B. Penatalaksanaan
Sifilis
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil
dan pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk
pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun kongenital.Pada wanita
hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan kontraindikasi. Pengobatan
sifilis pada kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu :
Sifilis Dini ( primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2 tahun)
Benzatine Penisillin 1x / IM, Penisillin G Prokain dalam aquadest
600.000 IU/IM selama 10 hari.
Sifilis Lanjut ( lebihan dari 2 tahun )
Benzatine Penisillin G 2.4 juta IU/ IM setiap minggu, selama 3x
berturut- turut, atau dengan Penisilin G Prokain 600.000 UI/ IM setiap
hari selama 21 hari
Neurosifilis
Benzidin penicillin 6 – 9 MU selama 3 sampai 4 minggu. Selanjutnya
dianjurkan pemberian benzyl penicillin 2 -4 MU secara IV setiap 4 jam
selama 10 hari.
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya
sebelum hamil atau pada triwulan 1 untuk mencegah penularan pada
janin.Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wasserman
dan VDRL, bila perlu diobati.
Gonorroe
Pada ibu hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan
tetraksiklin yang direkomendasikan adalah golongan sefalosporin
( seftriakson 250 Mg/ IM dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap
penisil atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikana
Spektinomisin 2 gr/IM sebagai dosis tunggal.
Pada wanita hamil juga dapat diberikan amoksisilin 2 grm / 3 gram peroral
dengan tambahan probenesid 1 grm oral sebagai dosis tunggal saat isolasi
N.Gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin
direkomendasikan untuk pengobatan jika disertai infeksi C. Trachomatis.
Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan
orang yang terinfeksi
C. Komplikasi HIV/AIDS
AIDS bersifat melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita, tidak geran
jika penderita AIDS mudah terinfeksi berbagai penyakit dan kanker sehingga
menimbulkan komplikasi. Misalnya :
1) Tb. Umum dikenal dengan tuberculosis, adalah penyakit umum yang diderita
penderita Aids dan dapat mematikan. hampir semua penderita HIV/AIDS,
juga menderita Tb.
2) Salmonela. Menular melalui makanan dan air. Gejalanya ialah diare parah,
demam, menggigil, sakit perut dan muntah.
3) Cytomegalovirus (CMV). Adalah jenis virus herpes yang menular melalui
cairan tubuh, seperti air liur, darah, ASI, semen dan urin. Virus ini dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, sistem pencernaan, paru-paru dan organ
tubuh lainnya.
4) Candiasis. Menyebabkan peradangan dan bercak putih pada mulut (lidah),
tenggorokan dan vagina. Bintik putih ini menyebabkan nyeri. Akan lebih
parah jika mengenai anak-anak.
5) Cryptococcal meningitis. Peradangan yang disebabkan oleh infeksi jamur
pada membran dan cairan sekitar otak dan tulang belakang. Biasanya ada
pada tanah, dapat pula menyebar melalui burung atau kelelawar.
6) Toxoplasma. Umumnya disebarkan melalui kotoran kucing dan dapat
menyebar ke hewan lainnya. Virus ini dapat menyebabkan kematian.
7) Cryptosporidiosis. Disebabkan oleh parasit yang hidup pada usus hewan
yang dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Parasit
ini dapat hidup pada usus manusia dan dapat mengakibatkan diare parah.
8) Kaposi’s sarcoma. Adalah tumor pada dinding pembuluh darah. Gejalanya
adalah kemerahan pada kulit dan mulut. Penyakit jenis ini sangat jarang
mengenai mereka yang bukan penderita HIV.
9) Lymphomas. Kanker ini terjadi pada sel darah putih, umumnya bermula pada
kelenjar getah bening. Gejala awalnya adalah bengkak dan nyeri pada
kelenjar getah bening (leher, ketiak dan pangkal paha).
D. Patofisiologi HIV/AIDS
HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan terjadi
fusi membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke dalam
sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dari
RNA HIV melalui enzim polimerase. Enzim integrasi kemudian akan
memembantu DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk (Widoyono,
2011).
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan
membentuk RNA dengan fasilitas sel induk, sedangakan mRNA dalam sitoplasma
akan diubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya
mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV
lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun (imunosupresi) ini akan
menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T
(Widoyono, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer C.S, Bare G.B,. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3.
Jakarta : EGC
Nanda International. (2015). Jakarta : EGC
Nursing Outcome Classification Edisi Kelima. (2016). Yogyakarta :
Mocomedia Nursing Interventions Classification Edisi Keenam. (2016).
Yogyakarta : Mocomedia