Anda di halaman 1dari 10

Geokimia

Batubara
Kelompok 2
Riska Awalia
Lestari
Ariyadi

Geokimia dapat diartikan secara


luas sebagai pengukuran jumlah

GEOKIMIA

relatip yang absolut dari unsurunsur kimia pada bagian bagian


bumi.Tujuan mempelajari Geokimia
batubara untuk mengetahui prinsipprinsip yang mengatur penyebaran
dan migrasi dari unsur-unsur
sepanjang siklus geologi.

BATUBARA
Batubara adalah termasuk salah satu bahan
bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.

JENIS MATERIAL PEMBENTUK


BATUBARA
Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen.
Material tersebut umumnya terdiri dari :
karbon padat (fixed carbon)
senyawa hidrokarbon
senyawa sulfur
senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat dibakar/dioksidasi
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri dari aenvawa anorganik (Si02, A1203,
Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang
kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible material
ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.

PEMBENTUKAN BATUBARA
Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori
insitu dan teori drift.
Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama
dengan tempat terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat
dmana tumbuhan tersebut berkembang.
Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada
cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara
mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu
cekungan sedimen. Perbedaan kualitas batubara dapat diketahui melalui
stratigrafi lapisan.

LINGKUNGAN PENGENDAPAN
BATUBARA
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa
lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik.
Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan
fluviatil.
Endapan Batubara Paralik
Endapan Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Endapan Batubara Delta
Endapan Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai

SELULOSA LIGNIT GAS METAN


Dalam proses pembentukkan selulosa sebagai senyawa organik yang
merupakan senyawa pembentuk batubara, semakin banyak unsur C
pada batubara, maka semakin baik kualitasnya, sebaliknya semakin
banyak unsur H, maka semakin rendah kualitasnya, dan senyawa kimia
yang terbentuk adalah gas metan, semakin besar kandungan gas
metan, maka semakin baik kualitasnya.

KLASIFIKASI BATU BARA


Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum batubara digolongkan menjadi 4
berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu: anthracite, bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan
peat (gambut).
a. Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak, kandungan karbon sangat tinggi, kandungan airnya sedikit,
kandungan abu sangat sedikit, kandungan sulfur sangat sedikit.
b. Bituminous/subbituminous coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relative tinggi, nilai kalor tinggi,
kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, kandungan sulfur sedikit.
c. Lignite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah, kandungan air tinggi,
kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak.

Analisa
Proksimat
Analisa Proksimat Batubara digunakan untuk mengetahui
karakteristik dan kualitas batubara dalam kaitannya dengan
penggunaan batubara tersebut, yaitu untuk mengetahui jumlah
relatif air lembab (moisture content), zat terbang (VM), abu (ash),
dan karbon tertambat (FC) yang terkandung didalam batubara.
a. Kandungan Air (Moisture content)
b. Kandungan Abu (Ash content)
c. Kandungan Fixed carbon
d. Volatile Matter

Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai