Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang hingga saat ini masih
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“HUKUMAN YANG MASIH RENDAH BAGI PARA KORUPTOR”.
Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan atau kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi.
Akhir kata dari kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
sertadalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dansemoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita, Amin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Korupsi............................................................................................. 2
B. Penyebab Korupsi............................................................................................... 3
C. Korupsi Berdampak Besar Pada Indonesia........................................................ 6
D. Hukuman Untuk Para Koruptor......................................................................... 6
E. Hukuman Koruptor Indonesia Yang Masih Rendah.......................................... 7
F. Cara Mengatasi Korupsi...................................................................................... 10
BAB III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................................ 13
B. Saran.................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka........................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir – akhir ini di Indonesia sering sekali terdengar berbagai macam masalah
yang berkaitan dengan korupsi. Parahnya, korupsi bukan lagi hal yang tabu tapi
merupakan sesuatu yang wajar dan merupakan momok bagi petinggi Negara.
Pemberantasan pun juga telah dilaksanakan tetapi tetap saja korupsi masih
merajalela di masyarakat. Hukum di Indonesia seolah seperti pedang yang ‘runcing
ke bawah dan tumpul ke atas’ sehingga para koruptor dengan mudahnya merampas
harta tanpa mendapatkan hukuman yang setimpal. Sehingga, hukuman yang rendah
inilah yang merupakan masalah terbesar di Indonesia yang harus segera
diselesaikan.
Perkembangan peradaban dunia semakin sehari seakan-akan berlari menuju
modernisasi. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa
mengikuti perkembangan jaman dan bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang
semakin canggih dan beranekaragam. Kejahatan dalam bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan senantiasa turut mengikutinya. Kejahatan masa kini memang tidak
lagi selalu menggunakan cara-cara lama yang telah terjadi selama bertahun-tahun
seiring dengan perjalanan usia bumi ini. Bisa kita lihat contohnya seperti, kejahatan
dunia maya, tindak pidana pencucian uang, tindak pidana korupsi dan tindak pidana
lainnya. Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini.
Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru
menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri
fenomena korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu bukti
yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat Indonesia jaman
penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa golongan
masyarakat kepada penguasa setempat. Kemudian setelah perang dunia kedua,
muncul era baru, gejolak korupsi ini meningkat di Negara yang sedang
berkembang, Negara yang baru memperoleh kemerdekaan. Masalah korupsi ini
sangat berbahaya karena dapat menghancurkan jaringan sosial, yang secara tidak
langsung memperlemah ketahanan nasional serta eksistensi suatu bangsa. Reimon
Aron seorang sosiolog berpendapat bahwa korupsi dapat mengundang gejolak
revolusi, alat yang ampuh untuk mengkreditkan suatu bangsa. Bukanlah tidak
mungkin penyaluran akan timbul apabila penguasa tidak secepatnya menyelesaikan
masalah korupsi. Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan
akut. Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke
permukaan. Di negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker
ganas yang menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga
tinggi Negara seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi
mengingat di akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai
dari pejabat kecil hingga pejabat tinggi.Walaupun demikian, peraturan perundang-
undangan yang khusus mengatur tentang tindak pidana korupsi sudah ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KORUPSI
Dalam ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi” (dari bahasa Latin: corruption
sama seperti penyuapan; corruptore = merusak) gejala dimana para pejabat, badan-
badan Negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan,
pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. Adapun arti harfia dari korupsi dapat
berupa : Kejahatan kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan
ketidakjujuran. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan sogok
dan sebagainya.
Baharuddin Lopa mengutip pendapat dari David M. Chalmers, menguraikan arti
istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan,
yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut
bidang kepentingan umum. (Evi Hartanti, S.H., 2005:9)
Selain itu terdapat pengertian korupsi dalam undang-undang antara lain :
Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 pengertian korupsi tertuang dalam pasal
1 ayat 1 a dan b yang berbunyi :
- 1.a. “Barangsiapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu Badan, yang secara
langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara dan atau
perekonomian negara, atau diketahui atau patut disangka olehnya bahwa
perbuatan tersebut merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara;”
- 1.b. “Barangsiapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu Badan, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, yang secara
langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara;
Sementara itu dalam undang-undang nomor 31tahun 1999 definisi korupsi
tertuang dalam pasal 2 ayat 1 dan 3 yang berbunyi :
- Pasal 2
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara
dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
- Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan terutama
yang berkenaan dengan unsur-unsur korupsi antara lain :
Perbuatan Melawan Hukum
Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
Menyalahgunakan wewenang
Menyebabkan kerugian keuangan negara atau perekonomian Negara
B. PENYEBAB KORUPSI
a) Faktor internal, merupakan penyebab korupsi yang datang dari dalam diri
pribadi.
1) Aspek perilaku individu
1. Iman yang tidak kuat
Orang-orang yang memiliki kelemahan iman, sangat mudah sekali untuk
melakukan tindakan kejahatan seperti korupsi contohnya. Apabila iman
orang tersebut kuat, mereka tidak akan melakukan tindakan korups ini.
Banyak sekali alasan yang diberikan oleh penindak korupsi ini.
2. Sifat tamak manusia
Korupsi yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer, yaitu
kebutuhan pangan. Pelakunya adalah orang yang berkecukupan, tetapi
memiliki sifat tamak, rakus, mempunyai hasrat memperkaya diri sendiri.
Unsur penyebab tindak korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu
sifat tamak/rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib
hukumnya.
3. Moral yang kurang kuat
Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda untuk melakukan
tindak korupsi. Godaan bisa datang dari berbagai pengaruh di
sekelilingnya, seperti atasan, rekan kerja, bawahan, atau pihak lain yang
memberi kesempatan.
4. Gaya hidup yang konsumtif
Gaya hidup di kota besar mendorong seseorang untuk berperilaku
konsumptif. Perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan
pendapatan yang sesuai, menciptakan peluang bagi seseorang untuk
melakukan tindak korupsi.
2) Aspek sosial :
1. Desakan kebutuhan ekonomi
Dengan keadaan ekonomi yang sulit, semua serba sulit, berbagai
tindakan pun akan dilakukan oleh seseorang, guna untuk mempermudah
kebutuhan ekonomi seseorang, salahsatunya adalah dengan melakukan
tindakan korupsi.
b) Faktor eksternal, merupakan factor peenyebab korupsi yang berasal dari luar.
1) Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi
Dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi menjaga
nama baik organisasi. Demikian pula tindak korupsi dalam sebuah
organisasi sering kali ditutup-tutupi. Akibat sikap tertutup ini, tindak
korupsi seakan mendapat pembenaran, bahkan berkembang dalam berbagai
bentuk. Sikap masyarakat yang berpotensi memberi peluang perilaku
korupsi antara lain:
1. Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk terjadinya
korupsi. Misalnya masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan
yang dimilikinya. Akibatnya masyarakat menjadi tidak kritis terhadap
kondisi, seperti dari mana kekayaan itu berasal.
2. Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian
akibat tindak korupsi adalah Negara. Padahal justru pada akhirnya
kerugian terbesar dialami oleh masyarakat sendiri. Contohnya akibat
korupsi anggaran pembangunan menjadi berkuran, pembangunan
transportasi umum menjadi terbatas misalnya.
3. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku
korupsi. Setiap tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, namun
masyarakat justru terbiasa terlibat dalam tindak korupsi sehari-hari
dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
4. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan korupsi. Umumnya masyarakat menganggap bahwa
pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah tanggung jawab
pemerintah.
2) Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi.
Pendapatan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan atau saat sedang
terdesak masalah ekonomi membuka ruang bagi seseorang untuk
melakukan jalan pintas, dan salah satunya adalah korupsi.
3) Aspek Politis
Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak
korupsi, yaitu seseorang atau golongan yang membeli suatu atau menyuap
para pemilih/anggota partai agar dapat memenangkan pemilu. Perilaku
korup seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering
terjadi. Terkait hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran
bahwa politik uang sebagai use of money and material benefits in the
pursuit of political influence (menggunakan uang dan keuntungan material
untuk memperoleh pengaruh politik).
Penyimpangan pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha,
kongsi antara penguasa dan pengusaha, kasus-kasus pejabat Bank Indonesia
dan Menteri di bidang ekonomi pada rezim lalu dan pemberian cek
melancong yang sering dibicarakan merupakan sederet kasus yang
menggambarkan aspek politik yang dapat menyebabkan kasus korupsi
(Handoyo: 2009).
4) Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi
korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil
terjadinya korupsi karena membuka peluang atau kesempatan terjadinya
korupsi (Tunggal, 2000). Aspek-aspek penyebab korupsi dalam sudut
pandang organisasi meliputi:
1. Kurang adanya sikap keteladanan Pemimpin
Pemimpin adalah panutan bagi bawahannya. Apa yang dilakukan oleh
pemimpin merupakan contoh bagi bawahannya. Apabila pemimpin
memberikan contoh keteladanan melakukan tindak korupsi, maka
bawahannya juga akan mengambil kesempatan yang sama dengan
atasannya.
2. Tidak Adanya Kultur/Budaya Organisasi yang Benar
Organisasi harus memiliki Tujuan Organisasi yang fokus dan jelas.
Tujuan organisasi ini menjadi pedoman dan memberikan arah bagi
anggota organisasi dalam melaksanakan kegiatan sesuati tugas dan
fungsinya. Tujuan organisasi menghubungkan anggotanya dengan
berbagai tat-cara dalam kelompok; juga berfungsi untuk membantu
anggotanya menentukan cara terbaik dalam melaksanakan tugas dan
melakukan suatu tindakan. Tatacara pencapaian tujuan dan pedoman
tindakan inilah kemudian menjadi kultur/budaya organisasi. Kultur
organisasi harus dikelola dengan benar, mengikuti standar-standar yang
jelas tentang perilaku yang boleh dan yang tidak boleh. Kekuatan
pemimpin menjadi penentu karena memberikan teladan bagi anggota
organisasi dalam mebentuk budaya organisasi. Peluang terjadinya
korupsi apabila dalam budaya organisasi tidak ditetapkan nilai-nilai
kebenaran, atau bahkan nilai dan norma-norma justru berkebalikan
dengan norma-norma yang berlaku secara umum (norma bahwa tindak
korupsi adalah tindakan yang salah).
3. Kurang Memadainya Sistem Akuntabilitas
Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan visi dan misi yang
diembannya, yang dijabarkan dalam rencana kerja dan target
pencapaiannya. Dengan cara ini penilaian terhadap kinerja organisasi
dapat dengan mudah dilaksanakan. Apabila organisasi tidak
merumuskan tujuan, sasaran, dan target kerjanya dengan jelas, maka
akan sulit dilakukan penilaian dan pengukuran kinerja. Hal ini
membuka peluang tindak korupsi dalam organisasi.
4. Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak
pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah
pengendalian manajemen sebuah organisasi semakin terbuka peluang
tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.
5. Pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pemimpin) dan
pengawasan yang bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dalam
hal ini antara lain KPKP, Bawasda, dll dan masyarakat). Pengawasan ini
kurang berfungsi secara efektif karena beberapa faktor seperti tumpang
tindihnya pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya profesional
pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika hukum maupun
pemerintah oleh pengawas itu sendiri.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai
demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya.
2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-
sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa.
3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif.
Pencegahan(preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan
membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas
antara miliknegara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan
penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan
diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih
efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk
kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa “sense of
belongingness” diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang
bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan
penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang)
kekayaan pejabat dan pegawai.
4. Rendahnya hukuman bagi koruptor disebabkan oleh ketidakseriusan dalam
menindak tegas pelaku korupsi dan para hakim juga ”dibesarkan” atau ”dibentuk”
di lingkungan peradilan yang banyak terjadi praktik korupsi sehingga cenderung
permisif terhadap praktik korupsi.
DAFTAR ISI
https://www.google.com/webhp?
sourceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=hukuman+korupsi+tindak+pidana+khusus
http://azimbae.blogspot.com/2012/08/hukum-pidana-khusus-korupsi.html
http://iwankurniawan31.blogspot.com/2014/01/dampak-korupsi-terhadap-rakyat-
indonesia.html
http://www.academia.edu/9378386/BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakag
http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/2736/70-Koruptor-Dihukum-
Ringan/2014/08/04
http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/1351-hukuman-koruptor-terlalu-ringan-
korupsi-kejahatan-luar-biasa
https://www.facebook.com/LukasSiahaan.SH/posts/415819031776519)