OLEH KELOMPOK I
1. Vidya Gumanti
2. Frengki Uloli
3. Budiyanto Haluti
4. Sunarti
5. Rasjid Gobel
i
Abstrak
Penegakan hukum terhadap kasus tindak pidana korupsi baik pada masa kini
maupun pada masa yang akan datang tetap merupakan ancaman serius yang dapat
membahayakan kehidupan bangsa-bangsa pada umumnya, dan khususnya bagi
bangsa Indonesia sehingga korupsi sudah seharusnya merupakan kejahatan
terhadap kesejateraan bangsa dan negara. Dalam kerangka dan ruang lingkup
reformasi yang telah berlangsung di Negara ini, orang makin disadarkan pada
peran penting hukum sebagai sarana pengayoman dalam mengatur kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik
dan ekonomi. Fenomena korupsi di Indonesia perlu dikaji dan diteliti lebih lanjut
dalam kerangka sosiologi hukum sebagai suatu evaluasi terhadap upaya
penyelesaian kasus korupsi. Penellitian ini menggunakan studi pustaka. Sosiologi
hukum memiliki peranan penting dalam mengkaji kasus-kasus hukum yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat khususnya teerhadap kasus tindak pidana korupsi,
dimana perspektif struktural fungsionalisme memandang bahwa menjamurnya
praktek korupsi di Indonesia merupakan tanda disfunginya hukum dalam
menciptakan tujuannya yakni mewujudkan kepatuhan hukum dan keteraturan di
masyarakat. Para penegak hukum turut memegang kunci suksesnya hukum di
masyarakat sebab keteraturan tercipta karena berfungsinya unsur-unsur yang
saling terhubung satu sama lain.
1
A. Latar Belakang
dikaji baik pada masa Orde Lama, Orde Baru maupun era yang sekarang ini
sedang berjalan yang biasa disebut dengan Era Reformasi. Khusus dalam
penegakan hukum terhadap kasus tindak pidana korupsi. Korupsi baik pada masa
kini maupun pada masa yang akan datang tetap merupakan ancaman serius yang
terhadap kesejateraan bangsa dan negara. Dalam kerangka dan ruang lingkup
reformasi yang telah berlangsung di Negara ini, orang makin disadarkan pada
masyarakat, bangsa dan negara dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik
dan ekonomi.
korupsi merupakan cermin masalah penegakan hukum di negeri ini, sebab korupsi
masyarakat.
1
Sajipto Raharjo, Hukum Dan Perubahan Sosial. (Bandung: Alumni, 1983), hal. 127-146
2
Korupsi yang timbul dimana-mana merupakan petunjuk kelemahan fungsi
Upaya keras untuk memberantas terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
termasuk aparat penegak hukum dalam penerapkan dan penegakan hukum. Begitu
pula halnya dengan munculnya intervensi dan pengaruh dari pihak lain dalam
kasus tindak pidana korupsi demi mewujudkan pemerintahan yang baik. Berbagai
pemberantasan korupsi justru ada yang terjerat dalam kasus korupsi. Fenomena
korupsi di Indonesia yang begitu rumit ini akan coba diuraikan melalui sudut
B. Rumusan Masalah
C. Metode Penelitian
seputar tindak pidana korupsi melalui jurnal, buku, publikasi lembaga terkait,
dan artikel berita yang kemudian dikaji dalam perspektif dan teori sosiologi
hukum.
3
D. Kerangka Teori
sosial dan dan ekonomi masyarakat secara luas, merusak sendi-sendi kehidupan
Maka pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa oleh karena itu
penindakan terhadap pelaku tindak pidana korupsi harus diatur secara khusus.
luas yaitu:4 “Perbuatan seseorang yang merugikan keuangan negara dan yang
2
A. Hamzah, Korupsi Di Indonesia Masalah Dan Pemecahannya, Jakarta, Gramedia, 1984,
Hlm. 19.
3
A. Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005, Hlm. 4-5.
4
Laden Marpaung, Tindak Pidana Korupsi Masalah Dan Pemecahannya, Jakarta, Sinar
Grafika, 1992, Hlm. 149.
4
Pengertian Tindak Pidana Korupsi juga dapat ditemukan pada Kamus
Pasal 1 :
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara
perekonomian negara.
210, Pasal 388, Pasal 415, pasal 416, Pasal 417, Pasal 418, Pasal 420,
5
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1976.
5
d. Barang siapa memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri seperti
kedudukan itu.
diberikan kepadanya seperti tersebut pada Pasal 418, Pasal 419 dan
memperkaya diri sendiri atau orang laun atau suatu korporasi yang
negara.
6
3. Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 209, Pasal 210, Pasal 387, Pasal 415, Pasal 416,
Pasal 417, Pasal 418, pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 435,
KUHP dan juga Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
20 Tahun 2001.
4. Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
pidana korupsi
hukum tersebut akan tercapai jikalau terdapat keserasian dan kepastian hukum
7
Menurut Van Appeldoorn sebagaimana yang dikutip oleh Budiono
seimbang. Namun yang menjadi permasalahan adalah suatu tertib hukum pasti
hasil dari tertib hukum. Tertib hukum menjadi tertib hukum hanya karena
karena bisa saja dipaksa oleh suatu kekuatan (misalnya pemerintah yang
jika ditegaskan bahwa fungsi utama dari hukum adalah untuk menegakkan
keadilan.7
Sebagai suatu sistem, hukum pidana memiliki sifat umum dari suatu
8
substansi (substance), dan budaya hukum (legal culture). Pada bagian lain
sebagai pandangan yang luas yang memasukkan elemen-elemen lain yang .non-
tempat tersendiri di luar kelompok hukum publik dan hukum privat. Utrecht
melihat hukum pidana sebagai suatu hukum sanksi (bijzonder sanctie recht).
4. Pelaksanaan pidana.
9
Muzakkir, Posisi Hukum Korban Kejahatan dalam Sistem Peradilan Pidana (Jakarta: Disertasi
Program Pascasarjana FH-UI, 2001), hal. 154.
10
Muzakkir, Op.Cit. hal. 75.
11
Muzakkir, Sistem Pengancaman Pidana dalam Hukum Pidana, Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Kriminalisasi dan Dekriminalisasi dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, tanggal
15 Juli 1993 (Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 1993), hal. 2.
9
Keempat aspek tersebut mempunyai keterkaitan antara satu dengan
lainnya dan merupakan satu jalinan dalam wadah sistem hukum pidana. Sistem
hukum pidana ada mengenal sanksi pidana dan sanksi tindakan. Sanksi pidana
tindakan bersumber dari ide dasar perlindungan masyarakat dan pembinaan atau
perawatan si pelanggar.12
pidana yang dilakukan seseorang harus dilihat terlebih dahulu apakah perbuatan
disengaja
hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai
12
Sudarto, Hukum Pidana: Jilid I A (Semarang: Badan Penyedia Kuliah FH-UNDIP, 1973), hal. 7.
13
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana Dua Pengertian Dasar
dalam Hukum Pidana (Jakarta: Aksara Baru, 1983), hal. 77.
10
kepentingan sesuai dengan kewenangannya masing-masing menurut aturan
hukum yang berlaku. Penegakan hukum pidana merupakan satu kesatuan proses
kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
pergaulan hidup.15
oleh aparat penegak hukum. Dengan kata lain, penegakan hukum pidana
kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau tindakan yang
dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak itu bertujuan untuk
menurut Soerjono Soekanto, secara konsepsional, maka inti dari arti penegakan
14
Harun M.Husen, 1990, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
Hal 58
15
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, UI Pres,
Jakarta, Hal 35
11
dijabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap akhir untuk
hukum pidana yang mengatakan bahwa penegakan hukum adalah bagian dari
sertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang
b. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan.
tersebut.
16
Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta :
Rajawali. hlm. 24.
17
Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Putra Harsa, Surabaya, Hal 23
12
4. Lembaga Penegak Hukum di Indonesia
a. Kejaksaan
sebenarnya jaksa itu “setengah hakim” atau seorang “hakim semu”. Itulah
sementara sebagai “setengah hakim” atau sebagai “hakim semu”, jaksa juga
18
R.M. Surachman dan Andi Hamzali, 1996. Jaksa Berbagai Negara, Peranan dan
Kedudukannya. Sinar Grafika, Jakarta hlm. 6-7
19
Ibid. hlm. 12
13
b. Kehakiman
tolak pada surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum, dan
c. Advokat
menjadi landasan hukum penting bagi profesi Advokat sebagai salah satu
pilar penegak hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1)
Advokat berstatus penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh
14
(1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 lebih ditegaskan lagi, bahwa
d. Kepolisian
dalam Pasal 15 dan pasal 16 Undang Undang No. 2 Tahun 2002 dan dalam
yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak pidana
15
perkara pidana setelah tahap penyelidikan.Ketika diketahui ada tindak pidana
penyelidikan.
bertujuan membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan juga menentukan
pelakunya.
E. Pembahasan
disingkat KPK. Lembaga ini berstatus independen dan memiliki peranan penting
diperiksa, mendapatkan informasi seputar data kekayaan dan pajak tersangka atau
memblokir rekening milik terdakwa atau tersangka dan pihak lain yang terlibat,
16
dan berhak memberi komando kepada atasan tersangka untuk memberhentikan
para penegak hukum ini turut memegang kunci suksesnya hukum di masyarakat
unsur-unsur yang saling terhubung satu sama lain. Pada konteks penulisan ini
melakukan salah satu metodenya, yaitu sistem tertutup dengan cara menyamar
dan merekayasa situasi agar tampak nyata. Hal ini seperti yang telah dilakukan
KPK terhadap penangkapan Fuad Amin Imron pada tahun 2014 yang terlibat
dalam kasus jual beli gas alam dan penyuapan dari PT MKS, penyelidik KPK
menyamar menjadi seorang broker vila, hal ini dilakukan atas dasar pemantauan
sebelumnya, target sempat berada di Bali dan mencari vila.21 Metode semacam
ini dalam kajian sosiologi dapat dikategorikan ke dalam sosio drama dimana
20
Sosiawan, UW. (2019). Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi. Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538
21
https://www.tribunnews.com/regional/2014/12/0 3/petugas-kpk-menyamar-broker-vila-
saattangkap-fuad-amin. Diakses pada tanggal 08 Desember 2022
17
indvidu atau kelompok melakukan simulasi peran dan situasi akan tetapi dalam
Kasus korupsi yang melibatkan aparat hukum, kasus yang menimpa Akil
Mochtar, Kasus Jaksa Pinangki juga turut menjadi deretan nama aparat hukum
yang terjerat kasus korupsi di tahun 2020. Pinangki menjadi terdakwa atas
dengan maksud agar dapat meloloskan Djoko Tjandar dari eksekusi vonis dua
tahun akibat kasus pengalihan hak tagih Bank Bali. Untuk memuluskan rencana
tersebut Djoko Tjandra menghadiahi Jaksa Pinangki sejumlah uang sebesar 500
dollar Amerika.22
Meninjau dua kasus korupsi yang menjerat aparat hukum ini menarik
apabila meminjam istilah dalam sosiologi yaitu sosialisasi tidak sempurna dalam
konteks kajian sosiologi hukum dapat diartikan bahwa hukum sebagai media dan
peran dan status para aparat penegak hukum yang bertanggung jawab sebagai
individu-individu yang berada di lapisan sosial atas hal ini didasari dengan
tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, dan status sosial yang melekat pada Akil
Mochtar dan Pinangki, mereka berdua bergelar doktor dan berprofesi di ranah
hukum, selain itu berkat profesinya memiliki aksesbilitas yang tidak didapatkan
22
ttps://nasional.kompas.com/read/2020/09/24/07 310711/jaksa-pinangki-mulai-diadili-ini-
faktafakta-yang-dibeberkan-dalam-sidang. Diakses pada tangal 08 Desembr 2022
23
4 Henslin, James, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi,2007, Jakarta : Erlangga, hlm 77-79
18
oleh individu yang berada di lapisan bawah mereka. Apa yang menyebabkan
para penegak hukum ini terlibat tidak lain dikarenakan keserakahan dan
dari kasus teri hingga kakap yakni dengan membentuk lembaga independen,
memberikan label yang lebih ekstrim terhadap para koruptor di sektor publik,dan
yang melibatkan pejabat publik dan aparat hukum, masyarakat akan mengalami
public distrust maka aturan ketat perlu dibuat bagi para narapidana korupsi agar
keadilan di mata hukum. Diskriminasi di kalangan napi juga masih terjadi salah
satunya adalah hasil temuan Ombudsman RI dalam sidak yang diadakan pada
mendapatkan sel baknya di hotel dengan ukuran kamar yang lebih luas
terbalik dengan lapas lain, para narapidana harus rela berdesak-desakkan karena
24
Fitriathus Shalihah, Sosiologi Hukum, 2017, Depok: PT RajaGrafindo Persada, hlm 120.
25
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d4211535/sidak-sukamiskin-ombudsman-kamarsetya-
novanto-lebih-luas. Diakses pada tanggal 08 Desember 2022
19
lapas mengalami overcapacity sampai 800 persen. Potret ketidakadilan hukum
semakin ironi tatkala dikaitkan dengan kasus hukum yang menimpa lansia,
tercatat pada tahun 2009-2020 setidaknya terdapat lima kasus yang menimpa
lansia di antaranya kasus Kakek Samirin, Nenek Saulina, Nenek Asyani, kasus
Nenek Minah dan kasus yang menimpa pasangan lansia Anjol Hasyim dan
Jamilu Nina. Potret ketidakadilan hukum yang terjadi antara narapidana korupsi
dengan narapidna lainnya seakan membenarkan Teori Kelas dari Karl Marx
bahwa kehidupan ini adalah soal pertentangan kelas dan selamanya akan
dikuasai (powerless).26
perlindungan hukum. Hal ini diperkuat dengan adanya pengaruh sistem lapisan
berkualitas dan ekonomi yang terbilang stabil maka privilege akan menyertainya
Apabila dihubungkan dari hasil temuan, maka yang dianggap kelas superpower
yang berada di lapisan sosial atas adalah narapidana korupsi (Setya Novanto dan
26
Pohan, I (2018). Eksplorasi Kontemporer Konsep Keadilan Karl Marx.Jurnal Dialektika, Vol 3,
Nomor 2, September 2018 : 20 – 34
Anggara, S (2013). Teori Keadilan John Rawls Kritik Terhadap Demokrasi Liberal. Jurnal
Interaksi.JISPO VOL. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2013:1-11
20
lain yang tidak dilakukan istimewa seperti kedua narapidana kasus korupsi
keadilan, bahwa semua manusia di muka bumi ini memiliki akses yang sama
dalam memperoleh hak kebebasan dasarnya dan perbedaan latar belakang sosial
keadilan yang telah dirumuskan oleh John Rawls sehingga hukum dianggap
memihak golongan tertentu dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi
seseorang.
yang harus segera dilakukan. Dalam konteks ini tentu saja kita menggunakan
aliran pemikiran non analitis (nomologik) yakni memandang hukum tidak lagi
27
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama, Semarang, 2005,
hal. 3.
21
suatu sistem sosial merupakan suatu sinergi antara berbagai sub sistem sosial
yang saling mengalami ketergantuangan dan keterkaitan satu dengan yang lain.28
Hukum, bukanlah gejala yang netral sebab hukum dapat dijelaskan dengan
Sebenarnya hal tersebut dapat dijerat dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2004
contemp of court. Kendatipun tidak ada definisi yang pasti, sering dinyatakan
istilah umum untuk menggambarkan setiap perbuatan (atau tidak berbuat) yang
norma-norma sosial yang ada dan hidup dalam masyarakat. Perilaku amoral
tersebut sedikit banyak akan turut mempengaruhi pola perilaku sosial dalam
masyarakat, maka akan terjadi tarik ulur nilai-nilai yang berlaku dalam
28
Moh. Jamin, Bahan Kuliah Sosiologi Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2005.
29
Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum: Studi tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di
Indonesia 1945-1990, Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2005, hal 69-70.
22
masyarakat. Terjadi pertentangan antara nilai lama yang cenderung menolak
adanya penyimpangan perilaku amoral dan nilai baru yang mulai tumbuh dan
pada law in action yang berarti hukum hukum dalam das sein. Konsekuensinya
entitas hukum itu tidak netral maupun tidak bebas nilai namun berkelindan
korupsi yang terjadi di Indonesia, dengan hakikat hukum itu sendiri. Hakikat
hukum adalah untuk mencari keadilan dalam hidup bermasyarakat. Teori Etis 33
maka nilai-nilai keadilan sudah bukan merupakan hal yang sakral. Dengan kata
lain, nilai keadilan yang hakiki menjadi barang dagangan yang murah harganya.
Dari berbagai pendekatan, dapat ditarik benang merah bahwa kasus korupsi
30
Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhdap Hukum, Yasrif Watampone, Jakarta, 1998,
hlm. 11.
31
Sulastriyono, 2008, “Kajian Pembangunan Hukum Sumber Daya Air Sungai Dalam Pespektif
Sosiologi Hukum”, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 20, Nomor 1, Februari 2008,Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 65.
32
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, Cetakan II,
Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hlm. 58.
33
Esmi Warassih, op. cit., hal 24-25.
34
Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Hukum: Problematik Ketertiban yang Adil, Grasindo,
Jakarta, 2004, hal 190.
23
tidak dapat dibenarkan secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Mengingat
berwibawa apabila hukum itu berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis35.
melakukan reformasi sistem hukum. Konsep reformasi sistem hukum ialah perlu
Membahas sistem yang merupakan cara yang teratur untuk melakukan sesuatu,
berpendapat bahwa sistem hukum (legal system) itu terdiri dari 3 (tiga)
agar dapat memberantas kasus korupsi yang ada di Indonesia. Artinya jika kita
struktur hukum tidak dapat dilepaskan pula pada lembaga peradilan. Bismar
35
Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosilogi Hukum terhadap Masalah Masalah Sosial, Citra
Aditya Bakti, 1989, hal 189.
24
siregar36 mengemukakan bahwa undang-undang secara jelas menegaskan
tangung jawab hakim itu bukan kepada negara tetapi pertama kepada Tuhan
Yang Maha Esa baru kepada diri. Maka, tentunya sangat terkutuk sekali apabila
hukum adalah keseluruhan asas-hukum, norma hukum dan aturan hukum, baik
beratnya sampai tahapan hukuman mati bagi para pelaku tindak pidana korupsi.
kebiasaan-kebiasaan, opini-opini, cara berpikir dan cara bertindak, baik dari para
tangan, tapi diperlukan perjuangan dari berbagai pihak dengan saling bahu-
36
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hal 25-26.
37
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982, hal 166-167.
25
membahu membangun budaya hukum yang elegan. Budaya hukum merupakan
F. Kesimpulan
diutarakan ada beberapa perspektif dan teori seperti perilaku di dalam tindak
pidana korupsi yang melibatkan tokoh publik yang berprofesi sebagai aparat
hukum adalah salah satu bukti bahwa sistem hukum mengalami kekacauan yang
saling terkait satu sama lain dan menimbulkan disfungsi hukum sebagai social
pelaku tindak pidana korupsi yang seakan dimanjakan dengan fasilitas ruangan
lapas yang memadai ketimbang tindak pidana kehajatan lain merupakan salah
penindasan bagi kaum yang lemah (powerless) sementara itu kaum yang kuat
26
reformasi kultur hukum masyarakat dengan membangun budaya hukum reward
and punishment.
G. Daftar Pustaka
27
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 1976.
R.M. Surachman dan Andi Hamzali, Jaksa Berbagai Negara, Peranan
dan Kedudukannya. Sinar Grafika, Jakarta , 1996
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana
Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana (Jakarta: Aksara Baru, 1983.
Sajipto Raharjo, Hukum Dan Perubahan Sosial. Bandung: Alumni,
1983.
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan
Pilihan Masalah, Cetakan II, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010.
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, UI Pres, Jakarta 1983.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,
1986
Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosilogi Hukum terhadap Masalah
Masalah Sosial, Citra Aditya Bakti, 1989.
Sudarto, Hukum Pidana: Jilid I A,Semarang: Badan Penyedia Kuliah
FH-UNDIP, 1973.
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/24/07 310711/jaksa-
pinangki-mulai-diadili-ini-faktafakta-yang-dibeberkan-dalam-sidang. Diakses
pada tangal 08 Desembr 2022
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d4211535/sidak-sukamiskin-
ombudsman-kamarsetya-novanto-lebih-luas. Diakses pada tanggal 08 Desember
2022
https://www.tribunnews.com/regional/2014/12/03/petugas-kpk-
menyamarbroker-vila-saattangkap-fuad-amin. Diakses pada tanggal 08
Desember 2022
28