Anda di halaman 1dari 48

PENYAKIT MENULAR

SEKSUAL

Nadia Husaeni
Nadia Putri I
Nurus Shafira
Definisi Penyakit Menluar Seksual

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal, berasal dari kata venus,
yaitu dewi cinta dari romawi kuno.
Penyakit Menular Seksual (PMS) (kadang disebut Infeksi Menular Seksual atau
penyakit kelamin) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara
penis, vagina, anus dan/atau mulut.
Penyakit Sifilis
 Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.
Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan
seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat
kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat
akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati
bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang
dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat
memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir
yang normal dan mampu menembus plasenta
sehingga dapat menginfeksi janin. Sifilis adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum. Penyakit menular seksual
adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual.
Patofisologi
 Bakteri Treponema Pallidium masuk ke dalam
tubuh manusia mengalami kontak, organisme
dengan cepat menembus selaput lendir
normal atau suatu lesi kulit kecil dalam
beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik
dan darah dengan memberikan manifestasi
infeksi sistemik.
 Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya
infeksi primer tidak diobati, penyakit ini akan
menginvasi meninges dan pembuluh darah,
sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis
meningovaskuler.
Faktor penyebab penyakit sifilis

Hubungan Sering Melakukan Melakuka Janin yang Kurangnya


seksual berganti hubungan n orang kebersihan
yang bebas pasangan. seksual hubunga tuanya diri
tanpa menderita
n seksual
mengguna sifilis.
kan alat dengan
kontraseps orang
i yang yang
aman. mengida
p sifilis
Gejala sifilis
berdasarkan tahapannya

 Tahap primer
Pada tahap ini, luka yang tidak menimbulkan rasa sakit akan muncul di tempat di
mana bakteri masuk ke dalam tubuh. Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 3
minggu dari paparan, dengan kisaran antara 10-90 hari. Seseorang dapat sangat
menular selama tahap primer ini.
• Tahap sekunder
Tahap ini ditandai dengan ruam yang muncul selama 2-12 minggu setelah
luka berkembang dan terkadang bahkan sebelum ia sembuh. Gejala lain mungkin
terjadi, yang berarti bahwa infeksi telah menyebar ke seluruh tubuh. Seseorang juga
akan sangat menular pada tahap sekunder. Ruam sering berkembang pada seluruh
tubuh dan umumnya termasuk telapak tangan dan kaki.
• Ruam biasanya terlihat coklat kemerahan, kecil, padat, datar atau terangkat pada
kulit kurang dari 2 cm. Namun, ruamakan tampak seperti masalah kulit biasa.
• Luka kecil terbuka dapat hadir pada selaput lendir. Luka berisi nanah atau luka
lembab seperti kutil juga dapat hadir.
• Pada orang berkulit gelap, warna luka mungkin terlihat lebih terang dibandingkan
kulit di sekitarnya.
• Ruam kulit biasanya sembuh dalam waktu 2 bulan dengan sendirinya tanpa tanpa
bekas luka. Setelah penyembuhan, perubahan warna kulit dapat terjadi. Namun,
meskipun luka telah sembuh, sipilis akan tetap menular kepada orang lain.
1. Tahap laten (tersembunyi)

Jika tidak diobati, orang akan maju ke tahap laten. Ini adalah tahapan setelah seseorang

terinfeksi. Setelah ruam pada tahap sekunder hilang, seseorang tidak akan memiliki gejala

apapun dalam beberapa waktu (tahap laten). Tahapan ini mungkin dapat sesingkat satu tahun

atau dapat berkisar antara 5-20 tahun.

Selama tahap ini, diagnosis yang akurat hanya dapat dilakukan melalui tes darah, pengalaman

seseorang, atau kelahiran anak dengan sipilis kongenital. Seseorang akan menularkan virus

selama periode awal tahap laten dan mungkin juga menular selama tahap laten jika tidak ada

gejala yang hadir.


1. Tahap akhir

Ini adalah tahapan yang paling menular dari sipilis. Jika tidak diobati, tahap akhir ini mungkin
akan muncul dalam waktu dini, yaitu 1 tahun setelah terinfeksi atau setiap saat selama ia hidup.
Seseorang dengan sipilis mungkin tidak pernah sampai pada tahap ini. Tahap ini akan
menyebabkan masalah pembuluh darah dan jantung yang serius, gangguan mental, kebutaan,
masalah sistem saraf, dan bahkan kematian
Demam

Sakit tenggorokan

Penurunan berat badan

Rambut rontok

Pembengkakan kelenjar getah bening.


Pengobatan Sifilis

 Bayi dengan sifilis kongenital, ibu dengan/ tanpa sifilis : Penisilin G prokain
50.000 unit/kgBB IM/IV selama 10-14 hari. Bayi normal,Ibu sifilis dini dan/atau
tanpa terapi atau terapi tidak tercatat diberikan : Aqueous penisilin G 50.000
unit/kgBB IV selama 10-14 hari, atau penisilin prokain G 50.000 unit/kgBB IM,
10-14 hari usia (usia ≤ 4 minggu), atau benzatin penisilin G 50.000 unit/kgBB IM,
dosis tunggal
 Ibu sifilis laten lanjut, atau Ibu mendapat terapi eritromosin atau obat selain
penilin, atau Ibu mendapat terapi adekuat ≤ 4 minggu sebelum persalinan, atau
Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer non
treponema tidak turun 4 kali lipat, diberikan : Benzatin penisilin 50.000
unit/kgBB IM, dosis tunggal.
Pemeriksaan Penunjang

 Dokter dapat membuat diagnosis berdasarkan sejarah medis dan pemeriksaan


tubuh pasien dengan memperhatikan organ seks, mulut, dan anus. Jika terdapat
tanda penyakit sekecil apa pun, sebentuk kecil irisan jaringan atau cairan
penyakit akan segera diteliti untuk mengetahui jenis bakteri menggunakan
mikroskop lapang gelap
 Sebuah tes darah, dikenal sebagai VDRL, dilakukan untuk menentukan apakah
terdapat antibodi (zat yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi dari bakteri Treponema pallidum) dalam darah. Tidak sampai di
situ, dokter juga akan menguji pasangan seksual
Penyakit HIV AIDS

 HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem


kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin
banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah,
sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
 Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah
stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Patofisiologis HIV

– Patofisiologi Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi


dari infeksi HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan
jumlah CD4 < 200μL meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpainfeksi
oportunistik.HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang
terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada
janinnya atau melalui laktasi
Gejala HIV dari primer sampai
akut

 Demam atau panas. terutama pada leher  Sariawan pada Mulut


 Sakit kepala  Nyeri sendi atau alat kelamin

 Nyeri otot.  Keringat malam  Pembesaran


Kelenjar getah bening,
 Ruam.  Diare terutama pada leher.
 Menggigil.  Demam atau panas  Nyeri sendi
 Sakit tenggorokan  Sakit kepala.  Keringat malam
 Sariawan pada Mulut  Nyeri otot.  Diare
atau alat kelamin  Ruam.
 Pembesaran  Menggigil.
Kelenjar getah bening,
 Sakit tenggorokan
Penyebab terjadinya HiV

 AIDS disebabkan oleh virus HIV. HIV ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi,
air mani, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI) dari orang yang terinfeksi. Sebagai contoh, ketika
Anda berhubungan seks baik vagina, anal, atau oral dengan seseorang yang memiliki HIV
tanpa kondom, virus ini akan sangat mudah menular.
 Berbagi jarum suntik dan peralatan suntik lainnya dengan orang yang terkontaminasi dengan
HIV.
 Menggunakan peralatan tato dan body piercing (termasuk tinta) yang tidak disterilkan dan
pernah dipakai oleh orang dengan HIV.
 Dari seorang ibu dengan HIV kepada bayinya (sebelum atau selama kelahiran) dan saat
menyusui.
 Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya, seperti klamidia atau gonore
 Adanya kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang memiliki infeksi HIV
Tes HIV

1. Tes serologi
 Tes cepat
 Tes cepat dengan reagen yang sudah dievaluasi oleh instusi yang ditunjuk
Kementerian Kesehatan dapat mendeteksi baik antibodi terhadap HIV-1 maupun
HIV-2.Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan waktu
tunggu untuk mengetahui hasil kurang dari 20 menit, tergantung pada jenis tesnya
dan harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.
 Tes ELISA
 Tes HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA
(enzyme-linked immunisorbent assay) atau dikenal juga dengan EIA (enzyme
immunoassay).
2. Tes virologis dengan PCR

Tes virologis dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Tes virologis
penting dilakukan untuk pemeriksaan ibu hamil HIV-positif yang baru melahirkan atau bayi
baru lahir.
 Tes HIV antibodi-antigen
Tes HIV Ab-Ag mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap HIV-1 atau HIV-2, serta protein
yang disebut p24, yang merupakan bagian dari inti virus (antigen dari virus).
Penanganan Dan Pengobatan
Aids

 Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk


membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi
meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka
kelahiran dan kematian.
Penyakit Klamidia

 Klamidia atau chlamydia adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini bisa menyerang baik pria
maupun wanita melalui kontak seksual. Chlamydia adalah infeksi PMS (penyakit
menular seksual) yang sangat umum. Infeksi ini dapat diobati dengan mudah
tapi jika tidak ditangani dapat menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan
komplikasi chlamydia pada pria

 Epididimitis, yaitu peradangan yang terjadi pada epididimis yang merupakan


bagian dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk sperma dari testikel.
 Reactive arthritis, yaitu peradangan yang terjadi pada persendian dan lebih
banyak menimpa pria dibandingkan wanita
 Uretritis, yaitu peradangan yang terjadi pada saluran pembuangan urine atau
uretra. Kondisi ini biasanya memiliki gejala seperti sering dan tidak mampu
menahan buang air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup atau
ujung Mr P mengalami iritasi dan terasa sakit, dan ujung Mr P mengeluarkan
cairan kental berwarna putih.
komplikasi chlamydia pada
wanita
 Servisitis, yaitu peradangan yang terjadi pada leher rahim
atau serviks
 Penyakit radang panggul, yaitu infeksi yang terjadi pada
ovarium, rahim dan tuba fallopi.
 Bartholinitis atau membengkaknya kelenjar Bartholin yang
memproduksi cairan pelumas pada wanita saat berhubungan
seksual.
 Salpingitis, yaitu peradangan yang terjadi pada tuba fallopi
yang menyebabkan sel telur dari ovarium sulit untuk menuju
rahim dan membuat pengidapnya sulit hamil.
 Komplikasi pada ibu hamil dan janin. Ibu hamil mengalami
ketuban pecah dini. Bayi yang lahir memiliki berat badan yang
rendah, berisiko terkena pneumonia dan trachoma, yaitu
infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Gejala Chlamydia

Gejala chlamydia pada wanita: atau merasa sakit pada perut bagian
 Menstruasi lebih berat dari biasanya bawah.

 Pendarahan di antara masa menstruasi Gejala chlamydia pada pria

 Keputihan yang sangat bau.  Keluar cairan dari penis.

 Rasa terbakar ketika buang air kecil.  Luka di penis terasa gatal atau terbakar.

 Sakit saat sedang berhubungan seksual,  Rasa terbakar ketika buang air kecil
dan dapat mengalami perdarahan di  Rasa sakit atau bengkak pada salah satu
vagina sesudahnya. atau kedua buah zakar.
 Bila infeksi sudah menyebar, maka
penderita akan merasa mual, demam,
Patofisiologi klamidia

 Dikenal sebagai klamidiasis, pada fase awal akan akan memasuki sel dan
membentuk badan inklusi yang menjadi badan dasar dari perkembangan
organisme ini. Setelah proses maturasi berjalan sempurna, sel-sel tersebut akan
ruptur dalam 2-3 hari, dan kemudian masuk ke dalam sel-sel lain untuk
melanjutkan proses replikasi. Akibat dari siklus kehidupan organisme ini,
Chlamydia trachomatis, tidak dapat dikultur pada media artifisial.
Penyebab Chlamydia

 Cairan seksual yang keluar dari alat kelamin penderitanya bisa menularkan
bakteri ini walaupun tanpa orgasme, ejakulasi, atau penetrasi. Berhubungan
seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, dapat
meningkatkan risiko terjangkit Pada ibu hamil, bisa menularkan chlamydia pada
bayi yang dilahirkannya dan menyebabkan mata menjadi bengkak dan
mengeluarkan cairan atau yang disebut dengan konjungtivitis serta radang paru-
paru.
Faktor Risiko Chlamydia

 Pernah mengidap penyakit menular seksual.


 Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
 Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
 Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
Diagnosis Chlamydia

 Pemeriksaan serologis klamidia, yakni suatu pemeriksaan terhadap adanya


antibodi yang diproduksi oleh tubuh sebagai respon terhadap infeksi klamidia.
Ada 2 jenis antibodi yang umumnya dilihat, yakni IGM dan IGG, dimana igM
akan menunjukkan adanya suatu proses infeksi akut yang sedang berlangsung
dan IGG menunjukkan adanya suatu infeksi di masa lampau. Jika keduanya
positif berarti dahulu pernah terinfeksi dan saat inipun infeksi sedang
berlangsung. Pemeriksaan Anti-Chlamydia trachomatis IGG mendeteksi antibodi
IGG terhadap Chlamydia trachomatis. Antibodi IgG merupakan antibodi yang
muncul setelah IgM dan bisa menetap seumur hidup. Pemeriksaan Anti-
Chlamydia trachomatis IGG membutuhkan sampel darah yang diambil dari
pembuluh darah vena di lengan.
TERAPI

 Terapi yang biasanya digunakan adalah


– Antibiotika, minum obat secara teratur
– Partner seksualnya juga harus diobati
 Obat antibiotik :
– Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih
– Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih
– Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih
– Azitromisin 1 gram dosis tunggal
Pencegahan Chlamydia

 Menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berbagi


penggunaan mainan seks.
 Pemakaian kondom saat berhubungan seksual tidak 100 persen menghilangkan
risiko terkena infeksi, tapi efektif dalam mengurangi risiko terjangkit penyakit
menular seksual.
 Membatasi pasangan seksual atau setia dengan satu orang pasangan saja. Jika
aktif melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, maka
dianjurkan melakukan pemeriksaan secara rutin, mengingat chlamydia bisa
tidak menimbulkan gejala pada sebagian orang.
SOAP KASUS
PENYAKIT
SIFILIS
KASUS

Seorang ibu hamil . Ny. X umur 23 tahun,hamil anak pertama.Usia kehamilan 28


minggu.Datang ke Bps tanggal 10 Mei 2013 bersama suaminya Tn Y ,pukul 10.00
WIB ,ingin memeriksakan kehamilanya, ibu mengeluh nyeri saat buang air kecil,
sering demam, nyeri di bagian perut bawah dan pegal-pegal, serta kemerahan
pada kaki dan tangan,. Ibu mengatakan suaminya menderita sífilis serta belum
teratasi .Ibu merasa cemas jika ibu dan bayi yang dikandungnya tertular sífilis. Ibu
mengatakan tidak mengetahui aktivitas suaminya diluar rumah. Ibu khawatir
suaminya sering ‘jajan‘ mungkin tidak menyadari kalau dirinya sudah mengidap
penyakit sifilis.
PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu : demam, pegal-
pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan merupakan tanda- tanda sifilis.
Evaluasi: Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala- gejala sifilis.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa
nyeri dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
Evaluasi: Ibu memahami tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan
menciptakan lingkungan yang nyaman.
3. Menganjurkan ibu untuk banyak minum,,dan melakukan kompres apabila demam
dengan menggunakan air hangat di dahi.
Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu mendapatkan support

dan dukungan dari keluarga sehingga mempercepat proses penyembuhan.

Evaluasi :Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat dalam proses pengobatan dan

perawatan ibu.

5. Menganjurkan ibu dan suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena hal ini dapat

menyebabkan penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan penyebaran dari penyakit menular

seksual menjadi lebih luas.

Evaluasi:Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak berganti- ganti pasangan

begitu juga dengan suami.

6. Menjelaskan pada ibu tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan pengompresan

dengan air hangat pada daerah yang nyeri, dan meminimalisir terjadinya sentuhan atu gesekan pada

daerah yang nyeri.


7. Menjelaskan pada ibu bahwa sifilis bisa menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayi sehingga

ibu harus menjaga kondisinya agar tidak terjadi komplikasi.

Evaluasi: Ibu memahami penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.

8. Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium untuk pemeriksaan kimia

darah, ureum, kreatinin, GDS.

Evaluasi: Ibu bersedia melakukan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium

9. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bagian vagina, bisa dengan cara membersihkan

vagina dengan air frebusan daun sirih, jika daerah vaginanya tidak ada luka/lecet.

Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan

10. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ibu lebih sering berjalan – jalan disekitar rumah saat pagi

dan sore hari.

Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan.


11. Menjelaskan tanda – tanda bahaya kehamilan ibu mengetahui tentang tanda – tanda bahaya kehamilan seperti keluar

cairan sebelum waktunya, ada perdarahan, sakit kepala berlebihan, dan lain – lain.

Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan.

12. Menjelaskan tanda – tanda persalinan ibu mengetahui tentang tanda – tanda persalinan seperti mules – mules yang

sering dan teratur dan keluar darah bercampur lendir – lender.

Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan

13. Menganjurkan ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan à ibu mengerti tentang pentingnya bersalin di tenaga kesehatan.

Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan.

14. Menganjurkan ibu untuk mulai mempersiapkan proses persalinan dan perlengkapannya à ibu sudah mulai

mempersiapkan proses dan perlengkapan persalinannya.

Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan.

15. Dokumentasi
SOAP Kasus
Penyakit HIV
AIDS
SUBJEKTIF

– Keluhan utama :
Ibu menderita demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, batuk menetap lebih
dari 1 bulan, diare yang berlangsung lebih dari 1 bulan, sariawan pada mulut sejak
1 minggu yang lalu.
– Riwayat kesehatan :
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular (PMS,
Hepatitis, TBC, HIV).
OBJEKTIF

– Pemeriksaan umum : – Leher : pelebaran kelenjar limfe.


– Keadaan umum : kurang baik. – Dada : tidak ada
retraksi dada.
– Kesadaran : composmentis
– Abdomen : inpeksi pada perut, palpasi
– TTV :
TFU, TBJ, DJJ (normal 120-160
– BB (50 kg), TD (110/90 mmHg), nadi normal
– kali permenit).
(N : 70 kali permenit), suhu (370C),
pernapasan normal (N : 20 kali permenit) – Pemeriksaan penunjang :
– Pemeriksaan fisik : – Hb (9%), ELISA (+), Wester blot (+), PCR
(Polymerase Chain Reaction).
– Mata : konjungtiva anemi, sklera
putih.
ANALISA

– Ibu G.1 . .P0. . .hamil. 24. .minggu dengan HIV


PENATALAKSANAAN

 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien agar ibu lebih kooperatif dan
menambah pengetahuan tentang keadaan klien. Evaluasi : ibu paham dengan
keadaannya
 Memberikan ibu tablet Fe untuk meningkatkan kadar Hb. Evaluasi : ibu
mengerti dan meminum tablet Fe sesuai anjuran.
 Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
agar menjaga kondisi ibu agar tetap stabil dan membantu meningkatkan kadar
Hb. Evaluasi : ibu mengerti.
 Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, tindakan, dan pemeriksaan

laboratorium ulang untuk memberikan penanganan yang tepat untuk mencegah bayi tertular

HIV (+). Evaluasi: ibu dan keluarga mengerti.

 Memberikan KIE pada ibu untuk rencana persalinan dengan dilakukan SC. Dilakukan SC

untuk memperkecil ruang infeksi yang ditularkan dari ibu ke janin. Evaluasi: ibu mengerti.

 Memberitahu ibu untuk datang kembali apabila ada keluhan. Tujuannya untuk memberikan

asuhan lanjutan serta mengetahui perkembangan kondisi ibu dan janin. Evaluasi: ibu

mengerti.
SOAP Kasus
Penyakit
Klamidia
KASUS

Seorang Ibu Rumah tangga (29 tahun) datang ke Rumah Sakit Harapan Bunda
dengan keluhan keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil
akan merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman, keluhan
keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan adanya mukopurulen dan
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, serta rasa sakit di perut setelah
melakukan hubungan seksual.
SUBJEKTIF

– Keluhan utama :
Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan merasakan
adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman, keluhan keputihan yang disertai
nyeri pada saat BAK dan adanya mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, serta rasa sakit di perut setelah melakukan hubungan seksual.
– Riwayat Penyakit :
– Riwayat penyakit dahulu : gatal-gatal pada kemaluan dan adanya keputihan.
– Riwayat penyakit sekarang : nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air kecil
– Riwayat penyakit keluarga : tidak ada penyakit yang berhubungan dengan klamidia
OBJEKTIF

– Inspeksi :
Adanya keputihan
Adanya bercak-bercak keputihan pada celana dalam.
Kulit kelamin berwarna kemerah-merahan.
– Palpasi :
Kelenjer inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan bengkak.
Pasien diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal dan rahim. Mulut dan
tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau eksudat.
ANALISA

– Ibu G1.P0.Hamil 24 minggu dengan Klamidia


PENATALAKSANAAN

 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga dan klien agar ibu lebih
kooperatif dan menambah pengetahuan tentang kedaan nya tersbebut.
Evaluasi : ibu paham dengan keadaannya
 Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
agar menjaga kondisi ibu agar tetap stabil dan membantu meningkatkan kadar
Hb. Evaluasi : ibu mengerti.
 Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, tindakan, dan
pemeriksaan laboratorium ulang untuk memberikan penanganan yang tepat
untuk mencegah bayi tertular Klamidia. Evaluasi: ibu dan keluarga mengerti.
1. Menganjurkan ibu untuk melakukan abstinensia selama pengonatan hinggga dinyatakan

sembuh melalui pemeriksaan kontrol setelah pengobatan selesai. Evaluasi: ibu dan keluarga

mengerti

2. Memberikan KIE pada ibu dan menganjurkan suami untuk diperikasa agar mendeteksi

adanya penularam dan mendapatlkan terapi. Evaluasi: ibu dan keluarga setuju.

3. Memberikan KIE pada ibu dan suami untuk menghindari hubungan seksual berisiko dan

tidak berganti-ganti pasangan. Evaluasi :ibu dan suami mengerti.

4. Memberitahu ibu untuk datang kembali apabila ada keluhan. Tujuannya untuk memberikan

asuhan lanjutan serta mengetahui perkembangan kondisi ibu dan janin. Evaluasi: ibu

mengerti.

Anda mungkin juga menyukai