Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM

DIAGNOSTIC TOOLS
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drh. Saraswati Windria

KELOMPOK 1B :
Sheren Stephanie Putri J. Setio (130210200004)
Ilham Bagus Darma Negara (130210200020)
Hanita Fadhilla (130210200033)
Ghinna Aulia Rasyida (130210200034)
Uraian Kasus
Seekor sapi dilaporkan mengalami kematian dengan gejala
kehilangan bobot badan, batuk hingga sesak nafas, dan suhu tubuh
yang berfluktuasi. Gejala-gejala ini dilaporkan telah terjadi dalam
waktu yang relatif lama. Pemeriksaan patologi anatomi pada
bangkai sapi yang mati menunjukkan terjadinya pembengkakan
pada sebagian besar limfoglandula. Paru-paru menunjukkan
terjadinya lesi berupa nodul-nodul dengan ukuran yang bervariasi.
Bidang sayatan nodul paru-paru terlihat masa kering kekuningan
dan terdapat masa perkejuan. Nodul-nodul kecil juga terlihat pada
pleura dan peritoneum.
Pemeriksaan Penunjang
TES MIKROSKOPIS PCR
Pemeriksaan dengan Teknik kultur dilakukan misalnya
menggunakan mikroskop dengan menggunakan media
dilakukan dengan pewarnaan Lowenstein Jensen atau media
basil tahan asam Stonebrink

KULTUR
PCR merupakan metode yang
dilakukan untuk
menggandakan fragmen DNA
secara in vitro
Pemeriksaan Penunjang
UJI DNA (DNA UJI SEROLOGIS
PROBE) Uji serologi merupakan pengujian
Pemeriksaan dengan pada darah untuk mendeteksi
menggunakan mikroskop antibodi di dalamnya
dilakukan dengan pewarnaan
basil tahan asam
ALASAN PEMILIHAN

METODE PEMERIKSAAN

PADA KASUS
TES MIKROSKOPIS
Beberapa alasan mengapa dilakukan tes
mikroskopis, pertama Pemeriksaan dengan
tes mikroskopik ini sederhana mudah dan
cepat. Dikarenakan pada kasus diatas
terdapat lesi berupa nodul-nodul yang
ukuranya bervariasi maka dilakukan
pemeriksaan tes mikroskopik. Tes
mikroskopik ini dilakukan untuk mendeteksi
lesi pada saat nekropsi hal ini merupakan
aspek penting untuk diagnosis presumtif
tuberculosis sapi yang didasarkan pada
pemeriksaan gross pathology.
KULTUR
Metode pemeriksaan kultur ini dilakukan ketika hasil dari tes mikroskopik
negatif. metode ini dilakukan untuk pemeriksaan kasus diatas
dikarenakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu
sekitar 89,9%-100%. Fungsinya sendiri untuk mengidentifikasi
mikrobakterium pada kasus diatas. Selain itu metode ini juga dapat
digunakan untuk test resistansi bakteri. Dilihat dari ciri pada kasus diatas
maka diperlukan pemeriksaan Kultur mikobakteri. Hal ini dilakukan
karena diagnosis definitif terhadap TB hanya dapat dilakukan dengan
kultur mikobakteri (OIE, 2009; Parsons et al., 2011).
PCR
PCR merupakan suatu metode enzimatis untuk amplikasi DNA secara in
vitro. Alasan penggunaan PCR untuk pemeriksaan mycrobacterium
dikarenakan cukup lebih baik bila dibandingkan dengan pemeriksaan
kultur bakteri. Selan itu pemeriksaan mycrobacterium dengan teknik
PCR memiliki keunggulan yaitu waktu pemeriksaanya relative singkat
hanya dengan waktu 24 jam. Alasan lainnya Dikarenakan pada kasus
diatas dicurigai tuberculosis pada sapi maka dilakukan metode
pemeriksaan PCR untuk mendeteksi kuman BTB (Bovinae
Tuberculosis). Metode ini memiliki sensitivitas sangat tinggi untuk
mendeteksi kuman BTB tersebut.
UJI DNA (DNA Probe)
Alasanya karena teknik dari DNA probe ini
melacak suatu fragmen DNA target dengan
menggunakan fragmen DNA yang
komplementer (gen probe), untuk
mendeteksi terjadinya ikatan kompelementer
(hibrid DNA-DNA), DNA probe dilabel
dengan radioisotop (32p). uji DNA probe ini
juga dianggap lebih tepat dan cepat. Dilihat
dari kasus diatas terdapat gejala kehilangan
bobot badan, batuk hingga sesak nafas pada
sapi. Maka dari itu kami memilih uji DNA
Probe ini untuk memastikan apa jenis
mycrobacterium pada kasus diatas dan untuk
memastikan apakah mycrobacterium yang
didapat tersebut positif atau tidak.
Uji Serologis
Pada kasus diatas disebutkan gejala kehilangan bobot badan dan suhu
tubuh berflukutasi. Oleh sebab dilakukan pemeriksan dengan uji
serologis di labolatorium untuk melihat reaksi antigen-antibodi secara in
vitro. Reaksi tersebut digunakan untuk mengetahui respon tubuh
terhadap agen infeksius secara kualitatif maupun kuantitatif dan
digunakan untuk menegakan diagnosis penyakit yang terdapat pada
kasus tersebut. Alasan digunakan uji ini karena uji serologis spesifik
untuk agen infeksius dan waktu yang digunakan untuk uji serologis ini
relative lebih singkat dibandingkan pemeriksaan kultur dan identifikasi
bakteri. Untuk sampel yang digunakan yaitu darah pada sapi tersebut.
Prinsip Kerja dari
Metode
Diagnosa
Penunjang
Prinsip Kerja
Tes Mikroskopis UJI DNA (DNA Probe)
Spesimen yang didapatkan di laboratorium Melacak suatu fragmen DNA target dengan
patologi anatomik (baik sitopatologi dan PCR menggunakan fragmen DNA yang
histopatologi) akan diolah dan menghasilkan komplementer (gen probe), untuk
suatu sediaan mikroskopis yang menjadikan Digunakan sebanyak 2 mendeteksi terjadinya ikatan
dasar pelaporan untuk keperluan diagnosis primer yang didesain kompelementer (hibrid DNA-DNA)
ataupun yang lainnya. mengapit daerah DNA
yang ingin diperbanyak.
Setelah primer berikatan
dengan DNA templat,
untai tunggal DNA akan
Kultur diperpanjang oleh enzim
Uji Serologi
Memperbanyak mikroba pada media kultur DNA polimerase dan Mereaksikan antibodi dengan antigen yang
dengan pembiakan di laboratorium yang daerah yang diapit akan sesuai. Serum merupakan bagian dari
terkendali untuk menentukan penyebab dari terkopi. plasma darah yang akan berwarna kuning
penyakit infeksi dengan membiarkannya bening (kondisi bagus) dan mengandung
berkembangbiak di medium tertentu antibodi sehingga mutlak untuk pengujian di
laboratorium serologi.
Prosedur
Pengambilan
Sampel
Pedoman
Pengambilan Sampel
Menggunakan APD lengkap.
Persiapan peralatan medis sesuai dengan
sampel yang akan diambil.
Persiapan bahan sesuai dengan sampel yang
akan diambil.
Memastikan kebersihan, aseptis, dan sanitasi.
Darah Jaringan Mukosa
Pengambilan sampel darah dari Memiliki nama lain yaitu biopsi. Menggunakan metode swab.
Vena Jugularis Pengambilan sampel jaringan Pengambilan sampel dapat
Menggunakan vacutainers – dapat berupa dari lateral dilakukan pada hidung,
darah (tutup merah) untuk retropharyngeal lymph nodes, nasofaring, nasofaring dalam, dan
serum, ETDA (tutup ungu) untuk paru-paru, nodul, aspirasi faring.
darah/plasma utuh limfonodus.
Penyimpanan dilakukan pada
suhu 4-8° C
Air Susu Sputum Feses
Menggunakan metode swab. Sputum merupakan produk Feses yang diambil merupakan
Sampel disimpan didalam mukoid kompleks yang feses segar.
wadah container tertutup. dihasilkan dari penyakit atau Sampel disimpan didalam
Ambil sampel secepat kerusakan di dalam saluran wadah container tertutup.
mungkin, dimulai dengan udara. Dapat berupa dahak. Pemeriksaan harus dilakukan
puting susu di sisi dekat ambing Sebaiknya pengambilan sampel sesegera mungkin < 1 jam.
diikuti oleh puting di sisi jauh sputum dilakukan pada pagi hari Penyimpanan dilakukan pada
ambing. saat penderita baru bangun. suhu ruang
Pengambilan sampel sekitar Penyimpanan dilakukan pada (25-30° C)
sebanyak 3-5 ml. suhu 2-8° C
Prosedur Pengambilan Sampel Air Susu

https://dairy-cattle.extension.org/
IDENTIFIKASI

GEJALA KLINIS

PADA KASUS
Penurunan bobot badan Batuk
Dalam kasus tersebut diketahui bahwa sapi Pada kasus yang tertera, sapi mengalami
mengalami penurunan bobot badan yang batuk. Bakteri yang menyebabkan batuk
dapat diakibatkan karena penurunan nafsu pada sapi, antara lain Pasteurella multocida
makan sapi, terdapat bakteri yang penyebab penyakit radang paru
menyebabkan penurunan bobot badan (Pneumonia) dan bakteri Mycobacterium
pada sapi, antara lain bakteri Bacillus bovis penyebab penyakit Bovine
anthracis penyebab penyakit Anthraks, Tuberculosis.
bakteri Pasteurella multocida penyebab
penyakit radang paru (Pneumonia) dan
Septicemia Epizootica, serta bakteri
Mycobacterium bovis penyebab penyakit
Bovine Tuberculosis.
Sesak Nafas Suhu Tubuh
Pada kasus tersebut sapi mengalami sesak Suhu tubuh yang fluktuatif pada sapi dapat
nafas, hal ini dapat diakibatkan oleh disebabkan oleh adanya gangguan
permasalahan pada sistem pernafasan. homeostasis, bakteri yang dapat
Bakteri yang dapat menyebabkan sesak menyebabkan suhu tubuh sapi berfluktuasi,
nafas pada sapi, antara lain bakteri Bacillus antara lain bakteri Bacillus anthracis
anthracis penyebab penyakit Anthraks, penyebab penyakit Anthraks, bakteri
bakteri Pasteurella multocida penyebab Pasteurella multocida penyebab penyakit
penyakit radang paru (Pneumonia), serta radang paru (Pneumonia) dan Septicemia
bakteri Mycobacterium bovis penyebab Epizootica, serta bakteri Mycobacterium
penyakit Bovine Tuberculosis. bovis penyebab penyakit Bovine
Tuberculosis.
Kelainan Pasca Mati
Dalam kasus tersebut terdapat lesi patologi
anatomik yang ditandai dengan ciri khas
terbentuknya granuloma (tuberkel) yang
melokalisir bakteri penyebab penyakit, terutama
pada organ paru-paru, limfoglandula, dan dapat
terjadi pada organ lain seperti pleura dan
peritoneum. Lesi granuloma biasanya berbentuk
nodul kecil atau tuberkel kering kekuningan dan
adanya massa perkejuan-perkapuran. Bakteri yang
dapat menyebabkan kondisi tersebut adalah
bakteri Mycobacterium bovis penyebab penyakit
Bovine Tuberculosis.
Pengerucutan Identifikasi Penyakit menyebar atau bergabung, baik pada
(Bovine Tuberculosis) lymphoglandula, paru-paru maupun alat-alat
tubuh lainnya. Sifat khas dari tuberkel tersebut
Bovine Tuberkulosis merupakan penyakit infeksius berupa massa perkejuan atau perkapuran.
menahun dan bersifat zoonosis yang disebabkan oleh Sarang-sarang bovine tuberculosis pada sapi,
bakteri Mycobacterium bovis yang mempengaruhi terdapat pada paru-paru dan pleura, hati, limpa,
kesehatan, produksi dan produktivitas sapi. Penularan peritoneum, lymphoglandula, kadang-kadang
terjadi melalui saluran pernafasan, menghirup udara pada kulit dan tulang. Diagnosis tuberkulosis sapi
mengandung droplet nuclei dan atau melalui saluran secara dini dapat dilakukan pada hewan hidup
pencernaan. Tuberkulosis sapi pada stadium primer dengan tuberkulinasi di bawah kondisi lapangan
sulit didiagnosis karena bersifat subklinis, sedangkan dikonfirmasi secara isolasi dan identifikasi bakteri.
pada stadium infeksi lanjut (tahunan) dapat muncul Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan
gejala klinis yang berupa temperatur fluktuatif, diagnosis dini dan melakukan uji dan
anoreksia, bobot badan menurun, pembengkakan pemotongan hewan reaktor positif tuberkulosis,
kelenjar limfoglandula, batuk-batuk dan frekuensi tidak ada obat dan vaksin tuberkulosis yang
pernafasan naik sehingga menyebabkan sesak nafas. efektif untuk tuberkulosis sapi. Untuk mencegah
Kelainan pasca mati dapat bervariasi mulai dari penularan, perlu diterapkan kebijakan
terbentuknya tuberkel kecil-kecil tunggal, banyak pasteurisasi susu dan program eradikasi
tuberkulosis sapi.
Daftar Pustaka
Biggers, M.D., MPH, A. (2012). Serology: Purpose, Results, and Aftercare. Healthline.
https://www.healthline.com/health/serology

Chayrunnisa, A., Maghfiroh, K., & Priabudiman, Y. (2020). Penanganan Penyakit Radang Paru (Pneumonia) pada Pedet Pra-
Sapih (Anweaner) di PT. Great Giant Livestock, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. PETERPAN (Jurnal Peternakan
Terapan), 11-15.

Islami, R., Zahra, S. F., Yuniastuti, P., Pranata, P. E. A., Sefi, M., & Widianingrum, D. C. (2021). Pengetahuan, Kebijakan, dan
Pengendalian Penyakit Antraks pada Ternak di Indonesia. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 10(2), 1-8.

Juwita, S. (2013). Analisis Distribusi Infeksi Mycobacterium Bovis dengan Teknik Konvensional, Polymerase Chain Reaction
(Pcr) dan Geographical Information System (Gis) pada Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang (Doctoral Dissertation,
Universitas Hasanuddin).

Sendow, I., Syafriati, T., & Damayanti, R. (2004). Gambaran seroepidemiologi dan histopatologi infeksi virus parainfluenza tipe
3 pada sapi. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 9(2), 115-121.
Daftar Pustaka
Stawicki, C. M., Rinker, T. E., & Mallick, P. (2021, October 7). DNA probes - Latest research and news | Nature.
Www.nature.com. https://www.nature.com/subjects/dna-probes#:~:text=DNA%20probes%20are%20stretches%20of

TARMUDJI, & SUPAR. (2008). TUBERKULOSIS PADA SAPI, SUATU PENYAKIT ZOONOSIS. WARTAZOA Vol. 18 No. 4 Th.
2008.

F.Suhandi DKK, 1996. DETEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR).
Prosiding Pertemuan don Presentasi Ilmiah, April.pp. 387-391.

Hardja, Leony, n.d. BAB II KAJIAN PUSTAKA. MYCOBACTERIUM BOVIS PENYEBAB BTB ADALAH
ANGGOTA DARI MYCOBACTERIUM, s.l.: ANZDOC.

Mazdani Ulfah Daulay, DKK, 2015. Pengembangan Media Padat untuk Menumbuhkan Mycobacterium bovis (DEVELOPMENT
OF SOLID MEDIUM FOR MYCOBACTERIUM BOVIS CULTIVATION). Jurnal Veteriner, Desember, 16(4), pp. 497-504.
Daftar Pustaka
Nurhikmah dkk, 2021. Uji ELISA BVD (Bovine Viral Diarrhea) pada sapi untuk antigen dan antibodi pada Balai Besar Veteriner
Maros. Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi, September-Desember, Volume 1, pp. 103-106.

Pedro Costa, d., 2014. Berdiri strategi pengujian asam nukleat di laboratorium diagnosis veteriner untuk mengungkap anggota
kompleks Mycobacterium tuberculosis. Depan. mol. Biosci, 15 Oktober.

TARMUDJI dan SUPAR, 2008. TUBERKULOSIS PADA SAPI, SUATU PENYAKIT ZOONOSIS. WARTAZOA, Volume 18, pp.
174-186

wiki isikhnas, n.d. Manual Penyakit Hewan Mamalia, s.l.: wiki.isikhnas.com.

Vitale, F., Capra, G., Maxia, L., Reale, S., Vesco, G., & Caracappa, S. (1998). Detection of Mycobacterium tuberculosis complex
in cattle by PCR using milk, lymph node aspirates, and nasal swabs. Journal of clinical microbiology, 36(4), 1050–1055.
https://doi.org/10.1128/JCM.36.4.1050-1055.1998
Daftar Pustaka
Collection and Preparation of Milk Samples for Microbiological Culturing – DAIReXNET. (2019, August 16). Extension.org.
https://dairy-cattle.extension.org/collection-and-preparation-of-milk-samples-for-microbiological-
culturing/#:~:text=Sample%20as%20rapidly%20as%20possible,increases%20the%20likelihood%20of%20contamination.
Diakses pada 24 Maret 2022.

Khristian, E. dan Inderiati, D. (2017). Sitohistoteknologi, Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medis (TLM). Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI.

Didkowska A, Orłowska B, Witkowski L, Olbrych K, Brzezińska S, Augustynowicz-Kopeć E, Krajewska-Wędzina M, Bereznowski


A, Bielecki W, Krzysiak M, Rakowska A, Olech W, Miller MA, Waters WR, Lyashchenko KP, Anusz K. . (2020).Biopsy and
Tracheobronchial Aspirates as Additional Tools for the Diagnosis of Bovine Tuberculosis in Living European Bison (Bison
bonasus). Animals; 10(11):2017. https://doi.org/10.3390/ani10112017

Sockett, D., C. (2016). Use of Deep Nasopharyngeal Swabs for Bovine Respiratory Disease Testing. Wisconsin Veterinary
Diagnostic Laboratory, University of Wisconsin-Madison.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai