Anda di halaman 1dari 10

Landasan Teori

2.1definisi
Definisi TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.

2.1.1 TOXOPLASMOSIS
Definisi Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebsbkan oleh toxoplasma gondii. Ibu
dengan toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang
terinfeksi .
Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii

2.1.2 MANIFESTASI KLINIS
Sakit Kepala
Lemah
Sulit berpikir jernih
Demam
Mati rasa
Koma
Serangan jantung
perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif terhadap cahaya
terang, atau kehilangan penglihatan)
kejang otot, dan sakit kepala parah

2.1.3 PATOFISIOLOGI
1) Kucing
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing. kucing tersebut terinfeksi karena
memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah
terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus
menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing
sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika dihirup akan
dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika
oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air
hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif

2.1.4 PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir mati. Bisa pula
menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.

2.1.5 PENATALAKSANAAN
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T. gondii dan tidak
membasmi bentuk kistanya.
Pirimetamin dan sulfonamide
Spiramisin adalah antibiotic makrolid
Klindamisin
azitromisin.


2.2 Rubella
Definisi suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa yang khas dengan adanya
rasti demam dan lymphadenopaly
Etiologi Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam penyababnya tidak membutuhkan
vector.

2.2.1 MANIFESTASI KLINIS
- Demam ringan
- Merasa mengantuk
- Sakit tenggorok
- Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah keseluruh tubuh,
kemudian menghilang secara cepat.
- Kelenjar leher membengkak
- durasi 3 5 hari

2.2.2PATOFISIOLOGI
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa
saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah
virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus
rubella akan dieksresikan dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan
urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam
perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah
sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang
akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.

2.2.3 PATOFLOW
Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan
kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya
kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi
25% Rubella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates
(Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)
Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan
pada janin.

2.2.4 PENATALAKSANAAN
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara
pemberian vaksinasi.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin
rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah
pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat
beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .



2.3 CMV (CITOMEGALO VIRUS)

1. CMV adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes.
2. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah.

2.3.1 KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua jenis infeksi.
Organ yang terkena adalah:
CMV nefritis( ginjal).
CMV hepatitis( hati).
CMV myocarditis( jantung).
CMV pneumonitis( paru-paru).
CMV retinitis( mata).
CMV gastritis( lambung).
CMV colitis( usus).
CMV encephalitis( otak )

2.3.2 ETIOLOGI
citomegalo virus

2.3.3 MANIFESTASI KLINIS
Petekia dan ekimosis.
Hepatosplenomegali.
Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
Retardasi pertumbuhan intrauterine.
Prematuritas.
Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
Purpura.
Hilang pendengaran.
Korioretinitis; buta.
Demam.
Kerusakan otak.


2.3.4 PATOFISIOLOGI
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di amerika utara. CMV
agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan
tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui;
berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3
sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung
CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak
aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.

2.3.5 PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya: penatalaksanaan
demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).

2.4 HERPES
Adalah suatu penyakit menular seksual didaerah kelamin, kulit disekeliling rectum /daerah
disekitarnya disebabkan oleh virus Herpes Simplek.
Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa
mulut).

2.4.1 KLASIFIKASI
Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu :
a. HSV 1
b. HSV 2



2.4.2 MANISFETASI KLINIK
a. Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.
b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 3 hari bintik kemerahan
tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.

2.4.3 PATOFISIOLOGI
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka infeksinya bisa bersifat
luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan
menjalar melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan
berdiam disana secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala
primer, maka tubuh akan membuat antibody sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah
seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi
dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah
mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor pencetus, virus
akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi infeksi neklien. karena
pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apabila ketuban
pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir.

2.4.4 PENATALAKSANAAN
Wanita hamil
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu terakhir dari
kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecah ketuban. sedang untuk
herpes genitalis sekunder SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat
persalinan dianjurkan untuk SC
Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus
virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B
selama 5 7 hari













BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Keluhan utama: demam
c. Riwayat kesehatan: Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual dan muntah,
nyeri otot.
d. Riwayat kesehatan dahulu:
Klien sering berkontak langsung dengan binatang
Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang
Klien pernah mendapatkan transfusi darah
f. Data psikologis
g. Data psikospiritual
h. Data social dan ekonomi
i. Pemeriksaan fisik
Mata: nyeri, acites
Sistem pencernaan: diare, mual dan muntah
Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya rash pada kulit

3.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)
Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses infeksi
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit
3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan



3.4 INTERVENSI
Diagnose 1: Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi.
Tujuan : mengurangi nyeri
Kriterian hasil :Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
Klien tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi
a. Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan.
R/ menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan
istirahat/reaksi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
R/ menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic seperti asetamenofen.
R/ Untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat.

Diagnose 2: Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu 39,
50C , tubuh menggigil
Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
Kriteria hasil: Terjadi peningkatan suhu
Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh
Peningkatan tingkat pernapasan

Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh
R : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
2) Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
sedikitnya 2000ml/ hari untuk mencegah dehidrasi
R : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
3) Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur
R : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
4) Anjurka klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur, juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.


Diagnose 3: Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
ditandai dengan, diare
Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan tubuh
Kriteria hasil: Mempertahankan volume sirkulasi adekuat, Tanda tanda vital dalam batas
normal, Nadi ferifer teraba, Haluaran urine adekuat, Membrane mukosa lembab,Turgor kulit
baik.

Intervensi :
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.
R : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk
selama siang hari, membuat maskan makanan yang sulit pada sore hari.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan;
R : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
R : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4) Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
R : Berguna dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu

Anda mungkin juga menyukai