Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Membangun Budaya Anti Korupsi Di Kalangan Mahasiswa


Melalui Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi

Dosen Pengampu : Dr. Rahmad Satria, SH, MH

Disusun oleh :
JANUAR
(2010117296)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI
PONTIANAK
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Membangun Budaya Anti
Korupsi Di Kalangan Mahasiswa Melalui Pendidikan Anti Korupsi Di
Perguruan Tinggi” dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Dr. Rahmad Satria, SH,
MH pada bidang mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Membangun
Budaya Anti Korupsi Di Kalangan Mahasiswa Melalui Pendidikan Anti Korupsi
Di Perguruan Tinggi
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Rahmad
Satria, SH, MH selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi. Berkat
tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Pontianak, 28 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................. i


Halaman Kata Pengantar ................................................................. ii
Halaman Daftar Isi .......................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi .......................................................... 2
B. Faktor Penyebab serta Dampak Negatif Korupsi ............ 12
C. Nilai-nilai dan Prinsip Anti Korupsi................................ 15
D. Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam
Gerakan Anti Korupsi ...................................................... 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 25
B. Saran ................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang
banyak, luas wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam
yang melimpah baik di darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya
Negara Indonesia termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Sumber daya
alam banyak dikuasai oleh pihak asing serta golongan-golongan konglomerat.
Negara yang seharusnya mengelola sumber daya alam tersebut untuk
kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada kenyataannya kalah dengan
kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para penyelenggara negara
seakan-akan sudah tidak beroientasi lagi untuk memajukan bangsa ini, mereka
lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka.
Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar yang
sudah sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini,
semua aspek kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak
akan terlepas oleh tindakan korupsi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja faktor penyebab serta dampak negatif korupsi?
3. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi itu?
4. Bagaimana pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi serta peran
mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi?

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (Bahasa Latin: corruptio dari kata


kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

➢ Perbuatan melawan hukum,

➢ Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,

➢ Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan

➢ Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

➢ Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

➢ Penggelapan dalam jabatan,

➢ Pemerasan dalam jabatan,

➢ Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara


negara), dan

➢ Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan
korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling

2
ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak
jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13


pasal dalam UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Korupsi.

Dari pasal-pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam tiga puluh


bentuk/jenis tindak pidana korupsi, pasal ini menerangkan secara rinci
mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana mati, pidana penjara, dan
pidana denda karena korupsi.

1. Kerugian Keuangan Negara

a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi dan dapat merugikan keuangan negara.
Pasal 2 ayat (1) UUPTPK :dipidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh
tahun) dan denda paling sedikit Rp 200 juta, dan paling banyak Rp 1
Milyar.

Pasal 2 ayat (2) UUPTPK bilamana tindak pidana sbgmana ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan

b. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri, atau


orang lain atau korporasi dan dapat merugikan keuangan negara.
Pasal 3 UUPTPK : dipidana dengan pidana seumur hidup, atau pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun atau denda paling sedikit Rp 50 juta, dan paling banyak Rp 1
Milyar.

2. Suap-Menyuap

3
a. Menyuap Pegawai Negeri.
Pasal 5 ayat (1) huruf a : setiap orang yang memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan
maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya. Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

b. Menyuap Pegawai Negeri.


Pasal 5 ayat (1) huruf b : setiap orang yang memberi sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan
dengan sesuatu yang berentangan dengan kewajiban dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatan. Dipidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

c. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya.


Pasal 13 UUPTPK : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp 150jt, setiap orang yang
memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan
atau kedudukannya, atau oleh memberi hadiah atau janji dianggap
melekat pada jabatannya atau kedudukan tersebut.

d. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap.


Pasal 5 ayat (2) UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara
menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (1)
huruf a, dan b, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50jt, dan
paling banyak Rp 250 jt.

e. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap.

4
Pasal 12 huruf a UUPTPK : Dipidana dengan penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt dan paling
banyak Rp 1 milyar, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.

f. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara menerima suap.


Pasal 12 huruf b UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang menerima hadiah, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yg
bertentangan dengan kewajiban nya, dipidana penjara seumur hidup /
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (duapuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp
1M

g. Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara menerima hadiah.


Pasal 11 UU PTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga , bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan
paling banyak Rp 250 jt.

h. Menyuap Hakim.
Pasal 6 ayat (1) huruf a UUPTPK : Setiap orang yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk

5
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk
diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt,
dan paling banyak Rp 750jt.

i. Menyuap Advokat.
Pasal 6 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk
menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi
nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau
atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750
jt.

j. Hakim dan Advokat menerima suap.


Pasal 6 ayat (2) UUPTPK : Bagi hakim atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau
advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yg sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)

k. Hakim menerima suap.


Pasal 12 huruf (c) UUPTPK : Hakim yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahuinya atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili, dipidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 Milyar

6
l. Advokat Menerima Suap.
Pasal 12 huruf d UUPTPK : Seseorang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk
menghadiri sidang pengadilan menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung
dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili,
dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar.

3. Penggelapan dalam jabatan


a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan.
Pasal 8 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang
atau surat berharga yang disimpan karena jjabatannya, atau
membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan
oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut,
dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana
denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.

b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi.


Pasal 9 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku
atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi,
dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun atau atau pidana denda
paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.

7
c. Pegawai negeri merusakkan bukti.
Pasal 10 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai
barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena
jabatannya, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt,
dan paling banyak Rp 350 jt.

d. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti.


Pasal 10 huruf b UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau sementara waktu, dengan sengaja membiarkan orang
lain menghilangkan, menghancurkan , merusakkan, atau \ membuat
tidak dapat dipakai barang, surat, atau daftar tersebut, dipidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau
pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

e. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti.


Pasal 10 huruf c UUPTPK : Pegawai Negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau sementara waktu, dengan sengaja membantu orang
lain menghilangkan, menghancurkan , merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut,
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan
paling banyak Rp 350 jt.

8
4. Pemerasan
a. Pegawai negeri dan penyelenggara negara memeras.
Pasal 12 huruf e UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1
Milyar

b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras.


Pasal 12 huruf g UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan, atau penyerahan barang , seolah-olah merupakan utang
kepada dirinya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M

c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras pegawai negeri


atau penyelenggara negara.
Pasal 12 huruf f UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum seolah-olah
pegawai negeri atau penyelenggara negara lain atau kas umum tersebut
mempunyai utang kepadanya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang,dipidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

9
tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak
Rp 1 M

5. Perbuatan Curang
a. Pemborong berbuat curang.
Pasal 7 ayat (1) huruf a UUPTPK : Pemborong akhli bangunan yang
pada waktu membuat bangunan, atau menjual bahan bangunan yang
ada pada waktu menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau
keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana
denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.

b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang.


Pasal 7 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang bertugas
mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a,
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling
banyak Rp 350 jt.

c. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang.


Pasal 7 ayat (1) huruf c : Setiap orang yang pada waktu menyerahkan
barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp
350 jt

d. Pengawas rekanan TNI / POLRI berbuat curang.

10
Pasal 7 ayat (1) huruf d UUPTPK : Setiap orang yang bertugas
mengawasi barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c, dipidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau
pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, n paling banyak Rp 350 jt.

e. Penerima barang TNI / POLRI membiarkan perbuatan curang.


Pasal 2 ayat (2) UUPTPK : Bagi orang yang menerima penyerahan
bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang
keperluan TNI dan / atau POLRI dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimna dmaksudkan dalam ayat (1)

f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menyerobot tanah negara


sehingga merugikan orang lain.
Pasal 12 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang pada waktu menjalankan tugas telah menggunakan tanah negara
yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, pada hal
diketahuinya pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya. dipidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak
Rp 1 M

6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan


a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara turut serta dalam pengadaan
yang diurusnya
Pasal 12 huruf i UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara
baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan

11
perbuatan, untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan untuk
mengurusi atau mengawasi, dipidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling
sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M

7. Gratifikasi

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima gratifikasi dan


tidak lapor KPK.
Pasal 12 B UUPTPK :

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara


dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut :

• Yang nilainya Rp 10 jt atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi


tersebut bukan merupakan suap, yang dilakukan oleh penerima
gratifikasi;
• Yang nilainya kurang dari Rp 10 jt pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut adalah suap, oleh penuntut umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara


sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pidana seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 M

B. Faktor Penyebab Serta Dampak Negatif Korupsi


Beberapa kondisi yang menjadi faktor-faktor terjadinya korpsi di
Indonesia diantaranya :

12
• Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung
jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim
yang bukan demokratik.
• Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
• Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar
dari pendanaan politik yang normal.
• Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
• Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman
lama".
• Lemahnya ketertiban hukum.
• Lemahnya profesi hukum.
• Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
• Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
Sedangkan beberapa dampak yangditimbulkan oleh korupsi sendiri antara
lain sebagai berikut :
1. Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di
dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan
proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan;
korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam
pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena
prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi
pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

2. Ekonomi

13
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi
kualitas Pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan
yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam
negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau
karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus
yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan
menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan
baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga
mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi
dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.

Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor


publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek
masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat
mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktik korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih
banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi
juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor


keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di
Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang
menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar
negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan
yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening
bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia,

14
seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya
(meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan,
melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar
dariUniversitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai
1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187
triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka
sendiri. [1] (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya
pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh
ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya
adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan
baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari
korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk
kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi pada
masa depan.

3. Kesejahteraan umum negara

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman


besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti
kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok,
bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan
besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-
politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada
perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye
pemilu mereka.

C. Nilai-Nilai Dan Prinsip Anti-Korupsi


Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti
korupsi berjumlah 9 buah, yaitu :

15
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak
curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki
makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai
yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang
tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam
kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan
dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik,
misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak
memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum
dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan
tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum
ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.

2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan
sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya.Nilai kepedulian
sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha memantau jalannya
proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya
dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain itu,
secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli
terhadap sesama seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana alam,
serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat tinggal
maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam
maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.

3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri
berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung

16
kepada orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai
suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena
tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.

4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada
peraturan. Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan
hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai
tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak
yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan
kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan dapat
diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan
baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku,
mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada
pekerjaan.

5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik
akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung
jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-
sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik
dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian
keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras

17
merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa
adanya pengetahuan.

7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi
dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia
dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya.
Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.
8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung
jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai
kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga
kuat.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah
dan tidak memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut
juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan
ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan
kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan
bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat
dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan
dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia
keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi. Untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur
dalam keadilan.

18
Sedangkan prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main
baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik
pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang
digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi
dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005). Selain
itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada
kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. (Pierre :
2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang
memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan
kinerja (Prasojo : 2005). Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu
dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program,
akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome,
akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam
pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka
panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai
dari transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan
secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang

19
paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :
– Proses penganggaran,
– Proses penyusunan kegiatan,
– Proses pembahasan,
– Proses pengawasan, dan
– Proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan,
implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi)
terhadap kinerja anggaran.
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan
terkait dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan
(anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan
yang berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan dana),
mekanisme pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan
teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara teknis.
Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek
pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi
adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek
dijalankan secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara
administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja
pembangunan.

3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah
terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam

20
bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat
prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting komperehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif. Komperehensif
dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak
melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya
kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi
berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value for
money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip
fairness di dalam proses perencanaan pembangunan. Kejujuran
mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun
pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun
politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness.
Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem informasi
pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan
sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan
keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.

4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan
anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi,
namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi,
undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun
lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi
akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada

21
kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-
nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan
ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi.

5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk
kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol
kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol
kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru
yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu
mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

D. Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti


Korupsi
Salah satu upaya dikti dalam membentuk karakter bangsa yaitu dengan
melaksanakan Pendidikan Anti Korupsi di seluruh perguruan tingi di
Indonesia. Sesuai dengan PP 71 Th. 2000: “Peran serta masyarakat adalah
peran aktif perorangan, Ormas, atau LSM dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.” Maka dari itulah mahasiswa harus
turut andil dalam upaya pencegahan serta pemberantasan tindak pidana
korupsi.

22
Program Pendidikan Anti Korupsi mempunyai visi yaitu terwujudnya
sarjana Indonesia berkarakter bersih korupsi. Sedangkan misi dari Pendidikan
Anti Korupsi diantaranya :
• Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap
bahaya korupsi
• Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya korupsi
• Meningkatkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
• Melakukan PENDIDIKAN & PENGAJARAN ANTI KORUPSI

Tujuan diadakannya Pendidikan Anti Korupsi di Indonesia adalah :


• Membangun budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dengan:
➢ Memberikan pengetahuan tentang korupsi dan pemberantasannya
➢ Menanamkan nilai-nilai anti korupsi
• Menyiapkan mahasiswa sebagai agent of change bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari korupsi.

Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi


terbagi dalam 3 tahap yaitu :
a. Tahap Pencegahan
Pendidikan Anti Korupsi
• Mewajibkan Pemimpin Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan
Anti Korupsi
• Mendorong adanya Pendidikan Anti Korupsi di Kampus
• Mengadakan Seminar Anti-Korupsi
• Adanya Materi Pendidikan Anti-Korupsi di Kaderisasi Mahasiswa
Kampanye Ujian Bersih
• Pembuatan Media Prograganda (Baliho, Spanduk, dan Poster)
• Pembuatan Media On-line untuk mengkampanyekan Ujian Bersih
• Menanamkan Nilai Kejujuran/Ujian Bersih di Kaderisasi
Mahasiswa
b. Tahap Opini

23
Gagasan / Ide
• Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media
• Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai Anti-Korupsi
• Membuat audiovisual interaktif terkait anti-korupsi
Metode Pencegahan Korupsi
• Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD, SD, SMP,
SMA)
• Membuat Korps Anti Korupsi di Tingkat Universitas
• Adanya Tata Etika dan Norma diantara Mahasiswa
Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional
• Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga menanggapi isu
Korupsi lokal yang terjadi
• Advokasi dan Pengawalan Penyusunan Anggaran serta pelaksanaan
pembangunan di daerah / nasional
c. Tahap Gerakan Moral
Gerakan moral untuk mendorong pemerintah menindaklanjuti kasus
korupsi yang terjadi
• Sebagai kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung
koruptor.
• Mendorong Penguatan institusi KPK sebagai lembaga pemberantasan
korupsi yang kredibel, kokoh, dan transparan.

24
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan
berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah
menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem
hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini.
Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja
banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan
sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan
berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Ini
dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip anti korupsi seperti yang
telah diterangkan diatas penerapannya masih sangat jauh dari harapan. Banyak
nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh dijalani sehingga
penyimpangannya menjadi hal yang biasa.
Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk merubah keadaan ini. Akan
tetapi, semua itu tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh
lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas kita
sebagai mahasisa untuk membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti
korupsi tersebut dalam kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara
Indonesia.

B. SARAN
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan
peduli akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat
dari bangku perkuliahan harusnya dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya
kita dapat mencegahnya mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru
mencegah orang lain.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/materi-korupsi.html#
http://dokumen.tips/documents/materi-anti-korupsi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
http://r.search.yahoo.com/_ylt=A0LEVoA685pXbgwAAHr3RQx.;_ylu=X3oDM
TBya3R2ZmV1BHNlYwNzcgRwb3MDNARjb2xvA2JmMQR2dGlkAw--
/RV=2/RE=1469801402/RO=10/RU=http%3a%2f%2facch.kpk.go.id%2fdocume
nts%2f10180%2f11243%2fBuku-Pendidikan-Anti-Korupsi-untuk-Perguruan-
Tinggi.pdf%2f540542da-4060-4029-ae3e-
5e7dedb36d26/RK=0/RS=TzyeMxv06mpXirC4qZstL.M.T30-

26

Anda mungkin juga menyukai