SKRIPSI
DWI FAJRIANTI
L231 12 901
SKRIPSI
DWI FAJRIANTI
L231 12 901
SKRIPSI
Oleh
DWI FAJRIANTI
L231 12 901
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pada
Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
DWI FAJRIANTI. Pendugaan Musim Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) Di Teluk Bone. Di bawah bimbingan Achmar Mallawa
dan Musbir.
Perairan Teluk Bone yang terletak di wilayah pengelolaan perikanan (WPP
713) merupakan salah satu daerah penangkapan ikan cakalang terbaik di
Indonesia, namun hasil tangkapan nelayan per trip per kapal maupun total
tangkapan per kapal per tahun masih rendah sebagai akibat tidak menentunya
lokasi dan waktu penangkapan. Tujuan dari penelitian ini menentukan musim
penangkapan ikan cakalang di Teluk Bone dan menganalisis hubungan antara
hasil tangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan faktor oseanografi
di Teluk Bone. Metode yang digunakan adalah metode survey, berdasarkan tujuan
penelitian, maka penelitian ini menggunakan dua kelompok data yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data hasil pengamatan langsung
dilapangan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan (experimental fishing)
meliputi jumlah hasil tangkapan dan posisi geografis lokasi penangkapan ikan
cakalang, sedangkan data sekunder meliputi data citra suhu permukaan laut dan
klorofil serta data hasil tangkapan perbulan selama kurun waktu 4 tahun terakhir
(2011 2014) dari dinas perikanan kabupaten Luwu kemudian diplot dengan
menggunakan SPSS 15.0 dan Excel. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik,
sedangkan prediksi daerah penangkapan ikan menggunakan ENVI 4.7, SeaDass
dan ArcGIS 10.0 ditampilkan dalam bentuk gambar. Hasil penelitian menunjukkan
puncak musim penangkapan ikan cakalang di Teluk Bone dalam kurun waktu
tahun 2011 2014 terjadi pada kuartal IV (Oktober, November dan Desember).
Distribusi suhu permukaan laut di daerah penangkapan ikan cakalang berkisar
antara 29.5C 30C dan konsentrasi klorofil-a berkisar 0,22 0,25 mg/m.
Terdapat korelasi yang signifikan antara hasil tangkapan cakalang dengan suhu
permukaan laut, sedangkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara hasil
tangkapan cakalang dengan klorofil-a.
Kata Kunci : Ikan Cakalang, SPL, Klorofil-a, Musim Penangkapan, Teluk Bone
ABSTRACT
RIWAYAT HIDUP
Dwi Fajrianti lahir di Kolaka, Sulawesi Tenggara pada tanggal
28 September 1994 penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Ir. H. Haeran Sultani dan Dra. Hj.
Sulaeha. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanakkanak pada TK Negeri Pembina Kabupaten Kolaka pada tahun
2000, Sekolah Dasar pada SD Negeri 1 Laloeha pada tahun
2006, Sekolah Menengah Pertama tahun 2006 pada Pondok
Pesantren Al-Mawaddah Warahmah dan pada tahun yang sama penulis pindah
ke Madrasah Tsanawiyah Kolaka dan lulus pada tahun 2009, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri 1 Kolaka dan lulus
pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri dan
di terima di Universitas Hasanuddin pada program S1 Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan melalui jalur
Potensi Olahraga Seni dan Keilmuan (POSK). Selama kuliah di jurusan perikanan
penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Dinamika Populasi dan praktik lapang,
selama menjadi mahasiswapenulis tercatat sebagai anggota Paduan Suara
Mahasiswa (PSM) Universitas Hasanuddin. penulis juga aktif pada organisasi
kampus Keluarga Mahasiswa Profesi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (KMP
PSP), dan Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia (HIMPATINDO).
Penulis yakin sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan mungkin dapat
terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak. Karenanya dengan
segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, para wakil dekan serta seluruh staf atas bantuannya
selama penulis mengikuti pendidikan.
2. Bapak Fahrul, S.Pi, M.Si selaku penasehat akademik yang selalu memberikan
masukan selama kuliah di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Achmar Mallawa, DEA dan Bapak Prof. Dr. Ir. Musbir, M.Sc
selaku pembimbing dalam penelitian dan penulisan skripsi, atas segalawaktu,
ilmu, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulisselama ini.
4. Bapak Dr. Ir. Faisal Amir, M.Si, Bapak Dr. Mukti Zainuddin, S.Pi, M.Sc dan
Bapak Dr. Safruddin, S.Pi, MP, selaku penguji yang memberikan kritik dan saran
membangun selama penelitian dan penulisan skripsi.
5. Para dosen FIKP Unhas,
9. Sahabat seperjuanganku Nirwana S.Pi dan Ummy Iftah Rofika S.Pi yang telah
menemani penulis dari awal hingga akhir perkuliahan yang selalu membantu,
memotivasi,
menyemangati,
menemani,
dan
menghibur
penulis
selama
Dwi Fajrianti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.
B.
C.
D.
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang sebagian besar
wilayahnya adalah perairan laut yang kaya akan sumberdaya alam. Kabupaten
Luwu merupakan salah satu dari 21 kabupaten yang ada di Provinsi Selatan
dengan luas wilayah sekitar 3.000,25 km2 atau 3.000.250 Ha. Kabupaten Luwu
terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan, dimana posisi Kabupaten
Luwu terletak 2.34.45 3.30.30 LS dan 120.21.15 121.43.11 BT.
Secara umum karasteristik bentang alam Kabupaten Luwu terdiri atas kawasan
pesisir/pantai dan daratan hingga daerah pegunungan yang berbukit hingga
terjal, dimana berbatasan langsung dengan perairan Teluk Bone dengan panjang
garis pantai sekitar 116,161 km (PPSP, Kabupaten Luwu, 2012).
Salah satu sumberdaya ikan di perairan Teluk Bone yang potensinya
cukup besar adalah ikan cakalang, dimana diperkirakan ikan cakalang
menjadikan perairan Teluk Bone sebagai tempat mencari makan (feeding
ground) dan tempat pembesaran (nursery ground) serta wilayah lintasan
migrasinya (Mallawa dkk, 2009).
Teluk Bone merupakan wilayah perairan yang cukup potensil di perairan
Timur Indonesia, di mana di perairan ini nelayan melakukan penangkapan
dengan berbagai macam alat tangkap seperti bagan rambo (giant lift net), jaring
kolor (purse seine), jaring insang permukaan (surface gil net), huhate (pole and
line), sero (guiding barrier) untuk memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada
seperti ikan kembung (Rastrelliger sp), ikan teri (Stelophorus sp), ikan tembang,
ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan tongkol (Auxis thazard), ikan malaja
(Syganus caniculatus) dan sebagainya (Mallawa dkk., 2010).
25000
20000
15000
10000
5000
0
HUHATE
PAYANG
BAGAN PERAHU
ALAT TANGKAP
aktivitas
gerakan
dan
aktivitas
makan
serta
menghambat
umpan hidup diantaranya ikan layang, sarden, selar, kembung, dan lolosi
(Subani dan Barus, 1989).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Menentukan musim penangkapan ikan cakalang di Teluk Bone
2. Menganalisis hubungan antara hasil tangkapan ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis) dengan faktor oseanografi di Teluk Bone.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu memberikan
informasi kepada nelayan mengenai musim penangkapan ikan cakalang di Teluk
Bone. Selain itu, manfaat lain yang ingin dicapai yaitu untuk memberi informasi
ilmiah bagi peneliti selanjutnya.
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dari penelitian ini secara detail disajikan pada Gambar 2:
Permasalahan
Belum diketahui informasi tentang waktu
penangkapan ikan cakalang yang optimal
Data Lapangan
Hasil
Tangkapan
Cakalang
Posisi Penangkapan
Parameter
Oseanografi
Data Citra
Satelit
Suhu
Permukaan
Laut (MODIS)
Klorofil-a (MODIS)
diperairan
Teluk Bone yang potensinya cukup besar adalah ikan cakalang, di mana
diperkirakan ikan cakalang menjadikan
mencari makan (feeding ground) dan tempat pembesaran (nursery ground) serta
wilayah lintasan migrasinya (Mallawa,2009).
Ekosistem Teluk Bone merupakan ekosistem yang mempunyai kekhasan
tersendiri. Perairannya semi tertutup dibandingkan dengan perairan selat
Makassar dan laut Flores karena secara geografis terletak di sebelah Timur
daratan Sulawesi Selatan dan di sebelah Barat daratan Sulawesi Tenggara.
Teluk Bone telah lama dimanfaatkan untuk usaha penangkapan ikan. Usaha
penangkapan ikan yang ada masih dalam skala tradisional dan dalam jumlah
yang cukup banyak. Salah satu sumberdaya perikanan yang dieksploitasi di
Teluk Bone adalah ikan cakalang. Potensi ikan cakalang yang ada dipengaruhi
oleh pola distribusi biofisik lingkungan secara spasial dan temporal (Jamal dkk,
2011).
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu jenis ikan
pelagis besar perairan Teluk Bone yang potensil, bernilai ekonomis tinggi
sehingga banyak dimanfaatkan oleh nelayan pantai timur Sulawesi Selatan dan
nelayan pantai barat Sulawesi Tenggara dengan menggunakan berbagai macam
alat tangkap dan tingkat teknologi yang bervariasiseperti huhate (pole and line),
seine) dan kadang jaring insang permukaan (surface gill net), di mana
dalampenangkapannya nelayan
B. Ikan Cakalang
Klasifikasi ikan cakalang adalah sebagai berikut (Brand, 1989):
Domain Eukaryota
Kingdom Animalia
Subkingdom Bilateria
Infrakingdom Chordonia
Phylum Chordata
Subphylum Vertebrata
Infraphylum Gnathostomata
Superclass Osteichthyes
Class Actinopterygii
Subclass Actinopterygii
Infraclass Actinopteri
Cohort Clupeocephala
Superorder Acanthopterygii
Ordo Perciformes
Suborder Scombroidei
Family Scombridae
Subfamily Scombrinae
Genus Katsuwonus
Specific name pelamis
Scientific name Katsuwonus pelamis
10
mulai dari permukaan sampai kedalaman 260 m pada siang hari, sedangkan
pada malam hari akan menuju permukaan (migrasi diurnal). Penyebaran
geografis cakalang terdapat terutama pada perairan tropis dan perairan panas di
daerah lintang sedang (Angraeni, dkk, 2014).
Menurut Blackburn (1965), cakalang banyak ditemukan pada perairan
dengan kecerahan tinggi, dimana mangsanya terlihat jelas. Usaha perikanan
cakalang sangat baik dilakukan di perairan dengan tingkat kecerahan 15 meter
sampai 35 meter. Di perairan Indonesia Timur, tingkat kecerahan di beberapa
fishing ground berkisar antara 10 - 30 meter.
Cakalang biasanya membentuk gerombolan (schooling) pada saat ikan
tersebut aktif mencari makan. Bila ikan tersebut aktif mencari makan,
makagerombolan tersebut bergerak dengan cepat sambil meloncat-loncat
dipermukaan air (Amiruddin, 1993). Respon atau tingkah laku ikan cakalang
terhadap perubahan suhu salah satunya adalah dengan melakukan migras.
Migrasi adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain yang
mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan untuk
eksistensi hidup dan keturunannya. Ikan mengadakan migrasi dengan tujuan
untuk pemijahan, mencari makan dan mencari daerah yang cocok untuk
kelangsungan hidupnya. Migrasi ikan dipengaruhi olek beberapa faktor baik
faktor eksternal (berupa faktor lingkungan yang secara langsung atau tidak
langsung berperan dalam migrasi ikan) maupun internal (faktor yang terdapat
dalam tubuh ikan).
Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa untuk menemukan gerombolan
cakalang, ada beberapa petunjuk diantaranya:
a. Adanya burung yang menukik dan menyambar permukaan laut.
b. Adanya ikan-ikan yang meloncat ke atas permukaan air.
11
c. Mengikuti gerakan dari kayu hanyut, beruaya bersama ikan paus dan
sebagainya.
D. Parameter Oseanografi
1.
12
2.
Klorofil a
Konsentrasi klorofil-a di lautan memiliki nilai yang berbeda secara vertikal,
dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi seperti suhu permukaan
laut, angin, arus dan lain-lain. Fluktuasi nilai tersebut bisa diamati dengan
melakukan pengukuran secara langsung atau dengan penggunaan teknologi
inderaja. Konsentrasi klorofil-a di suatu perairan dapat memberikan rona laut
yang khas sehingga melalui metode inderaja yang menggunakan wahana satelit,
konsentrasi pigmen tersebut bisa diduga (Tadjuddah, 2005).
Sebaran klorofil-a di dalam kolom perairan sangat tergantung pada
konsentrasi nutrien. Konsentrasi nutrien di lapisan permukaan sangat sedikit dan
akan meningkat pada lapisan termoklin dan lapisan di bawahnya.
Nutrien
13
ikan.
Sebelum
pemancingan
dilakukan
penyemprotan
air
untuk
memengaruhi visibility ikan terhadap kapal atau para pemancing. Adanya faktor
umpan hidup inilah yang membuat cara penangkapan ini agak rumit. Hal ini
disebabkan karena umpan hidup harus sesuai dengan ukuran dan jenis tertentu,
disimpan, dipindahkan dan dibawa dalam keadaan hidup (Sudirman dan
Mallawa, 2004).
Mallawa (2012) mendeskripsikan alat penangkapan pole and line sebagai
berikut:
1. Joran atau galah (pole) terbuat dari bambu kuning yang tua atau fiber glass.
Dengan syarat tingkat kelenturan yang tinggi dan panjangnya sekitar 2,0 2,5
meter.
2. Tali utama (main line) terbuat dari polyethylene dengan panjang 1,5 2,0
meter. Hal ini disarakan pada panjang joran yang digunakan pemancing,
tinggi haluan, cara pemancingan dan lain sebagainya.
3. Tali sekunder (secondary line), terbuat dari bahan monofilament atau tasi
yang berwarna putih dengan panjang sekitar 20 cm. Tali ini berfungsi sebagai
pengganti kawat baja untuk mencegah terputusnya tali utama akibat digigit
oleh ikan target.
4. Mata pancing (hooks), mata pancing tidak berkait terbalik, nomor mata
pancing berkisar 2,5 2,8.
14
5. Umpan hidup (life baits), tidak dikaitkan pada mata pancing melainkan
ditebarkan di dalam perairan untuk menarik gerombolan ikan bertambah
mendekat ke kapal (area pemancingan).
15
16
No.
Alat
Kegunaan
1.
2.
Termometer Digital
3.
4.
Kamera Digital
5.
Alat tulis
6.
Kuisioner
7.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu
peta rupa bumi, data citra satelit suhu permukaan laut dan klorofil a serta data
statistik perikanan kabupaten Luwu, sedangkan data primer yaitu data hasil
tangkapan yang diambil dari lapangan.
17
1.
penangkapan
dengan
menggunakan
pole
and
line.
Adapun
prosedur
Penetuan titik koordinat meliputi posisi lintang dan bujur pada lokasi
penangkapan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS)
b.
Data hasil tangkapan dalam satuan ekor yang diambil setiap operasi
penangkapan.
2.
a. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu meliputi data
tentang produksi ikan cakalang per bulan selama 4 tahun terakhir (2011
2014) di Kabupaten Luwu yang meliputi Teluk Bone.
b. Pengambilan data citra satelit faktor lingkungan seperti suhu permukaan laut
dan klorofil a perairan tahun 2011 2014 menggunakan citra satelit
AQUA/TERRA dan sensor MODIS dengan resolusi spasial 4 km dan resolusi
temporal bulanan.
D. Analisis Data
1.
Analisis
Hubungan
antara
Hasil
Tangkapan
dengan
Parameter
Oseanografi
Untuk menyatakan hubungan antara hasil tangkapan dengan parameter
oseanografi, digunakan Analisis Non Linier Berganda (Cobb Douglas) dengan
metode diskriminan.
18
19
Ftabel dari taraf uji 0,05 berarti berpengaruh nyata dan jika lebih besar dari 0,05
berarti tidah berpengaruh nyata.
(2) Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh tiap variabel bebas
(independent) terhadap variabel tak bebas (dependent). Dari tabel summary
output didapatkan nilai significant p(probability) dimana jika nilainya thitung lebih
kecil dari nilai ttabel pada uji 0,25 berarti nyata, dan jika nilai thitung lebih besar
dari niali ttabel pada taraf uji 0,25 berarti tidak berbeda nyata (Sudjana, 1996).
(3) Uji Kenormalan Residu
Analisis regresi digunakan untuk mendefinisikan hubungan matematis
antara variabel dependent (y) dengan satu atau beberapa variabel independent
(x). Artinya dilakukan pemeriksaan melalui pengujian normalitas residual, dengan
melihat uji statistik Kolmogorov Smirnov dimana nilai p-value > 0,05. Uji
kenormalan bisa dilihat juga dari hasil grafik normal P-Plot, dimana pencaran
residual harus berada di sekitar garis lurus melintang.
2.
dan diolah data citra suhu permukaan laut dan klorofil diproses dengan software
ENVI 4.7. pada proses pembuatan peta terdapat beberapa tahapan kegiatan
yaitu
a. Persiapan Data
Data citra yang di download dari internet (http:oceancolor.gsfc.nasa.gov.)
diolah dengan menggunakan envi 4.7 dan SeaDass, pada tahap ini dilakukan
analisis terhadap nilai kandungan klorofil dan suhu permukaan laut setiap posisi
penangkapan. Nilai yang diperoleh dari setiap posisi kemudian digabungkan
20
b. Input Data
Pada tahap ini dilakukan pemasukan data digital provinsi Sulawesi
Selatan yang diperoleh dari idabu. Langkap berikutnya adalah memasukkan data
oseanografi dan posisi penangkapan. Data tersebut di input kedalam program
arcGIS dalam format *.dbf.
c. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan overlay terhadap hasil tangkapan dan parameter
oseanografi yang di sicnifican terhadap hasil tangkapan. Langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis (Extension dari ArcGIS) dengan melakukan interpolasi
data parameter oseanografi dan prediksi hasil tangkapan yang dihasilkan dari
model regresi yang signifikan. Haasil tangkapan yang diperoleh dari interpolasi
kemudian dioverlay dengan hasil tangkapan yang dapat memberikan informasi
spasial yang lengkap.
d. Layout
Dalam tahap ini hasil analisis dibuatkan layout sesuai dengan kaidah
kartografi. Hasil yang diperoleh adalah peta gabungan dari semua data yang
telah dimasukkan dan telah diolah yang mampu memberikan informasi hubungan
antara hasil tangkapan dan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh
besar terhadap pola pendugaan musim penangkapan ikan cakalang pada zona
penangkapan yang telah ditentukan.
21
3.
(bulan) dalam jumlah hasil tangkapan lebih besar dari rata-rata tangkapan
selama periode tahun tersebut (Uktolseja, 1993). Bila tersebut data untuk periode
waktu (tahun) tertentu, maka analisis yang digunakan untuk menduga musim
ikan adalah sebagai berikut:
Yj=
dimana:
Yj
dimana:
n=
= 12 bulan (1 tahun)
22
23
24
25
2. Tali utama (main line), terbuat dari bahan sistetis polyethelene dengan
panjang sekitar 1,5 2 meter yang sesuai dengan panjang joran yang
digunakan.
26
27
pancing ini tidak beringsang (tidak berkait).. Nomor mata pancing yang
digunakan adalah 2,5 2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah
berbentuk silinder dengan panjang sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm
dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik perhatian ikan
cakalang. Selain itu, pada sisi luar silinder terdapat cincin sebagai tempat
mengikat tali sekunder. Dibagian mata panicng dilapisi dengan guntingan tali
rapia berwarna merah yang membungkus rumbai-rumbai.
semua teknologi dan instrumen yang digunakan dalam penangkapan ikan, baik
untuk
mengumpulkan,
mencari
keberadaan
ikan,
menentukan
daerah
Serok yang digunakan oleh fishing master untuk melemparkan umpan hidup
ke perairan pada saat boy-boy melakukan pemancingan.
28
b.
Gambar 13. (a) Serok yang digunakan fishing master untuk melempar umpan
(b) Serok yang digunakan untuk mengambil umpan hidup
29
30
31
disajikan dalam Gambar dan produksinya setiap tahun dalam Gambar 18.
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
KUARTAL
32
musim
penangkapan
(IMP).
Secara
keseluruhan
hasil
analisis
menunjukkan bahwa nilai IMP ikan cakalang dari perairan Teluk Bone memiliki
nilai rata-rata diatas 61497 kg. Berdasarkan perhitungan IMP tersebut maka
dapat dilihat bahwa kuartal II (April, Mei, dan Juni), III (Juli, Agustus, dan
September) dan IV (Oktober, November, dan Desember) berada diatas nilai ratarata per kuartal. Sedangkan kuartal I (Januari, Februari, dan Maret) berada
dibawah nilai rata-rata IMP per kuartal.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa
musim penangkapan yang merupakan waktu paling baik dalam melakukan
penangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Bone adalah pada kuartal IV
(Oktober, November, dan Desember) yang merupakan periode musim peralihan
II. Hal ini disebabkan karena pada musim peralihan II kondisi lingkungan cukup
mendukung untuk melakukan usaha penangkapan sehingga produksi dapat
meningkat. Dengan meningkatnya produksi tangkapan maka IMP juga meningkat
sehingga dapat mengindikasikan pada periode tersebut adalah musim
penangkapan ikan cakalang (Gambar 17 ). Hasil tangkapan tertinggi diperoleh
pada kuartal IV (musim peralihan II) sebesar 371220 Kg . Sedangkan musim
penangkapan yang kurang baik untuk melakukan penangkapan ikan cakalang di
perairan Teluk Bone terdapat pada kuartal I.
Dari hasil penelitian (Handayani, 2010) bulan Juni - Juli merupakan
musim puncak ikan cakalang karena pada saat tersebut daerah potensial
33
34
adalah 46,5 cm FL. Jamal (2011) dan Mallawa (2012) musim terbaik untuk
menangkap ikan cakalang di perairan Teluk Bone adalah pada musim peralihan
II, sedangkan musim yang tidak baik adalah musim barat. Musim peralihan I dan
musim timur cukup baik untuk kegiatan penangkapan.
II
III
IV
KUARTAL
II
III
IV
KUARTAL
35
II
III
IV
KUARTAL
II
III
IV
KUARTAL
36
200000
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2011
Kuartal I
2012
Kuartal II
2013
Kuartal III
2014
Kuartal IV
Berdasarkan Gambar 19, 20, 21, 22 dan 23 dapat dilihat produksi ikan
cakalang setiap tahunnya berbeda-beda. Pada tahun 2011 hasil tangkapan
terbesar berada di kuartal IV (Oktober, November, dan Desember), tahun 2012
hasil tangkapan terbesar pada kuartal IV (Oktober, November, dan Desember),
tahun 2013 hasil tangkapan terbesar pada kuartal III (Juli, Agustus, dan
September) dan tahun 2014 hasil tangkapan terbesar pada kuartal IV (Oktober,
November, dan Desember).
Hubungan musim penangkapan ikan cakalang dengan keberadaan
pelagis kecil sangat berhubungan erat sebab kesuburan suatu perairan yang
ditandai dengan peningkatan nutrien mempengaruhi kelimpahan fitoplankton
karena nutrien dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan fitoplankton sehingga
dengan melimpahnya nutrien maka akan mempengaruhi kelimpahan fitoplankton
pula
(Nybaken,1992).
Melimpahnya
populasi
fitoplankton
tersebut
akan
37
berkumpulnya ikan-ikan kecil ini akan mengundang ikan-ikan besar (ikan pelagis)
seperti tuna, cakalang, dll.
Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi hasil tangkapan ikan
cakalang yaitu keberadaan ikan pelagis kecil yang dijadikan sebagai umpan
dalam proses penangkapan pole and line, pada umumnya umpan yang
digunakan pada alat tangkap pole and line yaitu ikan teri (Stolephorus spp), dari
hasil penelitian (Gaffar, 2014) musim penangkapan ikan teri di perairan Teluk
Bone-Laut Flores terjadi pada kuartal IV hal ini sejalan dengan penelitian ini yaitu
musim puncak ikan cakalang yaitu berada pada kuartal IV. Berdasarkan
pengamatan Muhammad (1970) diacu dalam Amiruddin (1993) di perairan
Indonesia terdapat hubungan yang nyata antara kelimpahan cakalang dengan
ikan pelagis kecil serta plankton. Dengan semakin banyaknya ikan kecil dan
plankton, maka cakalang akan berkumpul untuk mencari makan. Ikan cakalang
mencari makan berdasarkan penglihatan dan rakus terhadap mangsanya.
Cakalang sangat rakus pada pagi hari, kemudian menurun pada tengah hari dan
meningkat pada waktu senja (Ayodhyoa, 1981).
38
Uji Pra Model keempat yaitu tidak terdapat multikolineritas antara variabel
independen, yang dapat dilihat dari tabel 4 (Lampiran 2) pemeriksaan uji pra
model keempat dapat dilihat dari hasil regresi diatas dimana nilai VIF (varian
infated factor) < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya
problem multikoloniretas, yang artinya tidak ada hubungan linear antara variabel
independent. Berdasarkan hasil regresi Tabel 2(Lampiran 2), didapatkan nilai
korelasi regresi berganda antara variabel hasil tangkapan dengan variabel
parameter oseanografi (suhu permukaan laut dan klorofil-a).
Model regresi Cobb-douglas, Koefisien korelasi (R) sebesar 0.372 berarti
hubungan antara hasil tangkapan dengan suhu dan klorofil-a sebesar 37%.
Koefisien determinasi R Square (R2) adalah 0,138 artinya 13% yang terjadi
terhadap hasil tangkapan disebabkan variabel klorofil-a, suhu, dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain seperti kedalaman, arus, salinitas, dan lain-lain
39
1. Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas
(independent) secara bersama terhadap variabel tak bebas (dependent) yang
dimana parameter suhu permukaan laut (X1) dan klorofil-a (X2) sebagai variabel
bebas (independent), sedangkan hasil tangkapan ikan cakalang (Y) sebagai
varibel tak bebas (dependent).
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 3 (lampiran 2), didapatkan bahwa nilai
p-value F sebesar 0,004. Oleh karena nilai p-value F sebesar 0,004 < 0,05
sehingga persamaan regresi dapat diterima yang berati bahwa parameter suhu
permukaan laut dan klorofil-a secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Bone.
2. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh tiap variabel bebas
(independent) terhadap variabel tak bebas
permukaan laut (X1) dan klorofil-a (X2) sebagai variabel bebas (independent),
sedangkan hasil tangkapan ikan cakalang (Y) sebagai varibel tak bebas
(dependent).
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4 (lampiran 2) di atas, dapat dilihat nilai
signifikan dari masing-masing yaitu untuk variabel suhu permukaan laut (X1)
diperoleh nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,001 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwaperubahan variabel suhu permukaan laut (X1) berpengaruh
nyata terhadap hasil tangkapan cakalang (Y). Sedangkan untuk variabel klorofila (X2) diperoleh nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,887 > 0,05, artinya perubahan
klorofil-a tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan.
Dari model regresi diatas didapatkan model regresi yang terbaik
berdasarkan nilai signifikansi parameter oseanografi (variabel bebas) yaitu :
40
dan
kuantitas
yang
tertangkap.
Namun
keberhasilan
operasi
penangkapan ikan itu sendiri masih dipengaruhi oleh faktor skill pemancing,
efektifitas alat tangkap, dan ketersediaan serta kualitas umpan.
laut.
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
28 28.528.5 29
29.5 30 30 30.5
30.5 31
31 31.5
31.5 32
Gambar 24. Grafik Hubungan SPL dengan Hasil Tangkapan Ikan Cakalang
41
makan
ikan.
Perubahan
suhu
yang
relatif
kecil
sekalipun
42
b. Klorofil-a
Dari hasil penelitian diperoleh kisaran nilai klorofil-a pada perairan 0,19
0,4 mg/m, berdasarkan grafik di bawah dapat di ketahui bahwa pada konsentrasi
klorofil-a 0,22 0,25mg/m memiliki hasil tangkapan terbanyak yaitu 2632 ekor.
3000
2000
1000
0
Klorofil-a mg/m
43
44
formasi
daerah
penangkapan
ikan
dengan
45
46
47
48
cocok
untuk
ikan
cakalang.
Nilai
tersebut
diperoleh
dengan
49
kisaran Klorofil-a Optimum yaitu 0,22 mg/m. 0,25 mg/m. Hal ini sejalan dengan
penelitian Zainuddin (2011) yang mengatakan SPL optimum untuk ikan cakalang
di Teluk Bone yaitu 29,0 C 31,5 C dan konsentrasi klorofil-a optimum yaitu
0,15 mg/m3 0,40 mg/m3 .
Menurut (Jufri, 2014) informasi mengenai kisaran SPL dan Klorofil-a
optimum untuk penangkapan ikan cakalang di Teluk Bone dapat dijadikan acuan
untuk menentukan daerah penangkapan ikan yang produktif yang dikenal
dengan zona optimum penangkapan ikan. Dengan mengkombinasikan antara
SPL optimum dengan Klorofil-a optimum dan di overlay di peta maka akan
menunjukkan dimana daerah potensial untuk penangkapan ikan cakalang.
Terbentuknya formasi daerah penangkapan dengan menggabungkan kontur SPL
dan Klorofil-a
berjalan dengan tepat. Kisaran optimum dua citra tersebut dapat dijadikan
sebagai kombinasi dua karakteristik habitat ikan cakalang. Peta hasil overlay dua
citra tersebut dapat disatukan dan akan terbentuk peta baru dengan spesifik
informasi mengenai daerah penangkapan ikan yang produktif yang dikenal
dengan zona optimum penangkapan ikan cakalang (Zainuddin, 2011).
oseanografi
mempunyai
peran
sangat
penting
dalam
50
Gambar 30. Sebaran SPL pada bulan Oktober Tahun 2011 di Teluk Bone
b. Bulan November
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan November tahun 2011 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran
51
Gambar 31. Sebaran SPL pada bulan November Tahun 2011 di Teluk Bone
c. Bulan Desember
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Desember tahun 2011 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran
31,76 OC 32,57 OC sedangkan suhu permukaan laut terendah terdapat pada
kisaran 28,47 OC 29,29 OC.
52
Gambar 32. Sebaran SPL pada bulan Desember Tahun 2011 di Teluk Bone
2. Tahun 2012
a. Bulan Oktober
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Oktober tahun 2012 di perairan
Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran 31,37 OC
32,09 OC sedangkan suhu permukaan laut terendah terdapat pada kisaran
28,45OC 29,18 OC.
53
Gambar 33. Sebaran SPL pada bulan Oktober Tahun 2012 di Teluk Bone
b. Bulan November
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan November tahun 2012 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada
kisaran 32,6
C 33,34
54
Gambar 34. Sebaran SPL pada bulan November Tahun 2012 di Teluk Bone
c. Bulan Desember
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Desember tahun 2012 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada
kisaran 32,17
C 32,95
55
Gambar 35. Sebaran SPL pada bulan Desember Tahun 2012 di Teluk Bone
3.
Tahun 2013
a.
Bulan Oktober
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Oktober tahun 2013 di perairan
Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran 32,06 OC
32,89 OC sedangkan suhu permukaan laut terendah terdapat pada kisaran
28,67OC 29,52 OC
56
Gambar 36. Sebaran SPL pada bulan Oktober Tahun 2013 di Teluk Bone
b. Bulan November
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan November tahun 2013 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran
32,39 OC 33,1OC sedangkan suhu permukaan laut terendah terdapat pada
kisaran 29,48 OC 30,21 OC
57
Gambar 37. Sebaran SPL pada bulan November Tahun 2013 di Teluk Bone
c.
Bulan Desember
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Desember tahun 2013 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran
31,39 OC 32,35 OC sedangkan suhu permukaan laut terendah terdapat pada
kisaran 27,9 OC 28,77 OC.
58
Gambar 38. Sebaran SPL pada bulan Desember Tahun 2013 di Teluk Bone
4.
Tahun 2014
a.
Bulan Oktober
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Oktober tahun 2014 di perairan
Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran 30,92 OC
31,88 OC sedangkan suhu permukaan laut terendah terdapat pada kisaran
27,02OC 27,99OC.
59
Gambar 39. Sebaran SPL pada bulan Oktober Tahun 2014 di Teluk Bone
b.
Bulan November
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan November tahun 2014 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran
32,46 OC 33,34 OC sedangkan suhu permukaan laut terendah terdapat pada
kisaran 28,91 OC 29,8 OC.
60
Gambar 40. Sebaran SPL pada bulan November Tahun 2014 di Teluk Bone
c.
Bulan Desember
Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Desember tahun 2014 di
perairan Teluk Bone yakni suhu permukaan laut tertinggi terdapat pada kisaran
31,35 32,31
61
Gambar 41. Sebaran SPL pada bulan Desember Tahun 2014 di Teluk Bone
62
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola distribusi dan
kelimpahan ikan cakalang di perairan Teluk Bone. Selain itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai pengamatan parameter oseanografi lainnya yang
mempengaruhi hasil tangkapan ikan cakalang di Teluk Bone seperti salinitas,
kecepatan arus, dan kedalaman.
63
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah. R, Musbir, F. Amir. 2014. Struktur Ukuran Dan Ukuran Layak Tangkap
Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Teluk Bone. J. Sains &
Teknologi. Ilmu Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin. Makassar. Vol.14 No.1 : 95 100
Amiruddin. 1993. Analisis Hasil Tangkapan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)dengan Pole and Line di Perairan Teluk Bone dan Hubungannya
dengan Kondisi Oseanografi Fisika. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan).
Bogor: Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 90 hal.
Anggraini, N 2003. Hubungan suhu permukaan laut terhadap pola musim
penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Mentawai,
Sumatera Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Angraeni, N.I. Rezkyanti., Safruddin, M. Zainuddin. 2014. Analisis Spasial dan
Temporal Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan
Thermal Front pada Musim Peralihan di Perairan Teluk Bone. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Anonim. 2015. Fish Species. [online]. http://fishbase.com. [diakses 15 November
2015].
Arai, T., A. Kotake, S. Kayama, M. Ogura & Y. Watanabe. 2005. Movements and
life history patterns of the skipjack tuna Katsuwonus pelamis in the
western Pacific, as revealed by otolith Sr:Caratios. J. Mar. Biol. Assoc.
UK 85:12111216.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 94
hal.
Blackburn, M. 1965. Oceanography and The Ecology Tunas. Ln H. Barnes
(editor), Oceanography Marine Biology Ann. Rev. 3. George Allen and
Unwin Ltd. London. P.299-322.
Brands, S.J. 1989. Taxonomy of Katsuwonus pelamys (Stripped Belied Bonito).
Universal
Taxonomic
Services.
Netherlands.
[online].
http://zipcodezoo.com/Animals/K/Katsuwonus_pelamys/.
[diakses 15
November 2015]
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Data Statistik Kelautan dan Perikanan
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008. Makassar. Sulawesi Selatan
Edmondri. 1999. Studi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang dan Madidihang di
Perairan Sumatera Barat pada Musim Timur. [Skripsi] (Tidak
Dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatn Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 48 hal.
64
65
Pertanian Bogor.
Nababan, B. 2008. Analisis Sebaran Konsentrasi Klorofil-A Dalam Kaitannya
Dengan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan
Binuangeun, Banten. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Nontji (1987). Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia.
Jakarta.
PPSP. 2012. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu. Kabupaten Luwu
Presetiahadi. K, 1994. Kondisi Oseonografi Perairan Selat Makassar Pada Juli
1992 (Musim Timur). Skripsi. Program Studi Ilmu dan Tegnologi
Kelautan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Simbolon, D. dan Abdul Halim. 2006. Suhu permukaan laut kaitannya dengan
hasil tangkapan ikan cakalang dan madidihang di periaran Sumatera
Barat. Buletin PSP. Departemen PSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB. Bogor. Vol. XV, No. 3: 122-138.
Simbolon D. 2011. Bioekologi dan Dinamika Daerah Penangkapan Ikan.
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, IPB, Bogor
Sudirman, dan A. Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Suhendrata, T. 1986. Suatu studi tentang perikanan cakalang dan tuna serta
kemungkinan pengembangannya di Pelabuhan Ratu. Fakultas Perikanan
IPB. Bogor.
Syahdan, M., M.F.A. Sondita, A. Atmadipoera, dan D. Simbolon. 2007.
Hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan
ikan cakalang (Katsuwanus pelamis) di perairan bagian timur Sulawesi
Tenggara. Buletin PSP. Departemen PSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB. Bogor. Vol. XVI No. 2: 246-259.
Tadjuddah, M. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) dan Madidihang (Thunnus albacares) dengan Menggunakan
Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor.
Tampubolon, N. 1990. Suatu Studi Tentang Perikanan Cakalang dan Tuna Serta
Kemungkinan Pengembangannya di Pelabuhanratu, Jawa Barat. [Skripsi]
(Tidak Dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Uktolseja, J.C.B. 1993. Status Perikanan Ikan Pelagis Kecil dan Kemungkinan
Pemanfaatannya sebagai Ikan Umpan Hidup untuk Perikanan Rawai
66
Tuna di Prigi, Jawa Timur. Jurnal Pen. Perikanan Laut No. 80 Th. 1983.
18 hal.
Usman, U. 2015. Pendugaan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) di Laut Flores. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Zainuddin, M. 2011. Skipjack Tuna in Relation to Sea Surface Temperature ang
Chlorophyll-a Concentration of Bone Bay Using Remotely Sensed
Satellite Data. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis No.1 Juni 2011
Hal 82.
67
L
A
M
P
I
R
A
N
68
Bujur (BT)
120.7175278
120.7154444
120.7166111
120.7181389
120.719
120.6950492
120.71138
120.7116469
120.7115403
120.534
120.5335556
120.5314167
120.5321389
120.5325833
120.53575
120.5335278
120.5372778
120.5347222
120.5358611
120.7654483
120.7634811
120.7662811
120.7670669
120.7097592
120.7090056
120.7097319
120.7102661
120.7108056
120.7112222
120.7104444
120.7103056
120.7106389
120.7117778
120.7105556
120.7074722
120.5372467
120.5360108
120.7220847
120.7219772
120.7192153
120.7193069
120.7153778
120.7167358
120.7155075
Lintang (LS)
-3.318555556
-3.318833333
-3.321444444
-3.32325
-3.324861111
-3.3176
-3.317225
-3.31787
-3.31802
-3.230472222
-3.231611111
-3.228777778
-3.229777778
-3.230138889
-3.233083333
-3.229805556
-3.233444444
-3.236138889
-3.237916667
-3.807266667
-3.805743333
-3.806436667
-3.80707
-3.805561667
-3.804711667
-3.805033333
-3.805923333
-3.796666667
-3.797055556
-3.797055556
-3.796666667
-3.796611111
-3.797111111
-3.795861111
-3.795305556
-3.232418333
-3.232148333
-3.314486667
-3.314415
-3.314670556
-3.314386667
-3.310654444
-3.313175
-3.310513333
SPL (C )
30,2
29,7
28,9
28,9
28,7
29,7
28,7
30
29,7
30,8
30,9
31,5
28,9
31,1
31,2
28,9
28,6
28
29,3
30,3
30,5
30,5
29,3
29,7
29,6
30,1
28,8
29,4
28,9
29,7
30,7
31,6
28,8
30,5
30,1
29,7
29,4
29,5
29,3
28,9
28,8
31,6
30,6
28,6
Klorofil
0,255755
0,396663
0,276763
0,352697
0,255852
0,269667
0,328226
0,26676
0,306475
0,209986
0,228841
0,228909
0,230651
0,234379
0,252892
0,242892
0,24294
0,204341
0,206478
0,266832
0,27097
0,270978
0,266832
0,271021
0,271039
0,264324
0,264369
0,264375
0,264386
0,264412
0,256371
0,256388
0,256419
0,256419
0,256453
0,260875
0,260946
0,260942
0,260946
0,219731
0,219748
0,219752
0,219765
0,234332
69
Tanggal
18/8/2015
18/8/2015
18/8/2015
20/8/2015
20/8/2015
20/8/2015
20/8/2015
22/08/2015
22/08/2015
22/08/2015
22/08/2015
22/08/2015
23/08/2015
23/08/2015
23/08/2015
25/082015
25/08/2015
26/08/2015
26/08/2015
26/08/2015
26/08/2015
26/08/2015
20/09/2015
20/09/2015
20/09/2015
20/09/2015
25/09/2015
25/09/2015
25/09/2015
25/09/2015
26/09/2015
26/09/2015
26/09/2015
26/09/2015
Bujur (BT)
120.7156178
120.7162389
120.7169111
120.7178878
120.7181167
120.7180328
120.71801
120.7180556
120.5627778
120.5375833
120.5935278
120.7151389
120.6311944
120.6330833
120.6218889
120.6715833
120.7133611
120.7026111
120.7022222
120.702
120.5346375
120.5376892
120.5373689
120.49525
120.5368889
120.67025
120.5365833
120.5373611
120.5379444
120.5407778
120.53925
120.7120286
120.5357742
120.653
Lintang (LS)
-3.310708333
-3.311202778
-3.311775
-3.31207
-3.31197
-3.311781667
-3.312066667
-3.338611111
-3.236163889
-3.227972222
-3.1965
-3.319583333
-3.714527778
-3.716416667
-3.760566667
-3.417472222
-3.3125
-3.8025
-3.801888889
-3.803527778
-3.23539
-3.241753333
-3.242213333
-3.286166667
-3.237861111
-3.418555556
-3.240055556
-3.243055556
-3.245694444
-3.242361111
-3.242888889
-3.317663333
-3.229711667
-3.722666667
SPL (C )
28,9
30
31,5
31,5
31,5
31,6
30,8
29,8
29,7
29,7
28,9
30
31,5
31,1
29,6
30,5
30,5
31,1
31,5
28,4
28,5
28,4
30,6
30,5
29,9
30
30,5
29,8
29,9
29,8
29,8
29,2
29,5
29,7
Klorofil
0,234339
0,234345
0,234356
0,234358
0,234365
0,209434
0,209443
0,209456
0,209484
0,209488
0,256761
0,256772
0,256774
0,230732
0,23079
0,230793
0,214315
0,274491
0,274518
0,274524
0,255852
0,255866
0,191181
0,191336
0,191408
0,225782
0,225792
0,250685
0,250686
0,250691
0,250713
0,250816
0,225792
0,223179
70
Variables Entered
Variables Removed
Method
klorofil, suhua
. Enter
.372a
Adjusted R
Std. Error of
R Square
Square
Square
the Estimate
Change
Change
.138
.116
38.38044
.138
df1
6.028
df2
2
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
75
.004
2.103
Tabel 3. Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
17758.478
8879.239
Residual
110479.368
75
1473.058
Total
128237.846
77
Sig.
6.028
.004a
B
(Constant)
Std. Error
-401.849
152.926
suhu
16.278
4.757
klorofil
19.308
135.249
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-2.628
.010
.375
3.422
.001
.956
1.046
.016
.143
.887
.956
1.046
71
72
73
74