DONNY FANDRI
SKRIPSI
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Donny Fandri
C24080094
RINGKASAN
Ikan kembung lelaki merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang
memiliki nilai ekonomis dan ekologis. Ikan kembung lelaki di Selat Sunda
sebagian besar didaratkan di Provinsi Banten salah satunya Kabupaten
Pandeglang, yaitu di PPI Labuan dan tujuh TPI lainnya. Hasil tangkapan ikan
kembung lelaki di Selat Sunda mengalami penurunan dari tahun 2001-2009
sehingga dikuatirkan ikan kembung lelaki di perairan tersebut telah mengalami
eksploitasi berlebih. Tujuan penelitian ini menduga pertumbuhan dan reproduksi
ikan kembung lelaki di Selat Sunda yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan
dalam pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki agar tetap lestari.
Ikan contoh diperoleh dari nelayan yang menangkap ikan kembung lelaki di
Selat Sunda yang didaratkan di PPI Labuan, Kabupaten Pandeglang, provinsi
Banten. Ikan contoh yang diambil berkisar 50-100 ekor tiap bulannya.
Pengambilan contoh dilakukan saat bulan gelap. Ikan contoh dibawa ke
Laboratorium Biologi Perikanan, Bagian Manajemen Sumberdaya Perikanan,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk pengukuran panjang dan bobot serta
analisis tingkat kematangan gonad.
Pola hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki jantan dan betina
tidak berbeda nyata (p > 0,05), oleh karena itu dalam analisis hubungan panjang
dan bobot tidak dibedakan antara ikan jantan dan ikan betina. Nilai b yang
diperoleh dari analisis hubungan panjang dan bobot yaitu 3,026 yang
menggambarkan tingkat kegemukan ikan kembung lelaki di perairan tersebut.
Hasil pemisahan umur menggunakan metode NORMSEP menunjukan terdapat
satu hingga tiga kelompok umur tiap bulannya. Hasil analisis parameter
pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan diperoleh K = 0,19/bulan, L = 297 mm
dan to = -0,33 bulan sedangkan ikan kembung lelaki betina K = 0,42/bulan, L =
243 mm dan to = -0,66 bulan. Hal ini menunjukan bahwa ikan kembung lelaki
betina lebih cepat mencapai panjang maksimum dibandingkan ikan kembung
lelaki jantan.
Dugaan panjang pertama kali ikan kembung lelaki matang gonad adalah 208
mm. Kelestarian sumber daya ikan kembung lelaki di Selat Sunda dapat dijaga
dengan melakukan penangkapan yang difokuskan hanya kepada ikan-ikan yang
lebih besar dari 208 mm. Cara tersebut dapat ditempuh melalui peraturan ukuran
mata jaring alat tangkap sehingga ikan yang tertangkap merupakan ikan yang
telah mendapat kesempatan untuk memijah minimal satu kali. Ikan ini diduga
memijah sebanyak tiga kali yaitu Mei, Juli dan September sehingga pada bulan-
bulan tersebut, kawasan pemijahan dan peremajaan hendaknya dijaga agar
memberikan kesempatan bagi ikan-ikan tersebut untuk berkembang biak.
PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI
IKAN KEMBUNG LELAKI
(Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI SELAT SUNDA
DONNY FANDRI
C24080094
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Ir. Kiagus Abdul Aziz, M.Sc.
NIP. 19570928 1981003 1 006 NIP. 130349009
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Puji dan Syukur kepada Sang Juruselamat, Yesus Kristus karena berkat dan
anugrah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
berjudul Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda; disusun berdasarkan hasil penelitian
yang dilaksanakan pada April 2011 dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih kepada Prof. Dr. Ir.
Mennofatria Boer, DEA selaku dosen pembimbing pertama dan Ir. Kiagus Abdul
Aziz, M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua serta Ir. Agus Samosir, M.Phil
selaku Komisi Pendidikan S1 yang telah banyak membantu dalam pemberian
bimbingan, masukan, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan penulis. Namun demikian penulis mengharapkan bahwa hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus karena Anugrah-Nya yang besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Pertumbuhan dan Reproduksi
Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda
dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu, diantaranya:
1) Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA dan Ir. Kiagus Abdul Aziz, M.Sc.
masing-masing selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi yang
telah banyak memberi arahan dan masukan hingga menyelesaikan skripsi
ini.
2) Dr. Ir. Etty Riani H., MS. sebagai dosen penguji tamu yang selalu memberi
motivasi kepada penulis dan juga telah memberi saran dan perbaikan pada
skripsi ini.
3) Ir. Agus Samosir, M.Phil selaku Komisi Pendidikan Program S1 atas saran,
nasehat dan perbaikan yang diberikan.
4) Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberi semangat dan nasehat
5) Seluruh dosen MSP yang telah memberikan ilmu dan pengalaman serta
saran selama perkuliahan.
6) Staf Tata Usaha MSP yang saya hormati terutama Ibu Widar, Ibu Maria dan
Ibu Zaenab atas arahannya.
7) Keluarga tercinta, Ayah Anudin, Ibu Lidya, Om Bambang, Tante Ester,
Andre, Lisbet, Seren, Rosi, Yehezkielsi yang selalu memberikan kasih
sayang.
8) Pemerintah Kabupaten Bengkayang yang telah mendukung pembiayaan
selama studi.
9) Keluarga Bapak Agus Supratman yang telah mendukung dan memberi
semangat selama studi.
10) Putu Cinthia Delis beserta seluruh teman MSP 45 atas motivasi dan
bantuannya.
11) Seluruh tim penelitian Labuan: Dila, Centil, Ayu, Jawir, Ami, Pinky, Keloy,
Ria, Jaun, Eel, Nimas, Cia, Hilda, Nisa, Rena dan Tilana.
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3. Tujuan .................................................................................................. 3
1.4. Manfaat ................................................................................................ 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1. Ikan Kembung Lelaki ........................................................................ 5
2.1.1. Identifikasi dan morfologi ..................................................... 5
2.1.2. Sebaran dan musim penangkapan ........................................ 6
2.1.3. Alat tangkap ............................................................................ 7
2.2. Pertumbuhan ....................................................................................... 8
2.2.1. Hubungan panjang bobot....................................................... 8
2.2.2. Parameter pertumbuhan ......................................................... 8
2.3. Tingkat Kematangan Gonad ............................................................. 8
2.4. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ................................................ 9
3. METODE PENELITIAN .................................................................. 10
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................. 10
3.2. Pengumpulan Data ............................................................................. 10
3.3. Analisis Data ....................................................................................... 12
3.3.1. Hubungan panjang dan bobot ............................................... 12
3.3.2. Identifikasi kelompok ukuran dan parameter pertumbuhan 13
3.3.3. Parameter pertumbuhan ......................................................... 14
3.3.4. Tingkat kematangan gonad ................................................... 15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 17
4.1. Hasil ..................................................................................................... 17
4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda ..................................... 17
4.1.2. Hubungan panjang bobot....................................................... 17
4.1.3. Parameter pertumbuhan ......................................................... 18
4.1.4. Tingkat kematangan gonad ................................................... 22
4.2. Pembahasan .......................................................................................... 24
5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 29
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 29
5.2. Saran...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30
LAMPIRAN ............................................................................................... 33
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah tangkapan dan upaya penangkapan ikan kembung lelaki
tahun 2000-2009 yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang,
Banten. ............................................................................................... 2
2. Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi ................... 12
3. Parameter pertumbuhan L, K dan to ikan kembung lelaki di
Selat Sunda tahun 2011 ..................................................................... 21
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema perumusan masalah ................................................................ 3
2. Ikan kembung lelaki .......................................................................... 5
3. Peta penyebaran ikan kembung lelaki di dunia ................................. 6
4. Pukat cincin ....................................................................................... 7
5. Selat Sunda dan PPI Labuan .............................................................. 10
6. Skema metode pengambilan contoh ikan kembung lelaki ................ 11
7. Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki di Selat Sunda
tahun 2011 ......................................................................................... 18
8. Kelompok ukuran panjang ikan kembung lelaki jantan di Selat
Sunda dari bulan April sampai September tahun 2011 ..................... 19
9. Kelompok ukuran panjang ikan kembung lelaki betina di Selat
Sunda dari bulan April sampai September tahun 2011 ..................... 20
10. Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan di Selat Sunda
tahun 2011 ......................................................................................... 21
11. Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki betina di Selat Sunda
tahun 2011 ......................................................................................... 22
12. Proporsi gonad yang matang ikan kembung lelaki di Selat Sunda
tahun 2011 ......................................................................................... 23
13. Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki betina
di Selat Sunda dari bulan April sampai September tahun 2011 ........ 23
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
1
1. PENDAHULUAN
Tabel 1. Ikan kembung lelaki merupakan ikan dominan setelah ikan tongkol yang
didaratkan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan rata-rata persentase
8,84% tangkapan total. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jumlah tangkapan ikan
kembung lelaki di Selat Sunda yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang
mengalami penurunan dari tahun 2001 hingga 2009. Hal ini dikuatirkan ikan
kembung lelaki di Perairan Selat Sunda telah mengalami tangkap lebih akibat
penambahan upaya penangkapan.
Tabel 1. Jumlah tangkapan dan upaya penangkapan ikan kembung lelaki tahun
2000-2009 yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang, Banten.
Persentase ikan kembung lelaki terhadap
Tahun Tangkapan (ton) Upaya (unit)
tangkapan total (%)
2000 3.072,10 12 10,66
2001 3.084,70 12 10,42
2002 3.080,50 12 10,19
2003 2.037,00 33 8,44
2004 2.062,20 33 8,13
2005 2.003,10 34 7,81
2006 1.903,10 32 8,06
2007 1.913,50 28 8,03
2008 1.775,90 28 6,61
2009 1.654,30 27 6,43
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten (2011)
PPI Labuan merupakan salah satu tempat pendaratan ikan yang terdapat di
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Sebagian besar ikan yang didaratkan di
PPI Labuan adalah ikan pelagis salah satunya ikan kembung lelaki. Persentase
ikan kembung lelaki yang didaratkan di PPI Labuan tahun 2011 yaitu 24%
tangkapan total. Hal tersebut menunjukan bahwa ikan kembung lelaki menduduki
urutan kedua setelah ikan tongkol yaitu 47% tangkapan total (Tempat Pelelangan
Ikan Labuan 1 2011).
Mengingat pentingnya keberadaan ikan kembung lelaki di perairan tersebut
maka diperlukan suatu kajian mengenai pertumbuhan dan reproduksi ikan
kembung lelaki. Struktur umur merupakan informasi yang sangat penting dalam
mengkaji pertumbuhan di suatu perairan. Pada daerah tropis maupun sub tropis,
struktur umur suatu ikan dapat diduga melalui frekuensi sebaran panjang. Tingkat
3
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda yang
didaratkan di PPI Labuan Banten.
4
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi terkait
hubungan panjang bobot, laju pertumbuhan, kisaran ukuran panjang ikan
kembung lelaki yang tertangkap, panjang pertama kali matang gonad dan waktu
pemijahan ikan kembung lelaki yang merupakan sebagian dari unsur-unsur yang
perlu dipertimbangkan dalam rencana pengelolaan perikanan ikan kembung lelaki
di Selat Sunda.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
kembung lelaki terjadi pada bulan Januari hingga Februari. (Tempat Pelelangan
Ikan Labuan 1 2011). Menurut Lee (2010) jumlah tangkapan ikan yang tertangkap
saat bulan semi gelap lebih banyak dibandingkan dengan bulan gelap dan bulan
terang. Namun secara khusus ikan kembung lebih banyak tertangkap saat bulan
gelap dibandingkan bulan semi gelap dan bulan terang.
Badan
tinggi
Kantong
Gambar 4. Pukat cincin
Sumber : Prasetyo 2009
8
2.2. Pertumbuhan
2.2.1. Hubungan panjang bobot
Bobot merupakan fungsi dari panjang ikan. Ikan diasumsikan sebagai suatu
bentuk kubus dengan volume yang berdimensi tiga dengan panjang yang
dipangkat tiga sedangkan ikan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Berdasarkan
analisis panjang dan bobot ikan dapat diperoleh nilai b yang akan menentukan
kondisi ikan tersebut. Semakin tinggi nilai b maka ikan tersebut semakin gemuk
dan sebaliknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keturunan,
lingkungan dan tingkat kematangan gonad (Effendie 1997).
dilakukan dengan cara mengamati bentuk, ukuran dan warna gonad tersebut
(Effendie 1997).
Berdasarkan analisis tingkat kematangan gonad salah satu informasi yang di
peroleh yaitu waktu pemijahan ikan tersebut. Informasi tersebut diharapkan dapat
menjadi pedoman bagi pengelolaan sumberdaya ikan. Beberapa hal yang
mempengaruhi tingkat kematangan gonad adalah makanan dan suhu (Effendie
1997).
3. METODE PENELITIAN
Jumlah ikan contoh yang diambil berkisar 50 sampai 100 ekor tiap bulannya.
Skema metode pengambilan contoh ikan kembung lelaki disajikan pada Gambar
6. Selanjutnya ikan contoh yang diambil dari PPI labuan dimasukan kedalam cool
box dan dibawa ke Laboraturium Biologi Perikanan, Bagian Manajemen
sumberdaya Perikanan, Manajemen sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kemudian ikan tersebut diukur panjang,
bobot dan ditentukan tingkat kematangan gonadnya.
Data sekunder meliputi data hasil dan upaya penangkapan ikan kembung
lelaki, alat tangkap ikan kembung lelaki, kapal penangkapan ikan kembung lelaki,
dan karakteristik Perairan Selat Sunda. Data tersebut diperoleh dari hasil studi
pustaka serta arsip milik PPI labuan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten.
(1)
Keterangan :
W = bobot (gram)
L = panjang (mm)
a dan b = konstanta
(2)
13
(3)
( )( )
( )( ) (4)
Keterangan :
b1 : kemiringan garis pada contoh ke-1
b2 : kemiringan garis pada contoh ke-2
: data ke-j (j=1,2,...,n) pada contoh ke-1 untuk peubah bebas
: nilai rataan peubah bebas pada contoh ke-1
: data ke-j (j=1,2,...,n) pada contoh ke-2 untuk peubah bebas
: nilai rataan peubah bebas pada contoh ke-2
: data ke-j (j=1,2,...,n) pada contoh ke-1 untuk peubah tidak bebas
: nilai rataan peubah tidak bebas pada contoh ke-1
: data ke-j (j=1,2,...,n) pada contoh ke-2 untuk peubah tidak bebas
: nilai rataan peubah tidak bebas pada contoh ke-2
(5)
Keterangan :
fi = frekuensi ikan pada kelas panjang ke-i (i = 1, 2, ...,N),
pj = proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j =1, 2, .., G),
j = rata-rata panjang kelompok umur ke-j,
j = simpangan baku panjang kelompok umur ke-j,
xi = titik tengah kelas panjang ke-i
[ ] (6)
Keterangan:
Lt = ukuran ikan pada umur t bulan (mm)
= panjang maksimum atau panjang asimtotik (mm)
K = koefisien pertumbuhan (bulan-1)
to = umur hipotesis ikan pada panjang nol (bulan)
(7)
15
(9)
Keterangan :
P = Proporsi gonad yang telah matang pada selang kelas tertentu (%)
r = Kemiringan kurva sigmoid
L = Panjang rata-rata pada selang kelas tertentu (mm)
Lm = Panjang pertaman kali matang gonad (mm)
16
( ) (10)
4.1. Hasil
4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda
Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah Timur Laut menuju
Barat Daya di ujung Barat Pulau Jawa atau Ujung Selatan Pulau Sumatra. Selat
Sunda termasuk perairan laut dangkal dengan kedalaman sampai 1800 meter.
Kedalaman air ini bertambah secara bertahap dan melebar ke arah Samudra
Hindia (Rostitasari 2001). Pola aliran di Selat Sunda menunjukan fenomena yang
menarik. Hal ini di sebutkan oleh Wyrtki (1961) in Rostitasari (2001) bahwa arus
di Selat ini secara umum searah sepanjang tahun.
Selat Sunda dipengaruhi oleh adanya Angin Muson Tenggara dan Angin
Muson Barat Laut yang terjadi di Indonesia. Pada saat Muson Tenggara, suhu
permukaan Selat Sunda lebih dari 29 C dengan konsentrasi klorofil-a lebih dari
0,5 mg/m3 dan salinitas yang rendah (Hendiarti et al. 2005 in Ramansyah 2009).
Menurut Wyrtki (1961) in Ramansyah (2009) pada bulan Juli sampai Oktober
Angin Muson Tenggara berhembus sangat kuat di Pantai Selatan Jawa dan Arus
Khatulistiwa Selatan tertekan jauh ke Utara sehingga cabang Arus Khatulistiwa
Selatan berbelok sampai ke Selat Sunda. Pada bulan Mei sampai dengan bulan
Agustus terjadi kenaikan massa air di Selatan Jawa samapi Sumbawa (Wyrtki
1961 in Ramansyah 2009 ).
200
180
160
W = 8E-06L3,062
R = 0,938
140
N = 389 ekor
120
Bobot (gram)
100
80
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250 300
Panjang (mm)
Gambar 7. Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki di Selat Sunda tahun
2011
April
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Alasan menggunakan nilai tengah panjang yang ditunjukan oleh garis putus-
putus dalam analisis parameter pertumbuhan adalah karena ikan-ikan pada
kelompok umur tersebut diduga merupakan ikan dari kohort yang sama.
20
April
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
L
300
250
200
Panjang total (mm)
100
Titik yang digunakan
untuk menduga kurva
50 pertumbuhan
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (bulan)
Gambar 10. Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan di Selat Sunda tahun
2011
22
300
L
250
200
Panjang total (mm)
150
Lt = 243,86 [1-e-0,42 (t+0,66)]
100
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (bulan)
Gambar 11. Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki betina di Selat Sunda tahun
2011
100
90
Gambar 12. Proporsi gonad yang matang ikan kembung lelaki di Selat Sunda
tahun 2011
Sebaran tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki betina setiap bulan
disajikan pada Gambar 13 dan data disajikan pada Lampiran 10. Frekuensi TKG 4
mengalami fluktuasi dengan tiga puncak yaitu pada bulan Mei (3%), Juli (32%)
dan September (50%). Penurunan frekuensi TKG 4 pada bulan Mei ke bulan Juni
menunjukan bahwa ikan mengalami pemijahan. Sama halnya yang terjadi pada
bulan Juli ke Agustus menunjukan terjadi aktifitas pemijahan pada periode
tersebut. Pada bulan September frekuensi TKG 4 mengalami peningkatan dan
diduga pada periode tersebut akan terjadi pemijahan.
100%
90%
80%
70% TKG 1
Frekuensi (%)
60%
50% TKG 2
40%
30% TKG 3
20%
10% TKG 4
0%
April Mei Juni Juli Agustus September
Waktu (bulan)
Gambar 13. Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki betina di
Selat Sunda dari bulan April sampai September tahun 2011
24
4.2. Pembahasan
Hasil dugaan hubungan panjang bobot dan parameter pertumbuhan (K, L
dan to) dapat dipengaruhi oleh variasi contoh yang digunakan, kondisi lingkungan
dan tingkat eksploitasi ikan tersebut. Faktor contoh diantaranya panjang
maksimum, panjang minimum dan sebaran panjang ikan yang tertangkap.
Semakin besar kisaran antara panjang maksimum dengan panjang minimum maka
dugaan yang diperoleh diharapkan akan memberikan hasil yang lebih mewakili
keadaan di alam jika dibandingkan dengan kisaran panjang ikan yang lebih kecil.
Panjang terkecil ikan kembung lelaki yang tertangkap di Selat Sunda yang
didaratkan di PPI Labuan yaitu 105 mm sedangkan panjang terbesar yaitu 244
mm. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Mosse dan Hutubessy
(1996) di Perairan Ambon dan sekitarnya diperoleh panjang ikan terkecil yaitu
29,0 mm dan panjang terbesar yaitu 309 mm. Artinya ikan contoh yang tertangkap
di Perairan Ambon merupakan ikan muda hingga ikan yang tua, namun berbeda
dengan ikan contoh yang tertangkap di Selat Sunda hanya ikan yang sudah
dewasa atau tua saja. Hal tersebut menunjukan bahwa contoh yang diambil dari
Perairan Ambon diharapkan lebih mewakili keadaan populasi jika dibandingkan
dengan contoh ikan yang diambil dari Selat Sunda.
Berdasarkan analisis hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki di Selat
Sunda diperoleh nilai dugaan b (p = 0,05) berkisar 2,984-3,141. Menurut Mosse
dan Hutubessy (1996) ikan kembung di Perairan Pulau Ambon dan sekitarnya
memiliki nilai b sama dengan 3,26 yang menunjukan bahwa ikan-ikan kembung
lelaki di perairan tersebut lebih gemuk dibanding dengan ikan kembung lelaki di
Selat Sunda. Hal serupa juga ditunjukan olah Sujastani (1974) in Mosse dan
Hutubessy (1996) dan Djamali (1977) in Mosse dan Hutubessy (1996) yang telah
menduga nilai b ikan kembung lelaki di Laut Jawa dan Pulau Panggang berturut-
turut 3,17 dan 3,25.
Perbedaan kondisi ikan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu faktor perbedaan kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan
(Effendie 1997). Lingkungan Selat Sunda yang relatif kurang baik diduga
mengakibatkan ikan tersebut lebih kurus. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh
TP2LI pada tahun 2001 menunjukan bahwa kekeruhan, COD, BOD, H2S dan
25
amoniak telah melampaui baku mutu. Pengamatan dan analisis kualitas air
perairan pantai dan laut yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Tangerang (2002), memperlihatkan adanya indikasi pencemaran logam berat
kadmium (Cd) dan nikel (Ni) yang berada diatas baku mutu yang diperbolehkan
bagi keperluan budidaya perikanan. Hasil pengukuran didapat kandungan logam
Cd berkisar 0,011 0,179 mg/l, sementara baku mutu adalah 0,01 mg/l
(Bapedal Provinsi Banten 2006). Menurut Banten Province Environmental
Strategy, kualitas air di Selat Sunda dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah aktivitas yang terjadi di darat sekitar perairan tersebut. Sumber
pencemaran dapat masuk melalui sungai yang bermuara di Selat Sunda. Salah satu
sungai yang bermuara di Selat Sunda adalah Sungai Cidanau. Sungai ini memiliki
kandungan bahan organik dan permanganat (7,7 mg/L) yang cukup tinggi.
Selain itu, pencemaran juga berasal dari aktivitas agroindustri, industri kecil
dan domestik serta limbah penambangan liar yang berada di Kabupaten
Pandeglang. Mengingat besarnya pengaruh aktivitas di daratan sekitar Selat Sunda
maka perlu adanya penanganan masalah tersebut dari hulu ke hilir secara terpadu
antar instansi terkait. Faktor lainya yang dapat mempengaruhi tingkat kegemukan
ikan adalah jumlah makanan. Jumlah makanan di Selat Sunda tergolong rendah.
Jumlah klorofil di Selat Sunda adalah 0,5 mg/m3 (Hendiarti et al. 2005 in
Ramansyah 2009) sedangkan jumlah klorofil di Laut Jawa berkisar 2,01 mg/m3
(Setiapermana 1976). Jumlah klorofil yang tinggi berimplikasi pada jumlah
plankton yang tinggi dan sebaliknya.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdanamihardja (2011)
bahwa ikan kembung lelaki di Teluk Jakarta memiliki nilai b sama dengan 2,87.
Hal tersebut berarti ikan di teluk Jakarta jauh lebih kurus dibanding ikan di Selat
Sunda, Laut jawa, Pulau Panggang dan periran Ambon. Menurut Forum
Pengendali Lingkungan Hidup Indonesia (2004) Teluk Jakarta merupakan teluk
yang paling tercemar di Asia akibat limbah industri dan rumah tangga. Faktor
pencemaran yang tinggi merupakan salah satu penyebab ikan di Teluk Jakarta
memiliki bobot kurus. Akibat penambahan bahan pencemar di perairan akan
berpengaruh terhadap biomassa ikan tersebut.
26
dan Hutubessy 1996). Menurut Taeran (2007) Potensi lestari ikan (MSY)
kembung di Perairan Ambon sebesar 3179139 Kg/tahun sedangkan pemanfaatan
hanya 2653275 Kg/tahun yang berarti ikan kembung di daerah tersebut masih di
bawah eksploitasi.
Hasil analisis tingkat kematangan gonad mengindikasikan bahwa aktivitas
pemijahan ikan kembung lelaki di Selat Sunda terjadi pada bulan Mei, Juli dan
September. Menurut Mosse dan Hutubessy (1996), ikan kembung lelaki di
perairan Ambon dan sekitarnya mengalami masa pemijahan sepanjang tahun
dengan periode 4 minggu dan puncak pemijahan pada bulan Mei sampai Juli.
Namun berbeda halnya dengan penelitian Sujastani (1974) in Mosse dan
Hutubessy (1996) pemijahan ikan kembung lelaki di Laut Jawa terjadi sekali
dalam setahun.
Pada bulan Juni terdapat suatu kohort ikan yang masih muda yang ditandai
dengan ukuran panjang total yang relatif kecil dibanding dengan ikan pada bulan
sebelumnya. Ikan-ikan tersebut mempunyai kisaran panjang total yaitu 105-168
mm yang belum matang gonad. Katagori matang gonad ditetapkan pada gonad
yang telah mencapai TKG 3 ke atas (Wooton 1991 in Mosse dan Hutubessy
1996). Menurut Collette dan Nauen (1983) panjang ikan kembung lelaki pertaman
kali matang gonad adalah 196 mm. Ikan-ikan muda yang masuk ke dalam suatu
stok merupakan ikan yang berasal dari daerah nursery area yang melakukan
migrasi (King 1995). Menurut Hardenberg (1938) in Rifqie (2007) pada saat
musim barat yaitu pada bulan Juni-September, dinamika stok ikan kembung yang
masuk ke Selat Sunda berasal dari Samudra Hindia.
Mengingat hal tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan agar ikan tetap
lestari. Kelestarian sumber daya ikan kembung lelaki di Selat Sunda dapat dijaga
dengan melakukan penangkapan yang difokuskan hanya kepada ikan-ikan yang
lebih besar dari 208 mm. Hal ini berkaitan dengan asumsi bahwa ikan yang
berukuran 208 mm telah melakukan aktivitas reproduksi minimal satu kali. Cara
tersebut dapat ditempuh dengan mengatur ukuran mata jaring alat tangkap
sehingga ikan yang tertangkap merupakan ikan yang berukuran lebih dari 208
mm. Selain itu, Kelestarian suatu spesies ikan salah satunya dipengaruhi oleh
keberhasilan pada fase reproduksi. Tingkat keberhasilan reproduksi dapat
28
5.1. Kesimpulan
1. Pola hubungan panjang bobot ikan jantan dan betina tidak berbeda nyata.
Persamaan hubungan panjang bobot yang diperoleh yaitu W =
0,000008L3,062 dengan kisaran nilai b antara 2,984-3,141 (p = 0,05) serta W
adalah bobot (gram) dan L adalah panjang total (mm).
2. Ikan kembung lelaki betina memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan kembung lelaki jantan. Hal ini berbanding
terbalik dengan panjang maksimum ikan yang dapat dicapai oleh ikan
tersebut. Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan dan betina masing-
masing dapat dinyatakan dalam persamaan Lt = 243,86 [1-e-0,42 (t+0,64)] dan Lt
= 297,23 [1-e -0,19(t+0,33)].
3. Kelestarian sumber daya ikan kembung lelaki di Selat Sunda dapat
ditempuh dengan melakukan penangkapan yang difokuskan hanya kepada
ikan-ikan yang lebih besar dari 208 mm. Selain itu, perlu pengamanan alur
perjalanan ikan ke daerah pemijahan dan lokasi daerah asuhannya pada
bulan Mei, Juli dan September melalui penutupan sementara agar
memberikan kesempatan bagi ikan-ikan tersebut untuk menyiapkan generasi
penerusnya.
5.2. Saran
Pengkajian stok ikan kembung lelaki di perairan Selat Sunda ini perlu
dilakukan terus menerus karena informasi ilmiah ini diperlukan untuk mendukung
pengelolaan perikanan yang lebih rasional. Khusus untuk kajian aspek reproduksi
seperti waktu pemijahan, hendaklah dilakukan lebih cermat dan dalam waktu
setidaknya satu tahun. Selain itu, untuk kajian laju pertumbuhan, pengumpulan
data hendaklah mencakup mulai dari ikan remaja sampai ikan yang berumur tua.
30
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja SB, Wijoprino dan Genisa AS. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan
Banyar (Rastrelliger kanagurta) dan Layang (Decapterus russelli) di
Perairan Bagian Selatan Paparan Sunda. Prosiding Seminar Kelautan 2000.
P3O-LIPI. Jakarta: 183-190.
Banten Province Environmental Strategy. 2002. Kajian Hutaan dan Laut Banten.
[terhubung berkala]. http://www.bapedalbanten.go.id/i/art/Kajian%20Air-
Hutan-laut.pdf. [25 Mei 2012].
Bapedal Provinsi Banten. 2006. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
Tahun 2006. PPSU-WJEMP/BPB. Serang.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. 2011. Statistik Perikanan Daerah
Banten Tahun 2000-2009. DKP Banten. Serang.
Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.
Fauziyah dan Jaya A. 2010. Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut
Arafura. Jurnal Penelitian Sains. 13(1): 13-16.
Lee JW. 2010. Pengaruh Periode Hari Bulan Terhadap Hasil Tangkapan dan
Tingkat Pendapatan Nelayan Bagan Tancap di Kabupaten Serang [Tesis].
PSP, FPIK, IPB. Bogor.
Mosse JW dan Hutabessy BG. 1996. Umur Pertubuhan dan Ukuran Pertamakali
Matang Gonad Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Dari Perairan Pulau
Ambon dan Sekitarnya. Jurnal Sains dan Teknologi Universitas Pattimura.
1: 2-23.
Pauly D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters : A Manual for Use
with Programmable Calculators. ICLARM. Manila. 325 hal.
Rifqie GL. 2007. Analisis Frekuensi Panjang dan Hubungan Panjang Berat Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Teluk Jakarta [Skripsi]. MSP,
FPIK, IPB. Bogor.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Buku 2. Bona Cipta.
Bogor. 516 hal.
32
Sinaga. 2010. Dinamika Stok dan Analisis Bioekonomi Ikan Kembung Lelaki
(Rastrelliger kanagurta) di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat. [Skripsi].
MSP, FPIK, IPB. Bogor.
Sparre P dan Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku I
Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 436 hal.
Steel RGD dan Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ke-2.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 744 hal.
Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. 252 hal.
33
LAMPIRAN
34
(11)
(12)
35
dan (13)
Nilai koefisien korelasi (r) dan determinasi (R2) dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
sedangkan (14)
(15)
(16)
(17)
Nilai selang kelas bagi dugaan b0 dan b1 dapat di tentukan dengan persamaan
masing-masing b0 Sb0*tn-1 dan b1 Sb1*tn-1 dimana Sb0 dan Sb1 dapat diperoleh
dengan rumus:
(18)
] (19)
(20)
36
Lampiran 3. Turunan pertama dari fungsi sebaran normal dalam menduga nilai
tengah kelompok umur.
(21)
Atau
dengan
Misalkan maka
(22)
(23)
(24)
( )( ) ( )( )
( )( ) (25)
(26)
(27)
(28)
(29)
( )
(30)
( ) ( ) * ( ) +
(31)
37
Sehingga diperoleh dari subtitusi persamaan 25, 28 dan 31 pada persamaan 22.
( )
( ) * ( ) +
(32)
terjadi saat
38
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
39
(39)
( ) (40)
( ) (41)
(42)
40
Lampiran 6. Uji dua nilai b dan hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki di
Selat Sunda tahun 2011.
Jika diketahui persamaan hubungan panjang bobot untuk ikan jantan dan
ikan betina masing-masing dan maka hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
Ho : b1 = b2
H1 : b1 b2
( ) ( ) = 0,00323
= 0,5802
Lampiran 7. Data panjang, bobot, jenis kelamin dan TKG ikan kembung lelaki di
Selat Sunda bulan April hingga September tahun 2011
April Mei
Lt W total Jenis Lt W total
TKG Jenis kelamin TKG
(mm) (gram) kelamin (mm) (gram)
190 76,05 B 1 220 147,12 B 4
193 73,30 B 1 222 134,49 B 4
165 51,03 B 1 210 126,21 B 3
174 57,83 B 2 238 168,01 B 4
194 78,35 B 2 205 131,13 B 3
189 71,30 B 1 220 145,40 B 3
170 52,17 B 1 186 105,72 B 4
175 52,63 B 2 220 144,87 B 4
175 55,39 B 1 211 129,01 B 3
185 65,20 B 1 214 115,60 B 3
170 51,93 B 1 222 131,59 B 4
192 71,02 B 1 237 172,26 B 4
182 71,87 B 1 229 150,95 B 3
214 110,77 B 1 217 143,21 B 4
195 81,60 B 3 224 128,10 B 3
198 80,94 B 1 225 144,28 B 4
207 90,08 B 4 232 147,18 B 3
172 50,51 B 1 236 162,33 B 3
173 53,61 B 1 220 129,49 B 3
190 74,18 B 2 222 138,22 B 3
155 39,40 B 2 224 137,05 B 4
165 86,36 B 1 229 157,63 B 3
184 58,02 B 1 232 173,16 B 3
170 49,22 B 1 214 121,71 B 3
187 70,82 B 1 213 128,62 B 2
180 65,69 B 1 212 126,68 B 3
164 43,76 B 1 235 171,81 B 4
172 67,16 B 1 215 132,17 B 3
42
Lampiran 7. (Lanjutan)
April Mei
Lt W total Jenis Lt W total
TKG Jenis kelamin TKG
(mm) (gram) kelamin (mm) (gram)
173 58,78 B 2 218 161,35 B 3
196 77,27 B 1 235 161,27 B 3
165 48,04 J 1 224 144,85 B 3
173 57,30 J 1 214 118,12 B 2
170 52,72 J 2 233 162,43 B 3
178 59,62 J 1 223 130,53 B 3
192 77,95 J 2 211 125,82 J 4
189 69,62 J 1 237 184,30 J 3
190 72,00 J 1 215 90,30 J 1
180 57,81 J 1 206 97,90 J 3
192 73,03 J 1 204 106,32 J 2
184 73,64 J 1 224 148,09 J 3
184 66,41 J 1 215 134,11 J 4
198 86,53 J 2 222 136,23 J 2
175 87,08 J 1 220 156,38 J 4
185 68,36 J 1 217 124,40 J 4
170 52,94 J 1 233 167,00 J 3
174 55,24 J 2 213 119,86 J 2
194 79,22 J 1 211 127,40 J 3
173 56,69 J 1 212 125,34 J 3
193 73,36 J 2 219 128,03 J 2
199 83,45 J 1 215 124,12 J 3
183 66,38 J 1 224 139,67 J 1
174 57,01 J 2 244 175,10 J 3
179 59,22 J 1 226 138,37 J 3
192 72,57 J 2 241 170,27 J 3
170 49,02 J 1 240 188,71 J 4
210 100,07 J 1 216 116,42 J 2
178 54,71 J 1 184 93,68 J 3
193 65,98 J 1 222 149,28 J 4
43
Lampiran 7. (Lanjutan)
April Mei
Lt W total Jenis Lt W total
TKG Jenis kelamin TKG
(mm) (gram) kelamin (mm) (gram)
177 60,00 J 1 225 145,56 J 3
170 55,53 J 1 219 126,94 J 3
180 56,94 J 2 219 130,12 J 3
222 140,40 J 3
222 146,11 J 3
228 161,07 J 2
217 141,35 J 4
214 126,44 J 2
225 152,04 J 4
190 92,21 J 3
213 127,73 J 3
219 142,09 J 3
220 138,06 J 2
221 141,41 J 3
230 146,86 J 3
225 154,89 J 2
218 130,59 J 3
44
Lampiran 7. (Lanjutan)
Juni Juli
Lt W total Jenis Lt W total
TKG Jenis kelamin TKG
(mm) (gram) kelamin (mm) (gram)
105 11,93 B 3 175 56,25 B 1
202 107,45 B 3 186 66,91 B 1
185 82,47 B 2 182 62,20 B 1
215 125,56 B 3 217 113,61 B 2
225 131,46 B 3 162 48,13 B 1
228 145,63 B 4 198 85,58 B 2
122 20,12 B 1 214 104,69 B 1
121 20,26 B 1 170 48,96 B 1
152 42,87 B 1 180 65,45 B 1
151 38,64 B 1 186 65,40 B 1
121 20,64 B 1 122 53,65 B 1
142 34,88 B 1 205 100,03 B 2
121 20,49 B 1 220 121,05 B 4
147 37,80 B 1 230 149,08 B 4
120 20,49 B 1 232 129,92 B 4
115 17,75 B 1 235 129,40 B 4
115 16,22 B 1 225 127,50 B 4
122 20,33 B 1 180 60,24 B 1
143 37,21 B 1 200 92,63 B 1
220 131,02 B 3 195 77,71 B 2
220 137,28 B 3 223 131,70 B 4
221 135,09 B 3 192 83,02 B 1
210 104,50 B 2 180 65,44 B 1
210 133,50 B 2 183 62,82 B 1
220 127,26 B 3 186 63,28 B 1
225 144,26 B 3 193 69,94 B 1
155 46,92 B 1 220 105,05 B 1
223 140,22 B 3 219 118,93 B 1
215 121,60 B 3 208 111,43 B 3
225 142,95 B 3 213 116,66 B 3
225 133,50 B 3 175 54,00 B 2
227 133,19 B 3 210 103,06 B 3
220 133,21 B 2 170 58,35 B 1
225 134,53 B 3 165 48,21 B 1
120 20,76 B 1 200 90,12 B 1
160 51,41 J 1 210 117,98 B 3
191 87,09 J 2 190 71,77 B 5
215 127,36 J 3 220 114,34 B 2
45
Lampiran 7. (Lanjutan)
Juni Juli
Lt W total Jenis Lt W total Jenis
TKG TKG
(mm) (gram) kelamin (mm) (gram) kelamin
205 106,93 J 1 178 63,52 B 1
227 138,42 J 3 170 51,45 B 2
215 130,92 J 4 183 67,00 B 1
230 164,32 J 3 218 109,70 B 2
225 131,04 J 3 185 63,49 B 1
219 126,68 J 3 217 107,06 J 3
115 19,42 J 1 216 109,03 J 3
120 21,38 J 1 170 52,11 J 1
124 21,52 J 1 200 100,30 J 2
150 20,76 J 1 185 67,05 J 2
125 21,01 J 1 196 83,87 J 1
120 20,98 J 1 175 57,73 J 2
142 38,88 J 1 167 44,51 J 1
120 21,25 J 1 223 121,46 J 2
125 17,27 J 1 210 110,30 J 3
135 27,39 J 1 225 112,27 J 4
220 123,85 J 3 168 51,65 J 1
235 149,98 J 3 167 56,11 J 1
220 128,46 J 3 173 54,31 J 1
220 128,42 J 3 175 51,63 J 1
219 130,35 J 3 190 73,44 J 1
232 142,03 J 3 178 55,62 J 1
192 94,16 J 2 200 88,89 J 1
210 122,07 J 3 230 128,17 J 3
225 132,52 J 3 188 71,79 J 3
215 132,32 J 2 175 55,40 J 1
186 85,70 J 2 180 61,61 J 1
215 121,65 J 3 170 51,93 J 1
225 141,20 J 2 220 120,61 J 3
215 119,90 J 3 165 48,24 J 1
205 101,00 J 1 215 112,50 J 4
220 129,82 J 3 210 96,96 J 1
213 111,57 J 5 210 105,80 J 2
217 126,05 J 4 175 54,55 J 2
210 121,26 J 4 170 51,87 J 3
225 144,34 J 3 160 43,00 J 1
173 55,13 J 1
170 58,14 J 1
190 78,95 B 1
46
Lampiran 7. (Lanjutan)
Agustus September
Lt W total Jenis Lt W total Jenis
TKG TKG
(mm) (gram) kelamin (mm) (gram) kelamin
170 58,20 B 1 226 126,60 B 4
186 73,55 B 1 224 129,83 B 3
156 37,64 B 1 230 144,64 B 4
177 59,38 B 2 235 137,52 B 4
176 59,39 B 1 222 123,40 B 3
181 68,75 B 1 222 121,85 B 3
183 63,37 B 2 232 134,40 B 4
160 42,94 B 1 229 103,87 B 4
180 66,39 B 2 228 115,83 B 3
180 70,76 B 1 230 132,96 B 3
170 50,84 B 1 230 140,83 B 3
180 65,83 B 2 235 138,14 B 4
171 54,55 B 2 242 164,03 B 4
185 66,43 B 2 222 129,96 B 4
178 60,65 B 1 240 145,33 B 3
185 61,70 B 1 221 122,48 B 2
190 65,99 B 2 231 133,99 J 3
181 61,03 B 2 226 121,73 J 3
185 66,92 B 2 230 128,18 J 3
181 66,83 B 1 223 121,75 J 3
179 61,65 B 2 231 124,73 J 4
190 74,52 B 2 224 124,96 J 4
171 54,66 B 1 235 136,47 J 4
191 77,64 B 1 240 150,84 J 4
188 79,70 B 2 235 132,20 J 4
163 67,21 B 1 229 118,67 J 4
163 46,47 B 1 223 117,57 J 4
190 79,57 B 2 231 136,55 J 4
181 71,16 B 2 225 131,99 J 3
163 43,35 B 2 227 115,87 J 3
165 53,38 J 1 212 102,74 J 4
173 59,22 J 1 237 126,05 J 3
181 75,47 J 2 230 125,09 J 4
152 58,47 J 2 232 130,59 J 2
169 53,84 J 1 215 128,00 J 4
175 51,07 J 1 233 124,20 J 3
176 60,41 J 1 231 89,82 J 4
174 60,11 J 2 229 111,92 J 4
47
Lampiran 7. (Lanjutan)
Agustus September
Lt W total Jenis Lt W total Jenis
TKG TKG
(mm) (gram) kelamin (mm) (gram) kelamin
195 89,00 J 2 231 134,25 J 4
179 61,14 J 1 231 128,66 J 3
175 56,37 J 2 230 125,98 J 3
165 46,00 J 1 223 118,63 J 4
163 46,32 J 2 234 137,69 J 3
162 46,79 J 1 217 111,75 J 3
179 67,11 J 2 223 128,08 J 4
164 50,99 J 1 226 128,02 J 3
171 58,29 J 2 231 74,52 J 4
165 47,71 J 2 231 120,74 J 3
160 43,06 J 1 225 122,66 J 4
185 71,92 J 2
180 61,65 J 1
183 74,16 J 1
174 62,15 J 2
48
Lampiran 8. Sebaran kelompok umur ikan kembung lelaki di Selat Sunda bulan
April hingga September tahun 2011.
(mm) (mm)
174,22 185,32
185,32 218,55
218,55 228,80
228,80 -
Parameter Nilai
bo 51,73
b1 0,83
L 297,23 mm
K 0,19 /bulan
to -0,33 bulan
(mm) (mm)
171,13 185,00
185,00 220,41
220,41 224,12
224,12 -
Parameter Nilai
bo 83,35
b1 0,66
L 243,86 mm
K 0,42 /bulan
to -0,66 bulan
50
Lampiran 10. Proporsi gonad matang per selang kelas panjang (a) dan sebaran
frekuensi TKG perbulan (b) ikan kembung lelaki di Selat Sunda
tahun 2011.
April 23 8 0 0 0 12 3 1 1 0
Mei 2 9 22 8 0 0 1 11 6 0
Juni 13 5 17 3 1 8 2 8 1 0
Juli 19 6 5 4 0 13 4 2 3 1
Agustus 12 11 0 0 0 8 8 0 0 0
September 0 1 14 18 0 0 1 4 4 0
(b)