Anda di halaman 1dari 6

TUGAS LARVALOGI

OLEH :
Agung Laksono Jati (26010121120024)
Debora Anastasya Panggabean (26010121120026)
Alfina Zidannajiyah (26010121130041)
Liliana Syanthi Wicaksono (26010121130059)
Adinda Mei Erawati (26010121140088)
Auliyaurrohman Ali Barowijaya (26010121140095)
Arya Maulana Rifki Syah Putra (26010121140116)

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN SUMBERDAYA AKUATIK
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2024
HASIL
A. Morfologi Pro Larva
Ikan Dascyllus carneus merupakan salah satu ikan hias air laut yang memiliki habitat
perairan laut yang dominan berada pada sekitar karang. Ikan D. carneus memiliki nama lokal
sebagai ikan dakocan putih. Ikan tersebut bereproduksi secara fertilisasi internal dan
membutuhkan waktu kurang lebih 4 bulan untuk bertelur dengan jumlah telur setiap pemijahan
sebanyak 6.500-10.500 butir telur, sedangkan keberhasilan pemijahan berkisar 90,6-98,81%..
Ikan D. carneus merupakan salah satu jenis yang paling sulit dibudidayakan untuk produksi
benih karena larvanya yang berukuran kecil, sehingga terdapat beberapa laporan terkait ancaman
kepunahannya yang disebabkan degradasi habitatnya (Arai, 2015). Larva yang baru menetas
maka akan memasuki fase yolk sac atau pro larva. Pro larva D. carneus memiliki panjang
berkisar ± 0,14mm hingga 1,95mm dengan ketebalan tubuh larva berkisar ± 0,002mm hingga
0,16mm sebagai ikan pomacentrid. Ciri morfologi pada pro larva D. carneus yakni memiliki
yolk sac atau kantung kuning telur (berukuran ± 0,01mm-0,10mm) yang akan habis berkisar 72
jam pasca menetas, terdapat pigmen hijau kekuningan pada sepanjang tubuh dorsal, melanofor
menjadi lebih terlihat dan berpindah ke tahap stellated dan menyebar ke kuning telur, melanofor
yang meluas cenderung berada sepanjang daerah ventral notochord, dan fase pro larva berakhir
pada hari ke empat setelah menetas dengan pertanda terbentuknya mulut serta terserap habisnya
yolk sac. Fase berikut yang akan dialami D. carneus yakni fase pre larva yang dilanjut pro larva
hingga menuju dewasa serta mampu berkembangbiak.

D. carneus 0 hari pasca menetas D. carneus 1 hari pasca menetas D. carneus 2 hari pasca menetas

Sumber gambar: Anzeer et al., 2019 Sumber gambar: Anzeer et al., 2019 Sumber gambar: Anzeer et al., 2019

D. carneus 3 hari pasca menetas

Sumber gambar: Anzeer et al., 2019

B. Morfologi Pre Larva


Pada fase pre larva terdapat penambahan panjang tubuh dan pembentukkan organ-organ namun
organ belum terbentuk sempurna.

C. Morfologi Post Larva


Fase post larva menunjukan beberapa perubahan pada morfologi dari larva ikan mulai
terbentuk secara sempurna. Fase post larva ikan memasuki umur 14 hari, ukuran larva pada fase
ini mulai bertambah yaitu berkisaran kurang lebih 4,53 mm dengan panjang total 3,77 mm.
Bagian sirip punggung dan duri mulai berkembang, bagian tangkai ekor telah terbentuk. Bagian
tulang pada sirip ekor semakin terlihat jelas dan menguat. Sirip dubur larva dan bagian tulang
belakang dubur semakin berkembang dan terlihat jelas. Larva mulai mengalami pigmentasi atau
pewarnaan pada bagian tubuh berwarna oranye tua pada seluruh tubuhnya.

D. Variabel Berpengaruh Terhadap Larva


● Parameter Fisika-Kimia
Parameter fisika-kimia adalah salah satu dari variabel yang berpengaruh dalam keberlangsungan
hidup suatu larva. Didalam jurnal ini disebutkan beberapa parameter fisika-kimia yang dipakai
guna mengoptimalkan hasil dari larva ikan sendiri. parameter fisika-kimia yang dihitung adalah
salinitas, suhu, DO, ammonia dan pH. Salinitas sendiri adalah kadar garam terlarut didalam suatu
perairan. Pada jurnal ini disebutkan nilai salinitasnya adalah sebesar 35,43 ppt. Menurut
Wulandari et al. (2015), bahwa kisaran salinitas optimum untuk pertumbuhan biota laut yaitu
pada kisaran 30 ppt. Hal ini menandakan bahwa salinitas di jurnal ini sudah baik, dikarenakan
ikan ini termasuk kedalam ikan demersal yang artinya kuat terhadap salinitas tinggi. Salinitas
sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme
ikan, terutama proses osmoregulasi. Nilai suhu air yang ada pada jurnal ini adalah sebesar
28,35°C. Menurut Mainassy (2017), kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan ikan di perairan
adalah 20 - 30ºC. Hal ini menandakan bahwa suhu pada jurnal ini sudah baik karena berada
diantara suhu optimumnya. Nilai suhu sendiri dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain cuaca,
angin dan arus. Nilai DO disebutkan pada jurnal ini yaitu sebesar 7,5 mg/L. Menurut
Putriningtyas et al. (2021), berdasarkan pengukuran parameter kualitas air untuk kadar oksigen
terlarut yang baik adalah 7,2 mg/L. Perlu diketahui bahwa semakin tinggi nilai DO maka
semakin baik juga perairan tersebut hal tersebut terjadi karena semakin tinggi nilai DO maka
semakin tinggi produktivitas di suatu perairan ataupun kolam. Selanjutnya pada jurnal ini juga
disebutkan nilai amonia yaitu sebesar 0,37 mg/L. Menurut Nugroho dan Rivai (2018),
konsentrasi dari amonia itu sendiri harus dijaga agar nilainya tetap dibawah 0.2 mg/l. Hal ini
membuktikan bahwa kadar amonia pada jurnal ini sudah melewati ambang batas maksimal
sehingga diperlukan untuk mengganti air secepatnya atau mengurangi populasi ikan didalamnya.
Kadar amonia yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ikan-ikan tersebut tidak dapat mengekstrak
energi dari pakan secara efisien sehingga hal tersebut menyebabkan kematian pada ikan. Nilai
kualitas air terakhir pada jurnal ini adalah pH yaitu dengan nilai sebesar 7,88. Menurut Ferawati
et al. (2014), derajat keasaman (pH) yang ideal untuk pertumbuhan biota laut adalah 7–8. Hal ini
menandakan bahwa nilai pH dari jurnal ini masih baik tetapi sudah diambang batas maksimal
diperlukannya perlakuan khusus agar pH kembali normal. Selanjutnya ada pakan disebutkan
dengan menggunakan copepoda Parvocalanus crassirostris sebagai pakan pertama, pembiakan
larva dilakukan. Kultur alga dipanen secara teratur dan digunakan untuk membuat air hijau untuk
pemeliharaan larva dan juga untuk pakan hidup seperti copepoda dan rotifera. Artemia nauplii
juga diizinkan untuk memakan ganggang untuk waktu yang singkat sebelum digunakan sebagai
pakan larva ikan. Mulut larva menganga dan preferensi pakan diamati dengan pengambilan
sampel secara berkala. Preferensi ukuran pakan pada setiap tahap perkembangan larva dilacak
dengan mengamati isi usus larva dari hari ke-3 hingga 25 dph. Menurut Kurdi et al., (2016),
Copepoda merupakan udang kecil yang hidup di seluruh perairan pantai maupun perairan dalam.
Copepoda sangat berpotensi menjadi pakan alami alternatif selain rotifer dan Artemia sebagai
pakan larva ikan laut.

E. Persebaran

Ikan D. carneus merupakan salah satu ikan yang berasal dari famili Pomancantridae yang
umumnya memiliki habitat pada terumbu karang dangkal pada perairan laut tropis dan subtropis.
Persebaran dominan dari D. carneus pada wilayah laut Jawa dan India. Selain itu, ikan ini dapat
ditemukan pada perairan Samudera Hindia: Afrika Timur (selatan hingga Teluk Delagoa),
Mauritius, Réunion, St. Brandon's Shoals, Kepulauan Comoro, Seychelles, Kepulauan Aldabra,
Kepulauan Chagos, Maladewa, Sri Lanka, dan Laut Andaman. Juga terjadi di Kepulauan Seribu,
Laut Jawa,
DAFTAR PUSTAKA
Arai, T., 2015. Diversity and Conservation of Coral Reef Fishes in the Malaysian South China
Sea. Rev. Fish Biol. Fish. 25: 85–101.
Ferawati, E., Widyartini, D. S., dan Insan, I. 2014. Studi Komunitas Rumput Laut pada Berbagai
Substrat di Perairan Pantai Permisan Kabupaten Cilacap. Scripta Biologica, 1(1):55–60.
Mainassy, M. C. 2017. Pengaruh Parameter Fisika dan Kimia Terhadap Kehadiran Ikan Lompa
(Thryssa baelama Forsskål) di Perairan Pantai Apui Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal
Perikanan UGM, 19(2) : 61-66.
Nugroho, M. A., dan Rivai, M. 2018. Sistem Kontrol dan Monitoring Kadar Amonia untuk
Budidaya Ikan yang Diimplementasi pada Raspberry Pi 3B. Jurnal Teknik ITS, 7(2) : 374-
379.
Putriningtyas, A., Bahri, S., Faisal, T. M., dan Harahap, A. 2021. Kualitas Perairan di Daerah
Pesisir Pulau Ujung Perling, Kota Langsa, Aceh. Journal of Aquatic Resources and
Fisheries Management, 2(2) : 95-99.
Wulandari, S. R., Hutabarat, S., dan Ruswahyuni. 2015. Pengaruh Arus dan Substrat Terhadap
Distribusi Kerapatan Rumput Laut di Perairan Pulau Panjang Sebelah Barat dan Selatan.
Diponegoro Journal of Maquares Management of Aquatic Resources, 4(3) : 91–98.

https://www.fishbase.se/country/CountryList.php?
ID=7798&GenusName=Dascyllus&SpeciesName=carneus

Anda mungkin juga menyukai