Disusun Oleh :
NIM : 2211040124
2022
1. Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi/deskripsi kebutuhan eliminasi urin
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang
berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra
(Hidayat, 2010)
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh setiap manusia.
Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar, menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi
terdapat pada urutan ke tiga. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya
semua organ akhirnya akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi.
Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi urine, antara lain : retensi urine, inkontinensia
urine, enuresis, dan ureterotomi. Masalah kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien – pasien
rumah sakit yang terpasang kateter tetap (Hidayat, 2010)
Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal (untuk menyekresi
urine), 2 ureter (mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih (tempat urine
dikumpulkan dan disimpan sementara), dan uretra (mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh
(Nurachmah & Angriani, 2011).
Ginjal
Ginjal adalah organ yang bekerja secara terus menerus. Fungsi ginjal dalam sistem perkemihan
adalah untuk menyaring darah serta membuat urine yang akan dikeluarkan tubuh.
Sebagian besar orang mempunyai dua pasang ginjal, yang letaknya masing-masing berada di sisi
belakang perut. Yaitu, tepat di bawah tulang rusuk.
2. Ureter
Pada anatomi sistem perkemihan pun terdapat ureter, yaitu dua tabung tipis yang berada di
dalam panggul. Fungsinya adalah untuk membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
Ini karena setiap ginjal memiliki organ ureter. Kemungkinan, hampir setiap 10 – 15 detik ureter
mengosongkan urine dari area kandunga kemih.
3. Kandung kemih
Lalu, ada pula organ lainnya seperti kandung kemih yang berfungsi untuk menahan urine sampai
Anda siap untuk mengeluarkannya.
Kandung kemih adalah organ berbentuk segitiga yang terbuat dari otot, mempunyai rongga, dan
bentuknya seperti balon. Jadi, kandung kemih ini akan mengembang saat sudah terisi.
Faktanya, sebagian besar kandung kemih dapat menampung hingga 2 cangkir urine dalam
tubuh.
4. Uretra
Penting untuk Anda ketahui bahwa ureter dan uretra adalah dua organ dalam sistem
perkemihan yang berbeda. Uretra adalah tabung yang membawa urine dari kandung kemih keluar dari
tubuh.
Nantinya, sesuai dengan proses pembentukan urine, akan berakhir di lubang ke luar tubuh
Anda. Seperti melalui organ penis pada pria, serta uretra wanita terjadi pada vagina.
Baca Juga
Berikut adalah beberapa fungsi sistem uronari. Bagian-bangiannya yang berbeda melakukan
berbagai macam fungsi seperti:
Menyaring darah.
Urine kemudian akan mengalir ke kandung kemih melalui dua tabung tipis yang disebut ureter.
Ketika kandung kemih penuh, Anda akan membuang urine melalui uretra.
Selain itu, sistem perkemihan dan ginjal juga berfungsi untuk menghilangkan cairan
pembuangan yang disebut dengan urea, serta menjaga keseimbangan air, natrium, dan kalium.
Produksi urea terjadi saat makanan yang mengandung protein dipecah dalam tubuh. Sistem ini
akan bekerja sama dengan kulit, usus, dan paru-paru untuk menjaga keseimbangan tersebut.
Orang dewasa akan mengeluarkan sekitar dua liter cairan per hari. Jumlah ini bergantung
dengan jumlah cairan yang diminum dan yang keluar melalui keringat serta pernapasan.
Ada pula beberapa cara bagaimana sistem urinaria membersihkan darah dari dalam tubuh,
yaitu:
Produk sisa metabolisme dan urine bergerak melalui ureter ke kandung kemih Anda.
Faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta kemampuan klien untuk berkemih, yaitu
diet dan asupan makanan, respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat
aktivitas, tingkat perkembangan serta kondisi penyakit. Hal ini juga dapat menyebabkan beberapa
perubahan tersebut dapat terjadi bersifat akut dan kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi
perubahan yang bersifat kronis serta tidak dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2001; Perry dan
Potter, 2005). Terjadinya perubahan eliminasi urin juga dapat terjadi pada wanita yang sedang
mengalami kehamilan.
2.1 Pengkajian
Mempelajari berbagai permaslahan atau gangguan yang terdapat pada sistem
perkemihan, seperti ginjal, ureter, uretra, pembuluh darah ginjal, kandung kemih, dan
prostad. kelebihan pada buku ini adalah adanya pembahasan materi yang dilakukan dengan
mengunakan pendekatan proses keperawatan melalui pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implemnentasi, atau tindakan dan evaluasi. Materi yang di bahas dalam buku ini mencakup :
anatomi dan fisiologi sistem perkemihan, prosedur umu terapi modalirtas, asuhan
keperawatan gangguan ureter, gangguan pembuluh darah ginjal, gangguan prostad,
gangguan kandung kemih
2.1.1Riwayat keperawatan
Adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa
lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial-budaya, kesehatan
spiritual, dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit. Riwayat keperawatan dikumpulkan
selama wawancara, dan merupakan langkah pertama dalam melakukan pengkajian. Sasarannya
adalah untuk menetapkan pola dari sehat dan sakit, faktor resiko untuk masalah kesehatan fisik
dan perilaku, penyimpangan dari normal, dan ketersediaan sumber untuk adaptasi. Meskipun
banyak dari format riwayat kesehatan telah terstruktur, perawat belajar untuk menggunakan
pertanyaan sebagai titik awal. Pengkaji yang baik belajar untuk memperbaiki dan memperluas
pertanyaan sesuai yang dibutuhkan sehingga kebutuhan unik klien dapat dikaji secara tepat.
Pola sehat dan sakit dari klien diidentifikasi dengan mengumpulkan data tentang
dimensi fisik dan perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual. Dengan memadukan
data dari semua dimensi akan memampukan perawat untuk mengembangkan rencana asuhan
yang lengkap. Meskipun banyak format untuk riwayat kesehatan keperawatan telah diuraikan
dalam literatur semua mengandung komponen dasar serupa (Potter & Perry, 2005 hal:156).
dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya
dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit
pada pasien. Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang
dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya.
Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk menentukan
langkah penanganan yang tepat serta memantau keberhasilan terapi pada pasien.
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian
dianalisis di laboratorium.
Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis tertentu,
seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini, dokter dapat memantau
beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:
Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping darah
Plasma darah
Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi, dan elektrolit
Analisis gas darah
Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
Tumor marker
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan apa
yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan tertentu
sebelum pengambilan sampel darah.
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan
tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk
memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.
Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau ketika
dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau
batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung, khususnya irama
detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kelainan
jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup jantung,
dan penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah sakit, atau di ruang
perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan baju
serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian dada,
lengan, dan tungkai pasien.
Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak atau berbicara
karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X atau
sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh. Pemeriksaan
ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi
(dislokasi)
Kelainan gigi
Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
Batu saluran kemih
Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien melalui
suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.
Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti reaksi
alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.
5. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar organ dan jaringan di dalam tubuh.
Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam tubuh,
seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.
Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan untuk
memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan tindakan biopsi.
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk berpuasa
serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien kemudian
akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG selesai
dilakukan.
Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto Rontgen biasa.
Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.
Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam mendeteksi
kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat menggunakan zat kontras saat
melakukan pemeriksaan CT scan.
Sama seperti CT scan dan foto Rontgen, dokter juga terkadang akan menggunakan zat kontras
untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan pada pemeriksaan MRI.
8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen untuk
menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan penunjang ini umumnya
dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan lebih jelas.
Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh, seperti
kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem pencernaan.
Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan kateterisasi jantung
atau pemasangan ring jantung.
9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat
berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung
dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.
Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak
lambung, GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.
Selain beberapa jenis pemeriksaan penunjang di atas, ada beberapa jenis pemeriksaan
penunjang lainnya yang juga sering dilakukan dokter, seperti:
Ekokardiografi
Biopsi
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan pleura
Pemeriksaan genetik
Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan kekurangannya
masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok untuk mendeteksi jenis penyakit
tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis penyakit lainnya. Bahkan, kadang dibutuhkan
beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Diagnosa 1
Definisi
Faktor yang berhubungan
Diagnosa 2
Definisi