Anda di halaman 1dari 11

Persiapan Pengumpulan Spesimen

Persiapan Pasien untuk pemeriksaan


Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk
mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah diberikan
pengobatan atau menyakinkan kebenaran penyebab penyakit yang diduga berdasarkan
gejala klinisnya yang khas (gejala pathognomic). Untuk mengetahui penyebab atau
perkembangan penyakit infeksi, diusahakan isolasi dan identifikasi mikroorganisme
dari spesimen (sampel) yang diambil dari pasien. Hasil pemeriksaan ini dipakai
sebagai pedoman dan pengobatan, perawatan atau tindakan lainnya pada pasien.
Kegagalan hasil pemeriksaan penyebab penyakit dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, dan bila hasil pemeriksaan negatif tidak berarti bahwa hasil diagnosis klinik
salah tetapi dapat disebabkan oleh tehnik atau cara kerja pengambilan yang salah
maupun pengiriman bahan pemeriksaan. Mengingat hasilnya yang sangat penting ini,
maka pengambilan dan penanganan spesimen harus dilakukan dengan benar.
Bahan /sampel pemeriksaan sebaiknya harus diambil sebelum pemberian obat-
obatan, bila terlanjur mengkonsumsi antibiotik sebaiknya setelah 24 jam pemberian
antibiotik. Kadang-kadang diperlukan bantuan pasien secara aktif dalam pengambilan
sampel pemeriksaan dengan memberikan keterangan kerja yang jelas terhadap
pengambilan sampel yang diperlukan/dikehendaki. Pengambilan harus dilakukan
dengan cara aseptik untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme lain, dengan
wadah (tempat yang steril).
Prinsip pengambilan sampel harus representatif (mewakili proses pemeriksaan
yang dikehendaki dan ada kaitannya dengan infeksi mikroorganisme penyebab
penyakit), tanpa memandang asal/jenis sampel. Sampel dalam wadah/tempat steril
yang dapat ditutup baik dan tidak bocor. Hal penting untuk mencegah pencemaran
bahan pemeriksaan, sampel harus segera dikirimkan ke laboratorium mikrobiologi
untuk diproses secepatnya, dapat diisolasi dari suatu tempat pada saat akut atau
selama perjalanan penyakitnya. Kesalahan dalam pemilihan spesimen dalam
pengambilan dan pengiriman dapat memberikan hasil yang tidak sesuai, dan dapat
mengacaukan pengobatan terhadap pasien.
Dalam pengambilan spesimen harus memperhatikan kenyamanan dan privasi
klien, penjelasan dan arahan yang cukup kepada pasien dan melibatkannya dalam
spesimen yang diambil sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan tanpa mengganggu hak
pasien.
Pengambilan Spesimen
Macam spesimen
Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan bahan pemeriksaan /sampel, yang
wujudnya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan
penyakit klien. Sampel atau spesimen dapat berasal dari kiriman tempat lain maupun
pengambilan ditempat pemeriksaan atau dilapangan. Ditatanan pelayanan klinik
perawat sering menerima tanggung untuk pengambilan dan pengumpulan spesimen.
Spesimen umtuk pemeriksaan meliputi darah, urine, feces atau rectal swab, sputum,
drinase luka, makanan maupun jaringan atau bagian tubuh dan lain-lain tergantung
dari gejala klinik pasien (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis Spesimen dan Mikroba Patogen
No Jenis Spesimen Mikroba Patogen

1 Kultur Darah Salmonella thypi, Streptococcus, Staphylococcus

Salmonella thypi, Staphylococcus, Eschericia coli,


2 Urin
Trichomonad vaginalis

Feses (rectal
3 Salmonella, Shigella, Escherchia, vibrio
swab)

Neisseria gonorrhoea, Tronema palidum,


4 Pus (nanah)
Streptococcus, Staphylococcus

Mycobacterium tubercolosis,
5 Sputum Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus, Corynebacterium diptheriae

6 Sel/ Jaringan Micobacterium leprae

streptococci, Listeria monocytogenes, E. coli,


Cerebral spinal
7 Haemophilus influenzae, S. pneumoniae, dan
fluid (CSF)
Neisseria meningitidis

8 Genital Chlamydia trachomatis, N. gonorrhoeae, Mycoplasma


genitalium, Ureaplasma urealyticum Trichomonas
vaginalis, Candida albicans, dan Gardnerella

Di dalam pengambilan bahan pemeriksaan atau spesimen dari pasien harus


memperhatikan hal hal sebagai berikut :
Waktu pengambilan
Waktu pengambilan penting,agar didapatkan hasil yang tepat dan menyakinkan.
Waktu ini disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan pemeriksaan. Contoh : Untuk
pemeriksaan pasien yang dicurigia menderita demem tifoid/ thypus abdominalis,
maka :

1. Untuk kepentingan gal cultur, pengambilan darah dilakukan pada


minggu I proses penyakit
2. Utuk kepentingan pemeriksaan widal (serologis), pengambilan darah
dilakukan pada minggu ke III
3. Untuk kepentingan kontrol (pada pasien yang sudah sembuh), diambil
tinja sebagai bahan pemeriksaan. Hal ini diperlakukan untuk
menghindari terjadinya bahaya penularan kepada orang lain, karena
meskipun secara klinis sudah sembuh, tetapi biasanya masih
mengandung bakteri salmonella typhi, terutama dalam fesesnya (keadaan
ini disebut carrier).

Pengambilan spesimen yang bertujuan untuk mengisolasi microfilaria Wuchereria


bancrofi, pengambilan darah dilakukan pada malam hari, sedangkan untuk
isolasi Plasmodium spp. Pengambilan darah dilakukan saat pasien sedang demam.
Kadang pengambilan spesimen dilakukan secara serial (tiga hari berturut-turut) untuk
meperbesar kemungkinan mendapatkan mikrobanya.
Pengambilan bahan untuk pemeriksaan toksikologi/keracunan, harus dilakukan
secepatnya agar betul-betul diketemukan bahan penyebab keracunan
tersebut,spesimen dapat berupa sisa makanan yang dimakan pasien, muntahan pasien
dan bahan mentah sisa yang dicurigai sebagai penyebab keracunan.
Teknik Pengkoleksian Spesimen
Jumlah spesimen ini penting agar pemeriksaan berhasil dan tidak perlu banyak yang
terbuang. Contahnya :
Sampel darah. Untuk pemeriksaan widal/gal kultur diperlukan 3-5 ml darah vena.
Pada bakterimia 10 ml (dewasa), 2-5ml (anak-anak) dan 1-2 ml (bayi) darah yang
diambil dapat diinokoluasikan langsung ke media Darah dimasukkan ke dalam botol
media untuk biakan aerob & Haemophillus digunakan media BHI broth, Untuk biakan
anaerob digunakan media Thioglicolate broth. Apabila botol media tidak
memungkinkan karena jarak yang jauh, maka darah dimasukkan ke dalam
botol/tabung yang berisi antikoagulan Sodium Polyanethol Sulfonate (SPS) dengan
perbandingan 0,5 ml stok SPS dalam 5 ml darah.

Infeksi Mata, Konjungtivitis biasanya didiagnosis dengan usapan (swap) konjungtiva


yang terinfeksi, yang dapat ditempatkan yang tepat medium saat transportasi. Semua
infeksi lainnya dikumpulkan dengan tepat oleh dokter mata
(ophthalmologist). Keratitis diatasi dengan pengikisan lesi yang terkena; jika diduga
etiologi bakteri atau jamur, bahan sering diinokulasi langsung ke media yang sesuai
oleh dokter. Spesimen untuk diagnosis endophthalmitis harus dikumpulkan melalui
pembedahan.

Sampel urin. Urin merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan multiplikasi
mikroorganisme sehingga syarat aseptik dalam pengambilan dan pengiriman harus
diperhatikan. Urin dapat diambil dengan beberapa cara :
1. Kateterisasi, pada kasus. Pada pasien dengan kateter yang terpasang
selama beberapa hari (dower kateter), urin dapat diambil dengan spuit
disposible langsung pada selang karet yang sebelumnya telah
disesinfeksi dengan alkohol 70%. Dan jangan diambil dari kantong urin
(urobag). Jumlah urin yang diambil ± 10 ml.
2. Aspirasi suprapubik pada kasus khusus. Aspirasi suprapublik dilakukan
dengan menusukkan jarum langsung ke buli-buli dengan persyaratan
atau keahlian tertentu. Jumlah urin yang diambil ± 20 ml.

3. Urin prosi tengah dengan cara clean catch (cara ini sering digunakan),
pasien harus membersihkan daerah periurethral dengan air dan sabun
sampai bersih dan dibilas dengan air matang, baru pasien disuruh
kencing (aliran awal dibuang, aliran tengah/pori tengah langsung
ditampung dalam wadah steril yang telah dipersiapkan, lebih kurang 10-
20 ml urin, jumlah secukupnya dan diambil dari porsi/pancaran urin
tengah atau melalui kateter steril. Spesimen harus dikirim dalam 1-2 jam
untuk segera diperiksa, bila tidak memungkinkan dikirim dapat disimpan
dalam almari es, paling lama 24 jam.

Sampel sputum/dahak. Pada pasien dugaan pneumonia, pasien harus batuk yang
dalam dan mengeluarkan dahaknya lansung ke wadah steril, dan apabila diperlukan
dapat diberikan nebulizer atau obat ekspektoransia untuk mempermudah pengeluaran
sputum. Untuk tujuan pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA/mycobacterium
tuberculose), bahan dapat diambil dengan cara : 1) sputum sesaat/spot sputum yaitu
sputum yang keluar saat pasien memeriksakan diri, 2) sputum pagi hari (early
morning sputum) yaitu sputum yang keluar pada pagi, dan 3) sputum tampung
(collecting sputum), yakni sputum yang dikumpul selama 24 jam.

Spesimen saluran napas bagian atas. Spesimen didapat dengan cara swab hidung,
nasofaring, tenggorokan dan aspirasi sinus. Sekresi nasofaring diambildengan swab
kapas, swab dimasukkan melalui hidung, diputar dan dikeluarkan dengan hati-hati dan
dimasukkan ke medium transportasi. Usapkan tenggorokan diperoleh dengan
menekan lidah menggunakan spatel lidah, kemudian daerah tonsil kiri-kanan, faring
sebelah prosterior dan daerah yang ada kelainan diusap dengan lidi kapas steril dan
usahakan tidak menyentuh lidah, uvula atau bibir pasien.

Sekret genital. Spesimen berupa vagina atau serviks. Untuk pengambilan skret
serviks dipergunakan speculum (tanpa lubrikan) dan secret diambil langsung dengan
swab lidi, hati-hati jangan menyentuh dinding vagina. Bila diperkirakan infeksi
disebabkan bakteri gonokokus, sebaiknya langsung dinoklusikan pada medium yang
sesui seperti medium trans growth yang merupakan modifikasi medium Thayer-
martin.

Pus (nanah ). Pada luka tertutup paling baik dengan spuit dan jarum yang
didesinfeksi sebelumnya, apabila saat operasi sebagian dari dinding abses perlu
disertakan. Spesimen permukaan luka diambil dengan swab, juga spesimen dari mata,
telinga dan lainnya. Jika pus diambil dari luka, maka harus dijelaskan jenis luka
tersebut misalnya luka bakar, luka digigit anjing, dicakar kucing, luka infeksi pasca
bedah atau luka tergores kayu, duri, kawat dan lain-lain.
Sampel feses (tinja). Jumlah secukupnya dan untuk pemeriksaan Salmonella dan
Shigella sebaiknya dipilih tinja yang ada darah atau pus atau lendirnya. Feses yang
diambil diusahakan tidak terkena air jamban atau air kencing agar tidak
terkontaminasi. Spesimen ini dapat diambil setiap saat,terutama pada stadium dini
ketika bakteri dalam jumlah terbanyak.
Abses; Dilakukan desinfeksi dengan povidone iodine 10% dan alkohol 70%
kemudian tusuk jarum dan hisap dengan semprit steril cairan eksudat/pus kemudian
teteskan eksudat/pus pada kapas lidi steril dan masukkan dalam media transportasi,
sisanya dimasukkan dalam wadah steril Bisa juga dilakukan insisi pada abses,lalu
dengan kapas lidi steril diusapkan bagian dasar abses,kemudian masukkan dalam
media transportasi.
Pewadahan Spesimen
Tempat spesimen atau pewadahan harus memenuhi syarat bersih atau steril. Untuk
mendapatkan tempat (wadah) yang steril sebaiknya menggunakan sterilisasi fisik
(autoklaf), tidak dianjurkan memakai antiseptik atau desinfektan untuk mensterilkan
wadah tersebut. Wadah dalam pengambilan spesimen yang dipakai disesuaikan
dengan kebutuhan, kadang ada satu wadah yang sekaligus dapat dipergunakan untuk
transportasi.
Pengiriman Spesimen
Pengantar Pemeriksaan
Tiap spesimen atau bahan pemeriksaan yang dikirim ke laboratorium harus disertai
dengan surat pengantar atau blanko permintaan pemeriksaan yang meliputi :

1. Nama lengkap, jenis kelamin, umur, serta alamat pasien


2. Tanggal pengambilan spesimen
3. Jenis spesimen (darah, urin, pus, dan lain-lain)
4. Jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya bahan : feses, jenis
pemeriksaan : shigella, salmonella, cholera
5. Asal spesimen : hasil muntahan, rectum, (rectal swab), tenggorokan
6. Keterangan klinik pasien, lebih baik ditambahkan sedikit tentang riwayat
penyakit sudah mendapat pengobatan atau belum, kalau sudah maka
disebutkan jenis obat yang telah dikonsumsi pasien
7. Nama,alamat pengirim serta tanda tangannyaUntuk spesimen yanng
mengandung patogen berbahaya maka harus diberi label HIGH
RISK dan subtansi berbahaya. Serta menyimpan spesimen didalam
wadah yang benar-benar aman. Dahak yang kemungkinan
mengandung Mycobacterium tuberculosis, spesimen tinja yang mungkin
mengandung V. choleare atau Salmonella typhi. Cairan dari ulkus atau
pustula yang mungkin mengandung Bacillus anthracis atau Treponema
pallidum spesimen dari pasien yang diduga dengan hepatitis, demam
berdarah, pest. Oleh karena itu pengiriman harus menggunakan
tempat/wadah yang aman untuk menghindari rusaknya spesimen dan
terjadi penularan penyakit terhadap klinisi.
Gambar 2. Metode pengemasan kultur, spesimen dan material biologi berbahaya
( Procop, et al., 2017)
Waktu Pengiriman
waktu pengiriman tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari rusaknya spesimen
yang dikirim. untuk spesimen cair waktu pengiriman harus secepat mungkin
maksimal 2 jam setelah waktu pengkoleksian. Bila pengiriman sampel dirasa cukup
lama maka dapat menggunakan media transportasi untuk keamanan spesimen.
Keamanan Spesimen
harus diusahakan supaya bahan-bahan pemeriksaan yang dikirim tidak boleh
mengalami kerusakan dan tetap murni, misalnya : tempat harus streril,ditutup dengan
rapat supaya tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme lain dan tidak
mengalami kerusakan dalam perjalanan. Untuk menghindari rusaknya bahan dalam
pengiriman, maka diusahakan beberapa cara, misalnya :

1. Untuk pemeriksaan serologi (widal) tidak perlu ditambahkan anti


koagulan karena akan diambil serumnya.
2. Spesimen feses,beberapa tinja (5-10 gram) ditaruh dalam tempat steril
kemudian ditutup lalu dibungkus rapat, setelah itu dikirim ke
laboratorium segera.
3. Khusus spesimen untuk pemeriksaan Cholera : spesimen terdiri atas :

 Feses ; pengambilan feses dengan cara rectal swab steril langsung dari
pasien, kemudian swab dan feses dmasukkan kedalam tabung steril
berisi 10 ml pepton alkali.
 Muntahan : 1 ml muntahan pasien dimasukkan ke dalam tabung steril
berisi 10 ml pepton alkali. Cairan pepton alkali ini berfingsi sebagai
media transportasi untuk menjaga agar bakteri tidak mati dalam
perjalanan pengiriman. Media transportasi yang lain adalah pepton
telurit dan Carry & Blair, larutan Slelenit broth atau larutan Sach’s.

Kualitas Spesimen
CML (Clinical microbiology laboratory) memiliki hak untuk menolak spesimen yang
dianggap berkualitas buruk. Karena pemrosesan spesimen tersebut dapat
menyebabkan kesalahan hasil uji laboratorium dan berpotensi berbahaya, sehingga
membahayakan kesehatan pasien. Jika spesimen berkualitas buruk ditolak oleh CML,
klinisi yang meminta akan diberitahukan dan diminta untuk menyerahkan spesimen
berkualitas tinggi sebagai gantinya. Informasi yang diberikan oleh Laboratorium
sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis penyakit infeksi, pedoman dalam
pemilihan antimikroba dan memonitor progress atau prognosis penyakit.
Mutu spesimen yang jelek dapat disebabkan oleh Etiologic (causative) agent dari
penyakit sehingga infeksinya tidak dapat diisolasi. Terjadi overgrowth mikroflora
normal yang akan menutupi pertumbuhan mikroorganaisme patogen. Kontaminan
dapat mengganggu identifikasi patogen dan diagnosis dari penyakit pasien. Menurut
Procop, et al. ( 2017), berikut beberapa alasan yang dapat menyebabkan ditolaknya
spesimen:

 Spesimen diterima dalam formalin. Setiap mikroorganisme yang ada


akan terbunuh oleh formalin.
 Koleksi dahak dua puluh empat jam. Spesimen seperti itu akan sangat
terkontaminasi dengan mikroflora asli dari rongga mulut.
 Apusan atau sekresi dari serviks uterus, saluran vagina, atau anus untuk
deteksi noda gonorrhoeae. Karena morfologinya yang serupa, beberapa
mikroflora asli dapat dikira sebagai N. gonorrhoeae.
 Satu swab yang dikirim untuk beberapa permintaan (misalnya Untuk
kultur anaerob, kultur jamur, dan kultur mikobakteri). Dalam semua
kemungkinan, akan ada terlalu sedikit spesimen untuk memenuhi semua
yang diminta.
 Spesimen dikirim dalam wadah yang tidak tepat, tidak steril, atau bocor
dan jelas terkontaminasi.
 Lempeng kultur yang tumbuh terlalu banyak atau mengering, kecuali
jika lempeng kultur diperoleh untuk salah satu jamur patogen yang
tumbuh lebih lambat.
 Spesimen yang jelas terkontaminasi, seperti yang mengandung barium,
pewarna berwarna, atau bahan kimia berminyak.
 Spesimen yang dikirim untuk kultur anaerob yang tidak dapat diterima.
Kriteria High Quality spesimens ditentukan oleh 3 komponen yaitu pemilihan
spesimen yang tepat artinya spesimen klinis yang diambil harus appropriate
spesimens supaya diagnosis penyakitnya akurat. Pengkoleksian spesimen yang tepat
yaitu cara pengkoleksian dapat menghindari atau meminimalisir kontaminasi
spesimen dengan mikroflora normal. Dan pengiriman spesimen ke laboratorium harus
dilakukan dengan cara yang tepat tepat ( kalau perlu dengan dry ice, secara anaerob,
dengan pengawet ).
Daftar Pustaka
Berkowiz, F. E and R. C. Jerris. 2016. Practical medical mecrobiology for clinicians.
John Wiley & son. Canada.
Engelkirk, P. G and J. D. Engelkirk. 2008. Laboratory Diagnosis Of Infectious
Diseases Essentials of Diagnostic Microbiology. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia.
Gupte, S. 2010. The Short Textbook of Medical Microbiology (Including
Parasitology) Tenth Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers. India.
Padoli, 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Kementerian kesehatan
Republik indonesia (KEMENKESRI). Jakarta.
Paniker, C. K. J.and S. Ghosh. 2018. Paniker’s Textbook Medical Parasitology
Eight edition. Jaypee brothers medical Publishers. India.
Procop, G. R., D. L. Church, G. S. Hall, W. M. Janda, E. W. Koneman, P. C.
Schreckenberger and G. L. Woods. 2006. Koneman’s Color Atlas and Textbook of
Diagnostic Microbiology. 7th Ed. China. Wolters Kluwer.
Taylor, M. A., R. L. Coop and R. L. Wall. 2016. Veterinary Parasitology Fourth
edition. John Wiley & sons. India.

Anda mungkin juga menyukai