KORUPSI
SOSIOLOGI KORUPSI
(SOS )
Kajian-Kajian dalam Sosiologi
Korupsi
• Dibandingkan dengan disiplin lainnya,
sosiologi korupsi adalah disiplin yang khas,
karena:
– Objek kajiannya sulit mendapatkan penjelasan
ilmiah tentang korupsi bila korupsi dipandang
sebagai ‘tindakan menyimpang’, atau kejahatan
yang berkonsekuensi hukum.
– Metode penelitiannya sulit mendapatkan data
dan informasi akurat bila didekati dengan metode
kuantitatif (menggunakan kuesioner dan uji
statistik).
Lanjutan….
• Studi tentang korupsi secara sosiologis,
mungkin lebih baik dilakukan dengan:
– Melakukan pengamatan yang terus-menerus
– Dilakukan secara mendalam dan dilihat dari
berbagai dimensi/aspek/sisi (hukum, birokrasi,
politik, sosial, kultural, etika, dll).
– Mengumpulkan sebanyak mungkin keterangan,
baik yang rahasia maupun terang-terangan.
– Mengumpulkan informasi tentang efek atau
akibat-akibatnya.
– Dilakukan melalui berbagai studi kasus
CIRI-CIRI KORUPSI
• berdasarkan studi yang dilakukan oleh Syed
Husin Alatas:
1. Melibatkan lebih dari satu orang:
hubungan di antara mereka dilakukan secara diam-
diam (TST=tahu sama tahu) memiliki kode-kode
tertentu, yang tidak dipahami orang lain, dan mereka
cenderung membiarkan atau menutupi terjadinya
pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku.
2. Motif korupsi tetap dijaga kerahasiaannya:
namun jika korupsi sudah dianggap hal
biasa/menjadi budaya, maka mereka yang
melakukan korupsi tidak segan menampakkan
tindakannya.
3. melibatkan keuntungan timbal-balik:
• tidak selalu berupa uang, tetapi juga kenaikan
jabatan, diperolehnya keuntungan/konsesi politik,
atau hak-hak khusus lainnya yang dapat
meningkatkan status sosial-ekonomi seseorang
selalu ada keuntungan yang ingin diraih.
Bila salah satu pihak dirugikanprinsip
kerahasiaannya akan terbongkar dan dapat dilacak
oleh penegak hukum salah satu di antara mereka
menjadi whistle blower
4. Mereka yang terlibat korupsi akan menutupi
perbuatannya dengan berlindung di balik
pembenaran hukum
• mencari pasal dan UU yang dapat menyiasati atau
menutupi perbuatan mereka.
5. Mereka yang terlibat korupsi seolah-olah
menginginkan keputusan yang tegas dan mereka
sendiri mampu mempengaruhi keputusan
tersebut:
hal itu terjadi pada pelaku korupsi kelas kakap,
dengan kekuasaan yang dimilikinya, mereka mampu
mempengaruhi pemegang kekuasaan, dan mampu
membengkokkan hukum dan UU untuk kepentingan
kelompok mereka.
6. Mengandung unsur penipuan/rekayasa (mark up):
khususnya pada proyek-proyek yang berkaitan
dengan kepentingan publik/masyarakat umum
7. bentuk pengkhianatan kepercayaan:
koruptur telah mengambil hak orang lain atau
lembaga yang telah mereka khianati kepercayaannya.
8. Melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari
mereka yang melakukan korupsi :
– pejabat disuap untuk merubah/menerbitkan kebijakan
tertentu: tindakan merubah atau menerbitkan kebijakan
adalah fungsi dari jabatan yang melekat pada dirinya;
namun fungsi itu kontradiktif, mana kala perubahan atau
penerbitan kebijakan itu berlawanan dengan hukum;
– pemberi suap juga menjalankan fungsi ganda yang
kontradiktif: di satu sisi ia menjalankan perannya
mengembangkan bisnis, tetapi di sisi lain hak khusus
yang didapat dari pejabat membuat perusahan tersebut
menjalankan usahanya tidak dengan jalan yang fair,
tetapi karena fasilitas atau perlindungan sang pejabat.
9. Melanggar norma tugas dan tanggung jawab
dalam tatanan masyarakatperbuatan itu
didasarkan atas niat untuk menempatkan
kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi.
Ringkasan ciri-ciri korupsi dari
Alatas:
Dari 9 ciri-ciri tersebut, bila diperas maka
korupsi mencakup 3 hal:
1.Pengkhianatan terhadap kepercayaan
yang diberikan;
2.Penyalahgunaan kekuasaan
3.Keuntungan material untuk kepentingan
pribadi dengan mengorbankan
kepentingan orang banyak.
• Ciri-ciri korupsi yang dikemukakan oleh
Brasz: