PENDAHULUAN
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan
perekonomian rakyat. Produksi, dan penggunaan obat tradisional di Indonesia
memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun volumenya. Dalam
kehidupan sehari-hari terdapat banyak sediaan farmasi bahkan bahan-bahan bakunya yang
sering kita komsumsi. Dan tanpa kita sadari banyak mikroorganisme yang ada dilingkungan
disekitar kita yang dapat menguraikan baha makanan, minuman dan sediaan farmasi lainnya
seperti obat tradisional lainnya seperti obat tradisional dan kosmetika sehingga dapat
menyebabkan penyakit bagi yang mengkomsumsinya.Sering kita beranggapan bahwa
makanan, kosmetik dan obat tradisional yang ada disekitar kita bahwa bahan tersebut bebas
dari miroba padahal anggapan itu belum tentu benar tanpa dilakukan pengujian
mikroba.Pengujian suatu produk sediaan farmasi meliputi makanan, kosmetik dan obat
tradisional diperlukan untuk mengetahui tingkat kontaminasi atau pencemaran
mikroorganisme dari sediaan tersebut.Mikroorganisme tersebut dalam bahan makanan,
minuman serta sediaan farmasi lainya dapat diakibatkan oleh cara pengolahan yang tidak
bersih atau tidak higienis, pengepakan yang tidak baik serta penyimpanan yang kurang tepat.
Disinilah peranan seorang farmasi untuk dapat mempelajari ilmu mikrobiologi yang
berhubungan pengolahan makanan, minuman serta sediaan farmasi lainya seperti obat
tradisional dan kosmetik.
OBAT TRADISIONAL
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan,bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut,yang
secara traditiona ltelah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
Tiga bidang Ilmu Dasar Utama yang mendasari pengetahuan tentang obat tradisional
dan perkembangannya agar menjadi bahan obat yang bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah atau medis adalah :
Farmakognosi adalah ilmu yang mencakup informasi yang relevan berkaitan dengan
obat-obatan yang berasal dari sumber-sumber alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme.
Kimia Medisinal meliputi seluruh pengetahuan specifik tidak hanya terbatas pada obat
sintetik dan perancangannya tetapi dapat mendasari pengembangan obat tradisional
Farmakologi mempelajari tentang kerja obat dan efeknya masing-masing.
KOSMETIK
Analisa Kosmetik adalah tindakan untuk mengetahui suatu jenis kosmetika dari segi
komposisi bhn, kualitatif maupun kuantitatif telah memenuhi standar yg dibolehkan.
Lempeng Hitung
Cara penghitungan ini sering digunakan untuk menghitung populasi bakteri. Keuntungan cara
ini adalah menghitung jumlah populasi yang mampu bertahan hidup. Kerugian cara ini adalah
membutuhkan waktu paling sedikit 24 jam atau lebih untuk membiakkan koloni bakteri
sehingga dapat diamati dan dihitung.
Dengan teknik lempeng hitung, diasumsikan bahwa masing-masing bakteri yang hidup,
tumbuh, dan membelah membentuk satu koloni. Akan tetapi, hal ini tidak sepenuhnya benar
karena kadang-kadang sebuah koloni tidak berasal dari satu bakteri, tetapi dari sebuah
segmen rantai bakteri. Bila menggunakan lempeng hitung, penting diperhatikan bahwa
inokulum yang dibiakkan di atas lempeng agar harus dalam jumlah yang terbatas supaya
jumlah koloni yang dihasilkan sesudah inkubasi dapat dihitung.
Tabel 5.1. Ciri khas morfologi Escherichia coli pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Mc Conkey Agar (MCA) Merah bata, dapat dikelilingi daerah
yang terdiri dari endapan empedu.
Eosin Methylene Blue Agar Kilap logam
(EMBA)
Tabel 5.3. Ciri khas morfologi Salmonella sp. pada media agar selektif.
Media Deskripsi Koloni
Brilliant Green Agar (BGA) Kecil, transparan, tidak berwarna atau
merah muda hingga putih buram
(sering dikelilingi zona berwarna
merah muda hingga merah)
Xylosa-Lysine-Desoxycholate Agar Merah dengan atau tanpa pusat
(XLDA) berwarna hitam
Bismuth Sulfite Agar (BSA) Coklat, abu-abu atau hitam kadang
disertai dengan kilap metalik. Media
sekitar mulanya berwarna coklat,
seiring dengan waktu inkubasi berubah
menjadi hitam
5) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Salmonella sp.
Dengan menggunakan jarum Ose, ambil koloni yang diduga Salmonella sp. dari media agar
selektif, inokulasikan dengan cara gores dan tusuk pada media agar miring TSIA. Lakukan
yang sama ke media agar miring LIA. Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35oC.
Tabel 5.4. Hasil reaksi yang umum untuk Salmonella sp. pada media TSIA dan LIA.
TSIA LIA
Lereng (slant) Basa (merah) Basa (ungu)
Tusukan/dasar (butt) Asam (kuning) Basa (ungu)
Produksi H2S (endapan hitam di daerah + atau - +
tusukan)
Analisis Cemaran Mikroba Patogen Staphylococcus aureus.
1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi
100 ml media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan
orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar.
Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang diinkubasi, kemudian dengan cara gores
kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media agar Vogel Johnson Agar
(VJA). Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam. Selain BGA, dapat pula digunakan
media MSA dan BPA sebagai media selektif.
Pertumbuhan spesifik Staphylococcus aureus pada media agar selektif ditandai dengan
adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5. Ciri khas morfologi Staphylococcus aureus pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Vogel Johnson Agar (VJA) Hitam dikelilingi zona kuning
Mannitol Salt Agar (MSA) Kuning dengan zona kuning
Baird Parker Agar (BPA) Hitam, berkilau, dikelilingi zona jernih (2-5 mm)
4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Staphylococcus aureus (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media VJA dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.5,
lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji koagulase. Ambil koloni tersangka dan
pindahkan ke dalam tabung yang berisi 0,5 ml plasma kelinci atau kuda. Inkubasi dalam
penangas air bersuhu 37oC, dan amati pada jam ke-3, 6 dst. sampai 24 jam. Lakukan uji
bersamaan dengan kontrol positif dan negatif. Jika terjadi koagulasi, maka sampel diduga
mengandung Staphylococcus aureus.
Tabel 5.6. Ciri khas morfologi Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Cetrimide Agar (Cet.A) Hijau berfluorosensi
Pseudomonas Agar untuk deteksi Tidak berwarna hingga kekuningan dengan
fluoresin fluoresensi kuning
Pseudomonas Agar untuk deteksi Kehijauan dengan fluoresensi biru
piosianin
4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Pseudomonas aeruginosa (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media Cet.A dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.6,
lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji oksidase. Letakkan di atas koloni
tersebut atau pindahkan koloni ke kertas saring yang telah diimpregnasi (dijenuhkan) dengan
N.N-dimetil-p-fenilendiamina-dihidroklorida. Jika terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi lembayung, maka sampel diduga mengandung cemaran Pseudomonas aeruginosa.
UJI MIKROORGANISME SEDIAAN KOSMETIK
Uji yang pertama adalah melakukan uji bebas staphylococcus aureus dengan
menggunakan uji koagulasi, dan uji bebas pseudomonas auruginosa menggunakan uji
oksidasi dan pigmen. Uji kedua yang dilakukan adalah uji bebas salmonella dengan
menggunakan singkelit dan uji bebas escherichiacoli dengan menggunakan singkelit.
Uji ALT Bakteri
Disiapkan 3 cawan petri yang steril dan diberi label 10-2,,10-3, dan 10-4 (diambil 3
pengenceran terakhir).
Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3 dan 10-4 kemudian
masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
Dituang 10 ml medium Nutrient Agar kedalam cawan petri.
Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri membentuk angka 8.
Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri.