Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGERTIAN KORUPSI, ANTI KORUPSI, DAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

OLEH

KELOMPOK 1 :

SUKMA / 18.1300.036

PUTRI ANGGRENI / 2120203888203028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan Allah kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja keras kami, melainkan banyak
pihak-pihak yang memberikan dorongan- dorongan motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak
terimakasih atas terselesainya makalah ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu
mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.

Pinrang, 05 April 2022

Peyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................I

KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A.Latarbelakang............................................................................................................2
B.Rumusan masalah.....................................................................................................2
C.Tujuan........................................................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN MATERI.................................................................................................3

A.Penngertian korupsi..................................................................................................3
B.Nilai dan prinsip Anti Korupsi ..................................................................................4
C.Pendidikan Anti Korupsi Serta peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi........25

BAB 3. PENUTUP....................................................................................................................... 27

Simpulan.......................................................................................................................27
Saran............................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................28

iii
BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak, luas wilayah yang
besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik di darat maupun laut. Akan
tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Sumber
daya alam banyak dikuasai oleh pihak asing serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang
seharusnya mengelola sumber daya alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat puda
kenyataannya kalah dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para penyelenggara negara
seakan-akan sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan bangsa ini, mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok mereka.

Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar yang sudah sangat
mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini, semua aspek kehidupan di berbagai
bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh tindakan korupsi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan kamí bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian korupsi?

2. Apa saja faktor penyebab serta dampak negatif korupsi?

3. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi

4. Bagaimana pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi serta peran mahasiswa dalam gerakan anti-
korupsi?

iv
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan. memutarbalik. menyogok) adu lah tindakan pejabat publik. baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihuk lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.

Dari sudut pandang hukum tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut :

• Perbuatan melawan hukum

• Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana

• Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi

• Merugikan keuangan negara utau perekonomian negara .

Jenis tindak pidana korupsi antaranya, namun bukan semuanya, adalah :

• Memberi atuu menerima hadiah atau janji (penyuapan)

• Penggelapan dalam jabatan

• Pemerasan dalam jabatan

• Ikut serta dalam pengadaun (bagi pegawai negeripenyelenggara negara)

• Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)


v
Dalam arti yang luas korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya, Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk
memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintakan oleh para pencuri, di mana
pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13 pasal dalam UU No 31
Tahun 1999 jo UU No 20 Tuhun 2001 Tentang Pemberantasan Korupsi.

Dari pasal-pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam tiga puluh bentuk jenis tindak pidana korupsi,
pasal ini menerangkan secara rinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana mati, pidana
penjara, dan pidana denda karena korupsi.

1. Kenugian Keuangan Negara

a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi dan dapat
merugikan keuangan negara.

Pasal 2 ayat (1) UUPTPK :dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan denda paling sedikit Rp 200 juta, dan paling
banyak Rp Milyar.

Pasal 2 avat (2) UUPTPK bilamana tindak pidana sbgmana ayat (1) dilakukan dalam keadaan
tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan

b. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau
korporasi dan dapat merugikan keuangan negara.

Pasal 3 UUPTPK : dipidana dengan pidana seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 50 juta, dan puling banyak Rp 1
Milyar.

2. Suap-Menyuap

a. Menyuap Pegawai Negeri

Pasal 5 ayat (1) huruf a : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuntu kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya. Dipidana penjara paling singkat I (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau
pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt

vi
b. Menyuap Pegawai Negeri

Pasal 3 ayat (1) huruf b: setiap orang yang memberi sesuanu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang berentangan dengan kewajiban
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatan. Dipidana penjara paling singkat (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

c. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya

Pasal 13 UUPTPK Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling
banyak Rp 150jt, setian orane vang memheri hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau kedudukannya, atau oleh memberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatannya
atau kedudukan tersebut.

d. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap

Pasal 5 ayat (2) UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima pemberian atau
janii sebagaimana dimaksud pusal 5 ayat (1) huruf a, dan b, dipidana penjara paling singkat I (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

e. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap

Pasal 12 huruf a UUPTPK : Dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt
dan paling banyak Rp 1 milyar, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerims hadiah atau
jnnji pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diherikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak mclakukan sesuatu dalam jahatannya vang hertentangan
dengan kewajibannya.

f. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara menerima suap

Pasal 12 huruf b UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiab, pada
hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena
telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya ve bertentangan dengan kewajiban
nya , dipidana penjara seumur hidup / penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(duapuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp M

g. Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara menerima hadiah

Pasal 11 UU PTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atan janji
padahalLdiketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau ianii tersehut diherikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhuhungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang
membenikan hudiah ataujanji tersehut ada hukungan dengan jabatannya, dipidana penjara paling

vii
singkat I (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan
paling banyak Rp 250 jt.

h. Menyuap Hakim

Pasal 6 ayat (1) huruf a UUPTPK: Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang discrahkan kepadanya untuk diadili,
dipidana penjaru paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lamu 15 (lima belas) tahun utau atau pidanu
denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750jt.

i. Menyuap Ad vokat

Pasal 6 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang memberi aku menjanjikan sesuatu kepada
seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk
menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit
Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.

j. Hakim dan Advokat menerima suap

Pusal 6 ayat (2) UUPTPK : Bagi hakim atuu advokat yang menerima pemberian atau janij
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yg sama sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)

k. Hakim menerima suap

Pasal 12 huruf (e) UUPTPK : Hakim yang menerima badiah atajanji. padahal diketahuinya atau patut
diduga buhwa hadiah atau janji tersebut diherikan untuk mempengaruhi putusan perkam yung
discrahkun kepadanya untuk diadili, dipidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat
4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt,
dan paling banyak Rp I Milyar.

l. Advokat Menerima Suap

Pasal 12 huruf d UUPTPK : Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan


ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat vang akan diberikan berhubung dengan perkaa vang diserahkan kepada peneadilan untuk
diadili, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1
Milyar.

viii
3. Penggelapan dalam jabatan

a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan.

Pasal 8 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang
atan surat berharga Vang disinpan karena jiabatannya, atau membiarkan uang atauL sunt berharga
tersebut diambil atatu digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.

b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi

Pasal 9 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaia memalsu buku-buku
atan daftar-dafiar yang khuais untuk pemeriksaan administrasi, dipidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat I (satu) tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun atau atau pidana denda
paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

c. Pegawai negeri merusakkan bukti

Pasal 10 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan. menghancurkan, menisukkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang. akta. surat.
atau daftur vang digunakan untak meyakinkan atau membuktikan di muka peiabat yang herwerang vang
dikuasai karena jabatannya, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling luma 7 (tujuh)
tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

d. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti

Pasal 10 huruf b UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja
membiarkan orung Inin menghilangkan. menghuncurkan merusakkan, ataul membuat tidak danat
dinakni barang, surat, atau daftar tersehut, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

e. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti.

Pasal 10 huruf e UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja
membantu orang lain menghilangkan. menghancurkan, nerusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai
barang, akta, surat, atas daftar tersebut, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

ix
4. Pemerasan

a. Pegawai negeri dan penyelenggara negara memeras

Pasal 12 huruf e UUPTPK Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran
dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar.

b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras

Pasal 12 huruf g UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barangseolah-olah merupakan
utang kepada dirinya. pada bal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang, dipidana Pasal
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M.

c . Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras pegawai negeri atau penyelenggara negara.

Pasal 12 huruf f UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memoteng pembavaran kepada pegawai negeri atau
penyelengeara negara yang lain atau kspada kas umum seolah-oluh pegawai negeri atau penvelenggara
negara Inin atau kus umum tersebut mempunyai utang kepadanya, pada hal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan
paling banyak Rp 1 M.

5. Perbuatan Curang

a. Pemborong berbuat curang

Pasal 7 ayat (1) huruf a UUPTPK : Pemborong akhli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau menjual bahan bangunan yang ada pada waktu menyerahkan bahan bangunan
melakukan perbuatan curung yang dapat memhahavakan keamanan orang atau harang atun
kesclamatan negara dalam keadaan perang dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang

Pasal 7 ayat (1) hurufb UUPTPK : setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a,
x
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tuhun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling
sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

c. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang

Pasal 7 uyut (1) huruf e : Setiap orang yang puda waktu menyerahkan barang keperluan Tantara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang
dapat membahayakan kesclamatan negara dalam keadaan perang, dipidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling
banyak Rp 350 jt

d. Pengawas rekanan TNI / POLRI berbuat curang

Pasal 7 ayat (1) huruf d UUPTPK Setiap orang yang bertugas mengawasi barang keperluan Tantara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perhuatan curang sehagaimana dimaksud huruf s, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt. n paling banyak Rp 350 jt.

e. Penerima barang TNI / POLRI membiarkan perbuatan curang

Pasal 2 uyat (2) UUPTPK : Bugi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang
menerima penyerahan barang keperluan TNI dan / atau POLRI dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud dalam ayat () huruf e, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimna
dmaksudkan dalam ayat (1)

f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menyerobot tanah negara schingga merugikan orang lain.

Pasal 12 huruf a UUF Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas telah menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, pada hal diketahuinya pada saat
dilakukan perbuatan. untuk seluruh atau schagian ditugaskan untukmengurus atau mengawasinya.
dipidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M

6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara turut serta dalam pengadaan yang diurusnya.

Pasal 12 huruf UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan. pengadaan. atau persewaan. yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruhnya atau scbagian ditugaskan untuk mengurusi ntau mengawasi,
dipidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M.

7 . Gratifikasi
xi
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK

Pasal 12 B UUPTPK:

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap.
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan sebagai berikut :

• Yang nilainya Rp 10 jt atau lebih, pembuktian balwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap,
yang dilakukan oleh penerima gratifikasi.

• Yang nilainya kurang dari Rp 10 jt pembuktian bahwa gratifikasi tersebut adalah suap, oleh
penuntut umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah
pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M

B. Nilal-Nilal Dan Prinsip Anti-Korupsi

Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti korupsi berjumlah 9 buah,
yaitu :

1. Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan maupun ucapan
yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur
memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai yang paling utama
dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaun dalam berbagai
hal, termasuk dalam kehidupan sosial. Bagi scorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat
diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, misalnya tidak mencontek, tidak
melakukan plagiarisme dan tidak memalsukan nilai. Lebih luas contoh kejujuran secara umum
dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya
sebagai seorang aparat penegak hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.

2. Kepedulian

Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian dapat
dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya. Nilai kepedulian
sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha memantau jalannya proses pembelajaran,
memantau sistem pengelolaan sumber daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus.
Selain itu, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama seperti
dengan turut membantu jika terjadi bencana alam, serta turuE membantu meningkatkan lingkungan
xii
sekitar tempat tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun
sosial terhadap individu dan kelompok lain, Kemandirian Di dalam beberapa buku pembelajaran,
dikatakan bahwa mandiri.

3. Kemandirian

artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap
sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh scorang pemimpin, karena tampa kemandirian
sescorang tidak akan mampu memimpin orang lain.

4. Kedisiplinan

Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya untuk
mengatur kehidupan manusia memerlukun hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah sescorang
dapat menepai tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dngan
nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan
tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.

5. Tanggung Jawab

adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa bokh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan). Sescorang yang memiliki tanggung jawab ukan memiliki
kecenderungan menyclesaikan tugas dengan lebih baik. Sescorang yang dapat menunaikan tanggung
jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan
nilai tanggung jawab antara lain dupat diwujudkan dalam bentuk belujar dengan sungguh-sungguh, lulus
tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah dan
kepercayaan yang diberikan.

6.Kerja keras

didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung ketekadan, ketekunan, daya
tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras
merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras
akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.

7. Kesederhanaan

Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan masyarakat disekitar.
Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan

xiii
kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan
kebutuhan diatas keinginannya.

8. Keberanian

dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai
kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan
semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.

9. Keadilan

Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Keadilan
dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam
pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada
siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak
melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban, Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak
bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi, Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

Sedangkan prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto)
maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi
dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan
jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005). Selain itu akuntubilitas
publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada kemampuan sescorang terkait dengan kinerja
yang diharapkan. (Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah sescorang yang
memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas
program. akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya, akurtabilitas harus dapat diukur dan
dipertan ggungjawabkan pertanggungjawaban atas semuu kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
melalui mekanisme pelaporan dan kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi
xiv
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan
dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses
dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk
melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :

• Proses penganggaran

• Proses penyusunan kegiatan

• Proses pembahasan.

• Proses pengawasan.

• dan Proses evaluasi.

proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadup kinerja anggaran.

Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja).

Proses pembahasan membahas tentang pembutun rancangan peraturan yang berkaitan dengan
strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan
tender. pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara teknis.

Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan dengan
kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.

Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan bukan
hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output
kerja- kerja pembangunan.

3. Kewajaran

Prinsip faimess atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam
bentuk lainnya, Sifat-sifat prinsip ketidak wajaran ini terdiri dari lima hal penting komperchensif dan
disiplin, fleksibilitas. terprodiksi, kejujuran dan informatif Komperehensif dan disiplin berarti
mempertimbangkan keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan,
pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan
tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam
xv
perencanaan atas dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat infomatif agar dapat tercapainya sistem
infomasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian
kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari
kejujuran.

4. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyaraka. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang
anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun laimya yang dapat memudahkan masyarakat
mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat
negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur
kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas
pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung olch aktor-aktor penegak
kebijakan yaitu kepolisian, kejaksan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi
sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan
menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan
reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yuitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta
dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif
kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan
mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

C. Pendidikan Anti Korupsi

Salah satu upaya dikti dalam membentuk karakter bangsa yaitu dengan melaksanakan Pendidikan
Anti Korupsi di seluruh perguruan tingi di Indonesia. Sesuai dengan PP 71 Th. 2000: "Peran serta
masyarakat adalah peran aktif perorangan, Ormas, atau LSM dalam pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi." Maka dari itulah mahasiswa harus turut andil dalam upaya pencegahan serta
pemberantasan tindak pidana korupsi.

xvi
Program Pendidikan Anti Korupsi mempunyai visi yaitu terwujudnya sarjana Indonesia berkarakter
bersih korupsi. Sedangkan misi dari Pendidikan Anti Korupsi diantaranya :

• Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap bahaya korupsi.

• Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya korupsi.

• Meningkatkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi Melakukan PENDIDIKAN &
PENGAJARAN ANTI KORUPSI.

Tujuan diadakannya Pendidikan Anti Korupsi di Indonesia adalah :

• Membangun budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dengan :

a. Memberikan pengetahuan tentang korupsi dan pemberantasannya

b. Menanamkan nilai-nilai anti korupsi

• Menyiapkan mahasiswa sebagai agent of change bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara
yang bersih dan bebas dari korupsi. Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi terbagi daiam 3 tahap yaitu :

a. Tahap Pencegahan

Pendidikan Anti Korupsi.

• Mewajibkan Pemimpin Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan Anti Korupsi

• Mendorong adanya Pendidikan Anti Korupsi di Kampus

• Mengadakan Seminar Anti-Korupsi

• Adanya Materi Pendidikan Anti-Korupsi di Kaderisasi Mahasiswa

Kampanye Ujian Bersih

• Pembuatan Media Prograganda (Baliho, Spanduk, dan Poster)

• Pembuatan Media On-line untuk mengkampanyekan Ujian Bersih

• Menanamkan Nilai Kejujuran Ujian Bersih di Kaderisasi Mahasiswa

b. Tahap Opini

Gagasan / Ide

• Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media

xvii
• Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai Anti-Korupsi

• Membuat audiovisual interaktif terkait anti-korupsi

Metode Pencegahan Korupsi

• Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD, SD, SMP, SMA)

• Membuat Korps Anti Korupsi di Tingkat Universitas

• Adanya Tata Etika dan Norma diantara Mahasiswa

Mengangkat Isu Korupsi Lokai-Nasional.

• Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga menanggapi isu Korupsi lokal yang terjadi

• Advokasi dan Pengawalan Penyusunan Anggaran serta pelaksanaan pembangunan di daerah /


nasional.

c. Tahap Gerakan Moral Gerakan moral untuk mendorong pemerintah menindaklanjuti kasus
korupsi yang terjadi

• Sebagai kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung koruptor.

• Mendorong Penguatan institusi KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi yang kredibel,
kokoh, dan transparan.

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa
pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem
demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di
negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah
telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika
kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri
ini. Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan
xviii
diatas penerapannya masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak
dengan sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.

Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk merubah keadaan ini. Akan tetapi, semua itu tidak
akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh lingkungan masyarakat serta lingkungan
keluarga. Oleh karena itulah tugas kita sebagai mahasisa untuk membangkitkan lagi nilai-nilai serta
prinsip-prinsip anti korupsi tersebut dalam kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara
Indonesia.

B. SARAN

Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli akan kondisi
bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat dari bangku perkuliahan harusnya dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila sudah mengenali dan memahami korupsi,
alangkah baiknya kita dapat mencegahnya mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru
mencegah orang lain.

xix
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/27358522/Makalah_Pendidikan_Anti_Korupsi_di_Perguruan_Tinggi

xx

Anda mungkin juga menyukai