Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH JENIS DAN BENTUK KORUPSI

Dosen Pengampu : DR. MARYATI, SST, SPD. MARS, MH


Mata Kuliah : Anti Korupsi
Disusun Oleh : Kelompok 1
Kelas G2

1. Hanifah Susilowati 220607320


2. Maisalamah 220607333
3. Rosfika Sari 220607348
4. Tutik Prima Wijayanti 220607360

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan Allah kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang
berarti.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi.
Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja keras kami, melainkan banyak pihak-pihak
yang memberikan dorongan-dorongan motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak
terimakasih atas terselesainya makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna.
Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu
mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………ii

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...1

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….1

B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………1

C. TUJUAN MASALAH…………………………………………………………………….1

BAB II

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..2

A. PENGERTIAN KORUPSI………………………………………………………………2

B. JENIS-JENIS DAN BENTUK KORUPSI……………………………………………...3

BAB III

PENUTUP………………………………………………………………………………………..11

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………..11

B. SARAN…………………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar yang sudah sangat
mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini, semua aspek kehidupan di
berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh tindakan korupsi.
Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang
sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat
sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi
kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak
korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang jenis dan bentuk korupsi yang ada
di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
b. Gambaran Jenis - jenis dan Bentuk Korupsi ?

3. Tujuan
Adapun tujuan dapi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian dari korupsi.
b. Mengetahui Jenis - jenis dan Bentuk Korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin : corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau
disuap) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh
dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagian. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.

B. Jenis-jenis dan bentuk Korupsi


Korupsi dalam perspektif hukum telah dimuat dalam 13 pasal dalam UU No 31 Tahun 1999
jo UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Korupsi. Dari pasal-pasal tersebut korupsi
dirumuskan dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Berikut adalah daftar 30 jenis
tindak pidana korupsi tersebut :
1. Menyuap pegawai negeri,
2. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya;
3. Pegawai negeri menerima suap;
4. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya;
5. Menyuap hakim;
6. Menyuap advokat;
7. Hakim dan advokat menerima suap;
8. Hakim menerima suap;
9. Advokat menerima suap;
10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan;
11. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi;
12. Pegawai negeri merusakan bukti
13. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti;
14. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti;
15. Pegawai negeri memeras;
16. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain;
17. Pemborong membuat curang;
18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang;
19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang;
20. Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang;
21. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang;
22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain;
23. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya;
24. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melaporkan ke KPK;
25. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi;
26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaan;
27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka;
28. Saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu;
29. Seseorang yang memegang rahasia jabatan, namun tidak memberikan keterangan atau
memberikan keterangan palsu.
30. Saksi yang membuka identitas pelapor.

Dari ke-30 jenis korupsi tersebut, diklasifikasikan lagi menjadi tujuh kelompok tindak pidana
korupsi, yaitu :
1. Kerugian keuntungan Negara
2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah).
Pasal ini menerangkan secara rinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana mati,
pidana penjara, dan pidana denda karena korupsi sebagai berikut :

1. Kerugian Keuangan Negara

a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi dan dapat
merugikan keuangan negara.

Pasal 2 ayat (1) UUPTPK :dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan denda paling sedikit
Rp 200 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar.

Pasal 2 ayat (2) UUPTPK bilamana tindak pidana sbgmana ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan

b. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau
korporasi dan dapat merugikan keuangan negara.

Pasal 3 UUPTPK : dipidana dengan pidana seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp
50 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar.

2. Suap-Menyuap

a. Menyuap Pegawai Negeri

Pasal 5 ayat (1) huruf a : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya. Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling
banyak Rp 250 jt.

b. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya

Pasal 13 UUPTPK : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau
denda paling banyak Rp 150jt, setiap orang yang memberi hadiah kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau kedudukannya, atau oleh memberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatannya atau kedudukan tersebut.
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap

Pasal 5 ayat (2) UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (1) huruf a, dan b, dipidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling sedikit Rp 50jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

d. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap

Pasal 12 huruf a UUPTPK : Dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 200 jt dan paling banyak Rp 1 milyar, pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, pada hal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya.

e. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara menerima suap

Pasal 12 huruf b UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai
akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yg bertentangan dengan kewajiban nya, dipidana penjara seumur hidup /
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M

f. Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara menerima hadiah

Pasal 11 UU PTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji padahal diketahui atau patut diduga , bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

g. Menyuap Hakim
Pasal 6 ayat (1) huruf a UUPTPK : Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp
750jt.

h. Menyuap Advokat

Pasal 6 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan
menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp
150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.

i. Hakim dan Advokat menerima suap

Pasal 6 ayat (2) UUPTPK : Bagi hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian
atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yg
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

j. Hakim menerima suap

Pasal 12 huruf (c) UUPTPK : Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahuinya atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, dipidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 Milyar

k. Advokat Menerima Suap


Pasal 12 huruf d UUPTPK : Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar.

3. Penggelapan dalam jabatan

a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan.

Pasal 8 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jjabatannya, atau
membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain,
atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut, dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.

b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi

Pasal 9 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan
sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan
paling banyak Rp 250 jt.

c. Pegawai negeri merusakkan bukti

Pasal 10 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan
atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena jabatannya,
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau
pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

d. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti

Pasal 10 huruf b UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan ,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, surat, atau daftar tersebut,
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau
pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

e. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti.

Pasal 10 huruf c UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar
tersebut, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

4. Pemerasan

a. Pegawai negeri dan penyelenggara negara memeras

Pasal 12 huruf e UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar,
atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit
Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar

b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras


Pasal 12 huruf g UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang,
seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling
sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M

c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras pegawai negeri atau


penyelenggara negara.

Pasal 12 huruf f UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong pembayaran kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum seolah-olah
pegawai negeri atau penyelenggara negara lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
utang,dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan
paling banyak Rp 1 M

5. Perbuatan Curang

a. Pemborong berbuat curang

Pasal 7 ayat (1) huruf a UUPTPK : Pemborong akhli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau menjual bahan bangunan yang ada pada waktu menyerahkan bahan
bangunan melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit
Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang

Pasal 7 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan
atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud huruf a, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
c. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang

Pasal 7 ayat (1) huruf c : Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt

d. Pengawas rekanan TNI / POLRI berbuat curang

Pasal 7 ayat (1) huruf d UUPTPK : Setiap orang yang bertugas mengawasi barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c, dipidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 100 jt, n paling banyak Rp 350 jt.

e. Penerima barang TNI / POLRI membiarkan perbuatan curang

Pasal 2 ayat (2) UUPTPK : Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau
orang yang menerima penyerahan barang keperluan TNI atau POLRI dan membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimna dmaksudkan dalam ayat (1)

f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menyerobot tanah negara sehingga


merugikan orang lain.

Pasal 12 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas telah menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai,
seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang
berhak, pada hal diketahuinya pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya. dipidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling
sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M

6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan


a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara turut serta dalam pengadaan yang diurusnya

Pasal 12 huruf i UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan,
atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruhnya atau sebagian
ditugaskan untuk mengurusi atau mengawasi, dipidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt,
dan paling banyak Rp 1 M.

7. Gratifikasi

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK

Pasal 12 B UUPTPK :

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut :

 Yang nilainya Rp 10 jt atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan


merupakan suap, yang dilakukan oleh penerima gratifikasi;
 Yang nilainya kurang dari Rp 10 jt pembuktian bahwa gratifikasi tersebut adalah suap,
oleh penuntut umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud ayat
(1) adalah pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 M.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi sangatlah luas
pengertiannya dan banyak jenisnya serta motif korupsi yang beraneka ragam.
Untuk mengatasi masalah korupsi dilakukan dengan cara preventif yaitu dengan cara
pencegahan dan represif berupa tindakan hukum.

B. Saran
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli
akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat dari bangku
perkuliahan harusnya dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat mencegahnya
mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/materi-korupsi.html#
http://dokumen.tips/documents/materi-anti-korupsi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
http://r.search.yahoo.com/_ylt=A0LEVoA685pXbgwAAHr3RQx.;_ylu=X3oDMTBya3R2ZmV1BH
NlYwNzcgRwb3MDNARjb2xvA2JmMQR2dGlkAw--
/RV=2/RE=1469801402/RO=10/RU=http%3a%2f%2facch.kpk.go.id%2fdocuments%2f10180%2
f11243%2fBuku-Pendidikan-Anti-Korupsi-untuk-Perguruan-Tinggi.pdf%2f540542da-4060-4029-
ae3e-5e7dedb36d26/RK=0/RS=TzyeMxv06mpXirC4qZstL.M.T30-

Anda mungkin juga menyukai