Anda di halaman 1dari 8

INDENTIFIKASI KEPITING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DAN UDANG

PUTIH (litopenaeus Vannamei )DI PULAU DERAWAN

Lolyta Damanik1, Muh. Akbar Renaldi2, Nurul Mudrofin Audina3


Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Borneo Tarakan
e-mail/no. hp : Lolytadamanik98@gmail.com, 0853618934881
1

ABSTRAK

Pulau Derawan merupakan pulau Indonesia yang terdapat sejumlah objek wisata
bahari yang menaman, salah satunya tanam bawah laut yang diminati wisatawan
mancanegara terutama para penyelam kelas dunia. Salah satu jenis biota laut
memiliki nilai ekonomis yaitu udang dan kepiting rajungan yang merupakan salah
satu kelas crustacea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indentifikasi kepiting
rajungan dan udang putih. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November
2018. Hasil klasifikasi udang putih termasuk salah satu kelas crustaceae, famili
penaedae dan nama ilmiahnya litopenaeus Vannamei di Pulau Derawan ditemukan
sebanyak 4 ekor dan kepiting rajungan termasuk class crustaceae famili Portunidae
dengan nama ilmiahnya Portunus pelagicus dan yang ditemukan sebanyak 10 ekor.

Kata Kunci: crustaceaer, klasifikasi, udang putih, kepiting rajungan


1. PENDAHULUAN

Laut dan Pesisir Indonesia memenagang peranan penting dalam kehidupan bangsa
karena lebih dari 60 ribu jiwa penduduk Indonesia sebagai nelayan, selain itu laut dan
pesisir juga sebagai habitat flora dan fauna laut, sehingga aktivitas masyarakat
disekitar perairan mempengaruhi keberadaan nutrien di perairan yang pada akhirnya
memberi dampak pada kualitas air dan mempengaruhi kepadatan dan
keanekaragaman biota laut yang khsusnya pada class crustaceae yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi (Pratiwi, 2013)
Pulau Derawan merupakan pulau Indonesia yang letaknyaa di Kecamatan Pulau
Derawan, Kabupaten Berau, dan Provinsi Kalimantan Timur. Di kepulauan ini
terdapat sejumlah objek wisata bahari yang menaman, salah satunya tanam bawah
laut yang diminati wisatawan mancanegara terutama para penyelam kelas dunia.
Selain itu, pulau Derawan memiliki keanekaragam biota laut yang di manfaatkan
penduduk sekitar sebagai sumber pencahariaanya, salah satunya dari kelas crustacean
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Ratnawati, 2012)
Krustacea merupakan filum Arthropoda yang habitatnya di air laut dan air tawar
yang memiliki cangkang yang keras karena adanya endapan kalsium karbonat pada
kutikula. Krustacea yang banyak dijumpai adalah kepiting dan udang. Kepiting
merupakan anggota crustaceae yang habitatnya di dasar laut, dasar lumpur dan pasir,
kepiting memiliki kaki beruas-ruas dan bagian perut mereduksi (Suharta, 2015)
Kepiting merupakan fauna yang habitatnya dan penyevarannya terdapat di air
tawar, payau, dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan dapat hidup di kolom
perairan. Salah satu jenisnya yang hidup di perairan ini adalah kepiting rajungan
(Portunus pelagic). Sebagian besar kepiting merupakan fauna yang aktif mencari
makanan di malam hari (Kristoral, 2017). Kepiting Rajungan (Portunus pelagic)
habitatnya beragaman, pada fase juvenil dan remaja rajungan hidup di daerah pesisir
dan pasa saat dewasa akan kembali ke laut dalam dengan salinitas tinggi (Ningrum,
2015). Umumnya rajungan tinggal di dasar perairan sampai kedalaman 65 meter, tapi
sesekali juga dapat terlihat di permukaan atau koloni perairan pada malam hari pada
saat mencari makanan ataupun berenang dengan segaja mengikuti arus (Suharti,
2015)
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan banyak diminati masyarakat. Udang vaname di wilayah
Asia disebut Hawai dan di Thailand disebut Khung Kao, masyarakat Indonesia sering
menyebutnya sebagai udang putih. Udang dewasa hidup di laut terbuka dan udang
muda bermigrasi kearah pantai dan aktif mencari pada malam hari (Panjaitan, 2012)
Manfaat penelitian ini adalah dapat sebagai referensi dalam mengindentifikasi
udang vaname dan kepiting rajungan dan dapat di jadikan sebagai dasar pertimbangan
dalam mengolah sumber daya rajungan dan udang di perairan.
2. TUJUAN
Indentifikasi udang dan kepiting rajungan di Pulau Derawan
3. METODE
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-10 November 2018 di Pulau Derawan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu crution, observasi, wawancara.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu: pinset, plastik zipper, plastik es
batu, toples, termometer, kertas laber, refragrometer, tdsmeter, phmeter, kamera,
snorkling, . Bahan-bahan yang digunakan yaitu air laut, sampel, alcohol 70%, dan
tisu.
Cara Kerja
1. Pengambilan sampel
2. Mengukur pH
3. Mengukur Salinitas dengan refragrometer
4. Mengukur kandungan zat terlarut pada media dengan alat TDS
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pHmeter, mengukur suhu
dilakukan dengan menggunakan termometer dan TDSmeter, mengukur oksigen
terlarut dilakukan dengan menggunakan alat TDSmeter, dan untuk mengukur
salinitas dilakukan dengan menggunakan refragrometer.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Parameter Lingkungan yang diukur di Pulau Derawan

No Famili Nama spesies Jumlah Suhu DO pH Salinita Kordin


s at
1 Penae 4 ekor 30o 1702 5 30 ppt -
idae C mg/L

Udang (Litopenaeus
Vanname)
2 Portuni 10 ekor 310 1690 5, 30 ppt 2°13
dae C m/L 6 ’86”
LU

118°
51’3
Kepiting Rajungan ”
(Portunus pelagicus) BB

Udang Vannamei ( Litopenaeus Vannamei )

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus Vannamei

Udang vaname mempunyai tubuh beruas-ruas yang kulitnya terdiri dari kitin,
memiliki lima pasang kaki jalan dan lima pasang kaki renang, tentakel yang panjang.
Tubuh udang vaname secara morfologis dibedakan menjadi dua bagian yaitu
cephalothorax atau bagian kepala dan dada serta bagian abdomen atau perut.

Kepiting Rajungan

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Ordo : Gucandae

Sub ordo : Decapoda

Famili : Portunidae
Genus : Portinus

Spesies : Portunus pelagicus

Morfolofi rajungan (Portunus pelagicus) karapas berbentuk pipi atau agak


cembung, memiliki satu pasang kaki renang, tiga pasang kaki jalan, dan sepasang
capit.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1) terdapat 4 ekor udang vaname


(Litopenaeus Vannamei) hal ini disebabkan bahwa udang aktif di malam hari yang
mengikuti arus air dan subuh sekitar jam 4, disiang hari udang viname berlindung
dari serangan peredator. pH di Pulau derawan sekitar 5,0 yang masih cocok terhadap
pertumbuhan pada udang viname (Litopenaeus Vannamei) hal ini diperkuat dengan
pernyataan Arsad (2017) bahwa pH optimal untuk pertumbuhan udang viname adalah
5, 7, 8 dan dapat mentoleransi pH kisaran 6, 5, 9. Konsentrasi pH air akan
mempengaruhi terhadap nafsu makan udang. Selain itu Ph yang berada di bawah
kisaran toleransi akan menyebabkan terganggunya proses molting dan kelangsungan
hidupnya rendah. pH 4 merupakan titik asam yang akan menyebabkan kematian pada
udang dan pH 11 merupakan titik basa kematian udang. Sedangkan pH 4-6 dan 9-11
pertumbuhan udang menjadi lambat.

Suhu yang di Pulau Derawan sekitar 30 ℃ merupakan suhu yang cocok bagi
pertumbuhan udang hal ini sesuai dengan hasil penelitian Arsad (2017) bahwa suhu
optimal untuk pertumbuhan udang viname yaitu 28-31 ℃. Salinitas di Pulau Derawan
sekitar 30 ppt yang masih memungkinkan dalam perumbuhan udang hal ini di perkuat
oleh Arsad (2017) bahwa udang tumbuh baik pada salinitas 5-45 ppt. salinitas
berperan dalam proses molting udang. Pada salinitas yang tinggi pertumbuhan udang
terganggu.

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1) terdapat 10 ekor kepiting rajungan


(Portunus pelagicus). Pulau Derawan dengan suhu 31 ℃, suhu yang terukur pada
penelitian ini adalah suhu air permukaan yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari, dimana pada saat observasi cuaca panas. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Suharto (2012) bahwa suhu rata-rata yang baik dalam
pertumbuhan dan perkembangbiakan kepiting rajungan (Portunus pelagicus) sekitar
28-34,5 ℃. Faktor suhu mempengaruhi proses pertumbuhan dari fase telur-larva-
juvenil-rajungan muda (Agus, 2016). Salinitas di Pulau Derawan adalah 30 ppt.
Salinitas di Derawan masih memungkinkan rajungan (Portunus pelagicus) untuk
dapat hidup dengan baik hal ini diperkuat dengan pernyataan Erlinda (2016) bahwa
rajungan cocok pada salinitas sekitar 30-40 ppt. Salinitas merupakan faktor dalam
perkembangan rajungan, dimana salinitas mempengaruhi penetasan telur kepiting,
pada salinitas yang rendah maka telur akan menetas prematur dan larva hasil
tetesannya akan segera mati (Astuti, 2008). Pada saat pengukuran pH di Pulau
Derawan phnya sekitar 5,6. pH yang cocok dalam perkembagan rajungan adalah 7-8
yang derajat keasamnya relatif basa (Erlinda, 2016)

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa


viname yang masyarakat sebut sebagai udang putih merupakan salah satu kelas
crustaceae, ordo Decapoda, family Penaeidae, genus Litopenaeus dan spesies
Litopenaeus Vannamei. Spesies ini dapat hidup di Pulau Derawan dengan suhu 30o C,
DO 1702 mg/L, pH 5 dan Salinitas 30 ppt. Kepiting rajungan merupakan salah satu
kelas crustaceae, ordo decapoda famili Portunidae, genus Portinus dan spesies
Portunus pelagicus. Spesies ini dapat hidup di Pulau Derawan dengan suhu 310 C,
DO : 1690m/L, pH : 5,0 dan salinitas : 30 ppt.

UCAPAN TERIMAKASIH
Dosen pengampu mata kuliah ibu Nursia M.Pd, dan bapak Endik Deni Nugroho
M.Pd,. keluarga bapak H. Herman pemilik homestay, senior sebagai asdos yang juga
membimbing dan mengarahkan kami mahasiswa, juga masyarakat setempat, dan
semua teman-teman biologi angkatan 2016 yang ikut berpartisipasi dalam kuliah
lapang
DAFTAR PUSTAKA

Arsad, Sulastri, dkk. 2016. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang


(Litopenaeus Vannamei) Dengan Penerapan Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan. Vol 1(9)

Astuti, Oce. 2008. Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan dan


Kelangsungan Hidup Larva Menjadi Megalopa Rajungan (Portunus pelagicus).
Tesis tidak dipublikasikan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Agus, Bahri, dkk. 2016. Distribusi Spasial Rajungan (Portunus pelagis)


pada Musim Timur di Perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia (JIPI). Vol 21 (3): 209-218

Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Erlinada, Surustiana, dkk. 2016. Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di


Perairan Lakara Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Jurnal Manajemen
Sumber Daya Perairan. Vol 1(2): 131-140

Kristoval, dkk. 2016. Studi Ekologi Kepiting Bakau Dan Kepiting Rajungan
Di Perairan Batu Licin Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan

Ningrum, V. Pristya. 2015. Beberapa Aspek Biologi Perikanan Rajungan


(Portunus pelagicus) di Perairan Betahwalang dan Sekitarnya. Jurnal Saintek
Perikanan. Vol 11(01): 62-71

Puspasari, Reny. Suryandari, Astri. 2017. Kelimpahan Udang Putih


(Litopenaeuns Vannamei) Di Perairan Probolinggo Dan Banyuwangi. Jurnal
Perikanan Indonesia. Vol 13 (01) : 13-19

Panjaitan, A. Suryati. 2012. Pemeliharaan Larva Udang Viname


(Litopenaeus Vannamei) Dengan Pemberian Jenis Fitoplakton Yang Berbeda. Tugas
Akhir Program Magister. Jakarta : Universitas Terbuka

Ratnawati, Erna dan Asaad, Indrajaya. 2012. Daya Dukung Lingkungan


Tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambalang, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 4(2)

Rusyana, Adun. 2014. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung:


Alfabeta
Suharta. 2015. Pengaruh Fase Bulan Terhadap Prilaku Rajungan (Portinus
Pelagicus) Berdasarkan Hasil Tangkapan Jaring Kejer Di Akhir Musim Barat Di
Perairan Bondet Kabupaten Cirebon. Tugas akhir program magister. Jakarta :
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai