Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan Allah kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang
berarti.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi.
Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja keras kami, melainkan banyak pihak-pihak
yang memberikan dorongan-dorongan motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak
terimakasih atas terselesainya makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna.
Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu
mendatang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...1
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………1
C. TUJUAN MASALAH…………………………………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..2
A. PENGERTIAN KORUPSI………………………………………………………………2
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………………..11
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………..11
B. SARAN…………………………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….12
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
b. Gambaran Jenis - jenis dan Bentuk Korupsi ?
3. Tujuan
Adapun tujuan dapi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian dari korupsi.
b. Mengetahui Jenis - jenis dan Bentuk Korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin : corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau
disuap) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh
dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagian. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.
Dari ke-30 jenis korupsi tersebut, diklasifikasikan lagi menjadi tujuh kelompok tindak pidana
korupsi, yaitu :
1. Kerugian keuntungan Negara
2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah).
Pasal ini menerangkan secara rinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana mati,
pidana penjara, dan pidana denda karena korupsi sebagai berikut :
a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi dan dapat
merugikan keuangan negara.
Pasal 2 ayat (1) UUPTPK :dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan denda paling sedikit
Rp 200 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
Pasal 2 ayat (2) UUPTPK bilamana tindak pidana sbgmana ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan
b. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau
korporasi dan dapat merugikan keuangan negara.
Pasal 3 UUPTPK : dipidana dengan pidana seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp
50 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
2. Suap-Menyuap
Pasal 5 ayat (1) huruf a : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya. Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling
banyak Rp 250 jt.
Pasal 13 UUPTPK : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau
denda paling banyak Rp 150jt, setiap orang yang memberi hadiah kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau kedudukannya, atau oleh memberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatannya atau kedudukan tersebut.
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap
Pasal 5 ayat (2) UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (1) huruf a, dan b, dipidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling sedikit Rp 50jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
Pasal 12 huruf a UUPTPK : Dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 200 jt dan paling banyak Rp 1 milyar, pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, pada hal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya.
Pasal 12 huruf b UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai
akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yg bertentangan dengan kewajiban nya, dipidana penjara seumur hidup /
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M
Pasal 11 UU PTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji padahal diketahui atau patut diduga , bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
g. Menyuap Hakim
Pasal 6 ayat (1) huruf a UUPTPK : Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp
750jt.
h. Menyuap Advokat
Pasal 6 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan
menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp
150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.
Pasal 6 ayat (2) UUPTPK : Bagi hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian
atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yg
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal 12 huruf (c) UUPTPK : Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahuinya atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, dipidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 Milyar
Pasal 8 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jjabatannya, atau
membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain,
atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut, dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.
Pasal 9 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan
sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan
paling banyak Rp 250 jt.
Pasal 10 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan
atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena jabatannya,
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau
pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
Pasal 10 huruf b UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan ,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, surat, atau daftar tersebut,
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau
pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
Pasal 10 huruf c UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar
tersebut, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
4. Pemerasan
Pasal 12 huruf e UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar,
atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit
Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar
Pasal 12 huruf f UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong pembayaran kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum seolah-olah
pegawai negeri atau penyelenggara negara lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
utang,dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan
paling banyak Rp 1 M
5. Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a UUPTPK : Pemborong akhli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau menjual bahan bangunan yang ada pada waktu menyerahkan bahan
bangunan melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit
Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
Pasal 7 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan
atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud huruf a, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
c. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang
Pasal 7 ayat (1) huruf c : Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt
Pasal 7 ayat (1) huruf d UUPTPK : Setiap orang yang bertugas mengawasi barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c, dipidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 100 jt, n paling banyak Rp 350 jt.
Pasal 2 ayat (2) UUPTPK : Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau
orang yang menerima penyerahan barang keperluan TNI atau POLRI dan membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimna dmaksudkan dalam ayat (1)
Pasal 12 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas telah menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai,
seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang
berhak, pada hal diketahuinya pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya. dipidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling
sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M
Pasal 12 huruf i UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan,
atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruhnya atau sebagian
ditugaskan untuk mengurusi atau mengawasi, dipidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt,
dan paling banyak Rp 1 M.
7. Gratifikasi
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
Pasal 12 B UUPTPK :
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut :
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud ayat
(1) adalah pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 M.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi sangatlah luas
pengertiannya dan banyak jenisnya serta motif korupsi yang beraneka ragam.
Untuk mengatasi masalah korupsi dilakukan dengan cara preventif yaitu dengan cara
pencegahan dan represif berupa tindakan hukum.
B. Saran
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli
akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat dari bangku
perkuliahan harusnya dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat mencegahnya
mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/materi-korupsi.html#
http://dokumen.tips/documents/materi-anti-korupsi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
http://r.search.yahoo.com/_ylt=A0LEVoA685pXbgwAAHr3RQx.;_ylu=X3oDMTBya3R2ZmV1BH
NlYwNzcgRwb3MDNARjb2xvA2JmMQR2dGlkAw--
/RV=2/RE=1469801402/RO=10/RU=http%3a%2f%2facch.kpk.go.id%2fdocuments%2f10180%2
f11243%2fBuku-Pendidikan-Anti-Korupsi-untuk-Perguruan-Tinggi.pdf%2f540542da-4060-4029-
ae3e-5e7dedb36d26/RK=0/RS=TzyeMxv06mpXirC4qZstL.M.T30-