ABSTRAK
Lindi merupakan limbah cair yang kaya akan nutrisi, yang dapat digunakan
sebagai sumber bahan organik untuk kultur Chlorella sp. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pemanfaatan hasil fermentasi lindi tanpa penyaringan dengan
konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan dan kelimpahan sel Chlorella sp.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan 1 taraf dan 5 perlakuan serta 3 ulangan. Adapun perlakuan yang
digunakan adalah konsentrasi lindi meliputi, P1=5%, P2=10%, P3=15%, P4=20%
dan P5=25%/L air. Organisme uji yang digunakan dalam penelitian ini Chlorella
sp. wadah kultur digunakan adalah galon volume 20 L. Lindi diambil dari TPA
Muara Fajar, Pekanbaru. Parameter yang diukur adalah kelimpahan sel Chlorella
sp, laju pertumbuhan spesifik, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan
kelimpahan Chlorella sp. tertinggi ditemukan pada konsentrasi 10% sebesar
3.077,8×103 sel/mL, terendah konsentrasi 25%, sebesar 2.016,7×103 sel/mL, laju
pertumbuhan spesifik tertinggi pada konsentrasi 10% sebesar 0,197/hr dan
terendah konsentrasi 25% sebesar 0,144/hr.
KATA KUNCI: Chlorella sp; Fermentasi EM4; Lindi; Media kultur; Tanpa
penyaringan
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Pakan alami memiliki nilai nutrisi dan kandungan kalori yang relatif tinggi
Salah satu jenis pakan alami yang cocok untuk larva ikan adalah Chlorella
sp, karena phytoplankton ini memiliki nilai gizi tinggi, ukuran yang sesuai dengan
bukaan mulut larva ikan, mudah dicerna, mudah dikultur serta memiliki
(Chilmawati & Suminto, 2008). Chlorella sp. membutuhkan unsur hara untuk
Terdapat berbagai jenis bahan organik dan anorganik yang dapat digunakan
sebagai sumber hara untuk kultur Chlorella sp, diantaranya adalah lindi, namun
sampai saat ini belum banyak penelitian yang memanfaatkan lindi yang ada di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sebagai sumber materi organik untuk
kultur Chlorella sp. Menurut Dimiati & Hadi (2017), air lindi banyak
nitrogen, amonium nitrogen, nitrat, fosfor dan total besi. Menurut Sugiharto
(2020) Chlorella vulgaris memiliki kandungan protein kasar 55,3%, lemak kasar
Lindi merupakan hasil dari proses dekomposisi berbagai jenis sampah, baik
berupa sampah organik dan anorganik, yang mengandung unsur hara yang tinggi.
Bila lindi tersebut tidak dimanfaatkan dan dialirkan ke lingkungan sekitar TPA
akan dapat menurunkan kualitas lingkungan. Lindi sebagai sumber materi organik
mudah diperoleh serta biayanya murah dan tersedia setiap saat (Ertawati, 2015).
Untuk memanfaatkan lindi sebagai sumber hara dalam kultur Cholrella sp,
maka sebelum digunakan lindi harus diolah terlebih dahulu, sehingga unsur hara
yang ada dalam lindi bisa dimanfaatkan secara optimal. Sehubungan dengan itu,
perlu dicari berbagai cara atau teknik pengolahan lindi yang terbaik.
dengan lindi tanpa pengolahan (Rosyadi et al., 2022); kemudian diikuti dengan
Mikroalga dan Nutrisi Ikan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru,
dan Nutrisi Ikan Faperta UIR Pekanbaru. Unsur hara yang digunakan sebagai
nutrisi adalah lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Muara Fajar
Peralatan dalam kultur antara lain, lampu neon, aerator, mikroskop binokuler dan
Metode Penelitian
Acak Lengkap (RAL) dengan 1 taraf dan 5 perlakuan serta 3 ulangan. Adapun
P3=15%, P4=20% dan P5=25%/L air. Unsur hara yang digunakan adalah lindi
kultur digunakan air sumur bor. Volume media kultur sebanyak 16 L, dengan
kelimpahan sel dilakukan tiap dua hari sekali selama 14 hari dan pengukuran
kualitas air seperti suhu diukur dua hari sekali, pH, oksigen terlarut, Nitrat, Fosfat,
Fe dan Zn diukur awal dan akhir penelitian. Analisa unsur hara yang terkandung
dalam lindi hasil fermentasi tanpa penyaringan dilakukan menggunakan alat AAS
Provinsi Riau dan di laboratorium Kimia Laut dan Pengolahan Limbah Faperika
Analisis Data
2017):
N = n×104 (sel/mL)
Keterangan:
Laju pertumbuhan spesifik (μ) dihitung menurut rumus Wood et al., (2005):
μ = Ln (N2/N1)/t2-t1
Keterangan:
Kelimpahan sel Chlorella sp. selama kultur disajikan grafik pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik kelimpahan sel Chlorella sp. (sel/mL) dikultur dalam media
fermentasi lindi tanpa penyaringan
Figure 1. Graph of cell abundance of Chlorella sp. (cells/mL) reared in
fermented leachate without filtering media
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada awal kultur pertumbuhan Chlorella sp.
tidak mengalami fase adaptasi, hal ini terlihat pada hari ke-1 kelimpahan
Chlorella sp. meningkat dan memasuki fase ekponensial, hal ini berarti Chlorella
sp. yang diinokulasikan dapat beradaptasi terhadap media kultur yang baru. Tidak
terjadinya fase adaptasi disebabkan karena unsur hara pada media kultur dapat
diserap dengan baik oleh Chlorella sp. Istirokhatun et al., (2017), menyatakan fase
adaptasi akan menjadi lebih singkat atau bahkan tidak terlihat apabila sel-sel yang
Pertumbuhan sel Chlorella sp. semakin lambat jika konsentrasi lindi yang
diberikan rendah atau tinggi (gambar 1), hal ini disebabkan karena mikroalga
untuk tumbuh membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang optimum. Ambarwati
et al., (2018), menyatakan bahwa mikroalga dapat menyerap unsur hara dalam
Puncak kelimpahan Chlorella sp. untuk semua perlakuan pada penelitian ini
ditemukan pada pada hari ke-6, kecuali untuk perlakuan P5 dimana puncak
jumlah Chlorella sp. pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4, menunjukkan penurunan
mulai hari ke-8 sampai hari 14, sementara pada perlakuan P5 penurunan
kelimpahan Chlorella sp. mulai dari hari 10. Hal ini disebabkan ketersediaan
unsur hara pada media kultur tidak terpenuhi untuk tumbuh dan bereproduksi.
Fase kematian terjadi ketika sel mulai mati, ditandai dengan menurunnya
kematian sel dapat terjadi karena adanya perubahan kualitas air kearah yang
buruk, kondisi lingkungan tidak menguntungkan, umur kultivasi yang terlalu lama
sel/mL, pada hari ke-6. Sementara kelimpahan Chlorella sp. terendah terjadi pada
sel/mL pada hari ke-8. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan semakin
semakin cepat. Hal ini disebabkan karena lindi hasil fermentasi dengan EM4
tanpa penyaringan cepat terurai dan mudah diserap oleh Chlorella sp, sehingga
semakin tinggi konsentrasi lindi yang diberikan, kelimpahan sel Chlorella sp.
semakin rendah, karena untuk tumbuh Chlorella sp. membutuhkan unsur hara
dalam jumlah yang optimum. Seperti dikemukan oleh Meriatna et al., (2018) EM4
penelitian ini yaitu pemberian lindi yang difermentasi dengan EM4 tanpa
penyaringan terjadi lebih cepat, pada hari ke-6, namun kelimpahannya sebanyak
terjadi pada hari ke-12 (Rosyadi et al., 2022). Apalagi jika dibandingkan dengan
kelimpahan Chlorella sp. yang dikultur dengan menggunakan air lindi yang
lindi konsentrasi 25% nilainya lebih rendah. Laju pertumbuhan spefisik Chlorella
sp. ini berkaitan dengan lamanya hari puncak populasi. Semakin cepat puncak
populasi semakin besar nilai laju pertumbuhannya dan sebaliknya semakin lama
kultivasi dilakukan dalam satu ruangan. Bila suhu yang terlalu rendah
pertumbuhan mikroalga dapat terhambat, begitu juga jika suhu terlalu tinggi dapat
merupakan suhu yang optimal untuk pertumbuhan Chlorella sp. dan dapat
pertumbuhan dan bereproduksi sel Chlorella sp. Boroh et al., (2019) pH kisaran
antara 4,2-4,8 mg/L. Kandungan oksigen dalam media kultur ditentukan oleh dari
hasil proses fotosintesis, respirasi Chlorella sp. dan pemberian aerator disetiap
wadah kultur. Menurut Widiyanto et al., (2014), sumber oksigen dalam media
kultur berasal dari proses fotosintesa dan tergantung pada ketersediaan klorofil.
Kandungan COD pada awal dan akhir pengukuran berkisar antara 87,46-
138,00 mg/L dan 83,63-133,80 mg/L. Nilai COD pada akhir penelitian mengalami
penurunan pada setiap perlakuan, hal ini disebabkan karena EM4 dapat
BOD5 awal penelitian nilainya sebesar 0,204-1,632 mg/L dan akhir sebesar
1,214-2,856 mg/L. Setelah dilakukan kultur Chlorella sp. nilai BOD5 meningkat
Setjen/Kum.1/7/2016, tentang Baku Mutu Lindi, untuk kadar COD paling tinggi
diperbolehkan sebesar 300 mg/L, dan kadar BOD tertinggi yang diperbolehkan
Tabel 2.
kandungan nitrat dalam media kultur mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan
materi organik pada media kultur jumlahnya juga meningkat. Setelah dilakukan
kultur kandungan nitrat mengalami penurunan, hal ini dikarenakan sel mikroalga
anorganik yang terlarut dalam air limbah untuk pertumbuhan. Meirinawati dan
penelitian, hal ini dapat disebabkan karena pengaruh aktivitas bakteri dalam media
dalam media dan juga dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh tanaman.
masih di bawah ambang batas baku mutu air. Unsur Fe menurut Permentan
tentang pupuk organik cair baku mutunya berkisar antara 5-50 mg/L, dan
Peratutan Pemerintah tentang baku mutu air sebesar 0,3 mg/L. Sedangkan unsur
dan untuk standar baku mutu air sebesar 2 mg/L. Sehingga lindi dapat
dimanfaatkan dan layak sebagai sumber bahan organik untuk kultur Chlorella sp.
bahwa Zn termasuk unsur yang sangat penting bagi makhluk hidup, khususnya
organime mikroalga yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis dan dalam
pembentukan protein.
KESIMPULAN
Chlorella sp. Kelimpahan tertinggi pada pemberian lindi konsentrasi 10% sebesar
3.077,8×103 sel/mL, puncak hari ke-6 dan terendah konsentrasi 25% sebesar
2.016,7×103 sel/mL, puncak hari ke-8 dan laju pertumbuhan spesifik sebesar
0,197-0,144/hr.
DPPM telah memberi dukungan dana penelitian untuk dosen. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Khairul Hadi, S.Pi staf labor Mikroalga dan Nutrisi Ikan
DAFTAR ACUAN