SEKSUAL
Nadia Husaeni
Nadia Putri I
Nurus Shafira
Definisi Penyakit Menluar Seksual
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal, berasal dari kata venus,
yaitu dewi cinta dari romawi kuno.
Penyakit Menular Seksual (PMS) (kadang disebut Infeksi Menular Seksual atau
penyakit kelamin) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara
penis, vagina, anus dan/atau mulut.
Penyakit Sifilis
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.
Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan
seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat
kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat
akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati
bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang
dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat
memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir
yang normal dan mampu menembus plasenta
sehingga dapat menginfeksi janin. Sifilis adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum. Penyakit menular seksual
adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual.
Patofisologi
Bakteri Treponema Pallidium masuk ke dalam
tubuh manusia mengalami kontak, organisme
dengan cepat menembus selaput lendir
normal atau suatu lesi kulit kecil dalam
beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik
dan darah dengan memberikan manifestasi
infeksi sistemik.
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya
infeksi primer tidak diobati, penyakit ini akan
menginvasi meninges dan pembuluh darah,
sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis
meningovaskuler.
Faktor penyebab penyakit sifilis
Tahap primer
Pada tahap ini, luka yang tidak menimbulkan rasa sakit akan muncul di tempat di
mana bakteri masuk ke dalam tubuh. Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 3
minggu dari paparan, dengan kisaran antara 10-90 hari. Seseorang dapat sangat
menular selama tahap primer ini.
• Tahap sekunder
Tahap ini ditandai dengan ruam yang muncul selama 2-12 minggu setelah
luka berkembang dan terkadang bahkan sebelum ia sembuh. Gejala lain mungkin
terjadi, yang berarti bahwa infeksi telah menyebar ke seluruh tubuh. Seseorang juga
akan sangat menular pada tahap sekunder. Ruam sering berkembang pada seluruh
tubuh dan umumnya termasuk telapak tangan dan kaki.
• Ruam biasanya terlihat coklat kemerahan, kecil, padat, datar atau terangkat pada
kulit kurang dari 2 cm. Namun, ruamakan tampak seperti masalah kulit biasa.
• Luka kecil terbuka dapat hadir pada selaput lendir. Luka berisi nanah atau luka
lembab seperti kutil juga dapat hadir.
• Pada orang berkulit gelap, warna luka mungkin terlihat lebih terang dibandingkan
kulit di sekitarnya.
• Ruam kulit biasanya sembuh dalam waktu 2 bulan dengan sendirinya tanpa tanpa
bekas luka. Setelah penyembuhan, perubahan warna kulit dapat terjadi. Namun,
meskipun luka telah sembuh, sipilis akan tetap menular kepada orang lain.
1. Tahap laten (tersembunyi)
Jika tidak diobati, orang akan maju ke tahap laten. Ini adalah tahapan setelah seseorang
terinfeksi. Setelah ruam pada tahap sekunder hilang, seseorang tidak akan memiliki gejala
apapun dalam beberapa waktu (tahap laten). Tahapan ini mungkin dapat sesingkat satu tahun
Selama tahap ini, diagnosis yang akurat hanya dapat dilakukan melalui tes darah, pengalaman
seseorang, atau kelahiran anak dengan sipilis kongenital. Seseorang akan menularkan virus
selama periode awal tahap laten dan mungkin juga menular selama tahap laten jika tidak ada
Ini adalah tahapan yang paling menular dari sipilis. Jika tidak diobati, tahap akhir ini mungkin
akan muncul dalam waktu dini, yaitu 1 tahun setelah terinfeksi atau setiap saat selama ia hidup.
Seseorang dengan sipilis mungkin tidak pernah sampai pada tahap ini. Tahap ini akan
menyebabkan masalah pembuluh darah dan jantung yang serius, gangguan mental, kebutaan,
masalah sistem saraf, dan bahkan kematian
Demam
Sakit tenggorokan
Rambut rontok
Bayi dengan sifilis kongenital, ibu dengan/ tanpa sifilis : Penisilin G prokain
50.000 unit/kgBB IM/IV selama 10-14 hari. Bayi normal,Ibu sifilis dini dan/atau
tanpa terapi atau terapi tidak tercatat diberikan : Aqueous penisilin G 50.000
unit/kgBB IV selama 10-14 hari, atau penisilin prokain G 50.000 unit/kgBB IM,
10-14 hari usia (usia ≤ 4 minggu), atau benzatin penisilin G 50.000 unit/kgBB IM,
dosis tunggal
Ibu sifilis laten lanjut, atau Ibu mendapat terapi eritromosin atau obat selain
penilin, atau Ibu mendapat terapi adekuat ≤ 4 minggu sebelum persalinan, atau
Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer non
treponema tidak turun 4 kali lipat, diberikan : Benzatin penisilin 50.000
unit/kgBB IM, dosis tunggal.
Pemeriksaan Penunjang
AIDS disebabkan oleh virus HIV. HIV ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi,
air mani, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI) dari orang yang terinfeksi. Sebagai contoh, ketika
Anda berhubungan seks baik vagina, anal, atau oral dengan seseorang yang memiliki HIV
tanpa kondom, virus ini akan sangat mudah menular.
Berbagi jarum suntik dan peralatan suntik lainnya dengan orang yang terkontaminasi dengan
HIV.
Menggunakan peralatan tato dan body piercing (termasuk tinta) yang tidak disterilkan dan
pernah dipakai oleh orang dengan HIV.
Dari seorang ibu dengan HIV kepada bayinya (sebelum atau selama kelahiran) dan saat
menyusui.
Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya, seperti klamidia atau gonore
Adanya kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang memiliki infeksi HIV
Tes HIV
1. Tes serologi
Tes cepat
Tes cepat dengan reagen yang sudah dievaluasi oleh instusi yang ditunjuk
Kementerian Kesehatan dapat mendeteksi baik antibodi terhadap HIV-1 maupun
HIV-2.Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan waktu
tunggu untuk mengetahui hasil kurang dari 20 menit, tergantung pada jenis tesnya
dan harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.
Tes ELISA
Tes HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA
(enzyme-linked immunisorbent assay) atau dikenal juga dengan EIA (enzyme
immunoassay).
2. Tes virologis dengan PCR
Tes virologis dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Tes virologis
penting dilakukan untuk pemeriksaan ibu hamil HIV-positif yang baru melahirkan atau bayi
baru lahir.
Tes HIV antibodi-antigen
Tes HIV Ab-Ag mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap HIV-1 atau HIV-2, serta protein
yang disebut p24, yang merupakan bagian dari inti virus (antigen dari virus).
Penanganan Dan Pengobatan
Aids
Klamidia atau chlamydia adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini bisa menyerang baik pria
maupun wanita melalui kontak seksual. Chlamydia adalah infeksi PMS (penyakit
menular seksual) yang sangat umum. Infeksi ini dapat diobati dengan mudah
tapi jika tidak ditangani dapat menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan
komplikasi chlamydia pada pria
Gejala chlamydia pada wanita: atau merasa sakit pada perut bagian
Menstruasi lebih berat dari biasanya bawah.
Rasa terbakar ketika buang air kecil. Luka di penis terasa gatal atau terbakar.
Sakit saat sedang berhubungan seksual, Rasa terbakar ketika buang air kecil
dan dapat mengalami perdarahan di Rasa sakit atau bengkak pada salah satu
vagina sesudahnya. atau kedua buah zakar.
Bila infeksi sudah menyebar, maka
penderita akan merasa mual, demam,
Patofisiologi klamidia
Dikenal sebagai klamidiasis, pada fase awal akan akan memasuki sel dan
membentuk badan inklusi yang menjadi badan dasar dari perkembangan
organisme ini. Setelah proses maturasi berjalan sempurna, sel-sel tersebut akan
ruptur dalam 2-3 hari, dan kemudian masuk ke dalam sel-sel lain untuk
melanjutkan proses replikasi. Akibat dari siklus kehidupan organisme ini,
Chlamydia trachomatis, tidak dapat dikultur pada media artifisial.
Penyebab Chlamydia
Cairan seksual yang keluar dari alat kelamin penderitanya bisa menularkan
bakteri ini walaupun tanpa orgasme, ejakulasi, atau penetrasi. Berhubungan
seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, dapat
meningkatkan risiko terjangkit Pada ibu hamil, bisa menularkan chlamydia pada
bayi yang dilahirkannya dan menyebabkan mata menjadi bengkak dan
mengeluarkan cairan atau yang disebut dengan konjungtivitis serta radang paru-
paru.
Faktor Risiko Chlamydia
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu : demam, pegal-
pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan merupakan tanda- tanda sifilis.
Evaluasi: Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala- gejala sifilis.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa
nyeri dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
Evaluasi: Ibu memahami tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan
menciptakan lingkungan yang nyaman.
3. Menganjurkan ibu untuk banyak minum,,dan melakukan kompres apabila demam
dengan menggunakan air hangat di dahi.
Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu mendapatkan support
Evaluasi :Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat dalam proses pengobatan dan
perawatan ibu.
5. Menganjurkan ibu dan suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena hal ini dapat
menyebabkan penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan penyebaran dari penyakit menular
Evaluasi:Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak berganti- ganti pasangan
6. Menjelaskan pada ibu tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan pengompresan
dengan air hangat pada daerah yang nyeri, dan meminimalisir terjadinya sentuhan atu gesekan pada
Evaluasi: Ibu memahami penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bagian vagina, bisa dengan cara membersihkan
vagina dengan air frebusan daun sirih, jika daerah vaginanya tidak ada luka/lecet.
10. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ibu lebih sering berjalan – jalan disekitar rumah saat pagi
cairan sebelum waktunya, ada perdarahan, sakit kepala berlebihan, dan lain – lain.
12. Menjelaskan tanda – tanda persalinan ibu mengetahui tentang tanda – tanda persalinan seperti mules – mules yang
13. Menganjurkan ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan à ibu mengerti tentang pentingnya bersalin di tenaga kesehatan.
14. Menganjurkan ibu untuk mulai mempersiapkan proses persalinan dan perlengkapannya à ibu sudah mulai
15. Dokumentasi
SOAP Kasus
Penyakit HIV
AIDS
SUBJEKTIF
– Keluhan utama :
Ibu menderita demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, batuk menetap lebih
dari 1 bulan, diare yang berlangsung lebih dari 1 bulan, sariawan pada mulut sejak
1 minggu yang lalu.
– Riwayat kesehatan :
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular (PMS,
Hepatitis, TBC, HIV).
OBJEKTIF
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien agar ibu lebih kooperatif dan
menambah pengetahuan tentang keadaan klien. Evaluasi : ibu paham dengan
keadaannya
Memberikan ibu tablet Fe untuk meningkatkan kadar Hb. Evaluasi : ibu
mengerti dan meminum tablet Fe sesuai anjuran.
Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
agar menjaga kondisi ibu agar tetap stabil dan membantu meningkatkan kadar
Hb. Evaluasi : ibu mengerti.
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, tindakan, dan pemeriksaan
laboratorium ulang untuk memberikan penanganan yang tepat untuk mencegah bayi tertular
Memberikan KIE pada ibu untuk rencana persalinan dengan dilakukan SC. Dilakukan SC
untuk memperkecil ruang infeksi yang ditularkan dari ibu ke janin. Evaluasi: ibu mengerti.
Memberitahu ibu untuk datang kembali apabila ada keluhan. Tujuannya untuk memberikan
asuhan lanjutan serta mengetahui perkembangan kondisi ibu dan janin. Evaluasi: ibu
mengerti.
SOAP Kasus
Penyakit
Klamidia
KASUS
Seorang Ibu Rumah tangga (29 tahun) datang ke Rumah Sakit Harapan Bunda
dengan keluhan keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil
akan merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman, keluhan
keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan adanya mukopurulen dan
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, serta rasa sakit di perut setelah
melakukan hubungan seksual.
SUBJEKTIF
– Keluhan utama :
Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan merasakan
adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman, keluhan keputihan yang disertai
nyeri pada saat BAK dan adanya mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, serta rasa sakit di perut setelah melakukan hubungan seksual.
– Riwayat Penyakit :
– Riwayat penyakit dahulu : gatal-gatal pada kemaluan dan adanya keputihan.
– Riwayat penyakit sekarang : nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air kecil
– Riwayat penyakit keluarga : tidak ada penyakit yang berhubungan dengan klamidia
OBJEKTIF
– Inspeksi :
Adanya keputihan
Adanya bercak-bercak keputihan pada celana dalam.
Kulit kelamin berwarna kemerah-merahan.
– Palpasi :
Kelenjer inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan bengkak.
Pasien diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal dan rahim. Mulut dan
tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau eksudat.
ANALISA
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga dan klien agar ibu lebih
kooperatif dan menambah pengetahuan tentang kedaan nya tersbebut.
Evaluasi : ibu paham dengan keadaannya
Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
agar menjaga kondisi ibu agar tetap stabil dan membantu meningkatkan kadar
Hb. Evaluasi : ibu mengerti.
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, tindakan, dan
pemeriksaan laboratorium ulang untuk memberikan penanganan yang tepat
untuk mencegah bayi tertular Klamidia. Evaluasi: ibu dan keluarga mengerti.
1. Menganjurkan ibu untuk melakukan abstinensia selama pengonatan hinggga dinyatakan
sembuh melalui pemeriksaan kontrol setelah pengobatan selesai. Evaluasi: ibu dan keluarga
mengerti
2. Memberikan KIE pada ibu dan menganjurkan suami untuk diperikasa agar mendeteksi
adanya penularam dan mendapatlkan terapi. Evaluasi: ibu dan keluarga setuju.
3. Memberikan KIE pada ibu dan suami untuk menghindari hubungan seksual berisiko dan
4. Memberitahu ibu untuk datang kembali apabila ada keluhan. Tujuannya untuk memberikan
asuhan lanjutan serta mengetahui perkembangan kondisi ibu dan janin. Evaluasi: ibu
mengerti.