Analisis wacana kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian)
untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang
dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya
mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya,
dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu,
analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari
berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat
makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan.
Berikut ini disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis. Bahan
diambil dari tulisan Teurn A. van Dijk, Fairclough, Wodak.
Tindakan
Konteks
Historis
Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam
analisisnya. Di sini setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan,
atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral
tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah
satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Seperti kekuasaan laki-
laki dalam wacana mengenai seksisme, kekuasaan kulit putih terhadap kulit hitam
dalam wacana mengenai rasisme, kekuasaan perusahaan berbentuk dominasi
pengusaha kelas atas kepada bawahan, dan sebagainya. Percakapan antara
pembantu dan majikan bukanlah percakapan yang alamiah, karena di sana
terdapat kekuasaan majikan terhadap pembantu tersebut. Tujuan penggunaan
wacana bagi suatu kekuasaan adalah untuk mempengaruhi objek yang dikuasai.
Ideologi
Ideologi merupakan konsep sentral dalam AWK, hal ini karena teks, percakapan,
dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau permintaan dari ideologi
tertentu. Misalnya wacana sastra adalah bentuk ideologi atau pencerminan dari
ideologi tertentu. Ideologi ini dikontruksikan oleh kelompok yang dominan
dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu
strateginya adalah membuat kesadaran khalayak, bahwa dominasi itu diterima
secara taken for granted (diterima begitu saja). Dalam teks berita misalnya, dapat
dianalisis apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideologi seseorang,
apakah ia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis dan sebagainya. Ideologi dalam
hal ini secara inheren bersifat sosial dan AWK melihat wacana sebagai bentuk
dari praktik sosial.