Anda di halaman 1dari 11

11.

PENGUJIAN OBAT TRADISIONAL DAN KOSMETIK

PENDAHULUAN

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan
perekonomian rakyat. Produksi, dan penggunaan obat tradisional di Indonesia
memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun volumenya. Dalam
kehidupan sehari-hari terdapat banyak sediaan farmasi bahkan bahan-bahan bakunya yang
sering kita komsumsi. Dan tanpa kita sadari banyak mikroorganisme yang ada dilingkungan
disekitar kita yang dapat menguraikan baha makanan, minuman dan sediaan farmasi lainnya
seperti obat tradisional lainnya seperti obat tradisional dan kosmetika sehingga dapat
menyebabkan penyakit bagi yang mengkomsumsinya.Sering kita beranggapan bahwa
makanan, kosmetik dan obat tradisional yang ada disekitar kita bahwa bahan tersebut bebas
dari miroba padahal anggapan itu belum tentu benar tanpa dilakukan pengujian
mikroba.Pengujian suatu produk sediaan farmasi meliputi makanan, kosmetik dan obat
tradisional diperlukan untuk mengetahui tingkat kontaminasi atau pencemaran
mikroorganisme dari sediaan tersebut.Mikroorganisme tersebut dalam bahan makanan,
minuman serta sediaan farmasi lainya dapat diakibatkan oleh cara pengolahan yang tidak
bersih atau tidak higienis, pengepakan yang tidak baik serta penyimpanan yang kurang tepat.
Disinilah peranan seorang farmasi untuk dapat mempelajari ilmu mikrobiologi yang
berhubungan pengolahan makanan, minuman serta sediaan farmasi lainya seperti obat
tradisional dan kosmetik.

OBAT TRADISIONAL
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan,bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut,yang
secara traditiona ltelah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,turun-temurun,


berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik
bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar
dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik hargamaupun ketersediaannya.
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak
terlalu menyebabkan efek samping,karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat
tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan di masyarakat adalah
akar,rimpang,batang,buah,daun dan bunga.Seperti misalnya akar alang-alang dipergunakan
untuk obat penurun panas.Rimpang temulawak dan rimpang kunyit banyak dipergunakan
untuk obat hepatitis.Batang kina dipergunakan untuk obat malaria.Kulit batang kayumanis
banyak dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu banyak dipergunakan
untuk obat kanker.Buah belimbing banyak dipergunakan untuk obat tekanan darah
tingg.Daun bluntas untuk obat menghilangkan bau badan.Bunga belimbing Wuluh untuk obat
batuk.

Tiga bidang Ilmu Dasar Utama yang mendasari pengetahuan tentang obat tradisional
dan perkembangannya agar menjadi bahan obat yang bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah atau medis adalah :

 Farmakognosi adalah ilmu yang mencakup informasi yang relevan berkaitan dengan
obat-obatan yang berasal dari sumber-sumber alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme.
 Kimia Medisinal meliputi seluruh pengetahuan specifik tidak hanya terbatas pada obat
sintetik dan perancangannya tetapi dapat mendasari pengembangan obat tradisional
 Farmakologi mempelajari tentang kerja obat dan efeknya masing-masing.

KOSMETIK

Analisa Kosmetik adalah tindakan untuk mengetahui suatu jenis kosmetika dari segi
komposisi bhn, kualitatif maupun kuantitatif telah memenuhi standar yg dibolehkan.

Tujuan Analisa Kosmetik :

Mengetahui komposisi suatu sediaan kosmetik dan kadar yang digunakan


Melindungi masyarakat dari efek yang tidak diinginkan akibat kosmetik yang
substandar
Pembuktian kebenaran komposisi bahan terhadap data analisis
Tahapan Analisa Kosmetik :
1. Cara :
 Organoleptis
 Kualitatif
 Kuantitatif
2. Perencanaan :
 Tempat pengambilan sampling
 Jumlah sampel ( sesuai dengan parameter uji dan arsip sampel )
3. Pemisahan :
 Bahan Pembawa
 Bahan Aktif
 Bahan tambahan
4. Identifikasi ( bahwa zat tersebut ada) : ident,Arsent dll
5. Kuantitatif : penetapan kadar hidrokinon,dll

UJI MIKROORGANISME OBAT TRADISIONAL

Dalam proses pembuatan obat tradisional tidak menutup kemungkinan terjadinya


pencemaran oleh mikroba, sehingga perlu dilakukan pengujian cemaran mikroba. Sampel
dilakukan uji cemaran mikroba, dalam hal ini bakteri dan kapang/khamir dengan metode uji
cemaran angka lempeng total dan angka kapang/khamir total.
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu
sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka Lempeng Total
(ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat
dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam
koloni(cfu) per ml/g atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang,
cara tetes dan cara sebar.
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi yaitu
pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media
lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka
Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan
menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya.
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk
padat. MPN (Most Probable Number) adalah pemeriksaan angka bakteri dengan perkiraan
jumlah terdekat. Pemeriksaan MPN Coliform metode tabung ganda didasarkan bahwa bakteri
golongan coli dapat meragikan laktosa, membentuk asam atau gas. Untuk itu digunakan
metode ini :
1. Uji Duga ((Presumtive Test)
Perbenihan yang diperlukan adalah lactose broth. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
adanya bakteri coliform dalam contoh air serta memperkirakan MPN (Most Probable
Number) dari jasad renik yang ada di dalam sampel air
2. Uji Penegasan (Confirmatory Test)
Pembenihan yang dipakai adalah B.G.L.B. Adapun yang diperiksa adalah semua
tabung yang positif (keruh + gas) pada Lactose Broth. Pindahkan dengan jarum ose
dari tiap-tiap tabung yang positif ke B.G.L.B kemudian masukkan ke dalam
incubator 35-37oC selama 1 x 24 jam. Tabung yang menunjukkan keruh dan gas
dianggap positif. Uji Penegasan bertujuan untuk menunjukkan adanya bakteri
coliform dan bukan bakteri lain dalam sampel air.
3. Uji Lengkap (Complete Test)
Tes ini ditunjukkan untuk menentukan jenis dari coliform misalnya E. Coli,
A.aerogenesis, E. freundii, dan lain-lain dengan melihat hasil peragian kuman (test
biokimia)
Pertumbuhan bakteri dapat ditentukan dengan beberapa cara penghitungan, antara
lain dengan lempeng hitung, pengenceran berseri, cara filtrasi atau penyaringan, metode
penghitungan Nilai Duga Terdekat, penghitungan langsung secara mikroskopik, atau dengan
memperkirakan jumalah bakteri dengan menggunakan metode tidak langsung.

 Lempeng Hitung
Cara penghitungan ini sering digunakan untuk menghitung populasi bakteri. Keuntungan cara
ini adalah menghitung jumlah populasi yang mampu bertahan hidup. Kerugian cara ini adalah
membutuhkan waktu paling sedikit 24 jam atau lebih untuk membiakkan koloni bakteri
sehingga dapat diamati dan dihitung.
Dengan teknik lempeng hitung, diasumsikan bahwa masing-masing bakteri yang hidup,
tumbuh, dan membelah membentuk satu koloni. Akan tetapi, hal ini tidak sepenuhnya benar
karena kadang-kadang sebuah koloni tidak berasal dari satu bakteri, tetapi dari sebuah
segmen rantai bakteri. Bila menggunakan lempeng hitung, penting diperhatikan bahwa
inokulum yang dibiakkan di atas lempeng agar harus dalam jumlah yang terbatas supaya
jumlah koloni yang dihasilkan sesudah inkubasi dapat dihitung.

Metode Penghitungan Nilai Duga Terdekat


Metode lain untuk mengetahui jumlah bakteri dalam sampel adalah penghitungan
Nilai Duga Terdekat (Most Probable Number, MPN). Teknik perhitungan statistik ini
didasarkan pada fakta bahwa semakin besar jumlah bakteri dalam sampel, semakin besar
pengenceran yang dibutuhkan untuk mengurangi densitas sampai titik ketika tidak ada bakteri
yang tumbuh dalam tabung reaksi pada suatu seri pengenceran. Nilai Duga Terdekat
merupakan angka yang kemungkinan besar menunjukkan 95% jumlah populasi bakteri dan
merupakan angka yang paling mungkin untuk menyatakan jumlah populasi bakteri yang ada
di dalam sediaan, seperti yang tertera pada tabel terlampir.
 Prinsip yang digunakan dalam metode MPN :
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari
hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang
ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan
menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang
diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.
Contoh :
Data yang didapat adalah : 3 tabung positif dari pengenceran 1/10, 2 tabung positif dari
pengenceran 1/100 dan 1 tabung positif dari pengenceran 1/1000.
Lalu dicocokkan dengan tabel, menghasilkan nilai : 150 MPN/g.
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu
sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam
tabung menghasilkaan frekuensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak
selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang
dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel
yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang”
tabung positif yang muncul.
MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU, bukan dari
sel individu. Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat menggambarkan seberapa
banyak sel individu yang tersebar dalam sampel. Metode MPN dirancang dan lebih cocok
untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi <100/g atau ml. Oleh karena itu
nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak
begitu menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi
tabung positif tidak sesuai dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri
tabung maka semakin tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa.
Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya
media yang digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu.
Jika terdapat ketidaksesuaian jenis media dan bakteri yang diinginkan maka metode MPN
akan menghitung bukan bakteri yang dituju. Untuk menghitung coliform dapat menggunakan
Lauryl Sulphate Tryptose (LST) broth, sedangkan untuk menghitung E.coli diperlukan media
EC (Escherichia coli) broth.
Jadi nilai MPN adalah suatu angka yang menggambarkan hasil yang paling mungkin.
Uji Jenis Mikroba
Analisis Cemaran Mikroba Patogen Escherichia coli
1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi
100 ml media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital
shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar. Inkubasi
pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media LB yang telah diinkubasi, kemudian dengan cara gores
kuadran, inokulasikan 1 Ose suspensi ke media agar Mc Conkey Agar (MCA). Inkubasi pada
suhu 35oC selama ±24-48 jam.
Jika terdapat koloni spesifik pada media MCA dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.1,
inokulasikan koloni tersebut dengan teknik gores kuadran ke media agar selektif Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA). Inkubasi pada suhu 35oC selama 24-48 jam. Amati
ada/tidaknya pertumbuhan koloni spesifik seperti deskripsi yang tertera pada Tabel 5.1.
Pertumbuhan spesifik Escherichia coli pada media agar selektif ditandai dengan adanya
koloni seperti dijelaskan pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1. Ciri khas morfologi Escherichia coli pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Mc Conkey Agar (MCA) Merah bata, dapat dikelilingi daerah
yang terdiri dari endapan empedu.
Eosin Methylene Blue Agar Kilap logam
(EMBA)

4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Escherichia coli.


Jika terdapat koloni spesifik dengan warna kilap logam pada media EMBA, lakukan uji
lanjutan terhadap koloni tersebut. Inokulasikan koloni ke dalam tabung berisi media LB steril
dengan tabung Durham terbalik dan ke dalam media agar miring NA, inkubasi pada suhu
35oC selama 24-48 jam. Dari hasil inkubasi, lakukan pewarnaan gram dan uji IMViC.
Tabel 5.2. Hasil uji lanjutan untuk Escherichia coli.
Pada media LB dengan tabung Terdapat pertumbuhan dan
Durham terbentuk gas di dalam tabung
Durham
Hasil pewarnaan gram Basil pendek, gram negatif
Hasil uji IMViC Indol (+), MR (+), VP (-), SC (-)

Analisis Cemaran Mikroba Patogen Salmonella sp.


1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi
100 ml media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital
shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar. Inkubasi
pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3) Pengkayaan selektif.
Kocok suspensi sampel yang telah diinkubasi. Secara aseptik, pindahkan 1 ml suspensi ke
dalam tabung reaksi besisi 10 ml media Selenite Cystine Broth dan 1 ml suspensi ke dalam 10
ml media Tetrathionate Broth. Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
4) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media Selenite dan Tetrationate yang telha diinkubasi,
kemudian dengan cara gores, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media agar
Brilliant Green Agar (BGA). Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam. Selain BGA,
dapat pula digunakan media XLDA dan BSA sebagai media agar selektif.
Pertumbuhan spesifik Salmonella sp. pada media agar selektif ditandai dengan adanya koloni
seperti dijelaskan pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3. Ciri khas morfologi Salmonella sp. pada media agar selektif.
Media Deskripsi Koloni
Brilliant Green Agar (BGA) Kecil, transparan, tidak berwarna atau
merah muda hingga putih buram
(sering dikelilingi zona berwarna
merah muda hingga merah)
Xylosa-Lysine-Desoxycholate Agar Merah dengan atau tanpa pusat
(XLDA) berwarna hitam
Bismuth Sulfite Agar (BSA) Coklat, abu-abu atau hitam kadang
disertai dengan kilap metalik. Media
sekitar mulanya berwarna coklat,
seiring dengan waktu inkubasi berubah
menjadi hitam
5) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Salmonella sp.
Dengan menggunakan jarum Ose, ambil koloni yang diduga Salmonella sp. dari media agar
selektif, inokulasikan dengan cara gores dan tusuk pada media agar miring TSIA. Lakukan
yang sama ke media agar miring LIA. Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35oC.

Tabel 5.4. Hasil reaksi yang umum untuk Salmonella sp. pada media TSIA dan LIA.
TSIA LIA
Lereng (slant) Basa (merah) Basa (ungu)
Tusukan/dasar (butt) Asam (kuning) Basa (ungu)
Produksi H2S (endapan hitam di daerah + atau - +
tusukan)
Analisis Cemaran Mikroba Patogen Staphylococcus aureus.
1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi
100 ml media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan
orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar.
Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang diinkubasi, kemudian dengan cara gores
kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media agar Vogel Johnson Agar
(VJA). Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam. Selain BGA, dapat pula digunakan
media MSA dan BPA sebagai media selektif.
Pertumbuhan spesifik Staphylococcus aureus pada media agar selektif ditandai dengan
adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5. Ciri khas morfologi Staphylococcus aureus pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Vogel Johnson Agar (VJA) Hitam dikelilingi zona kuning
Mannitol Salt Agar (MSA) Kuning dengan zona kuning
Baird Parker Agar (BPA) Hitam, berkilau, dikelilingi zona jernih (2-5 mm)

4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Staphylococcus aureus (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media VJA dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.5,
lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji koagulase. Ambil koloni tersangka dan
pindahkan ke dalam tabung yang berisi 0,5 ml plasma kelinci atau kuda. Inkubasi dalam
penangas air bersuhu 37oC, dan amati pada jam ke-3, 6 dst. sampai 24 jam. Lakukan uji
bersamaan dengan kontrol positif dan negatif. Jika terjadi koagulasi, maka sampel diduga
mengandung Staphylococcus aureus.

Analisis Cemaran Mikroba Patogen Pseudomonas aeruginosa.


1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu erlenmeyer berisi
100 ml media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian tutup rapat-rapat, kocok/gunakan
orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi. Diamkan selama ± 1 jam di suhu kamar.
Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24 jam.
3) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang diinkubasi, kemudian dengan cara gores
kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media agar Cetrimide Agar (Cet.A).
Inkubasi pada suhu 35oC selama ±24-48 jam. Selain Cet.A, dapat pula digunakan media
Pseudomonas aeruginosa sebagai media selektif.
Pertumbuhan spesifik Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif ditandai dengan
adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6. Ciri khas morfologi Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif.
Media Deskripsi koloni
Cetrimide Agar (Cet.A) Hijau berfluorosensi
Pseudomonas Agar untuk deteksi Tidak berwarna hingga kekuningan dengan
fluoresin fluoresensi kuning
Pseudomonas Agar untuk deteksi Kehijauan dengan fluoresensi biru
piosianin

4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Pseudomonas aeruginosa (uji koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media Cet.A dengan deskripsi seperti pada Tabel 5.6,
lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji oksidase. Letakkan di atas koloni
tersebut atau pindahkan koloni ke kertas saring yang telah diimpregnasi (dijenuhkan) dengan
N.N-dimetil-p-fenilendiamina-dihidroklorida. Jika terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi lembayung, maka sampel diduga mengandung cemaran Pseudomonas aeruginosa.
UJI MIKROORGANISME SEDIAAN KOSMETIK
Uji yang pertama adalah melakukan uji bebas staphylococcus aureus dengan
menggunakan uji koagulasi, dan uji bebas pseudomonas auruginosa menggunakan uji
oksidasi dan pigmen. Uji kedua yang dilakukan adalah uji bebas salmonella dengan
menggunakan singkelit dan uji bebas escherichiacoli dengan menggunakan singkelit.
Uji ALT Bakteri
 Disiapkan 3 cawan petri yang steril dan diberi label 10-2,,10-3, dan 10-4 (diambil 3
pengenceran terakhir).
 Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3 dan 10-4 kemudian
masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
 Dituang 10 ml medium Nutrient Agar kedalam cawan petri.
 Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri membentuk angka 8.
 Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri.

Uji ALT Kapang


 Disiapkan 3 cawan petri yang steril dan diberi label 10-1,,10-2, dan 10-3 (diambil 3
pengenceran awal).
 Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-1, 10-2 dan 10-3 pengenceran
dan masing-masing dimasukkan kedalam cawan petri steril.
 Dituang 10 ml medium Potato Dextrosa Agar dan dibiarkan setengah memadat.
 Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri membentuk angka 8 dibiarkan
memadat.
 Diinkubasi pada suhu 25 o C selama 3 x 24 jam.
 Diamati dan dihitung jumlah koloni kapang

Uji Bakteri Staphylococcus aureus


 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Diambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 5 ml medium Pepton Water serta dihomogenkan.
 Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika ada kekeruhan/endapan maka positif untuk penduga Staphylococcus
aureus.

Uji Bakteri Pseudomonas aureginosa


 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Diambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 5 ml medium Tryticae Selective Broth lalu dihomogenkan.
 Dinkubasikan pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika ada kekeruhan/endapan maka positif untuk penduga Pseudomonas
aeruginosa.
 Pengujian ini dilakukan untuk kosmetik.

Anda mungkin juga menyukai