SKRIPSI
YUSRIZAL
10C10432089
SKRIPSI
YUSRIZAL
10C10432089
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
: Yusrizal
Nim
: 10C10432089
Jurusan
: Perikanan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Erlita, S.Pi
Mengetahui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Perikanan
: Yusrizal
: 10C10432089
: Perikanan dan Ilmu Kelautan
: Perikanan
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 9 Maret 2015 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
Sususnan Dewan Penguji
1. Erlita, S.Pi
(Dosen Penguji I)
2. Husni Yulham, S.Pi., M.I.L
(Dosen Penguji II)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tentang Identifikasi Jenis Ikan
Yang Tertangkap di Aliran Sungai Krueng Beutong Ateuh Bnaggalang Kabupaten
Nagan Raya, adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya ilmiah yang di terbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi.
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan
Kudrah dan Iradah-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Identifikasi Jenis Ikan Yang Tertangkap di Aliran Sungai Krueng
Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya. Skripsi ini tidak akan
terwujud jika tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dengan
terselesainya skripsi ini sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Erlita, S.Pi selaku Pembimbing Iyang telah banyak memberikan
bimbingan arahan sehingga terlaksana dan selesainya skripsi ini.
2. Bapak Husni Yulham S.Pi., M.IL selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, arahan sehingga skripsi ini terselesaikan
3. Bapak Hafinuddin, S.Pi., M.Sc dan Bapak Sufal Diansyah, M.Si sebagai
penguji pada sidang ujian akhir/ skripsi yang telah memberikan masukan dan
saran, sehingga penulisan skripsi ini lebih sempurna.
4. Ibu Syarifah Zuraidah, M.Si selaku ketua Jurusan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan
5. Seluruh staf pengajar pada Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Universitas
Teuku Umar yang telah membekali berbagai disiplin ilmu pengetahuan
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Ayahanda Nurdin dan Ibunda Kasumi, Armahumah Kakakku Nur Asri,
Abangku Rahmad Zulfan, Adikku Yuli Muli Ana, Keponakanku M. Dava
Ariza dan keluarga tercinta lainnya yang telah mencurahkan kasih sayangnya
dan senantiasa mengiringi Doa serta memberi dorongan moril dan materil
yang tidak pernah putus-putus bagi penulis.
ABSTRAK
Penelitian tentang identifikai ikan yang tertangkap di aliran sungai Krueng
Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya yang di lakukan pada bulan
Februari s/d April tahun 2015 bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas
ikan yang tertangkap antara lain, kelimpahan relatif, indek dominasi jenis dan
indek keanekaragaman jenis, disungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang.
Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap Cast Net, Hand Line, dan Fishing
Rode. Metode yang digunakan adalah metode observasi yaitu metode pengamatan
secara langsung untuk mengidentifikasi semua jenis ikan yang tertangkap di
ketiga stasiun. Hasil penelitian pada bulan Februari 2015 ikan yang tertangkap di
perairan Sungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang sebanyak 1 jenis ikan dari
famili Cyprinidae dengan jumlah 70 ekor ikan kerling (Tor tambroides),
sedangkan pada bulan April 2015 didapatkan 6 spesies yang tergolong ke dalam 3
ordo, 4 familia dan 6 genus, dengan jumlah 49 ekor ikan kerling (Tor tambroides)
(41%), 42 ekor ikan bilis (Rasbora lateristriata) (35%), 9 ekor ikan wader
(Puntius binotatus) (7 %), 11 ekor ikan jeler (Nemacheilus chrysolaimos) (9 %), 7
ekor ikan belut (Monopterus albus) (6 %), dan 2 ekor ikan gabus (Channa striata)
(2 %).
Kelimpahan relatif terdapat pada bulan April di karenakan pada bulan
tersebut didapatkan 6 spesies ikan sedangkan bulan Februari 1 spesies ikan. Indek
dominasi jenis yang mendominasi (Di) di sungai Krueng Beutong Ateuh
Bnaggalang adalah Tor tambroides (40,83%), Rasbora lateristriata (35%),
Nemacheilus chrysolaimos (9,17%), Puntius binotatus (7,50 %), Monopterus
albus (5,83%), dan yang tidak mendominasi adalah Channa striata (1,67%).
Keanekaragaman jenis ikan pada bulan Fbebruari di Sungai Beutong Ateuh
Banggalang dalam keadaan rendah (H<1) dengan indek keanekaragaman (H) =
0, dan pada bulan April dalam keadaan relatif sedang (1<H<3)dengan indeks
keanekaragam (H)sebesar 1,380.
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i
ii
iv
v
vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................
1
2
2
3
4
6
7
11
12
16
17
17
18
19
20
21
22
22
23
24
24
27
27
27
27
28
29
31
32
32
36
40
43
43
44
52
56
57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1.
Halaman
Alat Yang di Gunakan Dalam Penelitian ..................................................... 22
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Nilai Indek Biolgis Ikan Pada Bulan Februari 2015 .................................... 62
11. Nilai Indek Biolgis Ikan Pada Bulan April 2015 ......................................... 63
12. Komposisi Jenis Ikan Yang Tertangkap Pada Bulan Februari s/d April
2015 ............................................................................................................. 64
13. Nilai Kelimpahan Relatif Pada Bulan Fberuari s/d April 2015 .................. 65
14. Nilai Dominansi Jenis Pada Bulan April 2015 ............................................ 66
15. Jumlah Ikan Yang Tertangkap di Stasiun I, II, dan III, Dengan
Menggunakan Alat Tangkap, Pancing, Jala, Tambang, dan Serok.............. 69
DAFTAR GAMBAR
1.
Halaman
Bagian-Bagian Tubuh Ikan Secara Morfologi ......................................... 16
2.
22
3.
32
4.
33
5.
6.
35
36
7.
Grafik Nilai Dominasi Jenis Ikan Pada Stasiun I Bulan April 2015 ........
37
8.
Grafik Nilai Dominasi Jenis Ikan Pada Stasiun II Bulan April 2015 ......
38
9.
Grafik Nilai Dominasi Jenis Ikan Pada Stasiun III Bulan April 2015 .....
39
10. Grafik Total Indek Keanekaragaman Jenis Ikan dari bulan Februari s/d
Maret 2015 ...............................................................................................
40
11. Grafik Kompoisi Jenis Pada Bulan Februari s/d April 2015 ...................
64
12. Grafik Kelimpahan Relatif Pada Bulan Fberuari s/d April 2015 .............
65
66
14. Grafik Keanekaragaman Jenis Pada Bulan April 2015 di Stasiun I, II,
dan III .......................................................................................................
68
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Nilai Indek Dominasi Jenis Ikan, Keanekaragaman Ikan dan Komposisi
Jenis Ikan Pada Bulan Februari - April 2015 ..............................................
2. Nilai Komposisi Jenis Ikan Pada Bulan Februari s/d April 2015 ...............
62
64
3. Jumlah Nilai Kelimpahan Relatif Bulan Februari s/d April 2015 ..............
65
66
67
70
I. PENDAHULUAN
2.1
Identifikasi
Identifikasi menurut Mayr dan Ashlock (1991) adalah tugas untuk mencari
upaya mengevaluasi
Lebar Kepala (LK): merupakan bagian yang paling lebar dari jarak antar
kedua tutup insang.
Tinggi Kepala (TK): Diukur mulai dari pertengahan kepala sampai
petergahan dada.
Panjang Moncong (PM): Diukur mulai dari ujung moncong sampai awal
kelopak mata.
Diameter Mata (DM) : Merupakan jarak paling lebar dari mata.
Bukaan Mulut (BM): Diukur buakaan mulut yang paling lebar.
Pengembangan
menyelesaikan
sungai
masalah
di
yang
Indonesia
dihadapi.
masih
Apabila
minimal
untuk
dibandingkan
dapat
dengan
sungai karena sungai menjadi tempat sampah besar, tidak menjadi beranda depan
tetapi halaman belakang. Ini yang menjadi akar permasalahan. Oleh karena itu
sempadan sungai bukan hanya perlu tetapi wajib ditata dan dilindungi.
Menurut Robbet J. Kodoatie ( 2002 ) dalam bukunya berjudul Banjir,
menyebutkan bahwa sungai dapat dikelompokkan menjadi tiga daerah yang
menunjukkan sifat dan karaktersitik dari sistem sungai yang berbeda, yaitu :
Pada daerah hulu (pegunungan): di daerah pegunungan sungai-sungai memiliki
kemiringan yang terjal (steep slope). Kemiringan terjal ini dan curah hujan
yang tinggi akan menimbulkan stream power (kuat arus) besar sehingga debit
aliran sungai sungai di daerah ini menjadi cukup besar. Periode waktu debit
aliran umumnya berlangsung cepat. Pada bagian hulu ditandai dengan adanya
erosi di Daerah Pengairan Sungai (DPS) maupun erosi akibat penggerusan
dasar sungai dan longsoran tebing. Proses sedimentasi tebing sungai disebut
degradasi. Material dasar sungai dapat berbentuk boulder/batu besar, krakal,
krikil dan pasir. Bentuk sungai di daerah ini adalah braider (selempit/kepang).
Alur bagian atas hulu merupakan rangkaian jeram-jeram aliran yang deras.
Penampang lintang sungai umumnya berbentuk V.
Pada daerah transisi batas pegunungan bagian sampai ke daerah pantai,
kemiringan dasar sungai umumnya berkurang dari 2% karena kemiringan
memanjang dasar sungai berangsur-angsur menjadi landai (mild). Pada daerah
ini seiring dengan berkurangnya debit aliran walaupun erosi masih terjadi
namun proses sedimentasi meningkat yang menyebabkan endapan sedimen
mulai timbul, akibat pengendapan ini berpengaruh terhadap mengecilnya
kapasitas sungai (pengurangan tampang lintang sungai). Proses degradasi
Menurut Rahman Boby dan Dita Rr KP ( 2009 ) karateristik dan jenis sungai di
Indonesia berdasarkan sumber air sungai, dibedakan menjadi tiga macam :
Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di Pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencarian es (gletser)
dari hujan, dan sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Digul
dan Sungai Mamberano di Pulau Papua (Irian Jaya).
2.4
hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari
0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan
perairan air laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat saliniitasnya. Untuk
bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan
menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies
ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang
menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali (Borgstom,
et, al. 2008).
Jenis yang paling dominan pada penelitian ini adalah jenis ikan dari familia
Cyprinidae, memiliki daerah distribusi yang paling luas meliputi seluruh
perairan.Hal ini sesuai dengan Susanto (1988) dalam Rohana (1996) yang
menyatakanfamilia ini adalah salah satu jenis-jenis ikan yang sangat menyenangi
hidup di airyang mengalir deras seperti sungai. Ini berarti bahwa ikan yang
tergolong dalamjenis ini habitatnya di sungai.
Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan air laut dalam beberapa
aspek. Insang mereka harus mampu mendifusikan air sembari menjaga kadar
garam dalam cairan tubuh
memainkan peran penting, ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan
mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan
kematian pada ikan (Borgstom, et, al. 2008).
Spesies yang bermigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan adaptasi
pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus menjaga
kosentrasi garam dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada ligkungannya.
Ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam berada di atas
kosentrasi lingkungan sekitarnya.
Banyak spesies yang meyelesaikan masalah ini dengan berasosiasi dengan
habitat berbeda pada berbagai tahapan hidup. Belut, bangsa salmon, dan lamprey
memiliki toleransi salinitas di berbagai tahap kehidupan mereka (Borgstom, et, al.
2008).
2.5
Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang sering kali beroperasi sebagai faktor
pH ( keasaaman ) air
pH merupakan suatu ukuran keasaman air yang dapat mempengaruhi
kehidupan tumbuhan dan hewan perairan (Odum 1993). pH didaerah hulu sungai
umumnya cenderung lebih rendah (Samuel 2008). ini dikarenakan sungai bagian
hulu masih belum tercemar. pH juga merupakan derajat keasaman yang
menyatakan keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan. Adanya pengaruh
pembuangan limbah dari penduduk dapat menurunkan pH air di Sungai. Maka pH
air sangatlah penting dari faktor lingkungan di Sungai Sekonyer, pengaruh
terhadap keanekaragam jenis ikan di sungai tersebut. pH ideal untuk ikan hidup
berkisar 7-8,5 (Ansori 2008).
c.
Kekeruahan air
Kekeruhan pada sungai lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan
tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan tanah
yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat
mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya
lihat organism akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalaman air
(Odum 1996).
d.
Arus air
Arus air merupakan pergerakan massa air dari daerah yang tinggi ke daerah
yang rendah sesuai dengan sifat air. Aliran sungai sangat fluktuatif dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat. Beberapa variabel penting dalam dinamika
sungai adalah debit air, kecepatan, gradient, Muatan sedimen dan base level
(level terendah sungai). Menurut Sudarno (1993) debit adalah jumlah air yang
melalui suatu titik tertentu dengan interval waktu tertentu (m/s). Sedangkan
kecepatan tidak sama sepanjang kanal sungai hal ini tergantung dari bentuk,
kekasaran kanal sungai dan pola sungai. Kecepatan air mengalir secara
proporsional terhadap kemiringan kanal sungai (Odum 1996).
Tingkat kelerengan yang besar menghasilkan aliran yang lebih cepat dimana
biasa terjadi pada sungai di daerah pegunungan (Icsan 2009). Arus sungai yang
terlalu cepat tentunya juga akan mempengaruhi pergerakan ikan dan pemijahan.
Pemijahan memerlukan arus yang tenang dimana banyak tumbuh tanaman air.
Derasnya arus sungai akan mempengaruhi jumlah fertilitas ikan. Menurut
(Gonawi, 2009) mengelompokan sungai berdasarkan kecepatan arusnya yaitu:
arus yang sangat cepat (>1 m/detik), arus yang cepat (0.5-1 m/detik), arus yang
sedang (0,25-0,5 m/detik), arus yang lambat (0,1-0,25 m/detik), dan arus yang
sangat lambat (<0,1 m/detik).
e.
dalam menentukan kualitas air. Nilai DO yang semakin besar pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai
DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme. Oksigen terlarut pada air yang ideal ikan adalah
5-7 ppm, jika kurang dari itu maka resiko kematian akan semakin tinggi. Salmin
(2005) bahwa kadar oksigen dalam air akan bertambah dengan rendahnya suhu
dan semakin tingginya salinitas.
Pada permukaan sungai kadar oksigen cenderung lebih tinggi karena
adanya difusi dari udara bebas dan fotosintesis dibandingkan dengan dasar sungai
yang proses fotosintesis berkurang akibat kekurangan intesitas cahaya (Odum
1996).
f.
merupakan titik tertinggi air dengan titik sisi sungai diseberangnya (Whitton
1975).
g.
Kedalaman sungai
Kedalaman merupakan salah satu parameter fisika, dimana semakin dalam
perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang (Gonawi 2009).
Kedalaman merupakan wadah penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan
dengan banyak air yang masuk kedalam suatu sistem perairan, karena semakin
dalam suatu sungai akan semakin banyak pula jumlah ikan yang menempati
(Kottelat et al 1993).
2.6
Morfologi Ikan
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka
hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang
berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan
sagittal) akan terbagi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain
itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang
mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka
terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan lidah
(Cynoglossus bilineatus) (Djuhanda, 1981).
2.7
Alat Tangkap
Dalam melakukan penelitian indentifikasi ikan, maka dalam proses
penangkapan menggunakan jenis alat tangkap antara lain: Bubu, pancing, jaring,
pancing tambang.
2.7.1 Bubu
1. Spesifikasi Alat
Jenis bubu yaitu bubu ikan dan bubu belut. Bentuk keduaanya relatif
sama, hanya pada bubu belut jarak antara bilah rapat (0,5 cm). Bubu
terbuat dari bambu atau bahan tali bal (PT). Bubu ikan terbuat dari bilah
bambu dengan jarak bilah kebilah 0,7 cm.
Ukuran panjang 100-150 cm. Diameter muara 10-15 cm mengkerucut ke
ujung dengan diameter 5,0-7,5 cm dan mempunyai 2 ijab. Ujung bubu di
tutup yang juga berfungsi sebagai pintu bubu.
2. Operasional Alat
Umumnya bubu dioperasikan diletak dirawa pada pinggiran perairan.
Bersemak. Bagian muara bubu ditenggelamkan pada posisi miring.
Pemasangan di lakukan pada sore hari dan pada menjelag pagi bubu
dapat segera diperiksa.
3. Zona Dan Posisi Penangkapan
Bagian hulu sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di atas daerah
pemungkiman warga (sumber air).
Bagian tengah sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di daerah
pemungkiman warga.
Bagian hilir sungai : bagian aliran air sungai yang terakhir atau yang
terdapat di bawah pemungkiman warga,( Husnah. 2006 ).
2.7.2 Jala ( CAST NETS )
1. Spesifikasi Alat
Menurut Husnah. (2006). Bagan yang digunakan adalah tangsi atau nylon
sebagai alat pengukuran ikan dan timah sebagai pemberat serta tali
sebagai pengulur dan penarik jala.
Diameter luasan jala pada saat terbentang adalah 3 cm, sedangkan tinggi
2,5-3,5 m, menggunakan beberapa timah dengan berat total 8 Kg.
Pada jala ikan bagian dalam jala dibuat tali jindro 20 tali ( Yaitu: 1 satu
tali mempunyai cabang tali kearah pemberat), ukuran jala Mesh Size (MS
1).
2. Operasional Alat
Jala disusun, bagian tengah jala dikaitkan pada siku tengah dan tangan
menjejer jala bagian bawah ( seperti mau membentang) kemudian jala
dilempar keperairan sehingga membentang dan dengan cepat jala
tenggelam oleh pemberat sampai ke dasar perairan.
Sambil ditarik perlahan bentangan jala dipersempit sehingga pemberat
terkumpul menyatu, kemudian diangkat dan diperiksa hasilnya.
3. Zona dan Posisi Penangkapannya
Bagian hulu sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di atas daerah
pemungkiman warga (sumber air).
Bagian tengah sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di daerah
pemungkiman warga.
Bagian hilir sungai : bagian aliran air sungai yang terakhir atau yang
terdapat di bawah pemungkiman warga, ( Husnah. 2006 ).
2.7.3 Jaring Kantong ( Trammel Nets )
1. Spesifikasi Alat
Jaring kantong terdiri dari 3 mata jaring. Pada sisi kiri/kanan dengan MS
6-10, sebagai kantong jaring yang terbuat dari bahan nylon dan bagian
tengah dengan 1 - 2, terbuat dari tangsi.
Bagian atas jaring terdapat pelampung/ pengapung dan bagian bawah
pakai pemberat timah. Pangkal dan ujung jaring bagian atas diberi tanda
serta bagian bawah diberi jangkar besi atau bambu.
Panjang jaring berkisar antara 80-200 m dan tinggi 1,5 m.
Jaring kantong terpasang secara memotong sungai ( tranversal ) dan
sejajar sungai ( Longitudinal ), berada pada 100-200 m dari tepi sungai
atau sering juga dipasang dibagian tengah sungai.
2. Operasional Alat
Jaring kantong ditebar disunggai, bagian atas jaring ditenggelamkan
antara 4-5 m dari permukaan air.
Ikan yang berukuran sesuai dengan mata jaring akan menyangkut/ terlilit
pada bagian sisi kiri/kanan jaring (bagian kantong jaring).
3. Zona dan Posisi Penangkapan
Bagian hulu sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di atas daerah
pemungkiman warga (sumber air).
Bagian tengah sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di daerah
pemungkiman warga.
Bagian hilir sungai : bagian aliran air sungai yang terakhir atau yang
terdapat di bawah pemungkiman warga, ( Husnah. 2006 ).
2.7.4 Pancing
1. Spesifikasi Alat
Mata pancing diikatkan pada tali tangsi dan menggunakan rol untuk
mengulur atau menggulung tali tangsi, sedangkan untuk pancing ikan
umumnya menggunkan stick dan pada jarak tertentu pada stick diberi
gelang untuk menyngkutkan tali tangsi.
10-40 cm dari mata pancing diberikan pemberat timah sebagai fungsi
agar mata pancing tidak terapung dan untuk pancing ikan umumnya di
beri pelampung dengan jarak dari mata pancing disesuaikan dengan
kebutuhan, sedangkan untuk pancing udang tanpa pelampung.
Ukuran stick pancing antara 120-400 cm dan panjang tali tangsi
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada mata pancing diberi umpan sebagai pemikat ikan atau udang.
2. Operasional Alat
Dioperasikan pada setiap perairan ( sungai, danau, rawa dan laut).
Mata pancing diberikan umpan (cacing, serangga) untuk pancing ikan
ditengelamkan sampai batas pelampung (atau sampai batas yang
diinginkan dengan menyetel pelampung).
Pelampung sebagai tanda apakah umpan dimakan ikan.
3. Zona dan Posisis Penangkapan
Bagian hulu sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di atas daerah
pemungkiman warga (sumber air).
Bagian tengah sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di daerah
pemungkiman warga.
Bagian hilir sungai : bagian aliran air sungai yang terakhir atau yang
terdapat di bawah pemungkiman warga, ( Husnah. 2006 ).
2.7.5 Tajur Atau Pancing Tambang.
1. Apesifikasi Alat
Pancing no.10 dan no. 11 sebagai alat untuk mendapatkan ikan dengan
menaruh umpan anak ikan pada pancing yang diikatkan pada tali
tangsi/nylon no. 200 panjang 100 cm kemudian tali dihubungkan
pada galah bambu/perumpung.
2. Operasional Alat
Galah bambu atau perumpung ditancapkan dipinggiran sungai, danau,
rawa dan pancing dengan umpan tenggelam pada kedalaman 10-20 cm
dari permukaan air.
Anak ikan adalah sebagai umpan, bila umpan dimangsa ikan makan ikan
tersebut terkait pada tajur. (Husnah. 2006)
3. Zona dan Posisi Penangkapannya
Bagian hulu sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di atas daerah
pemungkiman warga (sumber air).
Bagian tengah sungai : bagian aliran air sungai yang terdapat di daerah
pemungkiman warga.
Bagian hilir sungai : bagian aliran air sungai yang terakhir atau yang
terdapat di bawah pemungkiman warga.
3.1
Alat
Fungsi
Kamera
Buku Tulis
Pena
Untuk Menulis
Penggaris/rol
Kaca Pembesar
Termometer
Sechi Disk
Perairan
9
Jala
10
pH Meter
11
12
Pancing
13
Tajur
14
Gps
Bahan
Fungsi
Ikan Sampel
Untuk Penelitian
3.3
Metode Penelitian
Penelitin ini dilakukan dengan menggunakan metode survey merupakan
Selain itu, penelitian ini juga meggunakan metode observasi yaitu metode
pengamatan secara langsung. Menurut Surachmad ( 1978 ). Observasi adalah
pengamatan dan pencacatan secara sistematis terhadap gejala yang di selidiki.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat daerah habitat
ikan serta melakukan dokumentasi dan dilanjutkan dengan studi pustaka untuk
mengidentifikasi ikan dengan acuan buku buku identifikasi.
3.4
Suhu
Pengkuran suhu dengan menggunakan thermometer, yang dilakukan dengan cara
menculupkan bagian ujung thermometer ke dalam air dengan membelakangi
sinar mata hari ( Sriwahyuni, 2013 ).
pH
Pengukuran pH menggunakan pH pen, dan mengingat lokasi penelitian dekat
dengan pemungkiman warga yang mana banyak limbah rumah tangga yang
dibuang di sekitaran perairan sungai, diduga dapat meningkatkan pH
(Sriwahyuni, 2013).
Kecerahan
Pengukuran kecerahan dengan menggunakan piringan secchi disk, yang
dilakukan pada cahaya optimum antara pukul 09.00 15.00 WIB, dan
pengukuran dilakukan pada saat mata hari tidak tertutup awan, secchi disk di
tenggelamkan dalam sungai hingga tidak terlihat dan di ukur kedalaman secchi
disk bagian tidak tampak, kemudian secchi disk ditarik perlahan-lahan hingga
piringan secchi disk mulai kelihatan, selajutnya diukur bagian tampaknya,
(Sriwahyuni, 2013).
Kecepatan arus
Kecepatan arus adalah gerakan massa air dari satu tempat ke tempat lain baik
secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping)
dengan satuan m/s, ( Ferianti, 2007 ).
Kedalaman
Kedalaman adalah suatu keadaan yang menunjukkan tinggi rendahnya air
dengan satuan meter (m), ( Ferianti, 2007 ). Pengukuran kualitas air dapat dilihat
pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Parameter kualitas air antara lain
No
Parameter
Satuan
Suhu
pH
Kecerahan
Cm
Kecepatan Arus
m/s
Kedalaman
Nilai
C
-
3.5
Analisis Data
x 100 %
= Keanekaragaman rendah.
= Keanekaragaman tinggi
4.1
yang terdapat di lembah hutan tropis Kabupaten Nagan Raya. Wilayah Beutong
Ateuh Banggalang berada di ujung Kabupaten Nagan Raya yang di kelilingi oleh
gunung dan berbatasan dengan kabupaten lainnya antara lain :
Timur
: Gayo Lues
Barat
: Aceh Barat
Utara
: Aceh Tengah
tidak terlalu lebar dan sedikit dalam, yang stektur dasar perairan sungai
tersebut hanyalah batu besar, kerikir, dan tanah berpasir. Stasiun III ini dapat di
bagi mejadi 3 titik pengoprasian alat tangkap antara lain, jarak titik 1 ke titik 2
hanyalah 30 meter dan juga sama jarak titik 2 ke titik 3 = 30 meter.
4.2
memiliki 3 titik.
Kondisi aliran sungai beutong ateuh banggalang dapat dikatakan masih
bagus dikarenakan air tersebut hanya sedikit terkontaminasi oleh limbah rumah
tangga, maka perairan sungai beutong ateuh banggalang kabupaten nagan raya
masih dalam katagori baik, warna airnyapun tergantung cuaca, bila cuaca hujan
airnya keruh dan bila cuaca kemarau airnyapun jernih. Tekstur pada dasar sungai
ialah bebatu besar, kerikir dan tanah berpasir. Kedalaman sungai tersebut
mencapai 1-5 meter, adapun lebar sungainya adalah 10 - 25 meter.
4.3
Hasil Penelitian
Beutong Ateuh Banggalang pada bulan februari 2015 sebanyak 70 ekor ikan
kerling (Tor tambroides) dengan panjang total bekisar 13-42 cm. Ukuran yang
paling banyak tertangkap berkisar antara 13-21.5cm sebanyak 54 ekor.
Berdasarkan jenis kelaminnya, dapat diidentifikasi 30 jantan, 8 betina, dan sisanya
belum diketahui.
Dari hasil pengamatan di atas diketahui bahwa struktur populasi ikan
kerling di lokasi tersebut terdiri dari anakan dengan panjang tubuh di bawah 20.5
cm sebanyak 51 ekor (73 %), ukuran remaja dengan kisaran panjang tubuh 21-30
cm sebanyak 18 ekor (26 %), dan dewasa dengan panjang tubuh di atas 42 cm
sebanyak 1 ekor (1 %).
Gambar 3: Perbedaan ikan kerling dari anakan, remaja dan dewasa dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Ikan Anakan
Ikan Remaja
Ikan Dewasa
(Sumber : Data Primer, 2015) Gambar 3. anakan, remaja, dan dewasa
Tingginya jumlah anakan tersebut lebih banyak tertangkap di hulu sungai
atau di sebut juga stasiun I yang tipe habitatnya lebih mendukung bagi ukuran
anakan. Pada saat penelitian termasuk ke dalam musim kemarau sehingga ukuran
remaja sampai indukan diduga banyak menuju ke hilir sungai yang airnya lebih
B.
Ordo
Cypriniformes
Famili
Cyprinidae
Genus
Tor
Mystacoleucus
Puntius
4 Perciformes
Channidae
5 Synbranchiformes Synbranchidae
Channa
Monopterus
Glyptothorax
Siluriformes
Sisoridae
Spesies
Tor
tambroides
Mystacoleucus
padangensis
Puntius
binotatus
Channa striata
Monopterus
albus
Glyptothorax
platypogon
Nama
Lokal
Kerling
Bilis
Wader
Gabus
Belut
Kehkel
(9 %), 7 ekor ikan belut (Monopterus albus) (6 %), dan 2 ekor ikan gabus
(Channa striata) (2%).
2%
6%
Kerling
7%
41%
Kehkel
Bilis
Wader
35%
Belut
Gabus
9%
Gambar 5. Diagram persentase komposisi jenis Ikan yang tertangkap pada bulan
April 2015di Sungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten
Nagan Raya. (Sumber : Data Primer, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan April 2015 di ketiga stasiun dan
masing masing stasiun terbagi 3 titik lokasi penelitian. Jenis ikan yang
tertangkap di aliran Sungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang Antara lain: ikan
kerling, ikan ilee, ikan gabus, ikan belut, ikan wader, dan ikan bilis. Dengan
menggunakan alat tangkap jala, pancing, dan tambang. Dapat dilihat pada tabel 6
berikut ini :
Tabel 6. Jenis ikan yang tertangkap di masing masing stasiun pada
pengamatan ke-2 bulan April 2015.
Stasiun
Spesies
I
II
III
No
Jumlah
Ikan Titiik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Ikan
1
3
8
5
2
5
5
9
7
5
49
Kerling
Ikan
2
1
1
1
1
2
2
2
1
11
Kehkel
Ikan
3
4
3
2
5
8
10
3
4
3
42
Bilis
Aneuk
Wader
Ikan
5
1
1
Belut
Ikan
6
Gabus
(Sumber : Data Primer, 2015).
4
Hasil tangkapan pada bulan Februari 2015 April 2015 dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:
35
30
25
20
15
10
5
0
30
26
23
21
14
Ikan
Kerling
16
12
Ikan
Kerling
2 2 3
5
2 4
0 2 0
Ikan
Belut
Ikan
Kehkel
Ikan
Wader
Ikan
Gabus
Bulan
Februari
2015
10
Ikan Bilis
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Gambar 6. Grafik hasil tangkap pada bulan Februari 2015 - April 2015di Sungai
Krueng Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya. (Sumber :
Data Primer, 2015).
4.3.2 Indeks Biologi Ikan
a. Kelimpahan Relatif
Adapun kelimpahan relatif pada setiap bulan pengamatan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 7. Jumlah jenis dan kelimpahan ikan pada setiap bulan pengamatan
Februari 2015
Jumlah jenis
Kelimpahan relatif
I
1
100
II
1
100
III
1
100
Total
300
(Sumber : Data Primer, 2015).
Stasiun
Maret 2015
Jumlah jenis Kelimpahan relatif
4
100
6
100
4
100
300
Pada bulan Februari 2015, Kelimpahan relatif yang terdapat pada stasiun I,
II, dan III sebanyak 100 %. Sedangkan pada bulan April 2015 kelimpahan relatif
pada stasiun I, II, dan III sebanyak 100 % juga.
Berdasarkan total kelimpahan relatif pada setiap bulan penelitian diperoleh grafik
sebagai berikut:
Kelimpahan Relatif
350
300
300
300
250
200
kelimpahan
relatif
150
100
50
0
BULAN FEBRUARI BULAN APRIL 2015
2015
Gambar 7. Grafik kelimpahan total ikan yang tertangkap di aliran sungai krueng
beutong ateuh banggalang kabupaten Nagan Raya. (Sumber : Data
Primer, 2015).
b. Dominasi jenis
1. Pengamatan Ke -1 Bulan Februari 2015
Dari hasil pengamatan pada bulan februari 2015 di stasiun I, II, dan III
menunjukkan nilai dominasi jenis ikan sebanyak D = 1.
2. Pengamatan Ke 2 Bulan April 2015
Dari hasil pengamatan pada bulan April 2015 di stasiun I menunjukkan nilai
dominasi jenis ikan sebanyak D = ( 2,438 ), Stasiun II D = ( 3,576) dan Stasiun
III D = ( 2,645).
Berdasarkan total dominasi jenis pada setiap bulan penelitian diperoleh
grafik sebagai berikut:
Dominasi Jenis
10
8
6
4
2
0
8.559
Nilai Dominasi
Jenis
3
BULAN
BULAN APRIL
FEBRUARI 2015
2015
Gambar 8 : Grafik nilai totaldominasi jenis ikan dari bulan Februari sampai April
2015 yang tertangkap di aliran Sungai Krueng Beutong Ateuh
Banggalang Kabuparten Nagan Raya. (Sumber : Data Primer, 2015).
c. Keanekaragaman Jenis
1. Pengamatan Ke 1 Bulan Februari 2015
Dari hasil pengamatan pada bulan februari 2015 di stasiun I, II, dan III
menunjukkan nilai Keanekaragaman jenis ikan sebanyak H = 0.
2. Pengamatan Ke 2 Bulan April 2015
Dari hasil pengamatan pada bulan April 2015 di stasiun I menunjukkan
nilai Keanekaragaman jenis ikan sebanyak H ( 1.060 ), Stasiun II sebanyak
H (1.451) dan Stasiun III sebanyak H (1.143).
Berdasarkan total keanekaragaman jenis pada setiap bulan penelitian
diperoleh grafik sebagai berikut:
Keanekaragaman Jenis
4
3
2
1
0
3.655
0
BULAN FEBRUARI BULAN APRIL 2015
2015
Nilai
Keanekaragaman
Jenis
Gambar 9 : Grafik total indek Keanekaragaman Jenis Ikan dari bulan Februari
sampai Maret 2015 yang tertangkap di aliran Sungai Krueng Beutong
Ateuh Banggalang Kabuparten Nagan Raya. (Sumber : Data Primer,
2015).
5
6
7
8
9
pH Air
Kedalaman
Air
Maksimum
(M)
Kecepatan
Arus / Menit
Kecerahan
1.50
1.30
1.83
0.85
2.64
5.36
4.22
2.31
2.36
3.06
6.55
3.46
2.22
1.65
1.50
1.30
1.83
1.80
0.85
Lebar Sungai
(M)
10-15 M
Lingkungan
Hutan
Sekitar Sungai
Dasar Perairan Batu-Kerikir-Pasir
(Sumber : Data Primer, 2015).
06.30
07.00
07.00
08.30
07.00
08.30
07.00
08.30
07.00
08.30
07.00
08.30
20-25 M
15-20 M
Kampung
Hutan
Batu-Pasir
Batu-Kerikir-Pasir
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil pengukuran kualitas air yaitu terdiri dari
suhu yang di peroleh pada ke tiga stasiun berkisar antara 19 C 20 C, dan nilai
pH berkisar antara 7, selanjutnya nilai kedalaman berkisar antara 0.85 4 m,
kemudian nilai kecepatan arus berkisar antara 2.22 6.55 m/detik, dan nilai
kecerahan di perairan krueng beutong ateuh banggalang berkisar antara 0.85 2
meter.
Waktu
(Wib)
pH Air
4
5
6
7
8
9
Kedalaman Air
Maksimum (M)
Kecepatan Arus
/ Menit
Kecerahan (cm)
18.5
18.5
18.5
24
19.5
19.5
19
19
19
1.50
2.50
3.50
1.50
2.50
2.83
4.60
1.20
2.51
4.35
4.21
2.03
2.11
3.01
5.40
3.09
1.98
30
30
30
32.5
32.5
28.5
31
31
30
Lebar Sungai
(M)
10-15 M
Lingkungan
Hutan
Sekitar Sungai
Dasar Perairan
Batu-Kerikir-Pasir
(Sumber : Data Primer, 2015)
Waktu
(Wib)
06.30
07.00
07.00
08.30
07.00
08.30
07.00
08.30
07.00
08.30
07.00
08.30
20-25 M
15-20 M
Kampung
Hutan
Batu-Pasir
Batu-Kerikir-Pasir
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil pengukuran kualitas air yaitu terdiri dari
suhu yang di peroleh pada stasiun I, II, dan III berkisar antara 18.5 C 24 C, dan
nilai pH 7, selanjutnya nilai kedalaman berkisar antara 1 4.60 m, kemudian
nilai kecepatan arus berkisar antara 1.98 5.40 m/detik, dan nilai kecerahan di
perairan krueng beutong ateuh banggalang berkisar antara 28,5 32.5 cm.
4.4
Pembahasan
dengan alat jaring dan jala yang umumnya dioperasikan pada bagian tengah badan
perairan. Berkaitan dengan arus pada badan perairan sungai, arus merupakan
faktor yang paling mengendalikan dan kecepatannya dapat bervariasi sangat besar
di tempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama. Kecepatan arus ini
ditentukan oleh kemiringan, kekasaran, kedalaman dan kelebaran dasarnya
(Odum, 1993).
Di stasiun 3 Hilir Sungai (Hutan Lebat) ditemukan jumlah individu yang
tertangkap paling sedikit dibandingkan dengan dua stasiun lainnya yaitu 39
individu, terdiri atas 4 jenis yang tergolong dalam 3 famili. Ikan Kerling (Tor
tambroides) dari famili Cyprinidae menempati urutan pertama yaitu 21 individu
(54 %), ikan Bilis (Rasbora lateristriata) dari famili Cyprinidae pada urutan
kedua yaitu 10 individu (25 %), ikan Kehkel (Glyptothorax platypogon) dari
famili Sisoridae pada urutan ketiga yaitu 5 individu (13 %) dan ikan Belut
(Monopterus albus) dari famili Synbranchidae pada urutan keempat yaitu 3
individu (8 %). Jenis-jenis ikan lainnya yang tertangkap berjumlah antara 3-5
individu.
Jenis ikan yang tertangkap di Sungai Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten
Nagan Raya periode bulan Februari 2015 sampai dengan bulan April 2015 adalah
sebanyak 6 spesies yang tergolong ke dalam 4 ordo, 4 familia dan 6 genus (Tabel
2). Beberapa diantaranya terdapat jenis-jenis ikan yang termasuk jenis ikan
bernilai ekonomis penting.
Salah satu syarat agar jenis dapat dikatakan bernilai ekonomis penting atau
tinggi adalah jika bernilai pasaran yang tinggi (Djajadiredja dkk. 1977).
meter, kecerahan 0,85 2 meter dan kecepatn arus 2.22 - 6.55 m/detik. Menurut
Hamidy et.al, (1983), menyatakan bahwa kecepatan arus merupakan parameter
kualitas air yang penting karena parameter ini dapat mempengaruhi parameter
lingkungan yang lainnya. Parameter lingkungan yang dipengaruhinya antara lain
kandungan oksigen terlarut, karbondioksida bebas, suhu dan jumlah makanan.
Arus juga memegang peranan penting dalam menentukan tingkat suatu perairan.
Suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan,
kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas
toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan
menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untk reaksi metabolisme dalam tubuh
organisme (Wardoyo, 1981).
B. Ikan Belut (Monopterus albus)
Klasifikasi ikan belut menurut Saanin (1984), Filum : Chordata, Kelas :
Actinopterygii, Ordo : Synbranchiformes, Sup Ordo : Synbranchoidei, Famili :
Synbranchidae, spesies : Monopterusalbus.
Ikan belut yang didapatkan dari tiga stasiun berjumlah 7 ekor dengn
menggunakan jenis alat tangkap pancing tambang dan pancing lempar. Dengan
kualitas air di aliran sungai krueng beutong baggalang dengan suhu 18.5 24 C,
pH 7, kedalaman 1 4.60 meter, kecerahan 30 32.5 cm dan kecepatn arus 1.98
5.40 m/detik. Belut mempunyai ciri-ciri bentuk badan panjang dan bundar dengan
ukuran 17 26 x Tinggi permukaan sirip punggung yang berada di belakang perut
(Saanin, 1984). Tubuh seperti ular, tidak bersisik, mata kecil, lengkung insang ada
tiga pasang, punggung berwarna kehijauan dan bagian perut kekuning-kuningan
hidup
dirawa,
sungai
dan
perairan
keruh.
Saanin
(1984)
bilis
mempunyai
ciri
sirip
dada lebih
(Saanin, 1984). Ikan ini sering ditemui dalam kelompok besar, di danau, parit
atau sungai-sungai yang relatif tenang. Sering pula hidup dalam sawah yang jernih
dan lambat airnya dan sungai yang berbatu-batu. Dari hasil penelitian Ikan bilis
ini didapatkan pada bulan April 2015 di stasiun I, II dan III sebanyak 42 ekor,
dengan kualitas air suhu 18,5 24 C, pH 7, kedalaman berkisar 1 4.60 meter,
kecepatan arus berkisar antara 1.98 5.40 m/detik, kecerahan 28,5 32,5 meter.
Menurut Atlas of Freshwater Aquarium Fishes (Axelrod et. al., 2004), ikan
beunteur, paray, dan jeler termasuk ke dalam spesies ikan hias. Ikan kehkel
hingga kini belum ada yang memanfaatkannya sebagai spesies pajangan pengisi
akuarium air tawar. Namun, tingkah lakunya yang unik dimana spesies ini senang
menempel pada media dengan menggunakan organ tubuhnya yang disebut
thoracicadhesive apparatus (Kusumah, 2011; Thomson & Page, 2006;
Planetcatfish, 2010) menyebabkan ikan ini tampak menarik untuk dimanfaatkan
sebagai ikan hias. Planetcatfish (2010) menyarankan agar memelihara kehkel
bersama dengan ikan balitorine loach seperti Homaloptera, ikan-ikan cyprinidae
perenang cepat seperti Danio (ikan zebra) dan Barilius, serta ikan-ikan
mastacembelid (berot) kecil.
4.4.3 Indek Biologi Ikan
A. Indek Kelimpahan Relatif
Hasil penelitian pada bulan Februari 2015 dari tiga stasiun yang masingmasing terdiri dari 3 substasiun diperoleh 1 jenis dengan kelimpahan berkisar
antara 100 %. Di karenakan pada bulan februari ini cuma hanya didapatkan 1 jenis
saja yaitu jenis ikan kerling ( Tor tambroides ).
Sedangkan hasil penelitian pada bulan April 2015 dari ke tiga stasiun dan
masing-masing stasiun terbagi atas tiga substasiun di peroleh 6 jenis spesies ikan
dengan kelimpahan berkisar antara 40,83 % sampai dengan 1,67 %. Kelimpahan
relatif yang paling tinggi adalah Famili Cyprinidae yaitu Tor tambroides (ikan
kerling) dan yang paling rendah famili Channidae yaitu Channa striata ( ikan
gabus). Hal ini terjadi karena adanya drainase perairan irigasi sawah sehingga
ikan jenis ini ikut masuk ke perairan sungai mengikuti arus air. Efendie (1997)
0,75 =
1 = Komunitas tinggi.
Sedangkan pada bulan April 2015 di peroleh 6 jenis spesies ikan dengan
dominasi jenis berkisar 3, dan pada stasiun I terdapat dominasi jenis sebanyak
2.438, pada stasiun II dominasinya 3.476, dan pada stasiun III dominasinya 2.645.
Berarti nilai dominasinya yang tertinggi terdapat pada stasiun II.
Nilai dominasi jenis berkisar antara 0,0003 sampai dengan 0,1667.
Dominasi jenis yang paling tinggi adalah Famili Cyprinidae yaitu Tor tambroides
(ikan kerling) dan yang paling rendah famili Channidae yaitu Channa striata
(ikan gabus).
C. Indek Keanekaragaman
Dari hasil penelitian pada bulan februari 2015 di ketiga stasiun dan masingmasing stasiun di bagi atas tiga substasiun terdapat 1 jenis ikan kerling (Tor
tambroides). Nilai indek keanekaragaman pada bulan ini H = 0, yang berarti nilai
keanekaragamannnya rendah dikarenakan jumlah jenis ikan yang didapatkan 1
jenis spesies disebabkan jenis alat tangkap yang digunakan cuma satu jenis saja
antara lain jala.
Sedangkan pada bulan April 2015 didapat jumlah jenis ikan 6 spesies dan
jumlah nilai keanekaragaman pada stasiun I H = 1.060, pada stasiun II H =
1.451, dan pada Stasiun III H = 1.143. nilai keanekaragaman pada bulan ini yang
tertinggi yaitu pada bulan April 2015 di stasiun II. Hasil analisis indeks
keanekaragaman menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis ikan di Aliran
Sungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang pada bulan April 2015 dalam keadaan
relatif sedang H (1,380). Menurut Magurran (1988) menyatakan bahwa
keanekaragaman tinggi apabila nilai indeks keanekaragaman (H) >3, sedang
1<H<3 dan rendahjika H<1.
5.1
Kesimpulan
Hasil kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa identifikasi jenis ikan
rendah famili Channidae yaitu Channa striata dengan dominasi jenis yang tidak
dominan.
Keanekaragaman jenis ikan di Sungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang
pada bulan Februari 2015 dalam keadaan relatif rendah (H< 1) dengan indek
keanekaragaman H = 0, dan pada bulan April 2015 dalam keadaan relatif
sedang (1<H<3) dengan indeks keanekaragam (H) sebesar 1,380.
5.2
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi jenis ikan di
lokasi yang sama, terutama pada periode waktu yang berbeda dengan
menggunakan metode yang samadan penggunaan alat tangkap yang lebih
bervariasi. Dengan demikian, diharapkan lebih banyak informasi ilmiah yang
dapat dijadikan dasar dalam memberi kontribusi terhadap upaya penggalian
potensi perikanan air tawar di perairan umum Sungai Beutong Ateuh Banggalang
Kabupaten Nagan Raya. Data penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu
dasar pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian ikan di perairan umum.
DAFTAR PUSTAKA
Gonawi G R. 2009. Habitat Struktur Komunitas Nekton Di Sungai CihideungBogor Jawa Barat (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Hamidy, Y, M. Ahmad, T. Dahril, H. Alawi dan C. P. Pulungan. 1983. Identifikasi
dan Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai Siak, Riau. Pusat Penelitian
Universita Riau. Pekanbaru.
Haryono. 2006. Aspek Biologi Ikan Tambra (Tor tambroides) yang Eksotik dan
Langka sebagai Dasar Domestikasi. Bidang Zoologi, Pusat Penelitian
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jurnal Biodiversitas
Vol.7 No.2. Hal. 195198.
Haryono, 2009. Identifikasi Ikan. Buku Panduan Lapangan : Ikan Perairan
Gambut. Penerbit LIPI Press. Jakarta.
Husnah. 2006. Jenis, Cara Operasi, Dan Penyebaran Beberapa Alat Tangkap
Ikan Diperairan Sungai Musi, Sumatra Selatan. Badan Riset Kelautan dan
Prikanan. Palembang.
Kholik, K. 2005. Genus Tor, dan spesies Tor, Fishes of the Cyprinidae denus Tor
in the Nam Theun The Raffles Bulletin of Zoology.
Kodoatie Robert, J. 2002. BANJIR Beberapa Penyebab Dan Metode
Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Komarudin, O, J. Effendi, Mariyono. 1993. Penyakit Ikan Bejubang (Botia
macracantha) di Jambi. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I.
Jakarta.
Kottelat, M., J. A. Whitten, N. Kartikasari and S. Wiryoatmojo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition and EMDI
Project Indonesia, Jakarta. 221p.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey :
Pricenton University Press.
Mayr, E. dan Ashlock1991. Perinciple of Systemtic Zoologi. New Delhi: Tata McGraw Hill Publishing Company LTD.
Michael, E.P.1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang di Laboratorium.
UIP. Jakarta.
Moyle, P.B. and J.J. Cech. 1988. Fishes: An Introduction to Ichthyology. Second
Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey: 559 pp
Muklisin ZA. 2008. Pedoman Lapangan Identifisikasi Ikan Air Tawar.Di
Nanggro Aceh Darussalam Kawasan Ekosistem Lauser. Aceh. 137 hal.
Lampiran 2.
Nilai indek dominasi jenis ikan, keanekaragaman ikan dan kelimpahan reltif
ikan yang tertangkap di Aliran Sungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang
Kabupaten Nagan Raya pada bulan Februari 2015.
Tabel 10. Nilai indek biolgis ikan Pada bulan Februari 2015
No
1
Stasiun
Spesies
Ikan Kerling
II
III
26
14
30
Jumlah ( N )
ni
Pi
Ln Pi
Pi LnPi
Di %
70
0,000
0,000
100
70
Keanekaragaman
H'= - Pi [Ln Pi]
H'= - 1 [0,000]
0
Nilai indek dominasi jenis ikan, keanekaragaman ikan dan komposisi jenis
ikan yang tertangkap di Aliran Sungai Krueng Beutong Ateuh Banggalang
Kabupaten Nagan Raya pada bulan April 2015.
Tabel 11. Nilai indek biolgis ikan Pada bulan April 2015
No
Spesies
Ikan Kerling
Stasiun
ni
Pi
Ln Pi
Pi LnPi
Di
16 12 21
49
0,408
-0,896
-0,3657
40,83
Ilee
11
0,092
-2,390
-0,2190
9,17
Bilis
23 10
42
0,350
-1,050
-0,3674
35,00
Aneuk Groe
0,075
-2,590
-0,1943
7,50
Belut
0,058
-2,842
-0,1658
5,83
Gabus
0,017
-4,094
-0,0682
1,67
120
-13,86
-1,380
100
Jumlah (N)
keanekaragaman
H'= - Pi [Ln Pi]
H'= -1 [-1,380]
1,380
II
III
Lampiran 3.
30
26
25
20
15
23
21
14
16
12
10
2 2 3
4 5
0
10
0
Ikan Kerling Ikan Kerling Ikan Belut
Bulan
Februari
2015
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Lampiran 4.
Jumlah nilai kelimpahan relatif pada bulan Februari 2015 April 2015
dapat di lihat pada tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Nilai kelimpahan relatif pada bulan Fberuari 2015-April 2015
Bulan penelitian
Ikan Kerling
Ikan Kerling
Ikan Jeler
Ikan Bilis
Bulan April 2015
Ikan Wader
IkanBelut
Ikan Gabus
(Sumber : Data Primer, 2015)
Nilai
Kelimpahan
1
0,408
0,092
0,350
0,075
0,058
0,017
Dan juga kelimpahan relatif dapat di lihat pada grafik di bawah ini
1.2
Kelimpahan Relatif
0.8
0.6
0.408
0.350
0.4
0.092
0.2
0.075
0.058
0.017
Ikan
Kerling
Ikan
Belut
Ikan
Gabus
Bulan
Februari
2015
Gambar 12. Grafik nilai kelimpahan relatif yang di dapatkan pada bulan Februari
April 2015 (Sumber : Data Primer, 2015)
Lampiran 5.
Jumlah Nilai Dominasi Jenis pada bulan April 2015 dapat di lihat pada tabel
14 di bawah ini :
Tabel 14. Nilai dominasi jenis pada bulan April 2015
Spesies
Ikan
Ikan Kerling
Jeler
Bilis
Bulan April
2015
Wader
Belut
Gabus
(Sumber : Data Primer, 2015)
Bulan
Dan juga Nilai Dominasi Jenis ikan dapat di lihat pada grafik di bawah ini :
Stasiun II
Stasiun III
54
44
31
23
7 8
26
17
13
7
0
Ikan Kerling
Jeler
Bilis
Wader
Belut
Gabus
Gambar 13. Grafik nilai dominasi jenis yang di dapatkan pada bulan April 2015
(Sumber : Data Primer, 2015)
Lampiran 6.
Jumlah nilai keanekaragaman jenis ikan pada bulan April 2015 pada stasiun
I, II, dan III dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Stasiun I.
No
Spesies
1
Ikan Kerling
2
Jeler
3
Bilis
4
Belut
Jumlah (N)
ni
16
2
9
2
29
Pi
0,552
0,069
0,310
0,069
1
Ln Pi
-0,595
-2,674
-1,170
-2,674
-7,113
Pi LnPi
-0,328
-0,184
-0,363
-0,184
-1,060
Di ( % )
55
7
31
7
100
Ni
12
4
23
9
2
2
52
Pi
0,231
0,077
0,442
0,173
0,038
0,038
1
Ln Pi
-1,466
-2,565
-0,816
-1,754
-3,258
-3,258
-13,117
Pi LnPi
-0,338
-0,197
-0,361
-0,304
-0,125
-0,125
-1,451
Di ( % )
23
8
44
17
4
4
100
Keanekaragaman
H' = - Pi Lnpi
H' = - [ -1,060 ]
1,060
Stasiun II
No
Spesies
1
Ikan Kerling
2
Ilee
3
Bilis
4
Wader
5
Belut
6
Gabus
Jumlah
Keanekaragaman
H' = - Pi Lnpi
H' = - [ -1,451]
1,451
Stasiun III
No
Spesies
1
Ikan Kerling
2
Ilee
3
Bilis
4
Belut
Jumlah
Ni
21
5
10
3
39
Pi
0,538
0,128
0,256
0,077
1
Ln Pi
-0,619
-2,054
-1,361
-2,565
-6,599
Pi LnPi Di ( % )
-0,333
54
-0,263
13
-0,349
26
-0,197
8
100
-1,143
Keanekaragaman
H' = - Pi Lnpi
H' = - [ -1,143]
1,143
Nilai Indek Keanekaragaman Jenis ikan pada bulan April 2015 dapat di lihat
pada grafik di bawah ini :
Indek Keanekaragaman
1.600
1.400
1.451
1.200
1.000
0.800
1.143
1.060
0.600
0.400
0.200
0.000
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Gambar 14. Grafik nilai keanekaragaman jenis ikan yang di dapatkan pada bulan
April 2015 (Sumber : Data Primer, 2015)
Lampiran 7.
Foto Penelitian Pada Bulan Februari Maret 2015 di Aliran Sungai Krueng
Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya.
Secsidi
Kertas Lamus
GPS
Jala
Termometer
Pengukuran pH Air
Pengukuran Kedalam
Jumlah pH Air
Ikan Jeler/Ilee
Ikan Gabus/Bacee
Ikan Belut
Ikan Kerling