Anda di halaman 1dari 9

Gelombang Laut

6.5.1 Potensi Energi Gelombang Laut di Dunia


Selain panas laut dan pasang surut, masih terdapat satu lagi energi samudera yaitu energi
gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan energi yang
tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti hal ini adalah
Inggris. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, deretan ombak (gelombang) yang terdapat di
sekitar pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya
sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan deretan ombak serupa dengan tinggi 2
meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang ombak. Untuk ombak dengan
ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik menghasilkan daya 600 KW per meter. Di Indonesia,
banyak terdapat ombak yang ketinggiannya di atas 5 meter sehingga potensi energi
gelombangnya perlu diteliti lebih jauh. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris,
Jepang, Finlandia, dan Belanda, banyak menaruh perhatian pada energi ini. Lokasi potensial
untuk membangun sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di
perairan pantai. Energi gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa
dan Pulau Sumatera.
Ocean energi memfokuskan pengembangan pembangkit listrik gelombang laut dengan
membuat oscilating water column yang mengapung di atas sebuah ponton dengan dipancangkan
di dasar laut menggunakan kawat baja. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel transmisi
menuju ke daratan. Berlokasi di Irlandia, sebuah negara yang terletak di salah satu tempat
dengan iklim yang mendukung terjadinya gelombang laut dengan energi yang lebih dari cukup
untuk dipanen, perusahaan tersebut memiliki lokasi yang tepat untuk melakukan riset dan
pengembangan.
Sistem pembangkit listrik tersebut terdiri dari chamber berisi udara yang berfungsi untuk
menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun melalui saluran yang berada di
bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan generator. Gerakan air naik dan turun yang
seiring dengan gelombang laut menyebabkan udara mengalir melalui saluran menuju turbin.
Turbin tersebut didesain untuk bisa bekerja dengan generator putaran dua arah.
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak di atas
permukaan laut dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus kedap
air, sehingga bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.
Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa memanfaatkan efisiensi
optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir gelombang-gelombang yang ekstrim.
Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang dalam kondisi normal. Hal tersebut bisa dicapai
dengan digunakannya katup khusus yang menghindarkan turbin tersebut dari overspeed.

6.5.2 Potensi Energi Gelombang Laut di Indonesia


Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber energi
alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang terbarukan dan tak
terbarukan. Selain minyak bumi di lepas pantai dan laut dalam, sumber energi yang tak
terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah Indonesia adalah methane hydrate. Methane
hydrate adalah senyawa padat campuran antara gas methan dan air yang terbentuk di laut dalam
akibat adanya tekanan hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah dan konstan di
kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi yang timbul
akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (ocean thermal energy
conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi permukaan air akibat pasang
surut dan energi arus laut. Dari keempat energi ini hanya energi gelombang yang tidak dapat
diprediksi kapasitasnya dengan tepat karena keberadaan energi gelombang sangat bergantung
pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut serta energi arus laut dapat
diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas. Untuk mendukung kebijaksanaan
pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada dua sumber energi alternatif,
yakni sumber energi alternatif yang berasal dari daratan dan sumber energi yang berasal dari
laut. Untuk Jawa yang padat penduduknya, pembangunan fasilitas pembangkit listrik dengan
energi alternatif yang berasal dari daratan kemungkinan Dari penelitian PL Fraenkel (J Power
and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus
mempunyai kecepatan arus dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal
adalah 2.5 m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s.
Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat
dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas sehingga dapat
dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau penangkapan ikan. Gelombang
laut sangat potensial dikonversikan menjadi energi listrik, khususnya karena Indonesia memiliki
pantai yang sangat panjang yang bisa diberdayakan sebagai sumber energi alternatif pengganti
bahan bakar fosil.
Untuk wilayah Indonesia, energi yang mempunyai prospek bagus adalah energi arus laut.
Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat sehingga arus laut akibat
interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Selain
itu, Indonesia adalah tempat pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut
M2 yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang surut
K1 yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24 jam. M2 adalah konstanta
pasang surut akibat gerak Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan K1 adalah konstanta pasang
surut yang diakibatkan oleh kecondongan orbit Bulan saat mengelilingi Bumi.
Interaksi Bumi-Bulan diperkirakan menghasilkan daya energi arus pasang surut setiap
harinya sebesar 3.17 TW, lebih besar sedikit dari kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di
seluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 2.92 TW (Kantha & Clayson, 2000). Namun, untuk
wilayah Indonesia potensi daya energi arus laut tersebut belum dapat diprediksi kapasitasnya.

6.5.3 Konversi Energi Gelombang menjadi Listrik


Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak :
a. Energi gelombang
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk menggerakkan turbin.
Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang naik menekan udara keluar dari ruang
generator dan menyebabkan turbin berputar.ketika air turun, udara bertiup dari luar ke dalam
ruang generator dan memutar turbin kembali.(lihat gambar di sampin
b. Pasang surut air laut
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut. Ketika pasang
datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir. Kemudian ketika air surut, air di
belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita
membutuhkan gelombang pasang yang besar. dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara
gelombang pasang dan gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki kriteria ini.
Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah pembangkit listrik
di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik untuk 240.000 rumah.

c. Memanfaatkan perbedaan temperatur air laut (Ocean Thermal Energy)


Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan memanfaatkan
perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut kita akan merasakan bahwa
semakin kita menyelam suhu laut akan semakin rendah (dingin).
Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar matahari memanasi
permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut, suhu sangat dingin. Itulah sebabnya penyelam
menggunakan baju khusus ketika mereka menyelam. Baju tersebut akan menjaga agar suhu
tubuh mereka tetap hangat.
Pembangkit listrik bisa dibangun dengan memanfaatkan perbedaan suhu untuk
menghasilkan energi. Perbedaan suhu yang diperlukan sekurang-kurangnya 380 fahrenheit antara
suhu permukaan dan suhu bawah laut untuk keperluan ini.Cara ini dinamakan Ocean Thermal
Energy Conversion atau OTEC. Cara ini telah digunakan di Jepang dan Hawaii dalam beberapa
proyek percobaan. Untuk mengkonversi energi gelombang terdapat 3 (tiga) sistem dasar yaitu
sistem kanal yang menyalurkan gelombang ke dalam reservoar atau kolam, sistem pelampung
yang menggerakan pompa hidrolik, dan sistem osilasi kolom air yang memanfaatkan gelombang
untuk menekan udara di dalam sebuah wadah. Tenaga mekanik yang dihasilkan dari sistem-
sistem tersebut ada yang akan mengaktifkan generator secara langsung atau mentransfernya ke
dalam fluida kerja, air atau udara, yang selanjutnya akan menggerakan turbin atau generator.
Daya total dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan mencapai 2 hingga 3
juta megawatt. Pada tempat-tempat tertentu yang kondisinya sangat bagus, kerapatan energi
gelombang dapat mencapai harga rata-rata 65 megawatt per mil garis pantai. Ada 3 cara untuk
menangkap energi gelombang, yaitu dengan pelampung, dimana alat ini akan membangkitkan
listrik dari hasil gerkana vertikal dan rotasional pelampung. Alat ini dapat ditambatkan pada
sebuah rakit yang mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut. Selanjutnya kolom air
yang berosilasi (Oscillating Water Column). Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya
air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini
akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan
turbin. Alat yang ketiga yaitu wave Surge atau Focusing Devices). Peralatan ini biasa juga
disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah
struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke
dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini
yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower.

6.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Energi Gelombang Laut


Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini juga
mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang
lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas
yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan
lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin
angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada
kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan. Energi ombak adalah energi yang
bisa didapat setiap hari, tidak akan pernah habis dan tidak menimbulkan polusi karena tidak ada
limbahnya. Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang dapat
memberikan keuntungan di bidang lingkungan hidup. Energi ini lebih ramah Iingkungan, tidak
menimbulkan polusi suara, emisi C02, maupun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan
ruang kepada kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu karang di sepanjang jangkar
yang ditanam di dasar laut. Pada kasus-kasus seperti ini biasanya lebih menguntungkan karena
ikan dan binatang laut selalu lebih banyak berkumpul.
Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik sinusoidal sesuai
dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat pasang
purnama, kecepatan arus akan deras sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang
kira-kira setengah dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya instalasi dan
pemeliharaannya yang cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut dirancang dengan
kondisi pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil, dan dirancang untuk
bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka kekurangan ini dapat
diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang terakhir ini merupakan
tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin, sistem roda gigi, dan
sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama lebih kurang lima tahun.

Pesawat Pengkonversi Energi Termal Samudra


(OTEC)
Lautan yang meliputi dua per tiga permukaan bumi, menerima energi panas yang berasal
dari penyinaran matahari. Lautan befungsi sebagai suatu penampungan yang cukup besar dari
energi surya yang mencapai bumi. Kira-kira seperempat dari daya surya sebesar 1,7 x 1017 watt
yang mencapai atmosfer diserap oleh lautan. Selain itu, air laut juga menerima energi panas yang
berasal dari panas bumi, yaitu magma yang berasal dari bawah laut. Pemanasan dari permukaan
air di daerah tropikal mengakibatkan permukaaan air laut memiliki suhu kira-kira 27–30oC.
Bilamana air permukaan yang hangat ini dipakai dalam kombinasi dengan air yang lebih dingin
(5-7oC) pada kedalaman 500 - 600 meter, maka suatu sumber energi panas yang relatif besar
akan tersedia.
Menurut rancangan-rancangan terkini energi listrik akan dapat dibangkitkan dalam pusat-
pusat listrik tenaga panas laut (PLT-PL) dengan menggunakan siklus Rankine rangkaian tertutup
maupun terbuka. Selisih suhu sebesar 20oC akan tersedia selama 24 jam sehari dan sepanjang
tahun. Hal ini jauh lebih menguntungkan dibanding dengan pemanfaatan sinar matahari di
daratan, yang tersedia hanya siang hari, itupun bilamana udara tidak mendung atau cuaca tidak
hujan. Bilamana selisih 20oC itu dimanfaatkan dengan suatu efisiensi efektif sebesar misalnya
1,2%, maka suatu arus air sebesar 5 meter kubik per detik akan dapat menghasilkan daya elektrik
bersih dengan daya sebesar kira-kira 1 MW. Dapat dibayangkan bahwa ukuranukuran yang besar
sekali diperlukan untuk dapat membantu suatu PLT-PL yang besar. Sebab sejumlah arus air yang
meliputi 500 meter kubik per detik yang akan diperlukan untuk dapat membuat suatu PLT-PL
yang besar, misalnya 100 MW. Dengan demikian maka taraf efisiensi yang perlu diusahakan
untuk ditingkatkan.
Pada teknologi konversi energi panas laut atau KEPL (Ocean Thermal Energy
Conversion, OTEC), siklus Rankine digunakan untuk menarik arus-arus energi termal yang
memiliki sekurang-kurangnya selisih suhu sebesar 20oC. Pada saat ini terdapat dua siklus daya
alternatif yang dikembangkan, yaitu siklus Claude terbuka dan siklus tertutup.
Siklus terbuka dengan mendidihkan air laut yang beroperasi pada tekanan rendah,
menghasilkan uap air panas yang melewati turbin penggerak/generator. Siklus tertutup
menggunakan panas permukaan laut untuk menguapkan fluida pengerak dengan Amonia atau
Freon. Uap panas menggerakan turbin, kemudian turbin berkerja menghidupkan generator untuk
menghasilkan listrik.
Prosesnya, air laut yang hangat dipompa melewati tempat pengubah dimana fluida
pemanas tekanan rendah diuapkan hingga menjalankan turbo-generator. Air dingin dari dalam
laut dipompa melewati pengubah kedua mengubah uap menjadi cair kemudian dialiri kembali
dalam sistem. Dalam siklus Claude terbuka, air laut digunakan sebagai medium kerja maupun
sebagai sumber energi. Air hangat yang berasal dari permukaan laut diuapkan dalam suatu alat
penguap (flash evaporator) dan menghasilkan uap air dengan tekanan yang sangat rendah, lk
0,02 hingga 0,03 bar dan suhu kira-kira 20oC. Uap itu memutar sebuah turbin uap yang
merupakan penggerak mula bagi generator yang menghasilkan energi listrik. Karena tekanan uap
rendah sekali maka ukuran-ukuran turbin menjadi sangat besar. Setelah melewati turbin, uap
yang sudah dimanfaatkan dialirkan ke sebuah kondensor yang menghasilkan air tawar.
Kondensor didinginkan oleh air laut yang berasal dari lapisan bawah permukaan laut. Dengan
demikian, metode dengan siklus Claude ini menghasilkan energi listrik maupun air tawar.
Masalah dengan metode ini adalah bahwa ukuran-ukuran turbin menjadi sangat besar oleh
karena tekanan uap yang begitu rendah. Sebagai contoh, sebuah modul sebesar 10 MW yang
terdiri atas penguap, turbin dan kondensor, akan memerlukan ukuran garis tengah dan panjang
100 meter.
Dalam kaitan ini maka metode kedua, yaitu dengan siklus tertutup, merupakan pilihan
yang pada saat ini lebih disukai dan digunakan banyak proyek percobaan. Air permukaan yang
hangat dipompa ke sebuah penukar panas atau evaporator, dimana energi panas dilepaskan
kepada suatu medium kerja, misalnya amonia. Amonia cair itu akan berubah menjadi gas dengan
tekanan kira-kira 8,7 bar dan suhu lk 21oC. Turbin berputar menggerakkan generator listrik yang
menghasilkan energi listrik. Gas amonia akan meninggalkan turbin pada tekanan kira-kira 5,1
bar dan suku lk 11oC dan kemudian di bawa ke kondensor. Pendinginan pada kondensor
mengakibatkan gas amonia itu kembali menjadi bentuk benda cair. Perbedaan suhu dalam
rangkaian perputaran amonia adalah 10oC sehingga rendemen Carnot akan menjadi :

Rendemen ini merupakan efisiensi termodinamika yang baik sekali, namun di dalam
praktek rendemen yang sebenarnya akan terjadi lebih rendah, yaitu ekitar 2-2,5 %. Pada
rancangan-rancangan terkini suatu arus air sebesar 3-5 m3/s baik pada sisi air hangat maupun
pada sisi air dingin, diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 1 MW pada generator. Selain
amonia (NH3), juga Fron-R-22 (CHClF2) dan Propan (C3H6) memiliki titik didih yang sangat
rendah, yaitu antara -30oC sampai -50oC pada tekanan atmosfer dan +30oC pada tekanan antara
10 dan 12,5 Kg/cm2. Gas-gas inilah yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai medium kerja
pada konversi energi panas laut.

Energi Pasang Surut


Pasang surut dikatakan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya
gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang
surut laut juga merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut laut adalah hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun kuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surutlaut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik airlaut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan
(bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa energi pasang surut air laut adalah energi yang dihasilkan akibat
terjadinya fenomena pasang surut air laut.
Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip kerja nya
sama dengan pembangkit listrik tenaga air,dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan
mengahasilkan energi listrik.Energi diperoleh dari pemanfaatan variasi permukaan laut terutama
disebabkan oleh efek gravitasi bulan, dikombinasikan dengan rotasi bumi dengan menangkap
energi yang terkandung dalam perpindahan massa air akibat pasang surut. Pasang surut
enggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya, dan pemanfaatannya dapat menghasilkan
energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang
surut. Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai
listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit listrik bertenaga ombak.

Anda mungkin juga menyukai