Anda di halaman 1dari 9

Nama : Amanda Khalda B

NIM : 1811020051

TUGAS KEPERAWATAN DEWASA II

1. HERPES SIMPLEK

Herpes simpleks adalah infeksi Herpes simplex virus (HSV), yang menyebabkan


timbulnya vesikel pada kulit atau mukosa orofasial, genital, dan anus. HSV merupakan virus
yang umum dijumpai di masyarakat. Umumnya, infeksi HSV, baik tipe 1 dan tipe 2, bersifat
benigna. HSV 1 sering menyebabkan infeksi pada orofasial, sedangkan HSV 2 sering
menyebabkan infeksi genital. Namun, pada keadaan tertentu dapat menjadi berat, misalnya
menyebabkan ensefalitis bila menyerang neonatus dan pasien imunokompromais.

Infeksi herpes simpleks dapat bersifat asimptomatik. Jika timbul gejala, dapat berupa
gingivostomatitis herpetik, faringotonsilitis herpetik, herpetic whitlow, maupun eczema
herpetikum. Infeksi primer akan disertai gejala sistemik, memiliki durasi lebih lama, dan
kemungkinan komplikasi yang lebih tinggi. Sedangkan infeksi rekuren biasanya lebih ringan
dan lebih singkat.

Tatalaksana herpes simpleks adalah dengan antivirus, baik saat infeksi akut ataupun saat
infeksi rekuren. Namun saat ini, beberapa laporan mengindikasikan resistensi HSV terhadap
antivirus. Selain itu, masalah toksisitas akibat pemakaian berulang karena infeksi rekuren
pada pasien juga menjadi perhatian para klinisi. Penelitian mengenai vaksin Herpes simpleks
sebagai metode preventif masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

2. ULKUS PIOGNEIK

Ulkus piogenik adalah infeksi kulit yang dapat menimbulkan ulkus akan tetapi tidak khas,
ulkus piogenik biasanya disebabkan oleh infeksi sterptokok atau stafilokok. Ulkus piogenik
memliki ciri-ciri yang tidak khas dan sanagt susah dibedakan dengan penyakit lain, oleh
karena itu untuk mendiagnosa penyakit ini biasanya praktisi menganjurkan untuk di lakukan
pemeriksaan kultur. Pemeriksaan kultur selain berguna untuk menegakkan diagnosa juga
dapat menentukan pengobatan yang tepat terhadap penyakit ini.

Penyakit ulkus piogenik lebih banyak di temukan pada anak-anak, kondisi yang panas
dan lembab banyak mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Selain itu gizi buruk, tingkat
kebersihan dan higienis yang buruk dapat menyebabkan penyakit ini menjadi lebih berat.
Gejala klinis ulkus piogenik dapat di dahului dengan timbul nya koreng atau ulkus dengan
disertai adanya tanda-tanda radang di sekitarnya, secara lambat mengalami nekrosis atau
kematian jaringan di sektarnya dan menyaebar secara serpiginosa.
Pemeriksaan laboratorium yang sering di anjurkan untuk menentukan diagnosa dan
pengobatan adalah kultur ulkus dan tes resistensi kuman penyebab. Pengobatan ulkus
piogenik tergantung dari tingkat kebersihan dan higieni penderita. untuk menjaga luka tetap
bersih dapat di lakukan debridement. Sedangkan untuk obat yang di berikan bisanya.

Penisilin 600.00-1,2 juta IU intramuskular selama 5-7 hari, Eritromisin 4x500 selama 7
hari, Selain pemberian obat-obatan pengobatan menggunakan salep juga di anjurakan salep
yang biasa di gunakan adalah salep salisil 2%, apabila penyakit berat bisa juga di berikan
kompres PK 1/10.000 atau AgNO3 1-2%.

3. SKABIES

Kabies merupakan penyakit kulit yang sangat banyak ditemukan pada masyarakat.
Hampir tiap hari ada pasien dengan penyakit Skabies yang datang berobat. Gatal hebat yang
ditimbulkan bisa menjadi gangguan pada konsentrasi belajar/pekerjaan dan kualitas istirahat.
Sebagai penyakit yang mudah menular, maka pemahaman masyarakat yang kurang terhadap
penyakit ini akan menyebabkan kasus-kasus baru bermunculan sebagai akibat penularan.

Skabies disebabkan oleh tungau/kutu jenis Sarcoptes Scabiei varietas hominis. Kutu ini
sangat kecil dan terlihat dengan menggunakan mikroskop. Kutu ini akan membuat
terowongan di bawah kulit manusia dan bertelur. Sekitar 10 hari telur menjadi larva dan
kemudian menjadi kutu dewasa, demikian seterusnya terjadi penyebaran di kulit penderita.
Sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta yang dikeluarkan tungau akan menimbulkan rasa
gatal yang menonjol pada malam hari, umumnya dimulai sekitar 1 bulan setelah tungau
masuk ke kulit seorang penderita. Ruam yang pertama muncul berupa papul eritem (plenting
kecil padat warna merah). Terowongan di bawah kulit yang dibuat oleh tungau sangat kecil
dan pendek sehingga sering sulit terlihat. Ruam bisa disertai dengan bekas garukan atau
bernanah bila terjadi tumpangan infeksi kuman yang masuk lewat bekas garukan tersebut.

Penularan Skabies sangat mudah terjadi, melalui 2 cara. Pertama, menular lewat
sentuhan langsung kulit penderita Scabies dengan kulit orang sehat, termasuk saat berjabat
tangan. Kedua, lewat media seperti pakaian, handuk, perlengkapan tidur dan lain-lain. Cara
penularan yang demikian menyebabkan penyakit Skabies sering ditemukan pada masyarakat
yang hidup berkelompok dalam 1 rumah, asrama, panti dll. Ketika Scabies terjadi pada
sejumlah orang dalam suatu kelompok, pengobatan dan pemberantasan tungau harus
dilakukan serentak agar orang yang sudah diobati tidak kembali tertular dari orang lain yang
belum diobati atau dari barang-berang yang masih dihidupi tungau tersebut.

Langkah yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan Skabies : pertama, mematikan


tungau pada tubuh penderita dengan salep yang mengandung Permethrin, sedangkan sabun
sulfur dan sediaan Gameksan membantu dalam tahapan tertentu. Kedua, pakaian, selimut,
handuk dan lain-lain yang dicurigai dihidupi tungau dicuci/direndam air panas dan disetrika.
Ketiga, kasur , bantal, guling dan barang-barang yang tidak dapat dicuci-rendam dilakukan
penjemuran di bawah terik matahari. Obat-obatan lain ditambahkan sesuai keluhan dan ada
tidaknya infeksi tumpangan/sekunder pada ruam Scabies tersebut.
4. BALANITIS

Balanitis adalah peradangan pada kulup atau kepala penis. Kondisi ini ditandai dengan
kepala penis yang tampak memerah dan membengkak akibat infeksi bakteri, infeksi jamur,
atau alergi. Balanitis dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak usia di bawah 4 tahun dan
laki-laki dewasa yang belum disunat. Meski demikian, kondisi ini juga bisa dialami oleh laki-
laki dewasa atau bayi yang telah disunat.

Balanitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Infeksi dapat terjadi
ketika kepala penis atau kulup tidak dibersihkan secara rutin sehingga menimbulkan iritasi
dan menyebabkan pertumbuhan jamur atau bakteri. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memicu
peradangan. Selain infeksi, balanitis juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti:

- Penggunaan sabun batang yang membuat kulit penis mudah kering dan iritasi
- Alergi terhadap pelumas atau kondom berbahan lateks
- Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pencahar, obat pereda nyeri, dan
antibiotik
- Infeksi menular seksual, seperti sifilis, trikomoniasis, dan gonore
- Kelainan pada kulit, seperti eksim dan psoriasis
- Cedera di bagian ujung penis atau kulupPenyakit atau kelainan tertentu, seperti
diabetes dan fimosis
- Obesitas

Dokter dapat mendiagnosis balanitis melalui tanda kemerahan di kepala penis yang
menunjukkan peradangan. Jika penis mengeluarkan cairan, dokter akan melakukan tes usap
guna mengambil sampel cairan tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi bakteri
atau jamur penyebab infeksi. Jika balanitis disebabkan oleh infeksi kulit yang bersifat kronis,
dokter akan melakukan tindakan biopsi, dengan mengambil sampel jaringan penis dan
menelitinya di laboratorium.

5. LIMFROGRANULOMA VENEREUM (LGV)

Limfogranuloma venereum adalah salah satu penyakit infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini dapat menembus kulit dan
menyebabkan penyumbatan di sekitar node. Limfogranuloma venereum (LGV) dapat
menyerang node limfa, alat kelamin bagian luar, rektum, dan mulut. Jika tidak ditangani
dengan tepat, penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Penyebab
Limfogranuloma Venereum Limfogranuloma venereum adalah suatu infeksi kronis sistem
limfatik yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini ditularkan melalui
kontak seksual, meliputi hubungan seks vaginal, anal, dan oral. Penyakit ini lebih sering
dijumpai pada pria dibandingkan pada wanita.

Faktor Risiko Limfogranuloma Venereum. Berikut adalah beberapa faktor risiko yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi limfogranuloma venereum, antara lain:
- Melakukan seks yang tidak aman (tidak menggunakan kondom, berganti-ganti
pasangan, berhubungan seks dengan orang yang riwayat seksualnya tidak jelas).
- Memiliki penyakit menular seksual lainnya.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Mengidap infeksi HIV.

Gejala Limfogranuloma Venereum. Gejala dari LGV dapat dirasakan beberapa hari
hingga sekitar satu bulan setelah bakteri masuk ke dalam tubuh pengidapnya. Beberapa
gejalanya, antara lain:

- Keluar cairan limfe dari kulit, yang berasal dari kelenjar limfe di selangkangan.
- Keluar darah atau nanah dari rektum.
- Luka kecil yang tidak nyeri pada genitalia pria atau wanita.
- Nyeri saat buang air besar.
- Pembengkakan dan kemerahan pada kulit di area selangkangan.
- Adanya pembengkakan kelenjar limfe selangkangan pada satu atau dua sisi.
- Pembengkakan labia atau bibir vagina pada wanita.

Diagnosis Limfogranuloma Venereum. Dokter akan mendiagnosis LGV dengan


melakukan wawancara medis lengkap, pemeriksaan fisik yang menyeluruh, serta
pemeriksaan penunjang yang sesuai, antara lain:

- Biopsi kelenjar limfe.


- Pemeriksaan laboratorium darah untuk mengevaluasi adanya bakteri penyebab LGV.
- Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi klamidia.
- Kultur Chlamydia trachomatis.
- CT scan untuk mendeteksi jangkauan dan banyaknya limfadenopati yang terjadi.
- Kolonoskopi dan sigmoidoskopi untuk mengidentifikasi penyebab gejala anorektal
pada tersangka pengidap LGV dan dapat dilakukan bersama dengan biopsi jaringan
rektum dan anus.
- Tes fiksasi komplemen untuk mendeteksi antibodi atau antigen spesifik dalam darah.
- Pengobatan Limfogranuloma Venereum

Metode pengobatan untuk mengatasi LGV, antara lain:

- Pemberian antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab LGV. Antibiotik yang dapat
diberikan, antara lain adalah:
- Doxycycline, yaitu antibiotik primer yang harus diberikan kepada pengidap LGV.
Obat ini dapat diberikan kepada pengidap LGV baik yang positif terkena HIV
maupun yang tidak terkena HIV. Kendati demikian, Doxycycline tidak boleh
diberikan kepada wanita hamil.
- Erythromycin, yang merupakan antibiotik kategori B pada kehamilan. Obat ini relatif
aman diberikan kepada wanita hamil dengan LGV.
- Azithromycin.
- Moxifloxacin.
Selain pemberian antibiotik, tindakan pembedahan untuk mengeluarkan nanah keluar atau
mengangkat kelenjar getah bening yang membesar juga dapat dilakukan. Setelah menjalani
prosedur ini, pengidap akan diberikan obat pereda nyeri dan pencegah terbentuknya ulkus.
Pembedahan juga dapat dilakukan kepada pengidap LGV dengan komplikasi penyempitan
rektum. Baik pengidap maupun pasangan hubungan seksualnya, harus menghindari hubungan
seksual yang tidak aman hingga keduanya selesai menjalani pengobatan LGV. Evaluasi rutin
selama pengobatan LGV dapat berlangsung selama 1-2 minggu bagi pengidap LGV tahap
awal, dan 3-6 minggu bagi pengidap LGV tahap lanjut. Komplikasi Limfogranuloma
Venereum Jika tidak diobati, terdapat beberapa risiko komplikasi yang dapat terjadi dari
limfogranuloma venereum, antara lain:

- Hubungan abnormal antara rektum dan vagina (fistula).


- Peradangan otak (ensefalitis – sangat jarang).
- Infeksi pada persendian, mata, jantung, atau hati.
- Peradangan jangka panjang dan pembengkakan alat kelamin.
- Jaringan parut dan penyempitan rektum.

Berita buruknya, komplikasi dari limfogranuloma venereum dapat terjadi bertahun-tahun


setelah pengidapnya pertama kali terinfeksi. Oleh karena itu, segeralah memeriksakan diri
jika merasakan gejalanya. Tujuannya agar penanganan dapat dilakukan sedari dini, sehingga
risiko komplikasi dapat diminimalkan. Pencegahan Limfogranuloma Venereum. Berikut
adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah LGV, antara lain:

- Melakukan pemeriksaan kesehatan seksual secara rutin bagi mereka yang aktif secara
seksual.
- Menggunakan kondom secara konsisten dan tepat saat melakukan hubungan seksual.
- Menghindari penggunaan sex toys karena dapat meningkatkan risiko penularan
infeksi menular seksual.

6. KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Karsinoma sel skuamosa adalah kanker kulit yang menyerang sel skuamosa, yaitu sel
yang membentuk lapisan tengah dan luar kulit. Kanker ini umumnya muncul di wajah, leher,
tangan, dan kaki. Karsinoma sel skuamosa (KSS) menempati peringkat kedua untuk jenis
kanker kulit yang paling sering terjadi. Meski biasanya muncul di area kulit yang sering
terpapar sinar matahari, KSS juga dapat menyerang bagian tubuh lain yang memiliki sel
skuamosa.

Karsinoma sel skuamosa adalah jenis kanker kulit yang pertumbuhannya cenderung
lambat. Namun, tidak seperti kanker kulit lain, kanker jenis ini dapat menyebar ke tulang dan
organ tubuh lain. Pada kondisi ini, KSS akan lebih susah untuk disembuhkan.

7. PENYAKIT BEHCET

Penyakit Behcet adalah suatu kondisi langka yang menyebabkan peradangan pada
pembuluh darah. Peradangan pada pembuluh darah tersebut dapat menyebabkan berbagai
gejala, mulai dari sariawan, ruam pada kulit, luka di area genitalia, radang sendi, sampai
gangguan penglihatan.

Penyakit Behcet adalah salah satu jenis vaskulitis kronis yang bisa mereda dengan
sendirinya dan kemudian kambuh kembali. Peradangan pembuluh darah yang terjadi akibat
penyakit Behcet dapat terjadi hampir di semua bagian tubuh. Kondisi ini juga dapat
menyerang pembuluh darah arteri maupun vena. Penyakit Behcet bisa dialami siapa saja,
tetapi lebih sering ditemui pada kelompok umur 20–30 tahun.

8. ULKUS MOLE

Penyakit ulkus mole adalah infeksi bakteri yang terjadi di area genitalia, baik pada laki-
laki maupun perempuan. Bakteri penyebab infeksi ini adalah Haemophilus ducreyi. Bakteri
tersebut menyerang jaringan-jaringan di bagian luar vagina dan penis sehingga menimbulkan
luka atau bintil-bintil kecil. Penyakit ini juga dikenal dengan istilah kankroid.

Penularan ulkus mole. Bakteri penyebab ulkus mole bisa ditularkan melalui seks. Entah
itu lewat penetrasi penis ke dalam vagina, seks anal, maupun seks oral. Penyakit ulkus mole
juga bisa ditularkan melalui kontak fisik antara orang yang mengidap penyakit ini dengan
orang yang sehat. Pasalnya, bakteri Haemophilus ducreyi tinggal dalam darah atau cairan
yang ada dalam luka dan bintil kecil pengidapnya. Maka, orang yang lebih rentan tertular
ulkus mole adalah mereka yang sering berganti-ganti pasangan seksual, tidak menggunakan
kondom saat berhubungan seks, atau sering melakukan aktivitas seksual yang berisiko.

9. ERUPSI OBAT ALERGIK

Merupakan reaksi alergi pada kulit atau kulit dan selaput lendir, yang disebabkan obat.
Obat adalah zat yang dipakai untuk mendiagnosis, mencegah dan mengobati termasuk jamu
dan herbal. Erupsi obat alergik berkisar dari gejala ringan sampai berat / mengancam jiwa.
Makin modern, makin banyak obat/jamu/herbal dikonsumsi manusia, maka kejadian erupsi
obat alergik makin banyak terjadi. Masyarakat perlu mewaspadai hal tersebut bila terdapat
gejala-gejala sebagai berikut :

- Makulopapuler / morbiliformis: bercak/bintik merah menyebar


- Urtikaria / angioudem = bidur/kaligata
- Bila disertai angioudem/pembengkakan harus diwaspadai terutama bila sekitar saluran
nafas membengkak karena dapat terjadi sumbatan saluran nafas.
- Fixed Drug Eruption : Sekitar mulut, penis (kadang di bagian tubuh lain) kemerahan /
lepuh / lecet / lonjong / bulat, terasa panas.
- Eritroderma : hampir seluruh kulit kemerahan kemudian akan disertai sisik.
- Purpura / vaskulitis : Bintik kemerahan tidak hilang pada penekanan pada vaskulitis
teraba penonjolan di bintik tersebut.
- Fotoalergik : kulit kemerahan di area terpajan matahari.
- PEGA (Pustulosis Exantema Generalisata Akut) : bintik bernanah dalam jumlah
banyak.
- Steven Johnson Syndrom
- Gejala di kulit (merah, lepuh, lecet), di mata (merah, keluar cairan/kotoran) dan
lubang tubuh (mulut, kemaluan, anus lepuh, lecet)
- Toxic epidermal Necrolysis : pengelupasan kulit secara luas.

10. MORBILI

Campak adalah penyakit virus akut dan menular yang disebabkan, oleh virus morbili /
campak.
Morbili / Campak ditandai dengan :
-          Batuk
-          Pilek
-          Demam tinggi
-          Mata tampak kemerahan dan belekan
-          Diare / mencret
-          Pada demam hari ke-3 bercak-bercak merah muncul dari belakang telinga menyebar
ke muka, leher, dada, tangan dan kaki
-          Setelah 1 minggu bercak merah berubah menjadi kehitaman, mengelupas, dan gatal
ringan
Pengobatan :
-          Paracetamol / penurun panas
-          Vitamin A
-          Meningkatkan asupan cairan
Komplikasi :
-          Radang paru-paru / pneumonia
-          Radang otak / ensefalitis
-          Kejang demam
-          Radang usus/ gastroenteritis
-          Congek / otitis media akut
Hal-hal yang harus diperhatikan :
-          Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya
-          Istirahat yang cukup
-          Beri makanan bergizi dan mudah dicerna
-          Menghindari kontak dengan orang lain
Pencegahan :
-       Imunisasi campak dasar pada usia 9 bulan
-       Imunisasi ulangan pada usia 18 bulan dan 6 tahun
-       Cuci tangan dengan baik dan benar
-       Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, dan dilanjutkan minimal hingga usia 2 tahun

11. PITIRIASIS ROSEA


Pityriasis rosea adalah penyakit kulit yang ditandai dengan ruam berwarna merah atau
merah muda. Ruam yang timbul bersisik dan sedikit menonjol, serta bisa disertai rasa gatal.
Pityriasis rosea dapat terjadi siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh orang yang berusia
10–35 tahun. Kondisi ini tergolong penyakit tidak menular dan umumnya bisa sembuh
dengan sendirinya.
12. PSIORIASIS
Psoriasis adalah penyakit autoimun yang terjadi karena ada peradangan pada kulit.
Peradangan kemudian menyebabkan kulit bersisik, menebal, terasa gatal, serta mudah
terkelupas. Psoriasis bisa terjadi pada siapa saja, bahkan bisa menyerang bayi yang
umumnya disebabkan karena faktor genetik. Peradangan biasanya muncul pada kulit di
bagian lulut, siku, punggung bawah, serta kulit kepala.
Psoriasis sendiri memiliki banyak jenis, tetapi psoriasis plak merupakan jenis psoriasis
yang sering terjadi, dengan ciri khas berupa adanya bercak kemerahan yang sedikit menonjol
pada kulit. Psoriasis sering diawali dengan terbentuknya sebuah benjolan kecil yang terus
memburuk dan akhirnya dilapisi oleh sisik-sisik putih, yang membuat kulit tampak bersisik
dan mengelupas.
13. DERMATITIS SEBOROIKA
Dermatitis seboroik adalah gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe,
dan berwarna kemerahan. Peradangan ini biasanya terjadi di kulit kepala. Dermatitis seboroik
dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering dialami oleh bayi dan orang dewasa usia
30-60 tahun. Pada bayi, dermatitis seboroik disebut dengan cradle cap. Kondisi ini ditandai
dengan kulit kepala yang tampak berkerak dan bersisik.
Dermatitis seboroik bukan penyakit menular dan sampai saat ini belum diketahui
penyebabnya. Walaupun penyebabnya belum dapat dipastikan, orang yang daya tahan
tubuhnya lemah, seperti penderita HIV/AIDS, diketahui lebih rentan terkena penyakit kulit
kepala.

14. KANDILOMA AKUMINATUM

Kondiloma akuminata dikenal juga dengan istilah kutil kelamin. Kondisi ini disebabkan
oleh virus human papillomavirus (HPV) dan biasanya ditularkan melalui hubungan seks
tanpa kondom. Kondiloma akuminata umumnya ditandai dengan benjolan daging yang
menyerupai bunga kol, sehingga sering dianggap sebagai tumor atau kanker. Namun, dalam
banyak kasus, benjolan yang muncul bisa berukuran kecil dan sering tidak terlihat. Selain
muncul di area kelamin, kondiloma akuminata juga bisa muncul di mulut atau tenggorokan.
Kondisi tersebut dapat terjadi akibat penularan melalui seks oral.

15. ALOPESIA AREATA


Alopecia areata adalah kebotakan atau kerontokan rambut yang disebabkan oleh penyakit
autoimun. Pada alopecia areata, sistem imun menyerang dan merusak akar rambut sehingga
menyebabkan kerontokan dan kebotakan. Kulit kepala yang botak dengan bentuk pitak
adalah salah satu tanda dari kondisi ini. Alopecia areata terjadi ketika tempat tumbuhnya
rambut (folikel rambut) mengecil lalu berhenti memproduksi rambut. Hal tersebut kemudian
menyebabkan terjadinya kerontokan dan kebotakan. Kondisi ini bisa terjadi secara bertahap
atau tiba-tiba.

Selain menyebabkan terbentuknya botak pitak pada kulit kepala, alopecia areata juga
dapat menyebabkan kebotakan pada satu area secara menyeluruh. Alopecia areata jenis ini
disebut alopecia areata totalis. Selain itu, ada juga alopecia areata yang terjadi di semua area
tubuh yang berambut, atau disebut alopecia areata universalis. Alopecia areata bisa terjadi
pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Meski demikian, alopecia areata
umumnya terjadi sebelum penderitanya berusia 30 tahun. Kondisi ini juga paling sering
memengaruhi rambut yang ada di kulit kepala.

16. POROTRIKOSIS

Sporotrichosis merupakan suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur Sporothrix
schenckii. Jamur jenis ini sering ditemukan pada duri bunga mawar, jerami, sphagnum moss
(spesies lumut atau gambut yang umumnya digunakan untuk media tanaman hias), ranting,
dan tanah. Sporotrichosis termasuk infeksi yang jarang ditemukan dan dapat memakan waktu
harian hingga bulanan untuk menampakkan gejala. Infeksi ini umumnya diidap oleh orang
yang suka berkebun, memiliki usaha kembang biak mawar dan lumut, produsen jerami, serta
orang yang bekerja mengolah tanah.

17. AKTINOMIKOSIS

Aktinomikosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Actinomyces.


Aktinomikosis atau actinomycosis dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, seperti mulut,
dada, panggul, dan perut.

Aktinomikosis ditandai dengan munculnya borok atau abses di bagian tubuh yang
terinfeksi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bagian tubuh lain.
Aktinomikosis tidak menular dan sering ditemui di negara tropis. Penyakit ini jarang terjadi,
namun bisa membahayakan penderitanya

Anda mungkin juga menyukai