ABSTRACT
This study aimed to optimize the conditionsfor furfural production from hydrolysis of
sugarcane bagasse using acetic acid as catalyst. The hydrolysis experiments of
sugarcane bagasse were performed in autoclave batch type reactor at variable
concentration (2-6% v/v), reaction time (1-6 hr), and temperature (140-160°C).
Conditions were further optimized by using Response Surface Methodology (RSM).
The results were then suggested that, optimum conditionfor furfural production by using
hydrolysis processesat temperature andtime of hydrolysis were 140.01°C for 5.99 hours
using acetic acid concentration of 5.99%. Under the optimal conditions, the furfural
yield reached of the concentration of furfural of 7.75g/l. Under this conditions, the
concentration of acetic acid were also increase 2 higher than the initial,due to acetyl
bond degradation of hemicellulose.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi kondisi pada produksi furfural dari
hidrolisis bagas tebu menggunakan katalis asam asetat. Hidrolisis bagas tebu dilakukan
dalam reactor autoclave tipe batch pada variasi konsentrasi katalis (2-6% v/v), waktu
reaksi (1-6 jam), dan temperature (140-160°C). Kondisi tersebut selanjutnya dioptimasi
menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Kondisi optimum yang diperoleh
pada produksi furfural dengan menggunakan proses hidrolisis pada temperatur dan
waktu hidrolisis 140,01°C dan 5,99 jam dengan konsentrasi katalis asam asetat 5,99%.
Pada kondisi optimal tersebut, diperoleh konsentrasi furfural sebesar 7,75g/l. Pada
kondisi ini, konsentrasi asam asetat meningkat sampai 2 kali lipat lebih tinggi daripada
konsentrasi asam asetat awal yang digunakan, karena terdegradasinya ikatan acetyl pada
hemiselulosa.
PENDAHULUAN
31,34% dari tebu yang telah diproses. Pemanfaatan bagas tebu selama ini masih terbatas
653
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board, dan untuk
bahan bakar boiler (Iryani et al., 2012). Bagas tebu merupakan limbah lignosesulosa
yang mengandung komponen kimia: selulosa 34,8%, lignin 20,2%, dan hemiselulosa
Kandungan pentosan yang cukup tinggi pada bagas tebu diharapkan akan
terkonversi terlebih dahulu menjadi furfural dengan penambahan katalis asam yang
tepat, sedangkan selulosa sulit terhidrolisis karena memiliki ikatan glikosidik yang
proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan ikatan kimia
dari substansinya.
asam kuat. Beberapa peneliti (Aguilar et al., 2002; Andaka, 2011; Artati, 2010;
Megawati, 2009) telah melakukan penelitian hidrolisis menggunakan asam kuat H2SO4.
dan waktu hidrolisis mengakibatkan terjadinya peningkatan yield furfural dan asam
asetat. Berdasarkan hasil tersebut, diduga asam asetat juga berperan dalam
dilakukan Iryani (2013) tentang proses hidrolisis bagas tebuuntuk menghasilkan furfural
tanpa menggunakan katalis asam atau hanya dengan menggunakan air bertekanan.
Berdasarkan studi literatur di atas, terlihat bahwa asam asetat dapat digunakan
sebagai katalis dalam proses hidrolisis. Selain itu, penggunaan asam organik relatif
lebih ramah lingkungan, bersumber dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(renewable natural resource) dan relatif tidak korosif terhadap alat dibandingkan
654
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
dengan menggunakan H2SO4. Sehingga, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
adalah proses hidrolisis pentosan pada bagas tebumenjadi furfural dengan menggunakan
katalis asam asetat glasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi produksi
Universitas Lampung dari bulan Februari hingga Mei 2015. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri atas bahan tanam dan bahan media kultur. Bahan tanam yang
digunakan adalah seedling anggrek Cattleya hibrida yang berumur 3 BST (bulan setelah
tanam) yang berukuran 0,7−1 cm. Bahan media kultur yang digunakan terdiri atas
pupuk lengkap Growmore (32:10:10) dan bahan-bahan addenda organik (tomat, wortel,
nanas, dan pisang ambon). Alat-alat yang digunakan adalah laminar air flow cabinet
petridish, keramik, gelas ukur, serta alat-alat diseksi seperti pinset, spatula, skalpel, dan
blade.
Perlakuan disusun secara faktorial 2x4. Faktor pertama adalah dua taraf
konsentrasi Growmore (32:10:10) 2 g/l dan 3 g/l yang digunakan sebagai media dasar.
Faktor kedua adalah berbagai jenis addenda organik yaitu nanas 200 g/l, tomat 200 g/l,
wortel 200 g/l, dan pisang ambon 100 g/l. Percobaan dilakukan dengan rancangan
ulangan terdiri atas 2 botol, dan setiap botol terdiri atas 10 seedling. Homogenitas data
diuji dengan uji Bartlett. Apabila asumsi terpenuhi, dilakukan analisis ragam.
655
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT)
Pengamatan dilakukan pada awal subkultur dan satu bulan sekali hingga
tanaman berumur 3 bulan (4 MST, 8 MST, dan 12 MST). Variabel pengamatan melipui
jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, tinggi seedling, bobot basah seedling dan
Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung dari bulan Oktober 2014 –
Agustus 2015.Bagas tebu diambil dari PT. Gunung Madu Plantation Lampung Tengah.
Mula – mula dicuci dan dikeringkan, lalu dikecilkan ukurannya sampai 18 mesh. Kadar
pentosan ditentukan dengan memasukkan 5 g bagas tebu ke dalam labu leher tiga
(rangkaian alat dapat dilihat pada Gambar 1), kemudian ditambah 100 ml HCl 3,85 N
dan 20 g NaCl. Kemudian dihidrolisis selama ±3 jam dan setiap 10 menit sekali diikuti
dengan penambahan HCl 3,85 N ke dalam labu leher tiga. Hidrolisis dihentikan sampai
diperoleh distilat sebanyak ±225ml. Distilat ditambah HCl 3,85 N sampai 250 ml.
Proses hidrolisis dilakukan dengan mencampurkan 100 g bagas tebu dan 1000
ml asam asetat encer ke dalam autoclave (rangkaian alat dapat dilhat pada Gambar 2).
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah temperatur hidrolisis 140 – 160 oC,
dilarutkan dengan larutan HCl 12% hingga volume 100 ml dalam erlenmeyer.
656
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
kemudian disimpan di tempat yang gelap selama 1 jam. Setelah itu ditambahkan dengan
amilum sebagai indicator dan KI 10%, lalu dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 0,1
prosedur yang sama (Dunlop, 1948). Residu (produk padat) dengan perolehan
konsentrasi furfural terbaik pada masing – masing konsentrasi katalis asam asetat glasial
diuji menggunakan FT-IR. Menurut Dunlop (1948), kandungan furfural dapat dihitung
dengan persamaan:
[7,5. (𝑉2 − 𝑉1 ). N] − 1
% 𝑃𝑒𝑛𝑡𝑜𝑠𝑎𝑛 = . 100% (1)
𝐵
BMfurfural
(b − a). 0,1. . 2,5 faktor pengenceran
4
Jumlah furfural dalam filtrat = (2)
10
Σ pentosan dalam bagas tebu = Kadar pentosan x Berat sampel bagas tebu (5)
Keterangan:
V1 :Volume larutan baku natrium tiosulfat untuk penetapan contoh uji (ml)
V2 : Volume larutan baku natrium tiosulfat untuk penetapan blanko (ml)
N : Normalitas natrium tiosulfat Na2S2O3
B : Berat sampel
𝑎 : volume titrasi sampel
𝑏 : volume titrasi blanko
657
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
diperoleh kadar air bagas tebu 16,42%, kadar pentosan 24,5% dan kecepatan
pengadukan 800 rpm. Analisis kualitatif dilakukan dengan uji warna menggunakan
anilin asetat. Berdasarkan hasil pengamatan uji warna furfural menunjukkan bahwa
warna yang dihasilkan pada uji tersebut sama dengan warna uji furfural secara teoritis
yaitu furfural yang semula berwarna kuning kecokelatan setelah penambahan anilin-
asetat menjadi berwarna merah tua, hal ini menunjukkan hidrolisat yang diuji
mengandung furfural.
Dari hasil titrasi tersebut diperoleh konsentrasi furfural dalam hidrolisat pada
konsentrasi katalis asam asetat glasial 2%; 4%; dan 6%, secara berturut – turut adalah
7,75 g/l; 7,69 g/l; dan 7,69 g/l. Semakin tinggi temperatur dan waktu hidrolisis yang
digunakan, maka semakin tinggi pula perolehan konsentrasi furfural. Temperatur dan
pentosan yang terkonversi menjadi furfural. Namun, pada temperatur hidrolisis 160 oC
terjadi penurunan konsentrasi furfural seiring bertambahnya waktu hidrolisis. Hal ini
furfural. Dimana, produk berupa furfural juga ikut terdekomposisi menjadi produk lain,
658
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
yaitu hidroksimetil furfural (Parajo et al., 1995). Pengaruh variabel terhadap perolehan
memperoleh furfural, asam asetat dihasilkan dari heksosan yang terkandung dalam
bagas tebu. Asam asetat adalah asam karboksilat yang ditemukan dalam hidrolisat.
Kenaikan molaritas asam asetat dikarenakan asam asetat juga merupakan produk
hidrolisis yang dibentuk dari terputusnya ikatan asetil/gula yang terdapat dalam
hemiselulosa. Kenaikan molaritas asam asetat rata-rata dua kali lipat molaritas asam
teknik KBr disk, di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Spektra data FT-IR dikonfirmasi berdasarkan beberapa literatur (Kobayashi et al., 2009;
Wang et al., 2010; Iryani, 2013). Peak gugus fungsi –OH terekam pada wave number
mendekati 3300 cm-1, menurun dengan penambahan konsentrasi katalis asam asetat. Hal
ini mengindikasikan bahwa molekul air dalam residu secara bertahap menghilang dan
reaksi dehidrasi terjadi. Peak pada wave number 2916 s.d. 2974 cm-1 merupakan gugus
fungsi –CH, dan peak tersebut menurun akibat adanya penambahan konsentrasi katalis
tersebut melarut ke dalam air dan terdekomposisi menjadi senyawa lain seperti furfural,
Peak pada wave number 1720 s.d. 1747 cm-1 mewakili gugus fungsi karbonil
659
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
penambahan konsentrasi katalis asam asetat, artinya semakin banyak furfural yang
terbentuk. Peak pada wave number sekitar 1050 cm-1 menunjukkan adanya peristiwa
dekomposisi gugus fungsi hemiselulosa dan selulosa, dimana terlihat peak bervibrasi
setelah penambahan konsentrasi katalis asam asetat. Hasil analasis FT-IR seperti
optimum untuk memperoleh furfural dari proses hidrolis pentosan dalam penelitian ini
o
adalah pada temperatur dan waktu hidrolisis 140,01 C selama 5,99 jam pada
konsentrasi katalis asam asetat glasial sebesar 5,99% dengan perolehan konsentrasi
furfural sebesar 7,75 g/l pada molaritas asam asetat 2,94 mol/ml, dengan persamaan
660
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
1. Waktu dan temperatur hidrolisis, serta konsentrasi katalis asam asetat glasial yang
produk lain.
2. Molaritas asam asetat miningkat rata – rata 2 kali lipat dari molaritas asam asetat
furfural dari proses hidrolis pentosan dalam penelitian ini adalah pada temperatur
dan waktu hidrolisis 140,01 oC selama 5,99 jam pada konsentrasi katalis asam
asetat glasial sebesar 5,99% dengan perolehan konsentrasi furfural sebesar 7,75
DAFTAR PUSTAKA
Aguilar R et.al. 2002. Kinetic study of the acid hydrolysis of sugar cane bagasse. J. of
Food Engineering. 55(2002): 309–318.
Andaka G. 2011. Hidrolisis Ampas tebu menjadi furfural dengan katalisator asam
sulfat. J. Teknologi. 4(2): 180–188.
Artati. 2010. Konstanta Kecepatan Reaksi sebagai Fungsi Suhu pada Hidrolisa Selulosa
dari Ampas Tebu dengan Katalisator Asam Sulfat. Jurusan Teknik Kimia. FT
Universitas Sebelas Maret.
Dunlop AP. 1948. Furfural formation and behavior. Ind. Eng. Chem. 40: 204–209.
Gandana SG. 1982. Pengawasan Giling Cara Hawaii pada Kondisi di Indonesia.
Majalah Perusahaan Gula Th. XIV No. 2 Juni 1982. BP3G Pasuruan.
661
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
Iryani. 2007. Penentuan Kondisi Optimum Reaksi Hidrolisis Baggase (Ampas Tebu)
Menjadi Furfural. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Iryani, et. al. 2012. Overview of Indonesian Sugarcane Industry and Utilization of its
Solid Waste. Kyushu University. Japan.
Iryani, 2013. Hot compressed water treatment of solid waste material from sugar
industry for valuable chemical production. International Journal of Green
Energy.
Kobayashi, et. al. 2009. Characteristics of solid residues obtained from hot-compressed-
water treatment of woody biomass. Industrial and Engineering Chemistry
Research. 48: 373–79.
Megawati. 2009. Kinetika Reaksi Hidrolisis Ranting Kering dengan Asam Encer pada
Kondisi Non-Isotermis. D3 Teknik Kimia. FT Universitas Negeri Semarang.
Parojo JC, Alonso JL et al. 1995. On The Behavior of Lignin and Hemicelluloses
During The Acetsolv Processing of Wood. Resource Technology.
Air Masuk
2 Air Keluar
Keterangan Gambar 1:
1. Konektor
3
8
2. Termometer
3. Labu Leher Tiga (500 ml)
4
4. Magnetic Stirrer
5
5. Hot Plate
6
6. Sumber Listrik
7. Kondensor
8. Tabung Erlenmeyer (250 ml).
Gambar 1. Rangkaian Alat Uji Pentosan
662
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
2
1
Keterangan Gambar 2:
00 atm
000 oC
1. Thermocouple
7
2. Pressure Gauge
3. Pemanas
6
4. Pengaduk
3
5. Motor Penggerak
8
000 oC
000 oC
6. Autoclave
4
7. Valve uap
SET
of f
on
9
5
8. Valve cairan
9. Controller
9. ml).
Gambar 2. Rangkaian Alat Hidrolis
A B
10 10
8 8
Konsentrasi Furfural (mg/ml)
6 6
4 4
2 2
2% katalis asam asetat 140 o C
4% katalis asam asetat 150 o C
6% katalis asam asetat 160 o C
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7
t (jam) t (jam)
663
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
-OH
Transmitance (%)
-CHn C=O C-O-C C-O Glycosidic
Raw Material
Gambar 4. Grafik Hasil Analisis Bahan Baku dan Residu dengan Menggunakan FT-IR
Konsentrasi Furfural
7.74677
Bahan Baku Bagas Tebu
4.98436
X1 = A: X1
X2 = B: X2
7.8
Actual Factor
C: X3 = 5.99
Konsentrasi Furfural
7.225
6.65
Design-Expert® Software
6.075
Konsentrasi Furfural
7.74677
5.5
160.00 4.98436
155.00
6.00 X1 = A: X1
4.75 150.00 X2 = B: X2
3.50 145.00 A: X1 7.8
2.25 Actual Factor
1.00 140.00 C: X3 = 5.99
B: X2
Konsentrasi Furfural
7.225
Hidrolisis (X1) dan Waktu Hidrolisis (X2) pada Konsentrasi Katalis Asam Asetat
6.075
6.00
4.75
3
664
B: X2