Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan
Allah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari
kerja keras kami, melainkan banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-
dorongan motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak terimakasih atas
terselesainya makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan
sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.
PematangSiantar,Senin,19,Februari,2024
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Kata Pengantar.................................................................................. ii
Halaman Daftar Isi............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi......................................................................... 2
B. Faktor Penyebab serta Dampak Negatif Korupsi........................... 10
C. Nilai-nilai dan Prinsip Anti Korupsi............................................... 13
D. Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti
Korupsi...........................................................................................19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 22
B. Saran............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak,
luas wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah
baik di darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia
termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai
oleh pihak asing serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya
mengelola sumber daya alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat
pada kenyataannya kalah dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para
penyelenggara negara seakan-akan sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan
bangsa ini, mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka.
Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar yang sudah
sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini, semua aspek
kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh
tindakan korupsi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja faktor penyebab serta dampak negatif korupsi?
3. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi itu?
4. Bagaimana pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi serta peran
mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi
adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di
mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13 pasal
dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Korupsi.
a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
dan dapat merugikan keuangan negara.
Pasal 2 ayat (1) UUPTPK :dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan
denda paling sedikit Rp 200 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
Pasal 2 ayat (2) UUPTPK bilamana tindak pidana sbgmana ayat (1) dilakukan
dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan
b. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri, atau orang
lain atau korporasi dan dapat merugikan keuangan negara.
Pasal 3 UUPTPK : dipidana dengan pidana seumur hidup, atau pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda
paling sedikit Rp 50 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
2. Suap-Menyuap
a. Menyuap Pegawai Negeri
Pasal 5 ayat (1) huruf a : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya
pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya. Dipidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau
pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
b. Menyuap Pegawai Negeri
Pasal 5 ayat (1) huruf b : setiap orang yang memberi sesuatu kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu
yang berentangan dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatan. Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak
Rp 250 jt.
c. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
Pasal 13 UUPTPK : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan atau denda paling banyak Rp 150jt, setiap orang yang memberi
hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
kedudukannya, atau oleh memberi hadiah atau janji dianggap melekat pada
jabatannya atau kedudukan tersebut.
d. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap
Pasal 5 ayat (2) UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara
menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (1) huruf
a, dan b, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50jt, dan paling banyak
Rp 250 jt.
e. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap
Pasal 12 huruf a UUPTPK : Dipidana dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt dan paling banyak Rp 1
milyar, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.
f. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara menerima suap
Pasal 12 huruf b UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut
diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yg bertentangan dengan kewajiban nya,
dipidana penjara seumur hidup / penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (duapuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt,
dan paling banyak Rp 1 M
g. Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara menerima hadiah
Pasal 11 UU PTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga , bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang
memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya,
dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
h. Menyuap Hakim
Pasal 6 ayat (1) huruf a UUPTPK : Setiap orang yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, dipidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau
pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750jt.
i. Menyuap Advokat
Pasal 6 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan
untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan
paling banyak Rp 750 jt.
j. Hakim dan Advokat menerima suap
Pasal 6 ayat (2) UUPTPK : Bagi hakim atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau
advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yg sama sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)
k. Hakim menerima suap
Pasal 12 huruf (c) UUPTPK : Hakim yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahuinya atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili, dipidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar
l. Advokat Menerima Suap
Pasal 12 huruf d UUPTPK : Seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau
pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
3. Penggelapan dalam jabatan
a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan.
Pasal 8 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jjabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga
tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut, dipidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.
b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
Pasal 9 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang
khusus untuk pemeriksaan administrasi, dipidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
c. Pegawai negeri merusakkan bukti
Pasal 10 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar
yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang
berwenang yang dikuasai karena jabatannya, dipidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau pidana denda paling
sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
d. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
Pasal 10 huruf b UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
sementara waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan , merusakkan, atau \ membuat tidak dapat dipakai barang,
surat, atau daftar tersebut, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt,
dan paling banyak Rp 350 jt.
e. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti.
Pasal 10 huruf c UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
sementara waktu, dengan sengaja membantu orang lain menghilangkan,
menghancurkan , merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100
jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
4. Pemerasan
a. Pegawai negeri dan penyelenggara negara memeras
Pasal 12 huruf e UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, dipidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt,
dan paling banyak Rp 1 Milyar
.
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras
Pasal 12 huruf g UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau
penyerahan barang , seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, pada hal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang, dipidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan
paling banyak Rp 1 M
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras pegawai negeri atau
penyelenggara negara.
Pasal 12 huruf f UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau
kepada kas umum seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara lain
atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, pada hal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang,dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak
Rp 1 M
5. Perbuatan Curang
a. Pemborong berbuat curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a UUPTPK : Pemborong akhli bangunan yang pada
waktu membuat bangunan, atau menjual bahan bangunan yang ada pada
waktu menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam
keadaan perang, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling
banyak Rp 350 jt.
b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
Pasal 7 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang bertugas mengawasi
pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a, dipidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar,
namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-
bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.
2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.
Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses
dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang
untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam prosesnya
transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :
– Proses penganggaran,
– Proses penyusunan kegiatan,
– Proses pembahasan,
– Proses pengawasan, dan
– Proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan,
implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap
kinerja anggaran.
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait
dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran
pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan
yang berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme
pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis,
pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara teknis.
Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek
pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi
adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan
secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif,
tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja pembangunan.
3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah
terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat
prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting komperehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif. Komperehensif
dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak
melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan
tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya
ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value for money untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang
terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias
perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari
pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari
prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem
informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan
keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun
bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja
dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek
kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan,
kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas
dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-
aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara,
dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait
dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-
betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol
kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan
partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta
dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu
dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan
yang dianggap tidak sesuai.
b. Tahap Opini
Gagasan / Ide
• Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media
• Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai Anti-Korupsi
• Membuat audiovisual interaktif terkait anti-korupsi
Metode Pencegahan Korupsi
• Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD, SD, SMP,
SMA)
• Membuat Korps Anti Korupsi di Tingkat Universitas
• Adanya Tata Etika dan Norma diantara Mahasiswa
Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional
• Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga menanggapi isu
Korupsi lokal yang terjadi
• Advokasi dan Pengawalan Penyusunan Anggaran serta pelaksanaan
pembangunan di daerah / nasional
A. KESIMPULAN
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak
buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan
sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem
pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya
pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil
yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah
telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal
yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat
korupsi akan menghancurkan negeri ini. Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai
dan prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan diatas penerapannya masih
sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan
sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.
Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk merubah keadaan ini. Akan tetapi,
semua itu tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh lingkungan
masyarakat serta lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas kita sebagai mahasisa
untuk membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti korupsi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
B. SARAN
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan
peduli akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat dari
bangku perkuliahan harusnya dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat
mencegahnya mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang
lain.
DAFTAR PUSTAKA