Oleh:
Vera Rahmasari
C34104059
RINGKASAN
VERA RAHMASARI. C34104059. Pemanfaatan Air Abu Sabut Kelapa dalam
Skripsi
Oleh:
Vera Rahmasari
C34104059
Judul
Nama
: Vera Rahmasari
NRP
: C34104059
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Tanggal Lulus:
Sumber
informasi atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir skripsi.
Vera Rahmasari
C34104059
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Vera Rahmasari. Lahir di Bogor
pada tanggal 6 September 1986 sebagai putri keempat dari enam
bersaudara dari pasangan Bapak Dr. Ir. H. Sri Hartoyo, MS dan
Ibu Hj. Andayati.
Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 5 Bogor
dan pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswi IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Jurusan Teknologi Hasil
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama perkuliahan penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan
sebagai pengurus bidang Dana Usaha Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan pada
tahun 2005-2006. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah
Diversifikasi Hasil Perairan periode 2007/2008, dan Teknologi Hasil Samping
periode 2007/2008.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan
penelitian dengan judul Pemanfaatan Air Abu Sabut Kelapa dalam
Pembuatan Agar-agar Kertas dari Rumput Laut Gracilaria sp. dibawah
bimbingan Ibu Ir. Anna C. Erungan, MS dan Ibu Dra. Pipih Suptijah, MBA.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pemanfaatan Air Abu Sabut Kelapa dalam Pembuatan Agar-Agar Kertas
dari Rumput Laut Gracilaria sp.. Penelitian ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Anna C. Erungan, MS dan Ibu Dra. Pipih Suptijah, MBA selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan,
semangat dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Joko Santoso, MSi dan Ibu Ir. Komariah Tampubolon, MS
selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan arahan.
3. Ir. Djoko Poernomo, BSc selaku moderator yang telah memberikan saran
dan arahan dalam seminar hasil penelitian ini.
4. Keluargaku tercinta, papa, mama, kakak-kakakku (Mas Novi, Mbak Santi,
Mas Ari, Mbak Uti), adik-adikku (Hariz, dan Yuqa), serta keponakanku
Daffa yang telah memberikan dorongan baik berupa doa, motivasi dan
materi yang tak terhingga.
5. Seluruh staf dosen, staf TU, dan pegawai di THP (Mas Mail, Pak Ade, Pak
Jamhuri, Pak Tatang, Mbak Heni, Bu Yati dan Umi) atas segala
bantuannya kepada penulis.
6. Bu Ema, Mbak Icha, Pak Taufik, dan Pak Sobirin yang telah membantu
penulis selama penelitian.
7. Sahabat-sahabat terbaikku: Ima, Syeni, Anes, dan Indah atas segala
kebersamaan, dukungan perhatian dan pengertiannya.
8. Teman-teman THP 41: Haris, Nia, Cerel, Andi, Ika, Amel, Ranti, Iis,
Estrid, Vika, Ijal, Alim, Yayan, Dila, Eka, Dhias, Ratna, Santi, Deboy
Laler, Nuzul, Deslina, Ari, Rijan, Fuji, Ulfah, Gori, Tomi, Bay, Gilang,
Alif, Hangga, Enif, Racun, Maho, Juan, Afi, Windi, Tetha, Dwi, Tri dll
untuk kebersamaan yang telah diberikan.
Vera Rahmasari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
1. PENDAHULUAN.......................................................................................
4
6
8
11
12
14
3. METODOLOGI .........................................................................................
16
16
16
16
17
19
19
19
20
20
21
21
22
22
22
23
23
24
26
26
26
26
27
28
30
32
33
33
35
36
37
40
41
43
44
45
46
48
49
50
51
54
54
5.2 Saran.....................................................................................................
54
55
LAMPIRAN ....................................................................................................
60
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Halaman
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
Halaman
1. PENDAHULUAN
Pada
penelitian Kuraesin (2004), fungsi penambahan KOH digantikan oleh air abu
gosok.
dengan kitosan
0,6%.
Penelitian tersebut
5,6 juta ton, yang berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang bisa
dihasilkan.
pirolignat, gas, arang, tar, tannin, dan kalium (Rindengan et al. 1995 dalam
Mahmud dan Ferry 2005).
Menurut Salunkhe et al. (1992), abu dari sabut kelapa mengandung
20-30% kalium. Adanya unsur kalium dalam abu sabut kelapa diharapkan dapat
menjadi alternatif bahan yang dapat digunakan untuk menggantikan KOH.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
penambahan air abu sabut kelapa terhadap mutu agar-agar kertas serta mengetahui
konsentrasi air abu sabut kelapa optimal dalam pembuatan agar-agar kertas.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agar-agar
Agar-agar adalah produk bentuk koloid dari suatu polisakarida yang
kompleks hasil ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae. Molekul agar-agar
terdiri dari rantai linear galaktan yang merupakan polimer dari galaktosa. Dalam
menyusun senyawa agar-agar, galaktan dapat berupa rantai linear yang netral
ataupun sudah terekstraksi dengan metil atau asam sulfat (Winarno 1996).
Komponen utama agar-agar yaitu agarosa dan agaropektin. Agarosa adalah
suatu polisakarida netral yang terdiri dari rangkaian D-galaktosa dengan ikatan
-1,3 dan L-galaktosa dengan ikatan -1,4. Agarosa merupakan komponen yang
membuat agar menjendal. Komponen ini tidak mengandung sulfat dan persentase
agarosa dalam ekstrak agar berkisar antara 50 sampai 80 %, sedangkan
agaropektin adalah polimer sulfat dan bersifat lebih kompleks. Agaropektin
mengandung residu sulfat 3 - 10 %, asam glukuronat dan asam piruvat.
Agaropektin memilki rantai yang hampir sama dengan rantai agarosa, tetapi
beberapa residu 3,6-anhidro-L-galaktosa digantikan oleh L-galaktosa sulfat dan
sebagian
residu
D-galaktosa
digantikan
oleh
asetal
asam
piruvat
kuning pucat dan berbau khas agar-agar (Indriani dan Sumiarsih 1997).
Komposisi kimia agar-agar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia agar-agar
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Unsur
Air (%)
Abu (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Serat kasar (%)
Komposisi
16 20
3,4 3,6
2,3 5,9
0,3 0,5
67,8 76,1
0,9 2,1
Mutu II
Mutu III
Sumber: Nasran (1993)
Ciri-ciri Organoleptik
Putih bersih, tidak mudah robek, agak
kusam, sedikit sekali terdapat kotoran
dan sisa hasil penyaringan
Putih agak kekuningan, cukup tipis, rupa
agak kotor, keruh dan kusam, terdapat
kotoran dan sisa hasil penyaringan
Kuning kecoklatan, tebal, berkerut, rupa
kotor dan sangat kusam, terdapat banyak
kotoran dan endapan hasil penyaringan.
Satuan
Persyaratan mutu
7
Tidak tampak
% bobot/bobot
15
% bobot/bobot
0,5
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
2,0
20,0
100,0
40,0
0,5
1,0
g/cm2
Sesuai label
150
Kandungan
Tidak lebih dari 3 ppm
Tidak lebih dari 6,5 % (dari basis kering)
Tidak lebih dari 0,5 % (dari basis kering)
Diabaikan
Mutu I
Putih terang/putih
susu dan sedikit
kekuningan
Kekuatan gel 300 350 g/cm2
(1,5 %)
atau lebih
Kadar air
22 % atau kurang
Kadar protein
1,5 % atau kurang
Sumber: Nasran (1993)
Mutu II
Putih/putih susu,
kekuningan,
kemerahan
200 250 g/cm2
atau lebih
22 % atau kurang
1,5 % atau kurang
Mutu III
Coklat kekuningan/
kemerahan
100 150 g/cm2
atau lebih
22 % atau kurang
1,5 % atau kurang
sebaliknya. Fase transisi dari gel ke sol atau dari sol ke gel tidak berada pada suhu
yang sama. Suhu pembentukkan gel yang berada jauh di bawah suhu pelelehan gel
disebut dengan gejala histeresis (Rees 1969).
Pencucian
Perendaman 24 jam
Perebusan/ekstraksi (60 120 menit)
Ampas
Penyaringan
Filtrat
Filtrat
Perebusan (KOH) 3% dari berat rumput laut
Penjendalan 24 jam
Pemotongan
Pembungkusan
Pengepresan
Pengeringan
Agar-agar kertas
(4) Ekstraksi
Ekstraksi agar dilakukan dengan proses perebusan yang menggunakan
air mendidih sebanyak 15 sampai 20 kali dari berat rumput laut
(Nussinovitch 1997). Ekstraksi dilakukan dengan air dengan suhu
90 95 C selama 1 5 jam (Istini et al. 1986).
Jumlah air yang digunakan sebagai pengekstrak dalam proses
pemasakan agar-agar bervariasi, tergantung pada jenis dan jumlah rumput
laut yang digunakan sebagai bahan baku. Rumput laut jenis keras, seperti
Gelidium sp. membutuhkan air pengekstrak yang lebih banyak
dibandingkan rumput laut lunak seperti Gracilaria. Hal ini dikarenakan
untuk memecah dinding sel rumput laut yang keras dibutuhkan luas
permukaan kontak antar dinding sel dengan air pengekstrak yang besar
(Sukamulyo 1989).
Metode ekstraksi agar-agar yang bervariasi akan mempengaruhi
rendemen dan kekuatan gel yang dihasilkan (Durairatnam et al. 1990).
Menurut Durairatnam et al. (1987), metode ekstraksi sangat penting untuk
diperhatikan karena setiap langkah dalam proses ekstraksi mungkin akan
menurunkan kualitas agar.
(5) Penyaringan
Penyaringan bertujuan untuk menjernihkan cairan dengan cara
membuang sejumlah partikel padat atau untuk memisahkan cairan dari
bagian padat bahan pangan dengan menggunakan saringan (Fellows 1992).
Setelah proses ekstraksi selesai, larutan agar-agar langsung disaring dalam
keadaan panas. Ampas hasil penyaringan dapat diekstrak kembali dengan
cara ditambahkan air sebanyak 75 % dari jumlah air semula, kemudian
ampas dipanaskan dan disaring. Cairan yang keluar digunakan sebagai
campuran pada proses selanjutnya (Indriani dan Sumiarsih 1997).
(6) Penjendalan
Penjendalan
pada
ekstrak
agar-agar
dapat
dibantu
dengan
menunjukkan
kekuatan
gel
yang
semakin
meningkat
Gracilaria
sp.
menurut
Dawson
(1966)
dalam
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Gracilariaceae
Genus
: Gracilaria
Spesies
: Gracilaria sp.
Ciri-ciri fisik dari Gracilaria sp. adalah mempunyai thallus yang memipih
atau silindris, membentuk rumpun dengan tipe percabangan yang tidak teratur,
pada ujung pangkal percabangan thallusnya meruncing, permukaannya halus,
licin, cartilaginous atau berbintil-bintil dan garis tengah thallus berkisar
0,5 4,0 mm dengan panjang yang dapat mencapai 30 cm atau lebih.
Warna dari rumput laut ini biasanya
hijau
kuning,
coklat
tua
atau
merah ungu (Ahda et al. 2005). Rumput Laut Gracilaria sp. dapat dilihat pada
Gambar 4.
dongi-dongi (Sulawesi), bulung embulung (Jawa, Bali) dan bulung sangu (Bali)
(Soegiarto et al. 1978).
Komponen utama alga adalah polisakarida yang dapat mencapai 40 - 70 %
berat kering, bergantung pada jenisnya dan keadaan lingkungan tumbuhnya
(Angka dan Suhartono 2000). Dari jenis Gracilaria sp., kandungan agarnya
bervariasi menurut spesies dan lokasi pertumbuhannya yang umumnya berkisar
antara 16 45 %. Kandungan agar-agar Gracilaria di Indonesia umumnya
mencapai 47,34 %. (Yunizal 2002). Komposisi kimia rumput laut Gracilaria sp.
kering ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi kimia rumput laut Gracilaria sp. kering
Parameter
Kalori (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Total Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (g)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Sodium (mg)
Potassium (mg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niacin (mg)
Nusa
Tenggara
Barat,
Nusa
Tenggara
Timur,
dan
Maluku.
terluar
(eksokarpium)
dan
lapisan
dalam
(endokarpium)
(Rindengan et al. 1995 dalam Mahmud dan Ferry 2005). Suhardiman (1985)
menyatakan bahwa sabut kelapa merupakan bagian yang berserabut, mempunyai
ketebalan 3 - 5 cm dan terdiri dari jaringan dengan sel serat yang keras, dengan
diantara sel-selnya terdapat jaringan lunak. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri
atas selulosa, lignin, asam pirolignat, gas, arang, ter, tannin, dan kalium
(Rindengan et al. 1995 dalam Mahmud dan Ferry 2005), sedangkan komposisi
kimia sabut kelapa menurut Grimwood (1975) dapat dilihat pada Tabel 7. Mineral
yang terkandung dalam sabut kelapa adalah kalium (K), natrium (Na), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan fosfor (P) (Anonim 2008).
Tabel 7. Komposisi kimia sabut kelapa
Komponen kimia
Pektin
Hemiselulosa
Komponen larut air
Lignin
Selulosa
Komponen tidak larut air
Mineral
Komposisi (%)
14,06
7,69
5,8
30,02
18,24
19,19
5
Apabila abu dilarutkan dalam air maka sebagian unsur yang terkandung di
dalamnya akan larut dan dapat dipisahkan berdasarkan sifat kelarutannya
dalam air. Unsur yang mempunyai bentuk oksida basa akan berubah menjadi basa,
sedangkan unsur yang mempunyai bentuk oksida asam akan berubah menjadi
asam (Mappiratu 1985).
Kalium dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi abu dengan air di
dalam gelas piala disertai dengan pengadukan. Hasil yang diperoleh berupa
larutan kuning cokat yang mengandung karbonat dan bikarbonat dari kalium dan
mungkin juga natrium. Jumlah kalium yang terekstrak akan optimal dengan
pelarutan 1 g abu dalam 50 ml air pada suhu lingkungan (29 oC) (Agra 1974).
3. METODOLOGI
Pengujian
karakteristik
sensori
dilakukan
di
Laboratorium
pengujian produk adalah larutan H2SO4, larutan NaOH, asbes, larutan K2SO4,
H2BO3, HCl, indikator metil merah, fruktosa, asam benzoat, resorcinol,
asetaldehid, HCl 0,2 N, H2O2 10 % , BaCl2 10 %, alkohol 95 % dan akuades.
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan air abu sabut kelapa pada berbagai konsentrasi, yaitu: 0 %,10 %, 20 %,
30 %, 40 %, dan 50 % terhadap karakteristik sensori dan fisik agar-agar yang
dihasilkan. Hasil terbaik yang diperoleh dari penelitian pendahuluan digunakan
sebagai acuan dalam penelitian utama.
3.3.1 Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi air abu
sabut kelapa yang dapat menjendalkan agar-agar yang diketahui melalui uji
kekuatan gel dan uji sensori dengan metode pembedaan skoring.
Langkah-
Mulai
Pemucatan ( 5% CaO)
Pencucian
Filtrat
Pemanasan
Pencetakan
Penjendalan 24 jam
Agar-agar
Pengepresan
Pengeringan
Agar-agar kertas
Selesai
kalibrasi dari alat ((96/5,025 g cm-1)/ 0,1923 cm2) dengan jarak (cm) yang
dihasilkan sampai permukaan sampel pecah.
3.4.2 Kadar Sulfat (PPPP 1991)
Satu gram contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 50 ml HCl 0,2 N. Erlenmeyer tersebut dipasang pada penangas
tegak dan dipanaskan sampai mendidih, kemudian direfluks selama satu jam.
Setelah itu, larutan ditambahkan dengan 20 ml larutan H2O2 10 % dan refluks
dilanjutkan selama 5 jam sampai larutan benar-benar jernih. Larutan kemudian
dipindahkan ke dalam gelas piala 600 ml, dipanaskan sampai mendidih sambil
terus diaduk. Sepuluh ml BaCl2 10 % ditambahkan ke dalam larutan kemudian
endapan yang terbentuk, disaring dengan menggunakan kertas Whatman 41, lalu
dicuci dengan aquades mendidih sampai bebas klorida. Kertas saring dikeringkan
dalam oven, kemudian diabukan pada suhu 900 C dalam tanur pengabuan sampai
didapatkan abu yang berwarna putih. Abu yang diperoleh didinginkan dalam
desikator dan ditimbang.
Kadar sulfat (%) =
Setelah itu,
ditambah akuades hingga volume 100 ml. Satu ml sampel dipipet dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi.
Sampel, larutan fruktosa standar dan blanko (akuades) sebanyak 1 ml
didinginkan selama 10 menit dalam ice bath, kemudian ditambahkan 10 ml
working reagent dan diaduk. Setelah itu, sampel dipindah ke dalam ice bath dan
didinginkan selama 5 menit, kemudian dipindahkan ke dalam water bath selama
10 menit pada suhu 80 oC hingga terbentuk warna merah jingga. Selanjutnya
sampel kembali didinginkan dalam ice bath selama 1,5 menit. Setelah itu tabung
reaksi diletakkan dalam rak dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar.
Absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 550 nm dengan menggunakan
spektrofotometer dan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan.
3.4.4 Kadar air (SNI 01-2891-1992)
Sampel sebanyak 5 g diletakan di dalam cawan kosong yang sudah
ditimbang, kemudian cawan yang berisi sampel ditutup dan dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu 100 102 C selama 6 jam, dan setelah itu cawan didinginkan
di dalam desikator dan ditimbang, lalu dihitung kadar airnya dengan rumus
sebagai berikut:
Kadar air (%) =
W1 - W2
W1
x 100 %
Keterangan :
W1 = berat sampel awal (g)
W2 = berat sampel setelah dikeringkan (g)
3.4.5 Kadar abu (SNI 01-2891-1992)
Sampel sebanyak 3 5 gram dimasukkan ke dalam cawan yang telah
ditimbang dan dibakar dengan bunsen sampai menjadi arang, kemudian cawan
dimasukkan dalam tanur pengabuan dengan suhu 650 C dan dibakar sampai
berwarna keabuan selanjutnya cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Kadar abu diketahui dengan menghitung menggunakan rumus berikut:
Kadar abu total (%)
x 100 %
x 100 %
x 100 %
dengan 200 ml larutan NaOH mendidih sampai semua residu masuk ke dalam
erlenmeyer. Suspensi tersebut didinginkan dengan pendingin balik dan kadangkadang digoyang-goyangkan selama 30 menit, kemudian disaring dengan kertas
saring dan diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10 %. Residu
dicuci dengan air mendidih dan alkohol 95 % sekitar 15 ml. Kertas saring
dikeringkan dengan isinya pada suhu 110 C, lalu didinginkan di dalam desikator
dan ditimbang sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar serat kasar dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar serat kasar % =
a-b
x 100 %
c
Keterangan:
a = berat kertas saring + residu (g)
b = berat kertas saring (g)
c = berat sampel (g)
3.4.10 Uji sensori agar-agar kertas (SNI 01-4105-1996)
Uji karakteristik sensori dilakukan terhadap produk agar-agar kertas yang
meliputi penampakan, bau dan tekstur. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
panelis agak terlatih sebanyak 30 orang dengan menggunakan skoring
berskala 9 (Lampiran 1).
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan agar-agar kertas perlakuan ke-i ulangan ke-j
i
Keterangan:
p; dbs; )
kts
r
= perlakuan
= ulangan
Statistik non-parametrik yang dilakukan pada hasil uji organoleptik adalah uji
Kruskal-Wallis (Steel dan Torrie 1991) dengan rumus sebagai berikut:
H=
12
n (n + 1)
Ri
ni
- 3 (n + 1)
Keterangan:
Ri = jumlah ranking pada perlakuan ke-i
ni = banyaknya pengamatan ke-i
n = Jumlah total pengamatan
Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan Multiple
Keterangan :
k = banyaknya perlakuan
n = jumlah data
= taraf nyata
2p x
k (k - 1)
k (n + 1)
p=
2
6
cukup tipis, rupa agak kotor, keruh dan kusam, terdapat kotoran dan sisa hasil
penyaringan. Berdasarkan standar mutu agar-agar kertas ekspor Jepang (Tabel 5),
seluruh hasil penelitian ini juga termasuk dalam mutu II, dengan spesifikasi warna
putih/putih susu, kekuningan, kemerahan.
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript yang sama (a) menunjukkan
tidak berbeda nyata (p>0,05)
rata-rata
karakteristik
sensori
penampakan
dihasilkan. Diduga hal tersebut disebabkan oleh penggunaan konsentrasi air abu
sabut kelapa
kandungan dalam air abu pun tidak terlalu berbeda satu sama lain.
4.1.1.2 Bau
Bau merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan
kondisi suatu bahan makanan. Bau dapat memberikan gambaran mengenai rasa
dari suatu bahan makanan. Bau-bauan baru dapat dikenali bila berbentuk uap dan
molekul-molekul komponen bau tersebut harus sempat menyentuh silia sel
olfaktori dan diteruskan ke otak (Winarno 1992).
Hasil uji sensori dengan parameter bau mempunyai nilai yang berkisar
antara 5,83 6,50 (kurang harum, spesifik agar-agar kertas hilang) - (kurang
harum, spesifik agar-agar kertas berkurang). Nilai tertinggi diperoleh oleh agaragar kertas dengan penambahan konsentrasi air abu sabut kelapa
10 % yaitu
6,50 dan nilai terendah terdapat pada agar-agar kertas dengan penambahan air abu
sabut kelapa 0 % yaitu 5,83. Histogram nilai rata-rata karakteristik sensori bau
agar-agar kertas dapat dilihat pada Gambar 7.
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript yang sama (a)
menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
(kering, liat, tidak mudah sobek). Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa nilai
karakteristik tekstur terendah terdapat pada perlakuan tanpa penambahan air abu
sabut kelapa (0 %) dan semakin menurun dengan semakin meningkatnya
penambahan air abu sabut kelapa. Histogram nilai rata-rata karakteristik sensori
tekstur agar-agar kertas dapat dilihat pada Gambar 8.
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b) menunjukkan
berbeda nyata (p<0,05)
hasil
yang
berbeda
nyata.
Dengan
uji
lanjut
Duncan
(Lampiran 4) diketahui bahwa perlakuan tanpa penambahan air abu sabut kelapa
(0 %) berbeda nyata dengan perlakuan 10 % dan 20 %, tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 30 %, 40 %, dan 50 %. Perlakuan 10 % dan 20 % tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 30 %, 40 %, dan 50 %. Ini menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan air abu sabut kelapa mempengaruhi tekstur dari agar-agar
kertas yang dihasilkan.
Tekstur agar-agar kertas dipengaruhi oleh kemampuan agar-agar untuk
menjendal saat didiamkan setelah ekstraksi. Unsur kalium yang terdapat pada air
abu sabut kelapa dapat meningkatkan pembentukan gel dengan baik, sehingga
menghasilkan tekstur yang lebih kenyal dibandingkan dengan tanpa penambahan
air abu sabut kelapa (0 %). Tekstur yang kenyal akan membuat agar-agar setelah
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b, c, d)
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
Perlakuan tersebut
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b) menunjukkan
berbeda nyata (p<0,05)
rata-rata
karakteristik
sensori
penampakan
konsentrasi perlakuan. Agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa
10 % mempunyai nilai karakeristik sensori yang sama dengan agar-agar kertas
dengan penambahan KOH 1 %. Ini menunjukkan bahwa penambahan air abu
sabut kelapa 10 % merupakan konsentrasi yang tepat untuk ditambahkan dalam
proses penjendalan agar-agar karena mineral lain yang terkandung belum
menurunkan transparansi dari agar-agar kertas. Pada KOH 1% tidak adanya
kandungan mineral lain membuat penampakan agar-agar kertas menjadi lebih
transparan.
Pada penelitian agar-agar kertas dengan penambahan air abu merang
(Susanti 2003) didapatkan nilai sensori warna yang semakin meningkat dengan
semakin meningkatnya penambahan air abu, sedangkan pada penelitian ini hal
tersebut tidak terjadi. Nilai sensori warna terbaik pada penelitian agar-agar kertas
dengan penambahan air abu merang terdapat pada konsentrasi penambahan 20 %
dengan spesifikasi warna yang putih bersih. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
sekam padi mentah cenderung mempunyai sedikit kandungan mineral
(Anonimb 2008), sehingga abu hasil pembakarannya pun mempunyai kandungan
mineral yang juga sedikit dan hal tersebut membuat kandungan mineral lain selain
kalium tidak cukup mengganggu penampakan dan warna agar-agar kertas yang
dihasilkan. Pada sabut kelapa terkandung beberapa jenis mineral diantaranya
adalah kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan fosfor (P)
(Anonimb 2008). Unsur-unsur mineral tersebut diduga mempengaruhi warna putih
agak krem pada agar-agar kertas yang dihasilkan.
4.2.1.2 Bau
Bau atau aroma merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan
tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk, sebab sebelum dimakan
biasanya konsumen terlebih dahulu mencium aroma dari produk tersebut untuk
menilai layak tidaknya produk tersebut dimakan. Citarasa bahan pangan
sesungguhnya terdiri atas 3 komponen yaitu bau, rasa, dan rangsangan mulut.
Aroma yang enak dapat menarik perhatian konsumen dan kemungkinan besar
memiliki rasa yang enak pula sehingga konsumen lebih cenderung menyukai
makanan dari aromanya (Winarno 1992).
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript yang sama (a)
menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
Gambar 11. Histogram nilai rata-rata karakteristik bau bau agar-agar kertas
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
dengan
metode
Kruskal
Wallis
(Lampiran 9) diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antara semua perlakuan
konsentrasi air abu sabut kelapa. Dalam hal ini berarti adanya peningkatan air abu
sabut kelapa tidak berpengaruh terhadap nilai karakteristik sensori terhadap bau
yang dihasilkan. Nilai karakteristik sensori bau yang dihasilkan pada agar-agar
kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa tidak berbeda jauh dengan agaragar kertas dengan penambahan KOH 1 %. Hal ini disebabkan oleh air abu sabut
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b, c)
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 12. Histogram nilai rata-rata karakteristik sensori tekstur agar-agar kertas
Hasil uji Kruskal Wallis (Lampiran 9) menunjukkan karakteristik sensori
tekstur yang berbeda nyata. Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 11) diketahui
bahwa agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 10% berbeda
nyata dengan semua konsentrasi perlakuan, tetapi tidak mempunyai perbedaan
yang nyata dengan perlakuan konsentrasi air abu sabut kelapa 5 %. Perlakuan
tanpa air abu sabut kelapa tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi air
abu sabut kelapa 15 % dan 20 %. Perlakuan konsentrasi air abu sabut kelapa 15 %
dan 20 % tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi air abu sabut kelapa
5 %. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa panelis lebih
menyukai tekstur agar-agar kertas dengan konsentrasi air abu sabut kelapa yang
rendah. Nilai karakteristik sensori tekstur terbaik yaitu pada agar-agar kertas
dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % sama dengan nilai karakteristik
sensori tekstur terbaik yaitu pada agar-agar kertas dengan penambahan KOH 1 %.
Rentang konsentrasi yang semakin kecil yaitu 5 % bila dibandingkan
dengan rentang konsentrasi pada penelitian pendahuluan yaitu 10 % semakin
menunjukkan bahwa penambahan air abu sabut kelapa yang sedikit berlebih sudah
dapat mempengaruhi tekstur agar-agar kertas. Adanya sedikit mineral yang
berlebih akan membuat pembentukan gel tergganggu.
4.2.2 Kekuatan gel
Kekuatan gel merupakan suatu beban maksimum yang dibutuhkan untuk
memecahkan matriks polimer pada daerah gel agar-agar yang terbebani
(White dan Englar 1980 dalam Amnidar 1989). Nilai rata-rata kekuatan gel
berkisar antara 133,312 - 233,22 g/cm2. Nilai rata-rata kekuatan gel pada agaragar kertas dengan penambahan KOH 1% adalah 201,67 g/cm2. Kekuatan gel
terendah terdapat pada agar-agar dengan tanpa penambahan air abu sabut kelapa
(0 %), dan kekuatan gel yang tertinggi terdapat pada konsentrasi
agar-agar
dengan konsentras air abu sabut kelapa 10 %. Peningkatan yang paling baik
terdapat pada agar-agar dengan konsentrasi air abu sabut kelapa 10 %, setelah itu
nilai kekuatan gel menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi air abu
sabut kelapa.
Nilai kekuatan gel pada penelitian ini sebagian telah memenuhi standar
kekuatan gel SNI yaitu 150 g/cm2. Berdasarkan standar mutu agar-agar kertas
ekspor Jepang (Tabel 5), kekuatan gel agar-agar dengan konsentrasi 1,5% adalah
mutu I 300 - 350 g/cm2, mutu II 200 - 250 g/cm2, dan mutu III 100 - 150 g/cm2.
Nilai kekuatan gel yang dihasilkan pada penelitian ini sebagian masuk pada mutu
II, dan sebagian lagi masuk pada mutu III. Grafik nilai rata-rata kekuatan gel
agar-agar kertas dapat dilihat pada Gambar 13.
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b, c)
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
penambahan air abu merang 30 % yaitu 1600 g/cm2. Kekuatan gel terbaik dari
penelitian tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan gel agaragar kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % (terbaik). Hal tersebut
diduga disebabkan oleh sekam padi yang cenderung mempunyai sedikit
kandungan mineral (Anonimb 2008), sehingga abu hasil pembakarannya
mempunyai kandungan mineral yang sedikit. Hal tersebut membuat kandungan
mineral lain selain kalium tidak cukup untuk membentuk gumpalan-gumpalan
yang terlihat seperti pengotor dan membuat hasil pengukuran kekuatan gel
menjadi tinggi.
Pada penelitian Kuraesin (2004), fungsi KOH digantikan oleh air abu
gosok dan penambahan kitosan 0,6 %. Hasil kekuatan gel terbaik diperoleh dari
penambahan air abu gosok 30 % dan kitosan 0,6 % dengan nilai 360 g/cm2.
Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan gel agar-agar kertas
dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % (terbaik). Hal tersebut diduga
karena adanya pengaruh dari kitosan yang dapat mengikat pengotor-pengotor
sehingga tidak menghambat pembentukan gel.
Penambahan konsentrasi air abu sabut kelapa dapat meningkatkan
kekuatan gel, karena air abu sabut kelapa mengandung unsur kalium. Apabila
unsur kalium yang ditambahkan dalam agar-agar semakin banyak, maka akan
menghasilkan kekuatan gel yang tinggi, akan tetapi penambahan air abu sabut
kelapa yang terlalu berlebihan akan menyebabkan kekuatan gel menjadi turun.
Hal ini diduga karena pada batas tertentu unsur kalium mencapai tingkat jenuh
sehingga tidak dapat bekerja dengan sempurna.
Dalam abu sabut kelapa, selain terkandung kalium juga terdapat unsur
kalsium dan mineral lainnya. Fungsi unsur kalium adalah untuk meningkatkan
fluiditas (aliran) membran yang dapat menyebabkan tekstur gel menjadi lentur,
sedangkan unsur kalsium dapat berfungsi untuk meningkatkan kekokohan
membran (Susanti 2003), sehingga pada konsentrasi tertentu kerja unsur kalium
menurun dan membuat gel menurun kelenturannya, yang kemudian digantikan
oleh unsur kalsium yang mengakibatkan gel menjadi kokoh. Ini terbukti pada
konsentrasi air abu sabut kelapa 15 % yang mengalami penurunan.
Kekuatan gel agar-agar juga diduga dipengaruhi oleh jenis dan umur
panen dari rumput laut. Menurut Suryaningrum (1988), peningkatan umur panen
memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar sulfat. Hal ini menunjukkan
bahwa jika rumput laut dipanen pada usia yang masih muda maka kandungan
sulfat dari rumput laut tersebut lebih tinggi dan hal ini berpengaruh terhadap
kekuatan gel yang rendah.
4.2.3 Rendemen
Nilai rendemen dapat digunakan untuk melihat produk dari segi ekonomi.
Semakin tinggi nilai rendemen maka semakin tinggi nilai ekonomisnya,
sebaliknya semakin rendah nilai rendemen maka semakin rendah pula nilai
ekonomisnya.
Pada Gambar 14 diketahui bahwa nilai rendemen tertinggi terdapat pada
agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 50 % yaitu 6,59 %,
sedangkan nilai rendemen terendah terdapat pada agar-agar kertas dengan
penambahan air abu sabut kelapa 30 % yaitu 5,90 %. Nilai rendemen yang
dihasilkan pada setiap perlakuan juga tidak berbeda dengan agar-agar kertas yang
ditambahkan KOH 1 %. Pengujian ANOVA (Lampiran 16) menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan air abu
sabut kelapa dalam pembuatan agar-agar tidak mempengaruhi rendemen.
Histogram nilai rata-rata rendemen agar-agar kertas dapat dilihat pada Gambar 14.
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript yang sama (a)
menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
penyebab nilai rata-rata kadar sulfat yang tidak berbeda nyata antar setiap
perlakuan. Menurut Zatnika dan Istini (2008), suhu pemasakan yang semakin
tinggi akan dapat menurunkan kandungan sulfat agar-agar.
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript yang sama (a)
menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
(Suryaningrum 1988).
Pengaruh perbedaan asal dan jenis rumput laut terhadap kandungan sulfat diduga
disebabkan oleh perbedaan perbandingan jumlah agarosa dan agaropektin yang
terdapat dalam molekul agar-agar. Kandungan agarosa dan agaropektin pada agaragar bervariasi tergantung dari jenis dan asal rumput laut yang digunakan sebagai
bahan baku. Peningkatan umur panen dapat memberikan respon terhadap
penurunan kadar sulfat. Metode ekstraksi juga berpengaruh terhadap kandungan
sulfat. Sulfat atau gugus sulfat pada rumput laut penghasil agar-agar terakumulasi
pada dinding sel alga. Sulfat terikat bersama-sama dengan agar-agar (agarosa dan
agaropektin) dan gugus sulfat disekresikan oleh badan golgi dari sel rumput laut
penghasil agar (Angka dan Suhartono 2000).
4.2.5 Konsentrasi 3,6-Anhidro-L-Galaktosa
Konsentrasi 3,6-anhidro-L-galaktosa biasanya berbanding lurus dengan
kekuatan gel dari kandungan agarosa agar-agar dan berbanding terbalik dengan
Gambar
16
diketahui
bahwa
nilai
rata-rata
kadar
Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf superscript yang sama (a) menunjukkan
tidak berbeda nyata (p>0,05)
seberapa besar pengaruh penambahan air abu sabut kelapa dibandingkan dengan
KOH 1%. Analisis proksimat hanya dilakukan pada perlakuan terbaik saja karena
pengaruh utama yang ingin dilihat dari penambahan air abu sabut kelapa adalah
kekuatan gel.
Tabel 8. Komposisi proksimat agar-agar kertas
Perlakuan
KOH
1%
22,25
22,11
<15 a
<22 c
13,07
10,09
6,50 b
2,87
2,61
<1,5 c
0,08
0,04
0,30-0,50 d
61,74
65,16
67,80-76,10 d
3,99
2,99
0,90-2,10 d
Parameter
Standar
Keterangan:
a)
SNI 01-4105-1996
Food Chemicals Codex III dalam Angka dan Suhartono (2000)
c)
Standar mutu agar-agar kertas ekspor Jepang dalam Nasaran (1993)
d)
Hasil penelitian Astawan (2007)
b)
makanan. Kadar air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan
daya awet bahan makanan, karena kadar air yang tinggi mengkibatkan
mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan
terjadi berbagai perubahan pada agar-agar (Winarno 1992).
Gambar 17 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar air
agar-agar
kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % lebih tinggi dari agaragar dengan KOH 1%. Nilai rata-rata kadar air pada agar-agar kertas dengan
penambahan air abu sabut kelapa 10 % yaitu 22,25 % sedangkan agar-agar
kertas dengan penambahan KOH 1 % adalah 22,11 %. Nilai rata-rata kadar air
yang tidak terlalu berbeda menunjukkan bahwa penambahan air abu sabut
kelapa tidak memberikan pengaruh terhadap kadar air. Histogram nilai rata-rata
kadar air agar-agar kertas dapat dilihat pada Gambar 17.
standar mutu agar-agar kertas ekspor Jepang, kadar air dari agar-agar yang
dihasilkan memenuhi standar yang ada, yaitu 22 %.
Kandungan air yang tinggi dalam suatu bahan dapat menyebabkan
konsentrasi zat dalam bahan menurun, sehingga dapat berpengaruh terhadap
kekuatan gel. Suatu bahan dengan kadar air yang tinggi akan mempunyai
kekuatan gel yang rendah.
(2) Kadar abu
Abu adalah senyawa anorganik dari pembakaran senyawa organik.
Kandungan abu total berguna sebagai parameter nilai nutrisi dari makanan.
Jumlah kadar abu dalam suatu produk dapat dijadikan indikasi besarnya jumlah
mineral dalam produk tersebut (Larry et al. 1990).
Pada Gambar 18 terlihat bahwa nilai rata-rata kadar abu pada agar-agar
kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % mempunyai nilai yang
lebih tinggi yaitu 13,07 % dibandingkan dengan nilai rata-rata kadar abu
kontrol (KOH 1 %) yaitu 10,09 %.
magnesium dan fosfor (Anonim 2008). Kandungan mineral yang lebih banyak
pada air abu sabut kelapa dibandingkan dengan pada KOH 1 % merupakan
penyebab kadar abu yang lebih tinggi pada agar-agar kertas dengan
penambahan air abu sabut kelapa 10 %.
Proses pemucatan dengan menggunakan CaO (kapur tohor) juga akan
menyumbangkan mineral berupa kalsium dalam agar-agar kertas. Selain itu
cara pencucian rumput laut yang kurang bersih baik sebelum memasuki proses
perendaman maupun setelah proses pemucatan diduga sebagai penyebab
tingginya kandungan mineral pada agar-agar kertas mengingat habitat rumput
laut yang menempel pada batu karang. Menurut Sukamulyo (1989), cara
pencucian rumput laut berpengaruh terhadap
Nilai rata-rata kadar lemak agar-agar kertas dengan penambahan air abu
sabut kelapa 10 % adalah 0,08 % dan nilai rata-rata kadar lemak agar-agar
kertas dengan penambahan KOH 1 % adalah 0,04 %. Ini menunjukkan bahwa
nilai rata-rata kadar lemak agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut
kelapa 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan agar-agar kertas dengan
penambahan KOH 1 %. Hal tersebut diduga disebabkan oleh terjadinya proses
fermentasi pada agar-agar yang diketahui menjadi media pertumbuhan
mikroba. Kandungan mineral yang lebih tinggi pada air abu sabut kelapa dapat
merangsang pertumbuhan mikroba. Adanya pertumbuhan mikroba tersebut
akan menghasilkan lemak dan protein akibat proses metabolisme yang terjadi.
Kadar lemak yang dihasilkan pada penelitian Astawan (2007) adalah
0,3 0,5 %. Kadar lemak pada agar-agar kertas yang dihasilkan jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan kadar lemak pada agar-agar hasil penelitian
Astawan (2007). Hal tersebut dapat disebabkan oleh kadar lemak yang rendah
dari rumput laut yang digunakan. Komposisi kimia pada rumput laut bervariasi
menurut spesies dan tempat hidup rumput laut (Yunizal 2002).
(5) Kadar karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu kelompok utama senyawa kimia
dalam bahan makanan selain protein dan lemak. Jenis karbohidrat di alam
sangat beragam baik yang digunakan sebagai bahan makanan maupun jenis
karbohidrat yang tidak untuk dimakan. Karbohidrat dalam bahan makanan
ditemukan sebagai amilum atau pati, dimana pati yang jika diekstrak dengan
air panas akan membentuk larutan koloid keruh atau dispersi (Poedjiadi 1994).
Gambar 21 menunjukkan nilai rata-rata kadar karbohidrat agar-agar
kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % adalah 61,74 %,
sedangkan nilai rata-rata kadar karbohidrat agar-agar kertas dengan
penambahan KOH 1 % adalah 65,16 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kadar karbohidrat agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa
10 % lebih rendah dibandingkan dengan kadar karbohidrat agar-agar kertas
dengan penambahan KOH 1 %. Hal tersebut disebabkan oleh lebih tingginya
kadar air, abu, protein dan lemak pada agar-agar kertas dengan penambahan
air abu sabut kelapa 10 %. Kadar karbohidrat dalam penelitian ini dilakukan
selulosa ikut tersaring bersama filtrat agar-agar, dan membuat kadar serat kasar
menjadi lebih tinggi.
Makanan dengan kandungan serat yang relatif tinggi, umumnya akan
mengandung kalori yang relatif rendah, kadar gula dan lemak rendah yang
dapat mengurangi terjadinya obesitas dan penyakit jantung. Singkatnya waktu
transit makanan dengan kandunganserat kasar yang relatif tinggi juga
dilaporkan mencegah penyakit divertikulosis karena berkurangnnya tekanan
pada dinding saluran pencernaan (Prosky dan De Vries 1992).
5.1 Kesimpulan
Agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % adalah
hasil terbaik dengan nilai karakteristik sensori pada penampakan, bau dan tekstur
rata-rata adalah 7, nilai rata-rata kekuatan gel 233,22 g/cm2, kadar sulfat 4,13 %
dan konsentrasi 3,6-anhidro-L-galaktosa 21,61 %. Agar-agar kertas kontrol
(penambahan KOH 1 %) mempunyai nilai karakteristik sensori pada penampakan,
bau dan tekstur rata-rata adalah 7, nilai rata-rata kekuatan gel 201,67 g/cm2,
kadar sulfat 4,00 % dan konsentrasi 3,6-anhidro-L-galaktosa 19,28 %.
Nilai proksimat pada agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut
kelapa 10 % adalah sebagai berikut : kadar air 22,25 %, kadar abu 13,07 %,
kadar protein 2,87 %, kadar lemak 0,08 %, karbohidrat 57,75 %, dan
serat kasar 3,99 %. Agar-agar kertas kontrol (penambahan KOH 1%) mempunyai
nilai proksimat sebagai berikut : kadar air 22,11 %, kadar abu 10,09 %,
kadar
protein
serat kasar 2,99 %. Kecuali pada kadar karbohidrat, nilai kandungan gizi
agar-agar kertas dengan penambahan air abu sabut kelapa 10 % lebih tinggi
dibandingkan dengan penambahan dengan KOH 1 %.
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah
(1) Perlu dilakukan pengeringan agar-agar kertas dengan menggunakan solar
DAFTAR PUSTAKA
Agra IB. 1974. Pemanfaatan senyawaan kalium dari abu [laporan penelitian].
Yogyakarta: Bagian Teknik dan Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada.
Ahda A, Surono A, Imam A, Batubara I, Ismanadji I, Suitha IM, Yunaidar R,
Setiawan, Kurnia N, Danakusumah E, Sulistijo, Zatnika A, Basmal J,
Effendi I, Runtuboy, N. 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Amnidar. 1989. Mempelajari pengaruh konsentrasi NaOH dan waktu perlakuan
alkali terhadap mutu agar-agar Gracilaria verrucosa [skripsi]. Bogor:
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2003. Structural components of the cell walls of algae - molecular
classes and conformations of the molecules. Dalam www.biologie.unihamburg.de (10 Desember 2008).
Anonim. 2007. Ekspor Rumput Laut Ditargetkan Naik 12,6 Juta Ton. Dalam
Antaranews (7 November 2008).
Anonima. 2008. Sabut kelapa. Dalam www.milimeterindonesia.com (19 Agustus
2008).
Anonimb. 2008. Ragam media tanam. Dalam www.kebonkembang.com
(10 Desember 2008).
Armeidy. 1992. Pengaruh konsentrasi asam dan lama perendaman optimal
terhadap rendemen dan mutu agar-agar Gracilaria verucosa [skripsi].
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Armisn R, Galatas F. 2000. Agar. Dalam Handbook of Hydrocolloid. Philip GO,
William PA, editor. England: Woodhead Publishing Ltd.
Astawan M. 2007. Agar-agar pencegah hipertensi dan diabetes. Dalam
www.rumputlaut.org (10 Desember 2008).
Bourne MC. 1982. Food Texture and Viscosity. Department of Food and
Technology. New York: Academic Press Inc.
Brooker DB, Baker-Arkemadan FW, Hall CW. 1974. Drying Cereal Grains.
Connecticut: Westport, the AVI Publishing Co Inc.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891. Cara Uji Makanan dan
Minuman. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1996. SNI 01-4105. Agar-agar Kertas.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Ditjen Perikanan Budidaya. 2007. Buku Saku Statistik Perikanan Budidaya Tahun
2005. DKP. 2006.
Durairatnam M. 1987. Studies of the yield of agar, gel strength and quality of
agar of Gracilaria edulis (Gmel.) Silva from Brazil. Proc. Int. Seaweed
Symp. 12: 509-512.
Durairatnam M, de Brito Medeiros TM, de Sena AM. 1990. Studies on the yield
and gel strength of agar from Gracilaria domingensis Sonder ex Kuetzing
(Gracilariales, Rhodophyta) following the addition of calcium. Proc. Int.
Seaweed Symp. 13: 551-553.
Fardiaz D. 1988. Hidrokoloid. Bogor: Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan,
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Fellows PJ. 1992. Food Processing Technology Principles and Practices.
England: Ellis Hourwood Ltd.
Freile-Pelegrin Y, Murano E. 2004. Agars from three species of Gracilaria
(Rhodophyta) from Yucatan Peninsula. Bioresource Technology J. 96:
295-302.
Glicksman M. 1983. Food Hydrocolloid Volume II. Florida: Boca Raton, CRC
Press Inc.
Grimwood M. 1975. Coconut Palm Product Tropical. London: Product Institute.
Indriani H, Sumiarsih E. 1997. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput
Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Istini S, Zatnika A, Anggadiredja JT. 1986. Manfaat pengolahan rumput laut.
Jakarta: Majalah BPPT Nomor XIV.
Kamal M. 1994. Nutrisi Ternak I. Yogyakarta: Laboratorium Makanan Ternak,
Gadjah Mada University Press.
Kuraesin E. 2004. Penambahan bahan alternatif dalam pembuatan agar-agar
kertas [skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Larry BA, Davidson PM, Salminen S. 1990. Food Additives. New York and
Bassel: March Dekker R, Inc.
Whistler RL. 1973. Industrial Gums. Second Edition. New York: Academic
Press.
Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:
Gramedia.
Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
----------------. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Yunizal. 2002. Teknologi Ekstraksi Agar-agar dari Rumput Laut Merah
(Rhodophyceae). Jakarta: Pusat Riset Kelautan dan Perikanan,
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Zatnika A, Istini S. 2008. Optimasi Perlakuan Alkali dalam Upaya Peningkatan
Kualitas Agar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
LAMPIRAN
Nilai
Kode contoh
A1 A2 A3 A4 A5 A6
9
8
7
6
5
3
1
9
8
7
6
5
3
1
9
8
7
6
5
3
1
A1
A2
7
6
6
9
8
6
7
7
6
7
9
7
7
7
6
6
9
6
6
8
7
7
5
6
6
7
7
7
7
7
A3
7
9
9
6
5
5
7
7
7
6
8
6
9
7
7
9
7
6
9
7
8
7
5
5
6
8
8
6
7
9
A4
6
6
6
5
7
6
8
7
7
6
7
7
6
6
5
7
8
5
3
7
6
6
5
5
6
6
5
7
6
8
Keterangan:
A1 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 30 %
A2 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 10 %
A3 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 0 %
A4 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 50 %
A5 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 20 %
A6 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 40 %
Lampiran 2b. Karakteristik sensori bau
A5
6
9
6
7
6
5
7
7
8
6
6
6
5
9
7
9
9
5
6
7
5
7
6
5
7
8
5
6
5
6
A6
6
9
7
7
7
6
6
7
6
6
9
6
9
8
7
9
9
6
5
6
8
7
5
6
7
7
7
6
8
7
6
8
8
6
6
6
6
7
8
6
6
6
8
6
8
6
8
6
7
8
8
9
5
5
7
6
7
6
7
7
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
A1
A2
7
6
5
6
8
5
7
7
7
7
5
7
7
8
5
8
8
5
6
6
8
5
7
6
6
6
5
7
6
7
A3
7
8
6
6
8
5
8
7
7
7
6
6
9
7
6
5
8
5
7
6
8
5
6
7
5
6
5
6
6
7
A4
8
7
3
8
7
3
7
7
7
7
3
5
3
7
3
7
8
5
3
6
8
6
6
6
5
6
5
7
6
6
Keterangan:
A1 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 30 %
A2 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 10 %
A3 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 0 %
A4 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 50 %
A5 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 20 %
A6 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 40 %
A5
8
6
3
5
8
3
7
7
8
7
3
6
3
7
5
6
8
5
6
6
8
5
7
5
5
6
5
7
6
7
A6
8
8
6
5
7
5
6
6
8
6
6
6
8
6
8
6
8
5
7
7
8
5
6
7
5
6
5
6
7
8
7
5
6
6
6
5
7
6
8
7
6
3
7
5
7
5
8
5
8
6
8
5
6
7
5
6
5
7
6
8
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
A1
A2
9
9
6
9
8
7
7
8
9
8
8
7
8
9
8
9
9
6
6
8
8
9
9
7
5
8
6
9
8
5
A3
8
7
8
8
8
8
9
8
5
8
9
8
9
8
8
9
9
9
9
8
8
9
9
8
6
8
8
8
9
7
A4
7
6
8
8
8
6
6
6
5
9
9
6
8
7
8
7
9
9
5
6
6
9
8
6
5
7
6
6
9
7
Keterangan:
A1 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 30 %
A2 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 10 %
A3 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 0 %
A4 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 50 %
A5 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 20 %
A6 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 40 %
A5
8
8
8
7
8
7
8
6
6
7
8
6
7
8
7
8
9
9
9
8
9
9
9
6
6
8
6
6
8
6
A6
8
9
8
9
9
9
8
8
5
8
8
5
8
9
7
9
9
8
9
8
7
6
9
7
6
8
6
9
9
7
7
7
9
7
6
6
7
8
8
8
8
9
8
6
9
8
9
9
9
8
6
6
8
9
3
8
8
7
9
9
1
2
0%
130,14
136,11
10 %
226,51
239,92
Konsentrasi
20 %
30 %
226,51 193,24
220,55 176,83
Rata-rata
133,12
233,22
223,53
Ulangan
185,04
40 %
176,34
174,85
50 %
107,29
107,30
175,60
107,30
Lampiran 6. Hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan kekuatan gel agar-agar
kertas penelitian pendahuluan
ANOVA
Kekuatan gel
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Kuadrat
24345,116
261,249
24606,365
derajat
bebas
5
6
11
Kuadrat
Tengah
4869,023
43,542
Fhit
Signifikan
111,825
0,000
Kekuatan gel
Duncan
Konsentrasi air
abu sabut
kelapa
1
50 %
2 107,2950
0%
2
133,1250
40 %
2
175,5950
30 %
2
185,0350
20 %
2
10 %
2
Sig.
1,000
1,000
0,202
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
223,5300
233,2150
0,193
1.5
Expected Normal
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
0
10,000
20,000
30,000
Observed Value
40,000
50,000
60,000
B1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
B2
7
6
5
7
8
8
8
5
6
8
5
6
5
5
5
6
5
6
6
7
6
6
6
8
6
6
6
8
7
8
B3
7
6
6
6
6
6
8
6
6
7
8
8
7
6
6
6
6
7
7
5
6
5
7
5
7
6
6
6
8
7
B4
6
7
5
5
6
5
6
7
5
7
5
6
5
7
5
5
6
7
5
5
6
5
7
8
5
6
7
5
7
8
Keterangan:
B1 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 5 %
B2 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 15 %
B3 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 0 %
B4 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 10 %
B5 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 20 %
B6 = Konsentrasi KOH 1 %
B5
6
7
8
6
6
5
6
7
8
7
7
6
6
7
8
8
6
7
8
9
6
8
6
8
7
6
7
8
7
8
B6
7
6
7
8
9
8
6
5
5
6
5
8
7
8
6
6
7
6
5
5
5
7
8
7
5
5
8
5
6
6
5
8
8
5
8
7
5
7
8
5
7
5
8
9
7
8
8
8
9
8
8
5
7
6
6
5
8
7
8
7
B1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
B2
8
5
6
6
7
6
6
5
8
8
6
7
8
6
8
5
6
7
9
7
6
8
8
7
5
8
9
6
8
7
B3
8
6
7
6
7
6
8
7
6
6
6
7
8
7
8
8
7
7
7
8
6
7
7
6
7
6
6
7
8
7
B4
6
7
5
5
6
5
6
7
5
7
5
6
5
7
5
5
6
7
5
5
6
5
7
8
5
6
7
5
7
8
Keterangan:
B1 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 5 %
B2 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 15 %
B3 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 0 %
B4 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 10 %
B5 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 20 %
B6 = Konsentrasi KOH 1 %
B5
6
7
5
8
3
7
8
9
7
6
6
8
7
9
6
7
9
8
7
6
7
8
7
6
6
8
7
8
7
7
B6
5
6
7
8
7
7
6
8
8
6
7
8
6
7
8
7
7
6
6
5
5
7
8
9
8
7
7
7
6
7
8
8
3
8
7
5
6
6
6
6
5
5
7
6
5
9
8
7
8
8
8
8
7
6
7
8
8
7
8
6
B1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
B2
7
8
7
7
6
8
8
7
7
8
6
6
6
6
8
8
6
6
7
8
8
8
7
7
8
7
6
6
7
7
B3
6
7
5
8
8
7
6
5
5
7
8
6
6
7
9
8
7
7
8
7
8
7
6
6
5
7
8
6
7
6
B4
7
8
8
7
7
7
7
6
7
6
6
8
7
6
6
5
6
8
6
7
6
5
6
7
5
6
5
6
5
7
Keterangan:
B1 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 5 %
B2 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 15 %
B3 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 0 %
B4 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 10 %
B5 = Konsentrasi air abu sabut kelapa 20 %
B6 = Konsentrasi KOH 1 %
B5
7
8
8
7
9
7
7
9
7
6
6
8
8
8
9
6
6
8
7
7
6
8
9
8
7
6
7
8
7
7
B6
6
6
5
5
7
6
7
7
7
7
7
8
6
8
6
5
7
8
6
6
7
8
6
6
7
6
8
8
7
6
6
6
6
5
8
7
5
8
5
8
8
9
7
8
8
8
6
8
9
8
6
6
9
7
6
8
8
7
8
6
1
30
30
30
30
30
2
5,97
6,37
6,40
6,43
6,97
0,114
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000.
Lampiran 11. Hasil uji lanjut Duncan untuk parameter karakteristik sensori
tekstur agar-agar kertas
Tekstur
Duncan
Konsentrasi air
Subset for alpha = 0.05
abu sabut
kelapa
N
1
2
3
0%
30
6,43
20 %
30
6,63
6,63
15 %
30
6,77
6,77
5%
30
7,03
7,03
10 %
30
7,37
Sig.
0,201
0,124
0,174
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000
KOH
1%
206,15
197,20
133,12 136,52 233,22 222,75 223,53 201,67
Lampiran 13. Hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan kekuatan gel agar-agar
kertas penelitian utama
ANOVA
Kekuatan gel
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Derajat
kuadrat
bebas
20317,517
4
403,818
5
20721,335
9
Kuadrat
tengah
5079,379
80,764
Fhit
Signifikan
62,892
0,000
Kekuatan gel
Duncan
Subset for alpha = .05
Konsentrasi air
abu sabut kelapa
N
1
2
0%
2 133,1250
5%
2 136,5200
15 %
2
222,7450
20 %
2
223,5300
10 %
2
233,2150
Sig.
0,721
0,308
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Lampiran 14. Hasil uji normalitas kekuatan gel agar-agar kertas penelitian utama
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)
Derajat
Statistic
bebas Signifikan
Kekuatan
0,294
10
gel
a Lilliefors Significance Correction
0,015
Shapiro-Wilk
Derajat
Statistic
bebas Signifikan
0,768
10
0,006
1.5
Expected Normal
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
10
12
14
16
18
Observed Value
0%
5,82
6,54
6,18
50 %
6,96
6,21
6,59
Jumlah
kuadrat
0,643
1,225
1,868
Derajat
bebas
7
8
15
Kuadrat
tengah
0,092
0,153
Fhit
Signifikan
0,600
0,743
KOH
1%
5,89
6,14
6,02
Expected Normal
-1
-2
30
35
40
45
50
Observed Value
KOH 1%
(kontrol)
3,93
4,07
4,00
Jumlah
kuadrat
0,489
0,123
0,611
Derajat
bebas
4
5
9
Kuadrat
tengah
0,122
0,025
Fhit
Signifikan
4,971
0,054
0,877
10
0,120
1.5
Expected Normal
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
16
17
18
19
20
Observed Value
21
22
23
KOH 1 %
(kontrol)
19,68
18,88
19,28
Kuadrat
tengah
3,913
2,185
Fhit
Signifikan
1,791
0,268
0,950
10
0,666
1.5
Expected Normal
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
300
350
400
450
500
550
Observed Value
Kadar
air
22,2097
22,2816
22,2457
21,7215
22,5036
22,1126
Kadar
abu
13,3377
12,8061
13,0719
10,1604
10,0137
10,0871
Kadar
protein
2,9181
2,8156
2,8669
2,5700
2,6419
2,6059
Kadar
lemak
0,0712
0,0886
0,0799
0,0138
0,0593
0,0366
Kadar
karbohidrat
57,4645
58,0295
57,7470
62,5587
61,7728
62,1658
Serat
kasar
3,9988
3,9786
3,9887
3,9988
3,9786
3,9887
Lampiran 27. Grafik hasil analisis kekuatan gel agar-agar kertas dengan alat
texture analyzer
(1) Konsentrasi air abu sabut kelapa 0 %