, tentu

akan berpengaruh pada orientasi pelayanan kesehatan. Implikasi

perubahan tersebut adalah perubahan pendekatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dalam tatanan nyata, maka

adaptasi karakteristik maupun kualitas SDM Kesehatan mendapat

perhatian yang sangat strategis.

Untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu maka

kualitas SDM kesehatan perlu ditingkatkan melalui pengembangan

Pendidikan. Wacana semacam ini semakin memperkecil peluang

pendidikan SPK ditandai dengan dibukanya Program D III

Keperawatan (AKPER Kemenkes Ternate) berdasarkan SK MENKES

RI No : 11.01.09, tanggal 15 April 1998 dan disusul dengan

pembukaan Program D III kebidanan (AKBID Kemenkes Ternate)

berdasarkan SK MENKES RI No :   HK. 00.06.1.3.1438, tanggal 15

Mei 2000.

Akademi Keperawatan (AKPER) pada tahun pertama dan kedua 

melaksanakan program khusus  bagi lulusan  SPR dan SPK dengan

lama pendidikan IV semester. Selanjutnya pada tahun ketiga  dan

seterusnya bersama-sama dengan AKBID menerima peserta didik 

dari lulusan SLTA/MAN dan Jalur Khusus. Perkembangan selanjutnya

51
kedua institusi  (AKPER dan AKBID)  tersebut, karena kebijakan

pemerintah (KEMENKES) dalam menyederhanakan manajemen

maupun administrasi kependidikan di Lingkungan Kemenkes,

sehingga semua pendidikan program D III Kesehatan di wilayah

masing-masing digabung menjadi satu lembaga  yaitu Politeknik

Kesehatan. Dengan demikian  pada tahun 2001 AKPER  dan AKBID

Kemenkes Ternate di lembagakan menjadi Institusi Pendidikan

Tenaga Kesehatan yaitu Politeknik Kesehatan Kemenkes

Ternate berdasarkan SK. MENKES RI  No :

1207/MENKES/SK/XI/2001, tanggal 12 Nopember 2001 .

Selanjutnya penambahan Program Studi Gizi berdasarkan SK

Menkes   No : HK.00.061.4.2.02226, tanggal 1 Juli 2004, tentang

penataan lokasi  pelaksanaan Program Studi pada beberapa Jurusan

di Politeknik Kesehatan Pakanbaru, Bengkulu, Palangkaraya dan

Ternate. dan berdasarkan Permenkes RI No :

890/MENKES/PER/VIII/2007 tentang organisasi dan tata kerja

Politeknik Kesehatan.

Dengan demikian sampai saat ini Politeknik Kesehatan Kemenkes

Ternate memiliki 5 (Lima) Jurusan dan 2 (dua) Pogram Studi yaitu

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan, Jurusan Gizi, Jurusan

Kesehatan Lingkungan, Jurusan Analis Kesehatan, Pogram Studi D-

IV Keperawatan.

52
VISI DAN MISI

Penetapan visi dan misi membutuhkan berbagai pertimbangan

karena posisinya amatlah penting, sebab selain sebagai idiologi juga

merupakan nilai dasar, tujuan inti serta rancangan masa depan yang

lebih detail. Prinsipnya keputusan diambil dengan mempertimbangkan

lingkungan, maka diperlukan penyerapan informasi  yang ada kaitan

dengan internal organisasi kedalam proses perencanaannya. Visi dan

Misi Politeknik Kesehatan memfokuskan semua  kegiatan  organisasi

dan diarahkan untuk menjadi organisasi bermakna bagi masyarakat 

dan hanya untuk  kepentingan  organisasi  itu sendiri. Berpijak dari

pendapat diatas dengan mengintegrasikan  kondisi  yang ada  maka

visi dan misi  Politeknik Kesehatan  Kemenkes Ternate dapat

dirumuskan  sebagai berikut:

Visi Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate

“Mewujudkan Pendidikan Tinggi Kesehatan Yang Berkarakter Dan

Profesional Berbasis Kesehatan Daerah Kepulauan Tahun 2033”

Misi Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate

1. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pembelajaran yang

berkualitas, berkarakter dan kompeten dalam kesehatan daerah

kepulauan

2. Mengembangkan Penelitian yang berbasis kesehatan daerah

kepulauan untuk Mendukung Program Pendidikan

53
3. Melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat berbasis hasil

riset

4. Meningkatkan Kualitas Tata Kelola yang Baik sesuai standar

(good governance)

5. Meningkatkan Kemitraan dalam Penyelenggaraan Tridarma

Perguruan Tinggi.

4.2 Hasil Rekapitulasi Pemeriksan

Tabel 4.1 : Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan

N Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

O
1 Mikrobiologi
BTA Negatif
2 Kimia Klinik
Glukosa 75 mg/dl
3 Parasitologi
Parasit Malaria Positif
Telur Cacing Positif
4 Immuno-Serologis
HbsAg Non Reaktif
5 Urinalisis
Makroskopik
-Bau: tidak bau amis

-Warna: kuning muda

-Kejernihan: jernih

Mikroskopik Negatif
Carik Celup -Urobilinogen: normal

-Glukosa: negatif

-Bilirubin: Negatif

-Benda Keton: negatif

-Berat Jenis: 1.030

54
-Darah Samar: negatif

-pH: 6.0

-Protein: negatif

-Nitrit: negatif

-Leukosit: negatif
6 Toksikologi
Narkoba Non Reaktif

Selama PKL yang dilakukan sejak 27 Mei-3 Juni 2020

didapatkan hasil pemeriksan BTA (Basil Taahan Asam) yaitu

negatif, pemeriksan glukosa yaitu 75 ml/dl, pemeriksan telur cacing

yaitu positf, pemeriksan parasit malaria, pemeriksan HbsAg yaitu

non reaktif, pemeriksan Makroskopik Bau: tidak bau amis, Warna:

kuning muda, Kejernihan: jernih, pemeriksan Mikroskopik negatif,

pemeriksan Carik Celup Urobilinogen: normal, Glukosa: negatif,

Bilirubin: Negatif, Benda Keton: negatif, Berat Jenis: 1.030, Darah

Samar: negatif, pH: 6.0, Protein: negatif, Nitrit: negatif, Leukosit:

negatif, dan pada pemeriksan Narkoba non reaktif.

4.3 Identifikasi Masalah

1. Pemeriksaan yang dilakukan menggunakan sampel mahasiswa,

sebaiknya pemeriksaan menggunakan sampel orang yang dengan

gejala atau sakit.

2. Kurangnya SOP dalam pemeriksaan yang dilakukan.

55
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktik Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium

Poltekkes Kemenkes Ternate maka dapat disimpulkan bahwa :

56
1. Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium Poltekkes

Kemenkes Ternate hanya menggunakan cara manual dan alat

semi otomatis.

2. Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium Poltekkes

Kemenkes Ternate berupa pemeriksaan malaria/DDR, HBsAg,

kimia darah (glukosa), urinalisa, BTA (Basil Tahan Asam), dan

pemeriksaan narkoba

5.2 Saran

Untuk mahasiswa sebaiknya lebih teliti dalam melakukan

pemeriksaan dan dilakukan sesuai SOP

57

Anda mungkin juga menyukai