ABSTRAK
ABSTRACT
Research conducted a follow-up study of the results of the discovery of cases of pneumonia
in the lungs of cattle from slaughterhouses (TPH) in Gorontalo city before. The purpose of
this study was to determine whether there is bacterial growth in the lungs of cattle that had
pneumonia and look at the shape pathology of pneumonia were found.
The method of research is done by inspecting makropatologi experiencing lung pneumonia.
The lungs are experiencing pneumonia put in sterile plastic bags and transported to the
laboratory for microbiological examination. Isolation of bacteria then done by planting
isolates to nutrient agar (NA) and then performed the observations that includes colony
shape, edge, diameter, surface, elevation, consistency colony, status gram of bacteria and
other bacterial properties. Most network pneumonia taken for histopathological
examination. The results obtained are presented descriptively.
Makropatologi examination found that experiencing lung atelectasis, interstitial
pneumonia, aspiration pneumonia and lobarpneumoni. The results of microbial cultivation
reveal any bacterial growth from lung isolates had pneumonia. Histopathological
examination results are known to occur multifocal necrotizing fibrinous chronic
suppurative bronchopneumonia in the lungs that had lobarpneumonia and diffuse
catarrhal bronchopneumonia in the case of atelectasis. There are allegations association
with the occurrence of pneumonia, bacterial growth, but the growth of bacteria in
pneumonia cases may also be part of secondary infection of other diseases.
(c) (d)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 3. Berbagai bentuk kasus pneumoni yang ditemukan dari TPH
di kota Gorontalo yang diduga merupakan akibat dari adanya infeksi
penyakit. Paru-paru sapi normal (a), atelektasis (b), pneumoni intersisial
(c), pneumoni aspirasi (d), edema pada lobarpneumoni (e) dan
lobarpneumoni disertai adanya pus (nanah).
Edema paru adalah akumulasi cairan di kembali ke darah atau melalui saluran
paru-paru akibat peningkatan tekanan limfatik. Pada paru-paru tampak daerah
intravaskular. Edema paru terjadi oleh yang mengalami edema berwarna lebih
karena adanya aliran cairan dari darah ke merah (hiperemia) dibandingkan warna
ruang intersisial paru yang selanjutnya ke paru-paru. Terlihat adanya akumulasi
alveoli paru, melebihi aliran cairan cairan darah yang terjebak dalam ruang-
ruang alveoli yang sudah tampak diduga terdapat 14 jenis bakteri yang
mengalami kematian sel (gambar 3e). ditemukan pada paru-paru sapi yang
Bentuk lain lobarpneumoni yang mengalami pneumoni yang ditandai
ditemukan adalah adanya lobus paru-paru dengan perbedaan morfologi koloni dan
yang mengalami radang yang mengandung morfologi sel serta responnya terhadap
nanah (gambar 3f). Kondisi paru-paru perwarnaan gram. Paru-paru yang
seperti ini bisa disebut dengan mengalami atelektasis secara
lobarpneumonia. Menurut ressang (1984), histopatologi mengalami multifocal
pada kejadian pneumonia lobar yang necrotizing chronic fibrinous suppurative
mengalami hepatisasi grey (kelabu) fibrin bronchopneumonia, sedangkan paru-paru
akan mengisi seluruh ruangan alveoli dan yang mengalami lobarpneumonia
pembuluh darah di dalam septa sekarang diketahui paru-paru mengalami diffuse
tertekan dan tertututp oleh fibrin tersebut. catarrhal bronchopneumonia..
Paru-paru dalam keadaan ini sangat
kekurangan darah. Kekurangan darah dan UCAPAN TERIMAKASIH
adanya jumlah besar leukosit di dalam
alveoli memberikan warna kelabu pada Ucapan terimaksih kami sampaikan
paru-paru. Pada kasus lobarpneumonia kepada Lembaga Penelitian Universitas
proses patologisnya ada beberapa fase yaitu Negeri Gorontalo (UNG) atas dukungan
red hepatisation (perdarahan dana yang diberikan sehingga penelitian
hemoragic), gray hepatisation ini dapat selesai tanpa hambatan. Ucapan
(peradangan fibrin ditandai adanya terimakasih juga kami sampaikan kepada
exsudat fibrin), yellow hepatisation jajaran pimpinan Jurusan Biologi dan
(peradangan yang disertai nanah atau Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
abses). Pengetahuan Alam UNG atas dukungan
Hasil pemeriksaan histopatologi pada yang diberikan serta pihak laboratorium
paru-paru yang mengalami atas izin yang diberikan dalam
lobarpneumonia diketahui paru-paru penggunaan laboratorium.
mengalami multifocal necrotizing chronic
fibrinous suppurative bronchopneumonia, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan paru-paru yang mengalami
atelektasis dan pneumoni intersisial Badan Standardisasi Nasional. 1999.
diketahui paru-paru mengalami diffuse Standar Nasional Indonesia
catarrhal bronchopneumonia. Beberapa (SNI) 01-6159-199, Tentang
penyakit bakteri diketahui dapat Rumah Potong Hewan. Jakarta.
mengakibatkan perubahan patologi pada
paru-paru sapi misalnya seperti penyakit Batan, I Wayan. 2002. Sapi Bali Dan
ngorok sapi atau sering dikenal juga dengan Penyakitnya. Fakultas
Septicemia epizotica (SE), Tuberkulosis Kedokteran Hewan. Universitas
(TBC) dan penyakit lain yang disebabkan Udayana. Denpasar-Bali.
oleh bakteri flora normal saluran
pernafasan seperti Streptococcus sp., Corwin, Elisabeth. J. 2001. Patofisiologi.
Staphylococcus sp., Klebsiela sp. dan lain (Alih Bahasa, Brahm, U.).
sebagainya atau bisa juga akibat dari Penerbit EGC. Jakarta.
bakteri saluran pencernaan seperti
golongan bakteri Enterobacteriaceae sp. Dean. G.S., S. Rhodes, M. Coad, A.O.
Whela, P.J. Cockle, D.J.
KESIMPULAN Clifford, R.G. Hewinson and
H.M. Vordermeir. 2005.
Terdapat mikroba jenis bakteri pada Minimum infective dose of
sampel paru-paru sapi yang berasal dari Mycobacterium bovis in cattle.
TPH di kota Gorontalo mengalami Infection and Immunity
pneumoni. Hasil pengamatan morfologi 73(10): 6467 – 6471.
Myint, A. and G.R. Carter 1989.
Fox, J.G., Anderson, L.C., Loew, F.M., Prevention of haemorrhagic
dan Quimby, F.W. 2002. septicaemia in buffaloes and
Laboratory Animal cattle with live vaccine. Vet.
Medicine. Seconf Edition. Rec.:124.
Academic Press. San diego, Natalia, L. dan A. Priadi. 2001.
California. USA. Polymerase chain reaction
optimization for the detection of
Gabor, L. J. 2003. Pneumonia in a Dairy Pasteurella multocida B:2, the
Cow: Study Case in Australia. causative agent of
Australian Veterinary Journal Haemorrhagic Septicaemia.
(Aust Vet J); vol 81. JITV, 6: 280 – 284
Georgi, J.R., dan Bowman, D.D. 2009. Natalia, Lily., dan Priadi, Adin. 2008.
Georgis' Parasitology for Penyakit Septicemia Epizootica :
Veterinarians. Ninth Penelitian Penyakit dan Usaha
Edition. Saunders an Pengendaliannya pada Sapid an
Imprict of Elsevier Inc. Kerbau di Indonesia. Balai
Penelitian Veteriner. Bogor.
Graydon, R.J., B.E. Patten and H. Hamid
1993. The Pathology of Nugroho,T. A. E. 2013. Laporan
Experimental Haemorrhagic Pemeriksaan Hewan Kurban
Septicaemia in Cattle and (Ante-mortem dan Post-
Buffalo. Pasteurellosis in mortem). Universitas Negeri
Production Animals. ACIAR Gorontalo.
Proc. No. 43
Ressang, A. 1984. Patologi Khusus
Guyton, A.C. and J. E. Hall. (1997). Buku Veteriner. Team Leader IFAD
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Project: Bali.
9. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. Rimler. R.B. and K.R. Rhoades. 1989.
Pasteurella multocida :
Hui,Y.H. 2001. Food- Borne Diseases Pasteurella and Pasteurellosis.
Handbook. 2nd ed. Dekker Academic Press. Horcout
CRC Press. 475 pp. Brace Javanovich Publisher.
London. 131-160.
Jawetsz E., J. L. Melnick and E. A.
Adelberg. 1976. Principles of Rokhayati, U. A., dan Nugroho, T. A. E.
Diagnostic Medical 2009. Prevalensi Pneumoni dan
Microbiology: Review of Fascioliosis pada sapi yang
Medical Microbiology.12th dipotong di Tempat
Edition. Publication Lange Pemotongan Hewan di Kota
Medical, California. Gorontalo. Laporan Penelitian
Dasar Keilmuan - PNBP.
Johnson, L., G. Dian, S. Rhodes, G. Universitas Negeri Gorontalo.
Hewinson, M. Vordemeir and
A. Wangoo. 2007. Low-dose Setiawan. E.D. danA. Sjamsudin. 1988.
Mycobacterium bovis infection Isolasi dan identifikasi
in cattle results in pathology Pasteurella multocida dari sapi
indistinguishable from that of Bali di Kupang, Nusa Tenggara
high-dose infection. Timur. Penyakit Hewan. 20:5-7.
Tuberculosis 87: 71 – 76.
Soejoedono, R. 2004. Zoonosis. Lab.
Kesmavet, Fakultas Kekokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.