Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Manifestasi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan HIV dan Penyakit Penular Seksual


Fajar Prakarsa Wicaksono

A. Manifestasi Klinis PMS


1. Sifilis
Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak
hamil, hanya perlu diwaspadai hasil tes serologi sifilis pada kehamilan
normal bisa memberikan hasil positif palsu.Transmisi treponema dari ibu
ke janin umumnya terjadi setelah plasenta terbentuk utuh, kira – kira
sekitar umur kehamilan 16 minggu.Oleh karena itu bila sifilis primer atau
sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16 minggu, kemungkinan
untuk timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.

a) Tahap primer menunjukan ciri-ciri berikut :


 Lesi primer adalah sanker: papula kecil yang membentuk jalan
masuk dan menghancurkan diri untuk membentuk ulserasi
superficial yang tidak nyeri, dan berakhir selama 5 minggu dan
sembuh secara spontan. Lesi ini sehingga luput dari deteksi. Lesi
mungkin satu atau banyak.
 Sekitar 70% kasusu terjadi duseminata dari jalan masuk infeksi ke
kelenjar limfe yang menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada
lipatan paha dan axila yang diikuti pembesaran kelenjar limfe yang
lain (bubo-satelit), nyeri tekan dan berbatas tegas.
b) Tahap sekunder
Disebabkan diseminata hematogen yang berasal dari drainase kelenjar
limfe regional. Tahap sekunder ditandai dengan kondisi berikut:
 Ruam kulit yang menyeluruh, bilateral, tidak gatal, dan tidak nyeri
tampak hamper diseluruh tubuh , namun terutama di membrane
mukosa, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam yang muncul bias
berupa salah satu atau semua bentuk lesi berikut:
 Macula datar, berwarna tembaga
 Papula eritematosa, berkerak
 Pustule
 Tampilan ruam dalam mulut berupa erosi putih yang disebabkan
dengan “tempelan mukosa”.
 Lesi lecet yang berkombinasi dengan kondiloma latum yang
terbentuk pada area tubuh yang lembab, seperti area vulva dan
perianal. Lesi ini berupa sekelompok kecil veruka datar yang
tertutup oleh eksudat keabu-abuan; lesi ini sangat infeksius. Jangan
keliru membedakan lesi ini dengan kondiloma akuminata, veruka
eksternal yang disebabkan oleh HPV.
 Gejala sistemik yang biasa terjadi:
 Adenopati yang menyeluruh
 Demam, malaise, letargi dan sakit kepala
 Anoreksia dan penurunan berat badan
 Alopesia terjadi dimana saja pada tubuh.
c) Tahap laten
Terjadi setelah manifestasi sifilis sekunder hilang tanpa terapi. Spiroket
yang tinggal dalam keadaan dorman ditubuh dan termanifestasi sendiri
beberapa tahun kemudian seiring degenerasi banyak organ. Spiroket
dapat didiagnosis dengan uji laboratorium saat tidak ada manifestasi
klinis, terutama bila riwayat pejanan telah diketahui atau terdapat
riwayat lesi primer atau sekunder. Dengan gejala:
 Luka primer didaerah genetalia atau tempat lain seperti dimulut dari
sekitarnya. Pada lues sekunder kadang – kadang timbul kondiloma
lata. Lues laten dan sudah lama dapat menyerang organ tubuh
lainnya.
 Pemeriksaan serologis reaksi wassermann dan VDRL
 Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues congenital
merupakan petunjuk bahwa ibu menderita sifilis.
d) Tahap Tersier
Sifilis tersier adalah kelanjutan dari sifilis sekunder. Dengan tandda
khas Gumma ( infiltrate berbatas tegas, lunak, destruktif, besarnya
bervariasi ) dapat menjadi ulkus. Dapat terjadi pada mukosa, tulang,
hepar, kardiovaskuler.
2. Gonoroe
Gejala pada wanita berbeda dengan pria, karena perbedaan antomi dan
fisiologi genital wanita dan pria. Masa inkubasinya bervariasi, singkat
(mulai dari beberapa jam sampai 2- 5 hari ), gejala dan tanda pada ibu
hamil:
 Disuria
 Gatal pada vulva
 Sekret purulenta dari uretra
 Kelenjar batholini membesar
 Orofaringitis ( penyebab hubungan oral – genital )
 Rektum ( penyebab hubungan rectum dan genital)
 Konjungtivitis ( melalui alat/ tangan)
 Kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri di panggul bawah
3. HIV / AIDS
Sebagian penderita mengalami gejala-gejala berikut dalam masa 2 - 6 minggu
selepas dijangkiti kuman HIV:
 Demam
 Sakit tekak dan batuk
 Sakit otot
 Sakit kepala
 Bengkak kelenjar limfa
 Letih
 Ruam
 Sakit sendi
 Turun berat badan
Infeksi HIV terjadi melalui 3 tahapan :
 Tahap Primer/Akut
Terjadi dalam 3-6 minggu, manifestasinya klinisnya berlangsung
selama kurang lebih 1 bulan yang menyebabkan nyeri kepala,
demam.Pada tahap ini virus dapat dideteksi di dalam darah. Jumlah sel
CD4+ sedikit menurun : 750-1000 sel/mm3.
 Tahap Kronik / Asimptomatik
Dapat berlangsung selama 10 tahun, replikasi virus berlangsung lebih
cepat dan lebih destruktif CD4 sebanyak 500 sel/mm3
 Tahap AIDS
Ditandai dengan penurunan jumlah sel CD4+ yang progresif (200 sel/mm3).

B. Penatalaksanaan
 Sifilis
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil
dan pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk
pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun kongenital.Pada wanita
hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan kontraindikasi. Pengobatan
sifilis pada kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu :
 Sifilis Dini ( primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2 tahun)
Benzatine Penisillin 1x / IM, Penisillin G Prokain dalam aquadest
600.000 IU/IM selama 10 hari.
 Sifilis Lanjut ( lebihan dari 2 tahun )
Benzatine Penisillin G 2.4 juta IU/ IM setiap minggu, selama 3x
berturut- turut, atau dengan Penisilin G Prokain 600.000 UI/ IM setiap
hari selama 21 hari
 Neurosifilis
Benzidin penicillin 6 – 9 MU selama 3 sampai 4 minggu. Selanjutnya
dianjurkan pemberian benzyl penicillin 2 -4 MU secara IV setiap 4 jam
selama 10 hari.
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya
sebelum hamil atau pada triwulan 1 untuk mencegah penularan pada
janin.Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wasserman
dan VDRL, bila perlu diobati.
 Gonorroe
Pada ibu hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan
tetraksiklin yang direkomendasikan adalah golongan sefalosporin
( seftriakson 250 Mg/ IM dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap
penisil atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikana
Spektinomisin 2 gr/IM sebagai dosis tunggal.
Pada wanita hamil juga dapat diberikan amoksisilin 2 grm / 3 gram peroral
dengan tambahan probenesid 1 grm oral sebagai dosis tunggal saat isolasi
N.Gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin
direkomendasikan untuk pengobatan jika disertai infeksi C. Trachomatis.
Pencegahan
 Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan
orang yang terinfeksi

 Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat


menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini
 Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai
 Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah
infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
 Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan
meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya
pencegahan.
 HIV/ AIDS
Tata cara mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi caranya dengan
melakukan skrining yang baik, cara lainnya dengan pemberian obat
antiretroviral pada ibu positif, selain itu dengan melakukan persalinan
yang aman pada saat persalinan, selama persalinan, setelah persalinan.
Untuk mencegah HIV perlu juga diberikan obat anti HIV pada ibu hamil
ysng diketahui terinfeksi HIV pada TM II dan III, diberikan AZT peroral,
sedangkan saat persalinan diberikan AZT melalui infus, keada bayi baru
lahir diberikan selama 6 minggu.
Pada persalinan normal kemungkinan penularan HIV lebih besar sehingga
pada ibu hamil di anjurkan untuk menjalani operasi caesar.
Manajemen ibu hamil penderita AIDS tanpa gejala atau dengan gejala,
sebaiknya mendapatkan langkah- langkah sebagai berikut :
 Identifikasi Resiko Tinggi yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan
seksualnya memakai narkotika intravena.
 Dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV.
 Diberikan peningkatan pengetahuan tentang HIV/ AIDS
 Memberikan konseling mengenai masalah HIV/ AIDS
Infeksi HIV/AIDS saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan
bagi mereka yang menderita HIV tidak melakukan huhungan badan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi

C. Komplikasi HIV/AIDS
AIDS bersifat melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita, tidak geran
jika penderita AIDS mudah terinfeksi berbagai penyakit dan kanker sehingga
menimbulkan komplikasi. Misalnya :
1) Tb. Umum dikenal dengan tuberculosis, adalah penyakit umum yang diderita
penderita Aids dan dapat mematikan. hampir semua penderita HIV/AIDS,
juga menderita Tb.
2) Salmonela. Menular melalui makanan dan air. Gejalanya ialah diare parah,
demam, menggigil, sakit perut dan muntah.
3) Cytomegalovirus (CMV). Adalah jenis virus herpes yang menular melalui
cairan tubuh, seperti air liur, darah, ASI, semen dan urin. Virus ini dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, sistem pencernaan, paru-paru dan organ
tubuh lainnya.
4) Candiasis. Menyebabkan peradangan dan bercak putih pada mulut (lidah),
tenggorokan dan vagina. Bintik putih ini menyebabkan nyeri. Akan lebih
parah jika mengenai anak-anak.
5) Cryptococcal meningitis. Peradangan yang disebabkan oleh infeksi jamur
pada membran dan cairan sekitar otak dan tulang belakang. Biasanya ada
pada tanah, dapat pula menyebar melalui burung atau kelelawar.
6) Toxoplasma. Umumnya disebarkan melalui kotoran kucing dan dapat
menyebar ke hewan lainnya. Virus ini dapat menyebabkan kematian.
7) Cryptosporidiosis. Disebabkan oleh parasit yang hidup pada usus hewan
yang dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Parasit
ini dapat hidup pada usus manusia dan dapat mengakibatkan diare parah.
8) Kaposi’s sarcoma. Adalah tumor pada dinding pembuluh darah. Gejalanya
adalah kemerahan pada kulit dan mulut. Penyakit jenis ini sangat jarang
mengenai mereka yang bukan penderita HIV.
9) Lymphomas. Kanker ini terjadi pada sel darah putih, umumnya bermula pada
kelenjar getah bening. Gejala awalnya adalah bengkak dan nyeri pada
kelenjar getah bening (leher, ketiak dan pangkal paha).

D. Patofisiologi HIV/AIDS
HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan terjadi
fusi membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke dalam
sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dari
RNA HIV melalui enzim polimerase. Enzim integrasi kemudian akan
memembantu DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk (Widoyono,
2011).
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan
membentuk RNA dengan fasilitas sel induk, sedangakan mRNA dalam sitoplasma
akan diubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya
mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV
lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun (imunosupresi) ini akan
menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T
(Widoyono, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Jakarta. YBPS

Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer C.S, Bare G.B,. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3.
Jakarta : EGC
Nanda International. (2015). Jakarta : EGC
Nursing Outcome Classification Edisi Kelima. (2016). Yogyakarta :
Mocomedia Nursing Interventions Classification Edisi Keenam. (2016).
Yogyakarta : Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai