Anda di halaman 1dari 9

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

MODUL 4.1 SISTEM KARDIORESPIRASI


2015/2016

Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
2016

PRAKTIKUM 4.1.1
Bakteri Penyebab Infeksi Kardiorespirasi

I.

IDENTIFIKASI PATOGEN PENYEBAB INFEKSI KARDIORESPIRASI


A. Identifikasi patogen penyebab infeksi saluran napas atas
Infeksi saluran napas atas mencakup rinitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, dan
sinusitis. Patogen yang menyebabkan infeksi di daerah ini meliputi virus-virus
respiratorik (influenza, rhinovirus, adenovirus, parainfluuenza virus, respiratory syncitial
virus dsb, serta bakteri seperti S. pyogenesatau Group A Streptococcus/ GAS ( tonsilitis
akut), C. diphteriae (tonsilitis difteria), S. pneumoniae (sinusitis, otitis media akut), H.
influenzae (sinusitis, bronkhitis, larigitis).
Pemeriksaan mikrobiologi (pengecatan, kultur bakteri patogen penyebab infekstri
traktus respiratorius atas tidak dilakukan secara, kecuali pada kasus dugaan kasus
difteria dan kasus-kasus yang sering berulang atau tidak memberikan respon terapi
antibiotik yang baik. Untuk kasus tonsilitis akut bakterial, pemeriksaan mikrobiologi
merupakan indikasi bila Centor Score atau Strep Score > 2, dengan jenis pemeriksaan
meliputi pengecatan, rapid antigen test. Spesimen laboratorik untuk pemeriksaan
mikrobiologi berupa swab tenggorok atau nasofaring, aspirat nasal.

TUGAS :
Pada praktikum ini, lakukan pengamatan tentang metode pemeriksaan mikrobiologi
sederhana untuk mengidentifikasi bakteri-bakteri patogen pada sistem kardiovaskuler
tersebut. Tuliskan dalam laporan praktikum :
-

Nama bakteri
Gambaran mikroskopis
Gambaran makroskopis kultur
Pemeriksaan tambahan untuk identifikasi spesies
Faktor virulensi
Penyakit yang ditimbulkan
Antibiotik empirik

B. Identifikasi Patogen Penyebab Infeksi Saluran Napas Bawah


Kulit dan mukosa manusia sehat/ normal dapat dikolonisasi flora normal ataupun
mikroba potensial patogen tanpa ada gejala apapun, termasuk mukosa traktus

respiratorius atas (faring) dan mulut. Umumnya populasi ini melakukan replikasi dan
metabolisme secara lambat sehingga jumlahnya relatif kecil. Ketika bakteri potensial
patogen meningkat statusnya menjadi patogen pada seorang pasien (menimbulkan
infeksi), maka metabolisme dan replikasi berlangsung lebih cepat, sehingga jumlahnya
jauh lebih banyak dari pada flora normal atau mikrobba potensial patogen yang
sedang berstatus kolonisasi atau kontaminan.
Sputum merupakan spesimen klinik yang paling banyak digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi saluran napas bawah karena tidak invasif. Tetapi pemeriksaan
mikrobiologi sputum memiliki potensi menyesatkan ( misleading) karena pada saat
pasien membatukkan sputum, atau saat sputum diambil dengan aspirasi transtrakeal,
selalu terjadi kontaminasi oleh flora pada mulut dan orofaring/ nasofaring. Karena
alasan ini, ada beberapa rumah sakit akademik yang tidak mau menggunakan sputum
untuk pemeriksaan mikrobiologi infeksi traktus respiratorius bawah (nilai diagnostik
rendah). Alih-alih, digunakan darah sebagai spesimen klinik karena pada 20-70% kasus
terjadi translokasi bakteri patogen dari traktus respiratoriun bawah ke dalam darah.
Alternatif lain adalah dengan melakukan kultur dari spesimen respirasi yang tidak
berpotensi terkontaminasi flora irifaring/ nasofaring, seperti lavase bronkoalveolar .
Nilali diagnostik sputum sebenarnya dapat ditingkat dengan beberapa prosedur
atau pemeriksaan tambahan untuk mengurangi bias hasil kultur sputum, di antaranya:
1. Mengidentifikasi apakah sampel yang diambil merupakan sputum yang baik
(acceptable) atau bukan (rejected). Terdapat beberapa kiriteria untuk menerima
atau menolak sputum, seperti Bartlett, Murray & Washington, Gecker, Wan Scoy,
Barry, Heineman & Radano; umumnya menggunakan hitung lekosit atau epitel
dari sputum pada pembesaran 10x10
Tabel 1. Beberapa Kriteria Penerimaan Sputum

2. Melakukan kultur sputum secara kuantitatif atau semikuantitatif


Pada metode semikuantitatif, dilakukan penanaman sputum plate dengan secara
streakhinggga 3 4 zone. Bakteri yang sedang berstatus sebagai true
patogenakan terdistribusi hingga ke zone 3 atau 4 karena populasinya besar,

sedangkan bakteri yang sedang berstatus sebagai kolonisasi atau kontaminan


hanya terdistribusi pada zone 1 atau 2 karena jumlahnya lebih sedikit.
Pada metode kuantitatif, sputum dilarutkan dengan sputolysin dan diencerkan 102
- 10-3. Satu ml sampel sputum yang telah diencerkan kemudain ditanam pada
plate agar dan diinkubasi selama 48 jam. Bakteri yang tumbuh dengan kuantitas
lebih dari 105(spesimen sputum) atau lebih darii 104 (spesimen aspirat trakeal)
dianggap sebagai true pathogen.

C. Identifikasi Patogen Penyebab Infeksi Kardiovaskuler


Spesimen pemeriksaan mikrobiologi untuk infeksi kardiovaskuler adalah darah
yang diambil minimal 2 set (untuk mendapatkan hasil optimal). Kedua set diambil dari
2 anggota / lokasi tubuh yang berbeda, atau bila dari lokasi yang sama, diberi jarak
waktu mnimal 15 menit. Untuk endokarditis infektif dibutuhkan set spesimen yang
lebih banyak (minimal set) dengan interval pengambilan lebih panjang dalam 24 jam
karena patogen berada dalam darah secara intermiten (tidak kontinum)
Spesimen untuk kultur darah ditampung di dalam media cair yang berfungi
untuk media transport, untuk mengencerkan dan menetralkan efek antibiotik, serta
meningkatkan pertumbuhan bakteri (media penyubur). Setelah diinkubasi, dilakukan
pengecekan secara berkala apakah terdapat pertumbuhan bakteri, yang dapat dilihat
dari munculnya kekeruhan, atau gas, atau secara otomatis oleh sensor alat. Botol atau
tabung yang telah positif dilakukan pemeriiksaan mikroskopis dengan pengecatan
Gram, dan dilakukan subkultur untuk mengidentikasi spesies bakteri serta melakukan
uji kepekaan antibiotik.

Tabel 2. Identifikasi Beberapa Bakteri Patogen Traktus Respiratorius secara Sederhana


Patogen

Mikroskopis

Makroskopis koloni

S. pyogenes

Diplokokus Grampositif tersusun

- translusen,
diameter <1 mm,

Tes tambahan
untuk identifikasi
secara sederhana
Tes Basitrasin (+)

dalam rantai
panjang
D. Diphteria
e
H.
influenzae

.............................
...
Kuman batang
pendek Gramnegatif

S.
pneumoniae

Kokus Gram-positi
f berbentuk
lanset, tersusun
berpasangan,

M.
catarrhalis

Diplokokus Gramnegatif

S. aureus

Kokus Grampositif, tersusun


bergerombol

Viridans
streptococci
K.
pneumoniae
E. coli
Mycobacteri
um
tuberculosis
Aspergillus
sp
Penicillium
sp

II.

-hemolisis luas di
sekitar koloni

Rapid antigen
test (dikerjakan
secara bedside)

-translusen sampai
hijau keabuan,
diameter 1mm
-bau tajam
- tumbuh pada
coklat agar, tidak
tumbuh pada agar
darah
-translusen, koloni
tampak basah,
cekung (autolisis),
-hemollisis

- uji faktor XV
(+)
- uji satelit (+)
- uji aglutinasi
untuk
menentukan
serotipe

-putih, tampak
padat, diameter
1mm
-koloni mudah
didorong dengan
ose dengan bentuk
tetap utuh
- kekuningan, datar,
diameter 2-3 mm
- umumnya
menghemolisis

............................

.........................

............................
............................

........................
................................
...

............................
.............................
......

UJI KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIK

- uji optochin (+)


- uji kelarutan
empedu (+)
- tes Quellung
atau PCR untuk
menentukan
serotype
-tributyrin test
(+)

- uji katalase (+)


- uji koagulase
(+)
- manitol salt
agar/ broth (+)

............................
.
...........................
............................
.......

A. Metode dilusi agar (agar dilution)


Metode ini merupakan metode standar/ baku emas (gold standard) untuk menguji
kepekaan bakteri atau jamur terhadap antibiotik karena dapat mengukur kadar
hambat minimal (minimum inhibitory concentration/ MIC) dari suatu antibiotik
terjadap bakteri tertentu. Pada metode ini, suspensi bakteri dengan konsentrasi 0,5
McFarland dipaparkan dengan antibiotik dengan berbagai konsentrasi / pengenceran
serial, kemudian diinkubasi 24 jam. MIC ditentukan dengan berdasarkan tabung
dengan konsentrai paling rendah yang mulai menunjukkan kejernihan.
B. Metode difusi cakram (disc diffusion)/ Kirby Bauer
Suspensi bakteri/ jamur dengan konsentrasi 0,5Mc Farland disapukan merata
pada plate agar Mueller Hinton, kemudian beberapa disk antibiotik dengan kadar
tertentu ditanam pada plate agar. Plate agar diinkubasikan selama 24 jam pada suhu
34oC. Diameter zona hambatan pertumbuhan diukur dan dicocokkan denan tabel.

TUGAS :
1. Nilailah kualitas sampel sputum yang disediakan dengan menggunkan metode
Bartlett dan Van Scoy. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, apa langkah
selanjutnya yang harus dilakukan?
2. Perhatikan preparat (mikroskopis dan makroskopis) yang disediakan. Jelaskan
jenis-jenis test yang dilakukan, dan lakukan identifikasi berdasarkan tes
sederhana yang dilakukan.
3. Baca hasil uji kepekaan antibiotik dari preparat yang disediakan.
a. Sebutkan jenis antibiotik yang dapat diberikan kepada pasien ybs dan
yang tidak dapat diberikan kepada pasien.
b. Sebutkan antibiotik pilihan pertama pada pasien tersebut

Referensi (1-5)

PRAKTIKUM 4.1.2
PENGECATAN TAHAN ASAM

Fungsi: untuk melihat basil tahan asam dari genus Mycobacterium, termasuk kuman
penyebab tuberkulosis.

Teori:
Terdapat tiga pengecatan tahan asam yang paling sering dilakukan: (i) Ziehl.Neelsen
(panas), Kinyoun (dingin), dan Auramine-Rhodamine Fluorochrome (Truant method).
Pengecatan Ziehl-Neelsen dan Kinyoun dapat diamati menggunakan mikroskop cahaya
standar sedangkan metode flurochrome diamati menggunakan mikroskop fluorescene.
Sel dari berbagai bakteri mudah dicat dengan cat Gram. Beberapa tipe bakteri, seperti
Mycobacterium dan Nocardia tidak dapat dicat dengan Gram, atau jika tercat mereka
akan memberikan reaksi yang beragam karena dinding sel mereka tidak permeabel
dengan cat rosaniline yang terdapat di berbagai reagen pengecatan. Dinding sel
Mycobacterium mengandung mycolic acid yang memiliki kandungan lemak tinggi.
Untuk melihat sel ini pada pengecatan dibutuhkan konsentrasi tinggi larutan cat
dan/atau langkah pemanasan. Tetapi sekalinya cat masuk ke dalam dinding sel, cat ini
sulit dihilangkan dengan dekolorisasi. Judul tahan asam didapat dari pengamatan
bahwa penambahan asam hidroklorida pada dekolorisator alkohol tidak menyebabkan
dekolorisasi (basil tahan asam tetap mempertahankan cat primer, carbolfuchsin). Sel
yang melepaskan cat pada tahap dekolorisasi akan menjadi terlihat setelah tahap
counterstaining. Bakteri yang disebut tahan asam akan tampak merah ketika dilihat
menggunakan mikroskop cahaya. Bakteri non tahan asam dan sel/debris yang ada di
lapangan pandang akan berwarna biru.
Pada praktikum 4.2 ini, pengecatan tahan asam yang dilakukan adalah metode ZiehlNeelsen.

Reagen:
1.

Carbolfuchsin, yang di dalamnya mengandung :


Basic Fuchslin, 0.3 g
Ethanol, 95% (vol/vol), 10 ml
Phenol, heat-melted crystals, 5 ml
Distilled water, 95 ml
Cara membuat :

Larutkan basic fuchsindalam ethanol kemudiantambahkan phenol yang


dilarutkandalam distilled water.
2. Alkohol asam, terdiri dari
Ethanol, 95% (vol/vol), 97 ml
Hydrochloric acid (concentrated), 3 ml
3. Methylene blue, yang terbuat dari
Methylene blue chloride, 0.3 g
Distilled water, 100 ml
Prosedur Pemeriksaan :
1. Penilaian dahak
Hal-hal yang perludiamatiadalah :

Vol 3,5 - 5 ml

Kekentalan : mukoid

Warna : Hijaukekuningan (purulen)

Bilaternyatacontohuji yang diserahkanadalah air liur,


petugasharusmemintapasienberdahakkembali, sebaiknyadenganpendampingan.

2. Cara membuat sediaan dahak


a) Ambilcontohujidahakpadabagian yang paling purulent denganlidi. Bila dahak
bercampur darah, ambil bagian yang tidak tampak mengandung darah. Apa bila
tidak memungkinkan mengambil bagian dahak yang bebas darah, lakukan lisis
eritrosit setelah selesai melakukan fiksasi (langkah d), dengan cara menggenangi
sputum yang telah difiksasi dengan akuades
b) Apuskandahak di ataskacasediaanpadapermukaan yang
samadengannomoridentitas. Apusanbentuk oval 2x3 cm
kemudianratakandengangerakan spiral kecil-kecil. Janganmembuatgerakan
spiral bilasediaandahaksudahkeringkarenaakanmenyebabkan aerosol.
Keringkan di dalamsuhukamar
c) Lidilangsungdibuangkedalambotolberisidisinfektan.
d) Lakukanfiksasi. Gunakanpinsetataupenjepitkayuuntukmemegangkaca
.Pastikanapusanmenghadapkeatas. Lewatkan 3 x melaluiapidarilampuspiritus.
Pemanasan yang berlebihanakanmerusakhasil.
3. Cara pewarnaan metode Ziehl-Neelsen
a) Letakkansediaandenganbagianapusanmenghadapkeataspadarak yang ditempatkan
di atasbakcuciataubaskom
b) Genangiseluruhpermukaansediaandengancarbolfuchsin.
c) Panasidaribawahdenganmenggunakansulutapisetiapsediaansampaikeluaruap,janga
nsampaimendidih (langkah ini bisa diulang 2-3 kali)

d) Dinginkanselama minimal 5 menit.


e) Bilassediaandengan air mengalirsecarahati-hatidariujungkacasediaan.
Janganadapercikankesediaan lain
f) Miringkansediaanmenggunakanpenjepitkayuataupinsetuntukmembuang air
g) Genangidenganasam alcohol sampaitidaktampakwarnamerahcarbolfuchsin.
Jangansampaiadapercikankesediaan lain
h) Genangipermukaansediaandengan methylene blue selama 20-30 detik
i) Bilassediaandengan air mengalir. Miringkansediaanuntukmengalirkansisa
methylene blueJanganadapercikankesediaan lain
j) Keringkan
4. Cara pembacaan preparat mikroskopis tahan asam
a) Letakkansediaan di atasmejamikroskop, permukaansediaanmenghadapkeatas.
Gunakanlensaobjektif 10 x untukmenetapkanfokusdanmenemukanlapangpandang.
Periksasediaanuntukmenentukankualitassediaan.
Padasediaandahakumumnyaditemukanlebihbanyaksellekositatauselradang
b) Teteskansatutetesminyakemersi,
aplikatorminyakemersitidakbolehmenyentuhkacaobjek.
Tetesanharusjatuhbebaskepermukaansediaanapus agar
aplikatorminyakemersitidakterkontaminasidengansediaan.
c) Putarlahlensaobjektif 100x denganhatihatikeatassediaanapus. Jangansekali-kali
lensamenyentuhkacasediaan.
d) Sesuaikanfokusdenganhati-hatisampaiselterlihatjelas
e) Lakukanpembacaansediaanapussepanjanggaristengahdariujungkirikekananatauseb
aliknya
f) Laporkanhasilpemeriksaanmikroskopisdenganmengacukepadaskala International
Union Against To Lung Disease (IUATLD

Anda mungkin juga menyukai