Anda di halaman 1dari 10

UTS HK ADM - H

DOSEN :
ENDANG SIROJUDIN KOMARA,S.H
Dra.Hj.Nia Kania Winayanti,
S.H,.M.H

ACEP BAMBANG NURJAMAN


181000243
NAMA : ACEP BAMBANG NURJAMAN
NRP : 181000243
KELAS : HK ADM - H
PENGAMPU : ENDANG SIROJUDIN KOMARA, S.H
Dra. Hj.Nia Kania Winayanti, S.H,.M.H

UJIAN TENGAH SEMESTER TAHU AJARAN 2020/2021


MATA KULIAH ; HUKUM ADMINISTRASI NEGARA .
HARI/TANGGALl : Jum’at S .26 MARET 2021
SEMESTER /KLS ; II / H
WAKTU ; 90 MENIT
DOSEN ; ENDANG SIROJUDIN KOMARA , S.H

1. Pemakaian istilah (treminologisch gebruik) sangat penting dalam setiap ilmu yaitu untuk menunjukkan
nama bagi masing-masing cabang ilmu ybs serta untuk membedakannya satu sama lain. Terkait hal itu.
a. Sebutkan beberapa istilah asing dari mata kuliah yang tengah Saudara pelajari ini!
b. Kemukakan pula definisi Hukum Administrasi Negara dari Van Wijk/Koninenbelt disertai penjelasan
Sdr mengenai unsur-unsur HAN dari pendapat Sarjana tersebut !

2. Perkembangan cabang Hukum Administrasi Negara (administratief rechts) tidak terlepas dari aspek
kesejarahan konsep negara hukum terutama semenjak berkembangnya paham negara hukum klasik
sampai negara hukum moderen (moderne rechtsstaat) .
a. Jelaskan , bagaimana kedudukan hukum administrasi negara di masa bekembangnya konsep/paham
negara hukum klasik ?
b. Jelaskan pula perbedaan-perbedaan yang menunjukan karateristik anatara paham negara hukum
klasik dengan paham negara hukum moderen tersebut !

3. Asas egalitas (legaliteit beginselen) merupakan satu prinsip pokok dalam negara hukum.
a. Jelaskan makna dari asas terseebut !
b. Sebutkan dan jelaskan beberapa asas legalitas dalam hukum adminstrasi negara !
c. Sebutkan beberapa ketentuan beserta isi rumusannya dalam ketatanegaraan Republik Indonesia
yang secara eskplisit meniunjukkan dianutnya asas legalitas tersbut !

4. Dalam perspektif ilmu hukum adminstrasi negara istilah “administrasi negara” memiliki perbedaan
pengertian dengan istilah administrasi neagar menurut Ilmu Administrasi Negara (IAN) .
a. Jelaskan 3 (tiga) pengertian “administrasi negara” menurut hukum adminjstrasi negara !
b. Apa yang Sdr pahami dengan “Fungsi instrumental” dari hukuj administrasi negara !

5. Uraikan pengertian beberapa istilah di bawah ini ;


a. Asas Verbod van Wilikeur Bestuur
b. Detournement de Pouvoir
c. Politic als etic (Policy making) dan politic als technic (task executive)
d. Descretionare of power
1. A. Pengertian dan istilah Hukum Administrasi Negara.
Sejarah dari Hukum Administrasi Negara dari Negara Belanda yang disebut
Administratif recht atau Bestuursrecht yang berarti Lingkungan Kekuasaan/
Administratif diluar dari legislatif dan yudisil.
Di Perancis disebut Droit Administrative.
Di Inggris disebut Administrative Law.
Di Jerman disebut Verwaltung recht.
Di Indonesia banyak istilah untuk mata kuliah ini.

• E. Utrecht dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum Administrasi pada


cetakan pertama memakai istilah hukum tata usaha Indonesia, kemudian pada
cetakan kedua mennggunakan istilah Hukum tata usaha Negara Indonesia,
dan pada cetakan ketiga menggunakan istilah Hukum Administrasi Negara
Indonesia.
• Wirjono Prajokodikoro, dalam tulisannya di majalah hukum tahun 1952,
menggunakan istilah “Tata Usaha Pemerintahan”.
• Djuial Haesen Koesoemaatmadja dalam bukunya Pokok-pokok Hukum Tata
Usaha Negara, menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara dengan
alasan sesuai dengan Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14
tahun 1970.
• Prajudi Armosudidjo, dalam prasarannya di Musyawarah Nasional Persahi
tahun 1972 di Prapat mengunakan istilah Peradilan Administrasi Negara.
• W.F. Prins dalam bukunya Inhiding in het Administratif recht van Indonesia,
menggunakan istilah, Hukum Tata Usaha Negara Indonesia.
• Rapat Staf Dosen Fakultas Hukum Negeri seluruh Indonesia bulan Maret 1973
di Cirebon, memutuskan sebaiknnya menggunakan istilah Hukum
Administrasi Negara dengan alasan Hukum Administrasi Negara
pengertiannya lebih luas dan sesuai dengan perkembangan pembangunan dan
kemajuan Negara Republik Indonesia kedepan.
• Surat Keputusan Mendikbud tahun 1972, tentang Pedoman Kurikulum
minimal Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, meggunakan istilah. Hukum
Tata Pemerintahan ( HTP ).
• Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 tahun 1970 dan TAP
MPR No. II/1983 tentang GBHN memakai istilah Hukum Tata Usaha
Negara.
• Surat Keputusan Mendikbud No. 31 tahu 1983, tentang kurikulum Inti
Program Pendidikan Sarjana Hukum menggunakan istilah Hukum
Administrasi Negara.

B. Ditinjau secara umum, hukum administrasi merupakan instrumen


yuridis bagi penguasa untuk secara aktif terlibat dengan masyarakat dan
pada sisi lain hukum administrasi merupakan hukum yang
memungkinkan anggota masyarakat mempengaruhi penguasa dan
memberikan
perlindungan terhadap penguasa. Rumusan ini sekedar merupakan
deskripsi awal dan masih sangat luas.
Sejalan dengan deskripsi tersebut, patut diperhatikan tiga fungsi
hukum administrasi yang diketengahkan oleh P. De Haan cs., dalam
bukunya Bestuursrecht in de Sociale Rechsstaat jilid 1 (p. 30) : “het
bestuursrecht vervult dus een driedelige functie: norm, instrument en
waarborg” (hukum administrasi memenuhi tiga fungsi: norma,
instrumen, jaminan).
Deskripsi hukum administrasi dari Van Wijk-Konijenbelt dan P.
De Haan cs., tersebut di atas dapat digambarkan dalam skema di bawah
ini.
Gambar 1
Deskripsi Hukum Administrasi

Sarana: juridische middelen.


regeling, plannen, vergunningen, subsidies;
materiele middelen; financiele middelen;
personele middelen
.
sturen sancties

Perlindungan hukum
PEN GUASA - MASY ARAKAT
- PEND UDUK

Partisipatie-bijv. Via:
- Inspraak; advisering
(Sumber : Philipus M. Hadjon, dkk)
Deskripsi tersebut di atas menggambarkan bahwa hukum administrasi
meliputi:
1. Mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan

masyarakat;

2. Mengatur cara-cara partisipasi warga negara dalam proses pengaturan

dan pengendalian tersebut;

3. Perlindungan hukum (rechtsbescherming);

4. (Hukum administrasi Belanda) menetapkan norma-norma

fundamental bagi penguasa untuk pemerintahan yang baik (algemene

beginselen van behoorlijk bestuur/abbb).

2. A. Negara hukum klasik pada mulanya memiliki keterbatasan kewenangan.


Kewenangannya terbatas pada tugas dan fungsi negara sebagai penjaga keamanan dan
ketertiban di dalam masyarakat. Anggapan yang muncul dalam suasana negara hukum
dalam pengertian klasik adalah ketertiban dan keamanan akan dengan sendirinya
membawa masyarakat kepada jalan menuju kemakmuran dan kesejahteraan.
Negara hukum dalam terminologi Montesqiueu ini dikenal dengan nama negara
hukum klasik (klassicke rechtsstaat). Tugas dan fungsi negara terbatas pada pekerjaan
mempertahankan keamanan semata. Pekerjaan administrasi negara sendiri hanya
terbatas pada membuat dan mempertahankan hukum semata (menjaga keamanan yang
terbatas pada keamanan senjata). Tipe negara ini menurut Muchsan tidak ikut terlibat
mencampuri kehidupan sosial kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial, budaya, dan lain
sebagainya. Upaya untuk menjaga kemerdekaan individu dengaan semboyan
biarkanlah berbuat biarkanlah lewat (laissez faire laissez passer), membatasi agar
negara tidak campur tangan di dalamnya.

B. Perkembangan hukum administrasi negara yang modern pada dasarnya


muncul dan diawali dengan adanya pemisahan fungsi kekuasaan di antara tiga
kelembagaan negara. Lembaga negara yang memiliki fungsi pembuatan
undang-undang, lembaga negara yang memiliki fungsi pelaksanaan terhadap
undang-undang, dan lembaga negara yang memiliki fungsi melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan undang-undang. Munculnya tesis baru dalam
perkembangan konsep negara hukum menuju negara hukum modern ditandai
dengan perkembangan tugas lembaga negara yang hanya terbatas
melaksanakan undang-undang menjadi lebih dari itu.

Tugas lembaga negara yang melaksanakan undang-undang tidak hanya


melaksanakan fungsi melaksanakan undang-undang, namun dalam
perkembangannya juga menjadi lembaga negara yang membuat undang-
undang. Konsep negara hukum modern ini juga memberikan beban baru
kepada lembaga negara pelaksana undang-undang dengan kewajiban
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan (bestuurszorg) kepada rakyat.

Dua hal antara kewenangan selain hanya terbatas melaksanakan undang-


undang juga membuat undang-undang (baca: peraturan perundang-undangan),
dan kewajiban menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Negara hukum
klasik sendiri tidak menyediakan instrumen hukum pemerintahan dalam
rangka membuat undang-undang, dan kewajiban menciptakan kemakmuran
dan kesejahteraan. Konsekuensi logis keterbatasan tugas dan fungsi negara
dalam konsep negara hukum klasik menjadikan negara hukum modern
diberikan kewenangan tambahan atas dua hal ini.

Ikut sertanya lembaga yang pada mulanya hanya terbatas pada pelaksanaan
undang-undang berkembang menjadi lembaga negara yang turut serta
membuat peraturan perundang-undangan dan tuntutan (kewajiban)
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Pemerintah dalam hal ini
menjadi terbelah dalam dua pengertian yang berbeda sama sekali dalam
negara hukum modern. Pemerintah dalam terminologi lembaga eksekutif
sebagai lembaga pelaksana undang-undang (trias politica), dan pemerintah
dalam pengertian lembaga administrasi negara yang mempunyai kewajiban
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan (bestuurszorg) dan kewenangan
membuat peraturan perundang-undangan.
3. A. Asas Legalitas
Asas legalitas mengandung makna yang luas. Asas ini selalu dijunjung tinggi oleh setiap
negara yang menyebut dirinya sebagai negara hukum. Legalitas adalah asas pokok dalam
negara hukum, selain asas perlindungan kebebasan dan hak asasi manusia. Di Indonesia, asas
legalitas bersandar pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan:

Negara Indonesia adalah negara hukum.

Selama ini asas legalitas memang lebih dikenal dalam hukum pidana, yang ditarik dari
rumusan Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi:

Tiada suatu perbuatan yang dapat dihukum kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut
undang-undang yang telah ada terlebih dahulu daripada perbuatannya itu sendiri.

Asas legalitas (wetmatingheid): yaitu bahwah setiap tindakan pejabat administrasi


negara harus ada dasar hukumnya (ada peraturan dasar yang melandasinya). Apalagi
indonesia adalah negara hukum, maka asas legalitas adalah hal yang paling utama
dalam setiap tindakan pemerintah

B. Asas Legalitas dalam HAN


Di lapangan HAN/HTN asas ini dikenal dengan istilah wetmatigheid van het berstuur, yang
mengandung arti setiap tindakan pemerintahan itu harus ada dasar hukumnya dalam suatu
peraturan perundang-undangan.

Asas ini bisa ditarik dari Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara yang menyebutkan:

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan
urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

semula asas legalitas dalam konteks HAN/HTN hanya berkaitan dengan usaha melawan hak
raja-raja untuk memungut pajak dari rakyat kalau rakyat tidak diwakili dalam badan
perwakilan, atau kalau raja melakukan penahanan dan menjatuhkan pidana. Sekarang,
pengertian asas itu meluas hingga tentang semua wewenang dari aparat pemerintah yang
melanggar kebebasan atau hak milik warga masyarakat di tingkat manapun. Dengan asas
legalitas berarti tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, maka aparat pemerintah itu tidak akan memiliki wewenang yang dapat
mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakat

Asas legalitas juga bisa dipakai sebagai dasar untuk menguji tindakan pemerintahan,
sebagaimana bisa dibaca dari Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Perubahan Pertama atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara. Pasal ini menyebutkan bahwa alasan-alasan yang dapat digunakan dalam
gugatan adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik.
Asas legalitas juga secara tegas disebut dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU 30/2014”) yang menyebutkan:

Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan berdasarkan:


a. Asas legalitas
b. Asas perlindungan terhadap hak asasi manusia; dan
c. Asas umum pemerintahan yang baik.

Asas legalitas mengandung arti bahwa penyelenggaraan administrasi


pemerintahan mengedepankan dasar hukum dari sebuah keputusan dan/atau tindakan yang
dibuat oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Konsekuensinya, keputusan atau tindakan
badan atau pejabat pemerintahan tidak bisa dilakukan semena-mena.

C. Asas ini bisa ditarik dari Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan:

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan
urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Asas legalitas juga secara tegas disebut dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU 30/2014”) yang menyebutkan:

Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan berdasarkan:


a. Asas legalitas
b. Asas perlindungan terhadap hak asasi manusia; dan
c. Asas umum pemerintahan yang baik.
• Asas legalitas juga bisa dipakai sebagai dasar untuk menguji tindakan pemerintahan,
sebagaimana bisa dibaca dari Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Perubahan Pertama atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara. Pasal ini menyebutkan bahwa alasan-alasan yang dapat
digunakan dalam gugatan adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik
• asas legalitas bersandar pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyebutkan: “Negara Indonesia adalah negara hukum”
• Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi: “Tiada
suatu perbuatan yang dapat dihukum kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut
undang-undang yang telah ada terlebih dahulu daripada perbuatannya itu sendiri”

4. A. Pengertian Administrasi Negara

• CST Kansil mengemukakan tiga arti administrasi Negara :

a. Sebagai aparatur Negara, aparatur pemerintah, atau instansi politik


i. (kenegaraan) meliputi organ yang berada dibawah pemerintah, mulai
dari Presiden, Menteri termasuk Sekjen, Dirjen, Irjen, Gubernur,
Bupati/Walikota dan sebagainya, pokoknya semua orang yang
menjalankan administrasi Negara.
b. Sebagai fungsi atau aktivitas yaitu sebagai kegiatan mengurus kepentingan
Negara.
c. Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang atau menjalankan
Undang-undang.

• Prof. Dr. Mr. Prajudi A.


Yang dilakukan oleh administrasi Negara adalah :

1. Perencanaan
2. Pengaturan tidak bersifat Undang-undang
3. Tata Pemerintahan yang bersifat melayani.
4. Kepolisian yang bersifat menjaga dan mengawasi tata tertib
5. Penyelesaian perselisihan secara administratif
6. Pembangunan dalam penertiban lingkungan hidup
7. Tata Usaha Negara yang dilakukan oelh kantor-kantor pemerintah.
8. Penyelenggraan usaha-usaha Negara, yang dilakukan oleh dinas-dinas, dan
perusahaan-perusahaan Negara (BUMN dan BUMD).

• Prof. Waldo, mengemukakan dua definisi yaitu :

1. Public administration the organization and management of men and materialis


to achieve the purpose of government.
2. Public administration is the art and science of management is applied to affair
of state.

Yang artinya :

1. Publik administrasi adalah suatu pengorganisasian dan manajemen dari

manusia dan alat perlengkapannya untuk mencapai tujuan dari pemerintah.

2. Publik administrasi adalah suatu seni dan ilmu dari manajemen dalam

menyelenggarakan kepentingan Negara.

Administrasi Negara sama dengan Public Administrasi, yang intinya mempelajari organisasi
dan manajemen.

B. Fungsi instrumental (instrumentele functie) meliputi fungsi instrumental aktif


dan fungsi instrumental pasif. Fungsi instrumental aktif dalam bentuk
kewenangan dan fungsi instrumental pasif dalam bentuk kebijaksanaan
(beleid). Fungi instrumental ini diarahkan pada pencapaian tujuan pemerintah
sehingga mengandung asas efisiensi (daya guna) dan asas efektivitas (hasil
guna). Instrumental aktif itu mengenai kewenangan yang dimiliki lembaga
tersebut, sedangkan instrumental pasif mengatur sisi pemberian kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah.
5. A. Larangan bertindak sewenang-wenang atau Verbod van Wilikeur Bestuur, yakni
tindakan sewenang-wenang, kurang memperhatikan kepentingan umum, dan secara
kongkrit merugikan.
B. Larangan penyalahgunaan wewenang atau detournement depouvoir,
maksudnya tidak diperkenankan menggunakan wewenang untuk tujuan yang
lain;

Menurut Prof. JeanRivero dan Prof. Waline, pengertian


penyalahgunaan kewenangan dalam Hukum Administrasi dapat
diartikan dalam 3 wujud, yaitu:

1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan


yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk
menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan;

2. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat


tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi
menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh
Undang-Undang atau peraturan-peraturan lain;

3. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan


prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan
tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana;

C. seorang Sarjana dari Amerika Serikat yaitu Frank J. Goodnow membagi


seluruh kekuasaan pemerintahan dalam dichotomy, yaitu;

Politic als etic (Policy making),yaitu penentu tugas dan haluan, dan Politic
als technic (Task Executing), yaitu pelaksana tugas dan haluan negara.

Sementara itu A.M. Donner juga membedakan dua kekuasaan pemerintahan,


yaitu: kekuasaan yang menentukan tugas (taakstelling) dari alat-alat
pemerintah atau kekuasaan yang menentukan politik negara, dan Kekuasaan
yang menyelenggarakan tugas yang telah ditentukan atau merealisasikan
politik negara yang telah ditentukan sebelumnya (verwezenlijkking van de
taak).

D. Kewenangan diskresioner (“discretionary power”) dari aparatur Negara,


baik perbuatannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(kewenangan mengikat) maupun menyimpangi peraturan perundang-
undangan (kewenangan aktif), dan dilakukan sesuai pula dengan Asas-asas
Umum Pemerintahan yang Baik, dalam kondisi yang mendesak, urgensi dan
atau darurat sifatnya merupakan “overheidsbeleid” dalam area Hukum
Administrasi Negara (“Administratiefrechtelijk”) yang tidak menjadi
yurisdiksi dan makna “menyalahgunakan kewenangan” maupun “melawan
hukum” (formiel dan materiel) dalam Hukum Pidana, khususnya tindak
pidana korupsi.
Kewenangan Diskresioner, berupa “beleidvrijheid” amupun “wijsheid”, yang
kadang kala menyimpangi ketentuan perundang-undangan dapatlah
dibenarkan asalkan selaras dengan maksud ditetapkannya kewenangan atau
memang sesuai dengan tujuan akhirnya, sesuai dengan “doelgerichte”
ditetapkan diskresioner ini, sehingga dalam hal terjadi penyimpangan dari
asas doelgerichte tersebut, maka area Hukum Pidana menjadi pijakannya .

Anda mungkin juga menyukai