Anda di halaman 1dari 18

TEST URINE PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL

Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah

’’ Teori Kimia Klinik ’’

Di susun oleh :

Nama : risna ria rahmawati


Jurusan : D3-Analis Kesehatan/Smstr 2

UNIVERSITAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN


Jln.pondok gede no.23-25 kramat jati, JAKARTA TIMUR

TAHUN AJARAN 2014 – 2015

Kata pengantar
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat,
taufik, dan hidayah–Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah Test
urine pada penyakit ginjal yang Insya Allah penulis susun dengan baik walaupun masih jauh
dari kesempurnaan. Tidak lupa shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para umatnya hingga akhir
zaman.

Penulisan makalah ini disusun sebagai tugas dalam proses pembelajaran di Universitas
MH. Thamrin. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bpk.widodo selaku dosen Pengantar Studi
Teori kimia klinik yang telah memberikan tugas ini pada kami. Kami memperoleh banyak
manfaat setelah menyusun tugas ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, Maret 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Semua tidak akan sempurna
apabila kesehatan seseorang terganggu. Gangguan kesehatan dapat menghambat segala
aktivitas manusia. Oleh sebab itu penting bagi seseorang untuk menjaga kesehatan. Bukan
hanya satu organ tubuh saja yang perlu dijaga namun keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-
hari kita pasti sering mendengar istilah urin. Bukan hanya mendengar namun kita selalu
menemui dan melakukan pembuangan urin atau metabolisme tubuh melalui urin yang biasa
kita sebut buang air kecil ( BAK ). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun
kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak
seperti biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat
melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal
itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara
melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang
diderita oleh seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana
proses pemeriksaan urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam
menentukan diagnosa suatu penyakit.

1.2 Tujuan penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mempelajari dan memahami
bagaimanakah seluk beluk dari urine dan cara pemeriksaannya .

1.3 Rumusan masalah.

• Bagaimanakah definisi urin ?

Apa saja komposisi urin ?


Apakah fungsi dan kegunaan urin ?
Bagaimanakah ciri-ciri urin yang tidak sehat ?
Bagaimana cara pemeriksaan urin ?
Bagaimana prinsip dan cara pengujianya ?

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat yang kami harapkan dari pembahasan makalah ini adalah bagi penulis dan pembaca
dapat mengetahui dan memahami tentang cara pemeriksaan urin. Dan kami juga berharap
bahwa makalah ini dapat dijadikan sebagai ilmu penunjang untuk mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Urin

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan
urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

2.2 Komposisi Urin

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis.

Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan
dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

2.3 Fungsi dan Kegunaan Urin

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh.

Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga
urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran
kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril

Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat.

2.4 Kegunaan Lain Urin

Seorang Doktor sedang bereksperimen menggunakan urin. Dukun Aztec menggunakan urin
untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit
lambung dan usus. Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian. Di
Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly agaric (sejenis
jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk
berkomunikasi dengan roh halus.

Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.Penggunaan urin sebagai obat telah
dilakukan oleh banyak orang, diantara mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan
Steve McQueen. Menurut ahli urinoterapis (Dr. Iwan T. Budiarso , DVM, MSc, Phd, APU)
urin mengandung mineral, vitamin, enzim, hormon, asam amino, antibodi, antigen, allergen,
garam dan nutrien lainnya.

Sejauh ini, ada sepuluh hipotesa cara kerja terapi auto urin:

1. penyerapan dan penggunaan kembali nutrien.


2. penyerapan kembali hormon. Misalnya, kortikosteroid yang dapat mencegah infeksi,
rematik dan asma. Atau, melationin sebagai obat penenang dan anti kanker.
3. penyerapan kembali enzim.
4. penyerapan kembali urea. Urin mengandung 25-30 gram urea per hari. Urea yang
diserap akan diubah menjadi asam amino.
5. memberi efek kekebalan.
6. memberi efek bakterisida dan virusida.
7. sebagai terapi garam yang berguna untuk memperlancar metabolisme, menyingkirkan
kelebihan gula darah, dan mengeluarkan zat-zat toksik dari cairan dan jaringan tubuh.
8. memberi efek diuretika, yakni untuk menstimuler ginjal, meningkatkan produksi air
seni, membersihkan ginjal serta ‘mencuci’ gula darah dan zat-zat toksik.
9. sebagai gambar hologram. Biofeedback-nya memberikan gambaran keadaan tubuh.
Meminum urin akan mengoreksi dan memulihkan keseimbangan fisiologi tubuh yang
terganggu penyakit.
10. memberi efek psikologis. Terapi ini dianggap sebagai penyembuhan dari dalam tubuh
secara mekanistik dan holistik pada tingkat energi.

Berdasarkan penelitian di dunia barat sendiri, di dalam urin terkandung zat anti-neoplasma
(anti keganasan) sehingga berguna untuk pengobatan kanker selain itu terdapat pula zat
dehydroepiandrosterone (DHEA) dalam jumlah cukup banyak yang mempunyai efek anti-
penuaan, anti-kanker, dan anti-kegemukan.

Terapi auto urin ini memang masih mengundang pro dan kontra, terutama pandangan air seni
itu kotor dan harus dibuang tetapi terlepas dari itu, terapi ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk pengobatan alternatif bila pengobatan secara medis tidak berhasil.

2.5 Urin yang Tidak Sehat

Ketika kita sedang buang air kecil, mungkin kita akan menemukan warna air seni yang
tampak tidak wajar, dibawah ini terdapat informasi warna air seni yang tidak wajar dan
penyebabnya :

• Merah muda, merah atau kecoklatan penyebabnya mungkin terdapat darah dalam air seni
yang diakibatkan infeksi, peradangan atau suatu pertumbuhan pada saluran kemih. Namun,
bahan pewarna makanan juga bisa muncul dalam air seni dan menimbulkan perubahan
warna.

• Kuning gelap atau oranye penyebabnya jika kekurangan air minum, air seni akan menjadi
lebih pekat dan warnanya menjadi lebih gelap. Kekurangan cairan karena diare, muntah atau
banyak berkeringat, dapat membuat air seni lebih pekat dari biasanya.

• Cokelat bening dan gelap penyebabnya penyakit kuning akibat gangguan pada hati atau
empedu (hepatitis) adalah salah satu kemungkinan, terutama bila kotoran tinja menjadi pucat,
warna kulit serta putih mata menjadi kekuningan.

• Hijau atau biru penyebabnya hampir pasti akibat bahan pewarna pada makanan atau obat,
jadi tidak perlu cemas sebab warna tersebut akan hilang tanpa akibat membahayakan.
BAB 111

PROTEINURIA

Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu
lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal,
protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.

Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat
menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun
penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria
biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak
progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara
langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin
sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya
penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring
rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi
kelainan ginjal.

Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa
kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika
protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500
mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.

Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa
gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam
urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:

1.Filtrasi glomerulus

2.Reabsorbsi protein tubulus

Patofisiologi Proteinuria:

Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1. Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein
plasma normal terutama abumin.
2. Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP)
dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4. Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon
untuk inflamasi.

Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal
yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler
glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah
transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk
menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke
dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot
processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk
transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya
akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan
negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.

Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria
abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini biasanya sering dijumpai pada
diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi
monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang
disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi
protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).

Proteinuria Fisiologis

Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa


keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan
fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan
bersifat sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang
kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang
ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus
tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut
(positif palsu proteinuria masif).

Proteinuria Patologis

Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit
ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan
kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian proteinuria
adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi
ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.

Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali
disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengnadung
lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya
berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering pula dikatakan bila
protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.

Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup
lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3 jenis proteinuria patologis:

1.Proteinuria Glomerulus

Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah
jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul
rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.

Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1).
Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma,
terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas
tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal
penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah. 2).
Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang
meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.

Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
a. Mikroalbuminuria

Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di urin 30-
300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria merupakan
marker untuk proteinuria klinis yang disertai dengan penurunan faal ginjal LFG (laju filtrasi
glomerulus) dan penyakit kardiovaskular sistemik. Pada pasien diabetes mellitus tipe I dan II,
kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan mikroalbuminuria sangat penting.

Hipotesis mengapa mikroalbuminuria dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskular


adalah karena disfungsi endotel yang luas. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya
hubungan peranan kegagalan sintesis nitrit oksid pada sel endotel yang berhubungan antara
mikroalbuminuria dengan risiko penyakit kardiovaskular.

b. Proteinuria Klinis

Pemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach
dan Biuret. Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.

2. Proteinuria Tubular

Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari, terdiri
atas β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya
menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom
Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.

3. Overflow Proteinuria

Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi
rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain
Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya
mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus. Protein jenis
ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones
adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.

4. Proteinuria Isolasi

Adalah sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang
tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit sistemik.proteinuria ini hampir
ditemukan secara kebetulan dapat menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang
mungkin saja timbul karena posisi lordotik tubuh pasien. Proteinuria terisolasi dibagi dalam 2
kategori: 1) jinak dan 2) yang lebih serius lagi adalah yang mungkin tidak ortostatik dan
timbul secara persisten.

a. Proteinuria Isolasi Jinak

1. Proteinuria fungsional

Ini adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat pada pasien yang dirawat di rumah
sakit karena berbagai penyakit. Proteinuria tersebut adalah jenis glomerulus yang diyakini
disebabkan oleh perubahan hemodinamik ginjal yang meningkatkan filtrasi glomerulus
protein plasma.

2. Proteinuria transien idiopatik

Merupakan kategori proteinuria yang umum pada anak-anak dan dewasa muda, yang ditandai
dengan proteinuria yang timbul selama pemeriksaan urin rutin orang sehat tetapi hilang
kembali setelah pemeriksaan urin dilakukan kembali.

3. Proteinuria intermitten

Terdapat pada lebih dari separuh contoh urin pasien yang tidak mempunyai bukti penyebab
proteinuria. Prognosis pada kebanyakan pasien adalah baik dan proteinuria kadang-kadang
menghilang setelah beberapa tahun.

4. Proteinuria ortostatik (postural)

Pada semua pasien dengan ekskresi protein massif, proteinuria meningkat pada posisi tegak
dibandingkan posisi berbaring. Perubahan ortostatik pada ekskresi protein tampaknya tidak
mempunyai kepentingan diagnosis dan prognosis. Proteinuria sering terjadi pada usia dewasa
muda, jarang terdapat pada usia di atas 30 tahun.

Patofosiologi proteinuria ortostatik tidaklah diketahui. Walaupun biasanya prognosis


proteinuria ortostatik baik, persisten (non-ortostatik) proteinuria berkembang pada segelintir
orang.

b. Proteinuria Terisolasi yang Persisten/Menetap

Anamnesis secara lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk mencari penyakit
ginjal/sistemik yang menjadi penyebabnya.
Cara Mengukur Protein di Dalam Urin

Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan
bermakna.Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil positif
palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah.Urin yang sangat
encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung
albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu.Ini terutama sangat penting
untuk menentukan proteinBence Jones pada urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk
mengukur konsentrasi urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam
sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang sangat sensitif tersedia di
pasaran dengan kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan merupakan
petanda awal dari penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus
pada nefropati diabetik dini.

Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung dari mekanisme jejas pada
ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati
kapiler glomerulus, tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektifitas dinding glomerulus
mencegah transportasi albumin, globulin, dan protein dengan berat molekul besar lainnya
untuk menembus dinding glomerulus.Akan tetapi, jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran
protein plsama ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100kDal)
sementara foot processes dari epitel atau podosit akan memungkinkan lewatnya air dan solut
kecil untuk transport melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein
yang kaya akan glutamat, asam partat, asam sialat yang bermuatan negatif pada pH
fisiologis.Muatan negatif ini akan menghalangi transport molekul anion seperti albumin.

Pemilihan sampel urin

Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang 24 jam pada seseorang
akan memberikan hasil yang hampir sama dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun
meskipun pada hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan memberikan
hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda dengan urin siang atau malam.
Berbagai jenis sampel urin antara lain urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial, urin 24 jam
serta urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada pria

1. Urin sewaktu
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tak ditentukan secara
khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup baik
untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.

2. Urin pagi

Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur. Urin pagi lebih
pekat daripada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll.
Bagi kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan kehamilan berdasarkan adanya
hormon human chorionic gonadotrophin (HCG) di dalam urin.

3. Urin postprandial

Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam setelah makan.Urin ini
berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa di dalam urin)

4. Urin 24 jam

Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam, dengan cara:

a. Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L) umumnya dilengkapi pengawet.

b. Jam 7 pagi urin dibuang.

c. Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan dicampur.

Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan kuantitatif. Ada juga urin yang tak tak penuh 24
jam, misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagisampai dengan jam 7 malam) , urin malam 12
jam (jam 7 malam sampai dengan jam 7 pagi), urin 2 jam dll.

5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas

Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas, dengan cara:

a. Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih

b. Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen)

c. Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti


Gelas I diisi 20-30 ml pertama (berisi sel-sel uretra pars anterior dan prostatika)Gelas II diisi
volume berikutnya (berisi unsur-unsur dari kandung kemih)Gelas III diisi volume terakhir
(berisi unsur-unsur khusus dari uretra pars prostatika dan getah prostat)

Urin 2 gelas diperoleh dengan cara sama dengan urin 3 gelas, dengan 2 gelas saja, gelas
pertama diisi 50-75 ml.Urin ini digunakan untuk menentukan letak radang atau lesi yang
menghasilkan darah atau nanah pada urin seorang pria.

CARA KERJA

1. pemanasan dengan asam asetat

• Pembuatan reagen asam asetat 10%

• Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya

• Didihkan selama 1-2 menit

• Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat atau albumin

• Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih, amati.

Interprestasi hasil :

 Tidak ada kekeruhan (-)


 Kekeruhan sedikit sekali (±)
 Kekeruhan sedikit (+) 10-50 mg %
 Kekeruhan jelas (++) 50-200 mg %
 Kekeruhan hebat (+++) 200-500 mg %
 Kekeruhan menggumpal (++++) >500 mg %

2. pemeriksaan secara bang

• Pembuatan reagen

Natrium asetat 11,8 g dan asam asetat glacial dilarutkan dalam aquadest sampai volumenya
100 ml• 5 ml urine ditambah 0,5 ml reagen bang, kemudian dipanaskan dalam air mendidih
selama 5 menit, amati.• Bila timbul kekeruhan berarti terdapat endapan protein.
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Fungsi ginjal merupakan membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh dan
mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh. Setiap saat, secara teratur, darah yang
beredar di tubuh kita akan melewati ginjal untuk menjalani proses filtrasi di ginjal. Proses
filtrasi tersebut akan menghasilkan urin yang membawa serta sisa metabolisme tubuh yang
tidak diperlukan lagi. Sedangkan zat-zat yang berguna bagi tubuh, seperti protein, tidak
terfiltrasi dan tidak keluar di urin.

Proses metabolisme protein di dalam sistem pencernaan akan menghasilkan asam amino yang
kemudian ikut dalam peredaran darah. Di dalam sel akan disintesa dan sebagai hasil akhir
adalah asam urat. Asam urat merupakan suatu zat racun jika ada di dalam tubuh maka hepar
akan dirombak sedikit demi sedikit menjadi urea dan dikeluarkan ginjal. Jika urine
mengandung protein biasanya berupa asam amino. Keadaan demikian merupakan kelainan
pada hepar ginjal.

Urine yang terdapat atau ditemukan protein disebut proteinuria. Proteinuria ini ditandai
dengan adanya kekeruhan setelah diuji dengan suatu metode. Proteinuria ditentukan dengan
berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya
sensitif terhadap albumin).

Pada prktikum ini kita melakukan dengan metode pemanasan asama asetat dan bang.

Pada metode pemanasan dengan asam asetat dan metode bang ini terbentuknya protein
disebabkan sifat asam atau suasana asam.

Setelah diuji didapat hasil negatif yaitu dengan melihat ada atau tidak adanya kekeruhan.
Berarti fungsi renal bekerja dengan baik dan tidak ada indikasi kelainan.

1. PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT

Hasil negatif, yaitu urine tidak mengalami kekeruhan atau berwarna kuning jernih. Artinya
urine tidak mengandung protein.

2. PEMERIKSAAN SECARA BANG


Hasil negatif, sama dengan hasil uji pemanasan dengan asam asetat. Tidak terdapat
kekeruhan, yaitu tidak terdapat protein dalam urine.

SARAN

Berdasarkan penemuan yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dianjurkan beberapa saran
sebagai berikut:

- Meningkatkan pengetahuan tentang dunia sains.

- Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kandungan urin.

- Dari peneletian ini diharapkan adanya penelitian yang lebih lanjut untuk

mengkaji penyakit yang dapat dideteksi pada urin.

- Perlu adanya pelatihan yang lebih lanjut dalam pembuatan laporan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul dan Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih, Tri. 2009. KDPK Kebidanan : Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai