112016056 dr. Dian Ekasari Maharani, Sp. OG Penyakit pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. BV disebabkan oleh gangguan keseimbangan flora bakteri vagina dan seringkali dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis) atau infeksi trikomonas Gejala & Tanda Gejala utama adalah keputihan homogen yang abnormal (terutama pasca senggama) dengan bau tidak sedap. Cairan keputihan berada di dinding vaginadan tidak disertai iritasi, nyeri atau eritema. Keputihan pada BV jumlahnya bervariasi dan umumnya menghilang sekitar 2 minggu sebelum haid Diagnosis Untuk menegakan diagnosis BV harus dilakukan hapusan vagina yang selanjutnya diperiksa mengenai : 1. Bau khas fishy odor pada preparat basah yang disebut sebagai whiff test yang dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxide-KOH pada microscopic slide yang sudah ditetesi dengan cairan keputihan. 2. Hilangnya keasaman vagina. Untuk mengendalikan pertumbuhan vagina, pH vagina berkisar 3.8-4.2, pemeriksaan dengan kertas lakmus yang memperlihatkan adanya pH > 5 memperlihatkan terjadinya BV 3. Adanya clue cells, cara pemeriksaan dengan meneteskan larutan NaCl pada mikroskop slide yang telah dibubuhi dengan cairan keputihan. Gambaran Klinis Diagnosis BV atas dasar Kriteria Amsel : 1. Cairan vagina berwarnaa putih kekuningan, encer dan homogen 2. Clue cells pada pemeriksaan mikroskopik 3. pH vagina >4.5 4. Whiff Test Positif (+) bau amis timbul setelah pada cairan vagna diteteskan larutan KOH) Terapi Metronidazol atau Clindamycin peroral atau lokal adalah terapi yang efektif. Namun angka kekambuhan juga cukup tinggi. Regimen medikamentosa umum adalah Metrinidazol 500mg 2 dd 1 (setiap 12 jam) selama 7 hari. Tidak diperlukan terapi pada pasangan seksual Gonore Terapi Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler atau dengan pemberian antibiotik per-oral selama satu minggu biasanya diberikan dosisiklin. Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di RS dan mendapatkan antibiotik IV (Infus) Sifilis Stadium II Stadium I - Jika stadium I tidak diobati, para - Ditandai munculnya luka yang penderita akan mengalami ruam, kemerahan dan basah didaerah vagina, khususnya ditelapak kaki & tangan. Dan poros usus atau mulut. Luka ini disebut juga ada luka dibibir, mulut, chancre. Pembengkakan KGB juga tenggorokan, vagina, dubur. Gejala yang ditemukan, setelah beberappa minggu mirip denga flu, seperti demam dan chancre akan menghilang. Stadium ini pegal-pegal mungkin dialami pada sangat menular stadium ini. Stadium ini berlangsung selama satu sampai dua minggu Stadium III - Jika stadium II masi belum diobati, para penderita akan mengalami sifilis laten. Stadium IV Berarti semua gejala penyakit akan - Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai menghilang, namun penyakit tersebut sifilis tersier. Pada stadium ini, sesungguhnya masih bersarang dalam spirochaeta telah menyebar keseluruh tubuh, dan bakteri penyebabnya pun tubuh dan dapat merusak otak, jantung, masih bergerak diseluruh tubuh. Sifilis batang otak dan tulang laten dapat berlangsung hingga bertahun- tahun lamanya. Terapi Diobati denga penisilin atau antibiotik lainnya. Cara terlama dan masih efektif Dengan suntikan procaine penisilin di setiap pantat (procain diikutkan untuk menurangi rasa sakit), dosis harus diberikan setengah disetiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain dengan memberikan kapsul azithromycin oral (memiliki durasi yang lama) Kondiloma Akuminata Terapi Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal. Herpes Genital (Herpes Simplex) Terapi Tidak ada obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan infeksi HSV. Obat-obatan antivirus yang digunakan hanya dapat mengendalikan gejala yang muncul akibat infeksi virus ini. Obat-obatan anti herpes yang paling sering digunakan asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. HIV/AIDS Menurut WHO tahap infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi 4 tahap/4 fase, yaitu: Stadium I Bisa disebut sebagai infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Pada tahap ini pengidap HIV akan tampak normal, seperti orang sehat pada umumnya, sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi oleh virus HIV (serokonversi) HIV/AIDS Stadium II Termasuk manifestasi membran mocucutaneous minor (mukosa kecil) dan infeksi-infeksi disertai radang saluran pernapasan atas yang berulang tidak sembuh-sembuh. Gejalanya berupa: 1. Penurunan BB kurang dari 10% dari perkiraan BB sebelum terkena penyakit, yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Infeksi saluran nafas atas yang sering kambuh seperti : sinusitis. Bronchitis, otitis media, faringitis 3. Herpes zoster 4. Radang pada mulut 5. Stomatitis yang berulang 6. Gatal pada kulit (papular pruritic eruption) 7. Seborrhoeic dermatitis 8. Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari Biasanya pada pasien gaya hidup tidak beresiko tinggi, masih belum mengetahui bahwa diringa sudah terinfeksi sehingga tidak melakukan pemeriksaan darah. Otomatis tidak ada pengobatan dini dan akan masuk ke stadium selanjutnya. HIV/AIDS Stadium III Fase simptomatik, yang sudah ditandai dengan adanya gejala infeksi primer: 1. Penurunan BB 10% dari perkiraan BB sebelumnya 2. Diare kronis yang tidak jelas penyebabnya lebih dari 1 bulan 3. Demam terus-menerus atau hilang timbul selama 1 bulan yang tidak jelas penyebabnya 4. Infeksi jamur (kandidiasis) di mulut 5. Oral hairy leukoplakia 6. Tuberculosis paru yang terdiagnosis 2 tahun terakhir 7. Infeksi bakteri yang berat seperti : infeksi paru (pneumonia, empyema, pyomyositis, infeksi sendi dan tulang, meningitis, bakteremia) 8. Radang mulut akut nekrotik, ginggivitis, periodontitis 9. Keadaan dimana diperlukan pemeriksaan konfirmasi untuk membuat diagnosis: - Anemia (Hb < 8 g/dL), neutropenia (<500/mm3) - Trombositopenia (<50000/mm3) yang sudah lebih dari satu bulan HIV/AIDS Stadium IV Stadium ini disebut sebagai stadium AIDS, ditandai secara fisik dengan munculnya pembesaran kelenjar limfe dan selanjutnya muncul beberapa infeksi opportunistik sekaligus yang biasanya meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (esophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi Terapi Terapi utama untuk pasien dengan HIV/AIDS adalah anti retroviral (ARV). Tujuannya adalah untuk menekan supaya replikasi dan perkembangan virus menjadi seminimal mungkin. Dengan begitu, sistem imun akan membaik sehingga infeksi sekunder dapat dicegah. Obat ini diminum seumur hidup. Pemberian terapi ARP dapat menurunkan penyebaran HIV hingga 92%. TERIMA KASIH