Anda di halaman 1dari 30

1

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Disusun Oleh

Dwi Nurhasanah
20201007P

Dosen Pengampuh
Bripka Jan Harianto, S.H.,M.H

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
2

Kata pengantar

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah Swt, Karena atas berkas dan

Rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Anti Korupsi.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memudahkan proses pembelajaran.

Dalam mempelajari makalah ini diharapkan banyak membaca dan berlatih berbagai

materi yang disajikan, baik secara mandiri maupun bersama teman- teman, untuk

mendapatkan gambaran dan penguasaan yang lebih mendalam dan luas. Sehingga,

setelah mempelajari makalah ini diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan baik.

Palembang , 1 Mei 2021

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih

dibandingkan dengan tindak pidana lain di berbagai belahan dunia.

Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat dampak negatif yang

ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat

menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius,

tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan

masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan juga politik,

serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas,karena lambat laun

perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya.

Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat

adil dan makmur.Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja

yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun

privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena. Tindak

pidana ini tidak hanya merugikan keuangan Negara, tetapi juga merupakan

pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat. Di berbagai

belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan

tindak pidana lainnya. Penyelenggara negara yang bersih menjadi penting


4

dan sangat diperlukan untuk menghindari praktik-praktik korupsi yang

tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan

kroninya, yang apabila dibiarkan, rakyat Indonesia akan berada dalam

posisi yang sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya

menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh

penyelenggara negara, antar negara, melainkan juga penyelenggara negara

dengan pihak lain seperti keluarga, kroni dan para pengusaha, sehingga

merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

serta membahayakan eksistensi negara.

Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan

pemberantasannya masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan

bahwa korupsi di Indonesia sudah merupakan virusyang menyebar

keseluruh tubuh pemerintah sejak tahun 1960-an langkah-langkah

pemberantasannya pun masih tersendat sampaisekarang. Selanjutnya,

dikatakan bahwa korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan karena dengan

kekuasaan itu penguasa dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk

kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya. Oleh karena itu,korupsi tidak

lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu

kejahatan luar biasa (extraordenary crime).Hal ini dikarenakan,metode

konvensional yang selama ini digunakan, terbukti tidak bisa menyelesaikan

persoalan korupsi yang ada dimasyarakat. Dengan demikian, dalam


5

penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa (extra-

ordenary).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Uraian Undang – Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Undang – Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa Mengetahui Undang – Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi dan Contohnya

2. Mahasiswa Mampu Mengklarifikasi tindakan korupsi berdasarkan Undang –

Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

3. Mahasiswa Mengetahui Dampak Akibat Korupsi

4. Mahasiswa Mengetahui Upaya Agar Tidak Terjadi Korupsi


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Korupsi


Menurut Perspektif hukum, definisi Korupsi adalah :
 Perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan
yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan keuangan
Negara atau perekonomian Negara atau diketahui atau patut disangka
olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara.
 Bertujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
Badan dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena suatu jabatan atau kedudukan yang secara
langsung atau tidak langsung dapat merugikan Keuangan Negara atau
Perekonomian Negara.

2.1.2 Undang – Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

2.1.3 Undang – Undang No. 31 tahun 1999 Jo Undang – Undang No.20 tahun

2001

 Pasal I

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

2. Pegawai Negeri adalah meliputi :


7

a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang

Kepegawaian;

b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana;

c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;

d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan

dari keuangan negara atau daerah; atau

e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan

modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

3. Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi.

 Pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Contoh : pegawai negeri yang menggunakan uang anggaran pemerintah untuk

keperluan pribadi
8

 Pasal 3

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau

denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Contoh : pegawai negeri yang menggunakan uang anggaran pemerintah untuk

keperluan pribadi.

 Pasal 5

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5

(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara

negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut

berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan

kewajibannya; atau

Contoh : Seseorang yang memberi / menjanjikan uang kepada hakim untuk

mengurangi hukumannya.
9

b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau

berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau

tidak dilakukan dalam jabatannya.

Contoh : seseorang yang memberikan uang untuk terbebas dari perkara

(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau

janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan

pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

 Pasal 6

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15

(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima

puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

rupiah) setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau

b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang

pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan

diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk

diadili.

(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
10

dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1).

Contoh : Hakim yang menerima uang untuk mengurangi masa tahanan tersangka

 Pasal 7

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7

(tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):

a. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual

bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan

perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau

keselamatan negara dalam keadaan perang;

Contoh : Pemborong yang membangun proyek tidak sesuai RAB

b. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan

bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf

a;

Contoh : Pengawas yang menerima uang dan membiarkan pemborong mengurangi

RAB pada pembangunan proyek

c. Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional

Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan

curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau
11

Contoh : Orang yang menerima uang untuk melakukan pengadaan barang keperluan

TNI atau POLRI tidak sesuai spesifikasi pada anggaran

d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara

Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja

membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.

Contoh : Pengawas yang menerima uang yang membiarkan rekanan yang melakukan

pengadaan barang keperluan TNI atau POLRI tidak sesuai spesifikasi pada anggaran

(2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang

menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau

Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana

yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Contoh : pegawai negeri / penyelenggaraa Negara yang menerima uang dan

membiarkan rekanan yang melakukan pengadaan barang keperluan TNI atau POLRI

tidak sesuai spesifikasi pada anggaran

 Pasal 8

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15

(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima

puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan

menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu,
12

dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena

jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau

digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

Contoh : Bendahara yang menerima uang untuk memalsukan kwitansi pembelian

barang

 Pasal 9

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5

(lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu

jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja

memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Contoh : Seseorang yang menerima uang untuk memalsukan tanda tangan dalam

pembukuan keuangan.

 Pasal 10

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai

negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan

umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:
13

a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai

barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan

di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau

Contoh : Seseorang yang menerima uang untuk memalsukan akte tanah

b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau

membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; atau

Contoh : Pimpinan yang membiarkan stafnya untuk memalsukan kwitansi belanja

c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat

tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.

Contoh : Seseorang yang menerima uang karena ikut serta memalsukan tanda tangan

pada kwitansi pembelian barang.

 Pasal 11

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5

(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal

diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena

kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang

menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan

dengan jabatannya.

Contoh : Pegawai negeri yang menerima uang untuk memproses akte tanah
14

 Pasal 12

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah):

a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,

padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan

untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam

jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

Contoh : Pegawai negeri yang menerima uang dalam pembuatan ktp

b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal

diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau

disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya

yang bertentangan dengan kewajibannya;

Contoh : Parsel barang mewah yang diberikan pengusaha kepada pejabat

c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga

bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara

yang diserahkan kepadanya untuk diadili;

Contoh : hakim yang menerima uang untuk mengurangi masa tahanan tersangka

d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan

menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji,
15

padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk

mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara

yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;

Contoh : Advokat yang menerima uang untuk memenangkan tersangka yang bersalah

e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan

diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan

kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima

pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

Contoh : pejabat yang memaksa meminta barang mewah kepada seseorang

f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,

meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri

atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang

kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

Contoh : pejabat yang meminta stafnya untuk mengeluarkan uang kas kantor untuk

keperluan pribadi.

g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,

meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan

utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

Contoh : pegawai negeri yang menerima uang setelah penyerahan barang pembelian

pada anggaran negara


16

h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,

telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah

sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal

diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan; atau

Contoh : pegawai negeri yang membangun usaha di tanah negara

i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung

dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang

pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk

mengurus atau mengawasinya.

Contoh : Pegawai negeri yang memiliki cv dan menjalankan proyek negara.

 Pasal 12 B

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap

pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan

dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian

bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima

gratifikasi;

Contoh : Pegawai negeri yang menerima uang dari perusahaan karena pekerjaannnya
17

b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian

bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

Contoh : penuntut umum yang menerima uang dari tersangka / terdakwa

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat

4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda

palingsedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

 Pasal 12 C

(1)Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika

penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

(2)Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh

penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak

tanggal gratifikasi tersebut diterima.

(3)Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi

dapat menjadi milik penerima atau milik negara.(1) Ketentuan mengenai tata cara

penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status

gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-undang

tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.


18

 Pasal 13

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan

mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,

atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan

tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda

paling banyak 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Contoh : Pegawai negeri yang menerima kado yang tak sepantasnya pada acara

nikahan anaknya oleh pengusaha.

2.1.4 Klasifikasi secara Bentuk dan Jenis Korupsi

a. Menyebabkan Kerugian Keuangan Negara

 Pasal 2

 Pasal 3

b. Suap Menyuap

 Pasal 5 ayat (1) huruf a

 Pasal 5 ayat (1) huruf b

 Pasal 5 ayat (2)

 Pasal 6 ayat (1) huruf a

 Pasal 6 ayat (1) huruf b

 Pasal 6 ayat (2)

c. Perbuatan Curang

 Pasal 7 ayat (1) huruf a

 Pasal 7 ayat (1) huruf b


19

 Pasal 7 ayat (1) huruf c

 Pasal 7 ayat (1) huruf d

 Pasal 7 ayat (2)

d. Penggelapan dalam Jabatan

 Pasal 8

 Pasal 9

 Pasal 10 huruf a

 Pasal 10 huruf b

 Pasal 10 huruf c

e. Pemerasan

 Pasal 12 huruf e

 Pasal 12 huruf f

 Pasal 12 huruf g

f. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

 Pasal 12 huruf i

g. Gratifikasi

 Pasal 11

 Pasal 12 huruf a

 Pasal 12 huruf b

 Pasal 12 huruf c

 Pasal 12 huruf d

 Pasal 12 B dan 12 C
20

 Pasal 13

2.1.5 Penyebab Korupsi

 Faktor Internal

a. Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia

Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang

dimilikinya saat ini. Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka

miliki dan hal tersebut akan mendorong manusia tersebut untuk melakukan

korupsi

b. Gaya hidup yang konsumtif

Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari – hari

berlebihan, atau dapat disubut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup

yang semacam ini akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena

apabia dari penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi gaya hidup

mereka yang boros.

c. Modal yang kurang kuat

Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu aibat modal

manusia yang kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan

mereka lebih mementingkan mereka sendiri

 Faktor Eksternal

a. Politik
21

Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik

sendiri berhubungan dengan kekuasaaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti

akan menggunakan berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan

kekuasaan tersebut. Factor politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan

stabilitas politik.

b. Hukum

Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro

pada pihak pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri.

Faktor hokum juga dibagi menjadi dua, yaitu konsistensi penegakan hukum dan

kepastian hukum

c. Ekonomi

Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi. Hal

tersebut dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari. Faktor ekonomi

juga terbagi menjadi dua, yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.

d. Organisasi

Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi.

Diantaranya yaitu

- Kultur atau budaya

- Pimpinan

- Akuntabilitas

- Manajemen atau sistem


22

2.1.6 Dampak Korupsi

a. Ekonomi

- Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi

- Turunnya produktofitas

- Rendahnya kualitas barang dan jasa

- Menurunnya pendapatan Negara dari sektor pajak

- Meningkatkan hutang Negara

b. Sosial dan Kemiskinan Rakyat

- Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik

- Lambatnya pengentasan kemisinan rakyat

- Akses bagi masyarakat sangat terbatas

- Bertambahnya angka kriminalitas

c. Runtuhnya Otoritas Pemerintah

- Matinya etika sosial politik

- Tidak berlakunya peraturan dan perundang undangan

d. Terhadap Politik dan Demokrasi

- Munculnya kepemimpinan yang korup

- Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi

- Hancurnya kedaulatan rakyat

e. Terhadap Penegak Hukum

- Fungsi pemerintah tidak berjalan


23

- Masyarakat akan hilang kepercayaan pada pemerintah

f. Terhadap Pertahanan dan Keamanan

- Lemahnya alusistra (senjata) dan SDM

- Lemahnya garis Negara

g. Terhadap Lingkungan

- Menurunnya ekosistem bagi tumbuhan hewan

- Berkurangnya kualitas lingkungan

- Kualitas hidup rendah

- Merosotnya kualitas tanah

h. Terhadap Kesehatan

- Tingginya biaya kesehatan

- Tingginya angka kematian ibu hamil dan menyusui

- Tingkat kesehatan masih buruk

- Sistem manajemen tidak relevan di rumah sakit / puskesmas

- Layanan kesehatan yang tumpang tindih

- Pengadministrasian yang kurang baik

2.1.7 Nilai dan Prinsip Anti Korupsi

a. Nilai nilai anti korupsi


1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak
curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki
makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ialah merupakan salah satu
24

nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran
seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal,
termasuk dalam kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran
sangat penting dan dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan
kecurangan akademik, misalnya tidak mencontek, tidak melakukan
plagiarisme dan tidak memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran
secara umum dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam
menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat
penegak hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya
pajak.
2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan
sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya.Nilai kepedulian
sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha memantau
jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber
daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain
itu, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli
terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana
alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan
alam maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.
3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti
dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada
orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal
yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena tampa
kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.
25

4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada
peraturan. Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan
hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai
tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak
yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat
menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan
mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan
ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat
waktu, dan fokus pada pekerjaan.
5. TanggungJawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik
akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai
tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar
dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik,
mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah dan
kepercayaan yang diberikan.

b.Prinsip-Prinsipantikorupsi
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan
main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure),
baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
26

lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat


yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat
memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas
eksternal.
2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan
secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang
paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang.
2.1.8 Upaya Pemberantasan Korupsi

a. Pencegahan

- Penanaman semangat nasional

- Melakukan penerimaan pegawai secara jujur dan terbuka

- Himbauan kepada masyarakat

- Pengusahaan kesejahteraan masyarakat

- Pencatatan ulang aset

b. Penindakan

c. Edukasi
27

2.1.9 Contoh Kasus Korupsi dalam Bentuk Suap Menyuap

 Kasus Suap Mulyana W Kusuma dan R.A Harini Wijoso

Kasus suap yang paling monumental adalah kasus suap Mulyana W

Kusuma dan Harini Wijoso. Pada kasus suap Mualyana, anggota KPU ini

telah ditangkap di hotel ibis Slipi Jakarta Barat, pada tanggal 8 april 2005 oleh

tim penyidik KPK. Saat itu mulyana dating ke kamar 609 untuk menemui

Khairiansyah Salman, salah seorang auditor BPK yang sedang mengaudit

keuangan KPU, untuk menyerahkan uang 150 jt.

Suap ini adalah yang kedua kalinya, setelah suap pertama sejumlah

Rp. 150 juta diberikan pada tanggal 3 april 2005, di kamar hotel yang sama.

Khairiansyah Salman langsung melaporkan ke KPK, setiap ada

perkembangan, akibatnya KPK melakukan pengintaian dan akhirnya

menangkap basah Mulyana W Kusuma.

Atas perbuatannya tersebut Mulyana ditahan dan di sidangkan di

pengadilan Tipikor. Mulyana dihukum 2 tahun 7 bulan dan membayar denda

50 juta. Suap yang dilakukan Mulyana menjadi entry point untuk mengusut

kasus korupsi di tubuh KPU, dan terbukti ketua KPU Nazarudin Samsudin

pun terseret ke meha pengadilan Tipikor.


28

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan

stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi

dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas,karena

lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya.Korupsi merupakan

ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.

Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak

pidana korupsi, baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi

sudah menjadi suatu fenomena. Tindak pidana ini tidak hanya merugikan keuangan

Negara, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi

masyarakat. Di berbagai belahan dunia, korupsi selalumendapatkan perhatian lebih

dibandingkan tindak pidana lainnya. Penyelenggara negara yang bersih menjadi

penting dan sangat diperlukan untuk menghindari praktik-praktik korupsi yang tidak

saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang

apabila dibiarkan, rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan.
29

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui pengertian korupsi dan memahami isi

undang – undang tentang tindak pidana korupsi, sehingga dapat mencegah dan

melawan terjadinya tindakan korupsi bagi dirinya, keluarga dan lingkungan

masyarakat.

3.2.2 Bagi Institusi

Diharapkan makalah ini dapat dipergunakan sebagai bahan bagi pembelajaran

dan referensi tentang undang – undang tindak pidana korupsi.


30

DAFTAR PUSTAKA

Hartanti, Evi (2008), Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika.


Moeljatno (1994), Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP), Edisi Baru, Cetakan 18
Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi Arief, Barda (2008), Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
Jakarta: Kencana
Nawawi Arief, Barda (1998), Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan
Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti
United Nations (2004), the Global Program Againts Corruption : United Nations
Anti- corruption Toolkit, Vienna: UNODC.

Anda mungkin juga menyukai