Anda di halaman 1dari 20

TUGAS REVIEW JURNAL

Phytochemical Investigation and Simultaneous Estimation of


Bioactive Lupeol and Stigmasterol in Abutilon indicum by
Validated HPTLC Method
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitofarmasi

ANGGOTA KELOMPOK:
1. Ghaasiyah Larasati
2. Fergi Rizkhaltum F.
3. Wilda Yuniar
4. Meylani Nur Riskiana
5. Nur Khijjatul Meiliyah
6. Miftakhul Jannah
7. Mia Restu
8. Monica Santosa
9. Nindi Dipamela Yuniar
10. Raras Puspa Wicitra
11. Friska Wira Sabrina

(132210101021)
(132210101022)
(132210101024)
(132210101026)
(132210101028)
(132210101054)
(132210101086)
(132210101090)
(132210101092)
(132210101094)
(132210101095)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Abutilon indicum L. (Malvaceae), atau dikenal sebagai kembang sore,


adalah tanaman yang banyak tersebar di seluruh daerah panas di India. Jus dari
daun tanaman ini telah digunakan untuk formulasi salep yang berguna dalam
mempercepat penyembuhan ulkus. Ekstraknya juga dapat digunakan untuk
menghilangkan dahaga, mengobati bronkitis, diare, gonorrhea, radang kandung
kemih dan menurunkan demam. Daunnya efektif untuk ulcer, pengobatan
diabetes, infeksi diuretik dan gingivitis. Rebusan daun kembang sore digunakan
untuk menyembuhkan sakit gigi, gusi dan radang kandung kemih. Dibeberapa
daerah, jus daun kembang sore dikombinasikan dengan ekstrak cair Allium cepa
untuk mengobati penyakit kuning dan kasus gangguan hati. Daun dan biji
dihancurkan lalu ditambah air untuk membentuk pasta yang diaplikasikan ke
penis untuk menyembuhkan sifilis. Pada sistem pengobatan Siddha, digunakan
sebagai obat untuk penyakit kuning, ulcer dan kusta. Tanaman ini dilaporkan
banyak mengandung senyawa aktif dan inaktif. Penelitian fitokimia sebelumnya
menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung saponin, flavonoid, alkaloid dan
minyak atsiri. Pada penilitian lainnya menyebutkan bahwa tanaman ini juga
mengandung asam galat, -sitosterol, -amirin, eudesmol, eugenol, geraniol dan
caryophyllene. Subramanian dan Nair (1972) dan Sharma dan Ahmad (1989)
melaporkan secara terpisah mengenai isolasi gossypetin-7-glucoside, cyanidin-3rutinoside, dan dua lakton sesquiterpen yakni alantolakton dan isoalantolakton,
selain gossypetin-8-glucoside.
HPTLC (High Performance Thin Layer Chromatography) sekarang
menjadi teknik analisis yang sering digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan yakni biaya operasional yang rendah dan menggunakan sejumlah
sedikit sampel. Keuntungan utama dari teknik ini adalah dapat menggunakan
beberapa sampel secara bersamaan dengan menggunakan sejumlah kecil fase
gerak, serta membutuhkan sedikit waktu dan biaya. Perbandingan pola
kromatogram HPTLC tampaknya lebih menjanjikan untuk melihat sidik jari
senyawa aktif dalam ekstrak tumbuhan. Sedikit informasi yang tersedia adalah

mengenai metode analisis untuk estimasi kualitatif dan/atau kuantitatif dari lupeol
(1R, 3AR, 5AR, 5bR, 7AR, 9S, 11aR, 11bR, 13aR, 13bR,) - 3a, 5b, 8,8, 11a
hexamethyl-1-prop-1-ene-2-yl-1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 7a, 9, 10, 11, 11b, 12, 13, 13a,
13b-hexadecahydrocyclopenta [a] Chrysene-9-ol) dan stigmasterol (3S, 8S, 9S,
10R, 13R, 14S, 17R) -17 - [(E2R, 5S) -5-etil -6-metil hept-3-en-2-yl] 10, 13dimetil-2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17dodecahydro-1H- cyclopenta
[a] phenanthren-3-ol) (Gambar 1A dan B). Kedua senyawa tersebut dilaporkan
banyak digunakan sebagai tanaman obat dan telah terbukti memiliki aktivitas
biologis yang signifikan. Lupeol dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan, antiplasmodial, inhibitor tiroid, antiperoxidative, aktivitas
hipoglikemik dan hypocholesteromic. Stigmasterol dilaporkan memiliki aktivitas
sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesik dan obat cacing, hepatoprotektif dan
antikanker. Kromatografi Lapis Tipis (KLT/TLC) dan HPTLC adalah metode
yang biasa digunakan untuk identifikasi, uji untuk kemurnian, stabilitas,
keseragaman isi bahan baku (ekstrak herbal dan hewan, campuran fermentasi,
obat dan eksipien) dan produk yang diformulasikan (farmasi , kosmetik, zat-zat
gizi). Teknik-teknik yang fleksibel dan hemat biaya memberikan beberapa
keuntungan dalam hal pengolahan standar secara simultan dan sampel dengan
kemungkinan deteksi serbaguna, termasuk berbagai macam reagen derivatisasi
post-kromatografi. Sebuah metode kromatografi gas kapiler telah dikembangkan
untuk analisis kualitatif sterol dan triterpen. Namun, fraksinasi kromatografi
HPTLC konstituen utama sterol dan triterpen juga lupeol dan stigmasterol pada
tanaman lain baik individu atau secara simultan, menggunakan teknik seperti
HPTLC, kromatografi cair-spektrometri massa dan kromatografi gas. Namun,
sejauh pengetahuan kita, tidak ada teknik HPTLC yang terdapat di laporan lain
untuk estimasi simultan lupeol dan stigmasterol dalam ekstrak metanol A.
indicum. Jadi, percobaan ini dilakukan untuk menerima tantangan terhadap
pengembangan dan validasi lupeol dan stigmasterol secara bersamaan/simultan
menggunakan teknologi seperti HPTLC-UV untuk kemajuan standar kualitas
herbal.

BAB II

METODELOGI

2.1 . Bahan Tanaman dan Bahan Kimia


Tanaman segar dari A. indicum ( Linn) dikumpulkan dari daerah
Saharsa ( Bihar ), India pada bulan April 2009, dan spesimen ( voucher No.
SHC 57/05/2009 ) yang disahkan oleh Dr. Anjani Kumar Sinha
( taksonomi ), Departemen Botani, Perguruan tinggi MLT Saharsa , Bihar.
Standar stigmasterol ( Kemurnian : 97 % b/b ) dan lupeol ( kemurnian : 99
% b/b ) dibeli dari obat Alam Pvt . Ltd , Bangalore , India. Semua pelarut
yang digunakan adalah tingkat kromatografi dan bahan kimia lainnya yang
digunakan adalah dari tingkat analisis reagen . Lapisan silika gel 60 F254
untuk HPTLC dibeli dari E. Merck , Jerman.
2.2 . Penentuan Total Fenolat, Flavonoid, Proantosianidin
Kadar alkalaoid dan saponin Kandungan fenol Total ditentukan
menurut metode yang dijelaskan oleh Singleton et al. Sebuah aliquot dari
ekstrak metanol yang cocok ditempatkan dalam tabung uji dan dibuat hingga
1 mL dengan air suling. Kemudian 0,5 mL campuran reagen Folin Ciocalteu ( 1 : 1 dengan air ) dan 2,5 mL larutan natrium karbonat (20 %)
ditambahkan secara berurutan untuk setiap tabung. Kemudian tabung
divortex selama 2 menit, disimpan di tempat gelap selama 40 menit dan
absorbansi tercatat sebesar 725 nm. Jumlah total fenolat dihitung sebagai
asam galat setara dengan per mg ekstrak.
Kadar flavonoid diukur menggunakan Metode yang dimodifikasi
dengan kolorimetrik Jia et al. larutan ekstrak ( 0,25 mL , 1 mg/mL )
ditambahkan ke tabung reaksi yang berisi 1,25 mL aquades. Larutan natrium
nitrit ( 5%; 0,075 mL ) ditambahkan dalam campuran dan didiamkan selama
5 menit . Kemudian 0,15 mL dari 10% aluminium klorida ditambahkan.
Setelah 6 menit, 0,5 ml dari 1 mol/L natrium hidroksida ditambahkan.
Campuran diencerkan dengan 0,275 mL air suling. Absorbansi dari

campuran pada panjang gelombang 510 nm diukur secara langsung di


dibandingkan dengan kurva standar dari quercetin. Kadar flavonoid yang
dinyatakan sebagai quercetin setara dengan mg/g basis kering .
Kadar proanthocyanidins ditentukan oleh prosedur Sun et al. Lima
ratus mikroliter larutan ekstrak metanol dicampur dengan 3 mL campuran
larutan vanillin metanol (4 %) dan 1,5 mL asam klorida. Campuran
didiamkan selama 15 menit. Absorbansi diukur pada panjang gelombang
500 nm, sedangkan hasil akhir dinyatakan sebagai mg catechin setara
dengan /g basis kering.
Kadar alkaloid ditentukan dengan prosedur dari Harborne. Lima
gram sampel ditimbang kedalam beaker glass 250 mL dan ditambahkan
200 mL asam asetat dalam etanol 10 % ditutup dan didiamkan selama 4
jam. Selanjutnya disaring dan untuk ekstrak, kandungan airnya seperempat
dari volume aslinya. Amonium hidroksida pekat ditambahkan setetes untuk
ekstrak . Seluruh larutan dan endapan dikumpulkan dan dicuci dengan
amonium hidroksida encer dan kemudian disaring. Residu dari alkaloid,
dikeringkan dan ditimbang.
Kadar saponin ditentukan dengan prosedur Obadoni dan Ochuko
2001. Masing-masing Sampel sebanyak 20 g dimasukkan ke dalam labu
berbentuk kerucut dan ditambahkan 100 mL etanol 20%. Sampel
dipanaskan di atas waterbath selama 4 jam dengan pengadukan kontinyu
pada suhu sekitar 55 C. Campuran disaring dan residu kembali diekstraksi
dengan 200 mL etanol 20%. Ekstrak gabungan dipanaskan hingga volume
menjadi 40 mL di atas waterbath pada suhu sekitar 90 C. Selanjutnya
konsentrat dipindahkan ke dalam corong pisah 250 ml dan ditambahkan 20
mL dietil eter dan dikocok dengan kuat. Lapisan berair diambil dan lapisan
eter dibuang. Proses pemurnian diulang. Volume dari 60 mL n-butanol
ditambahkan. dikombinasikan n-butanol kemudian ekstrak dicuci dua kali
dengan 10 mL natrium khlorida 5% . Sisa larutan dipanaskan pada
waterbath. Setelah sampel mengalami penguapan dikeringkan dalam oven
untuk berat konstan, kadar saponin dihitung sebagai persentase.

2.3. Kromatografi
Dilakukan kromatografi, seperti yang dijelaskan sebelumnya pada
HPTLC aluminium LiChrosphere 20 cm 10 cm dengan lapisan 200 - um
silika gel 60F254 ( E. Merck ,Darmstadt , Jerman ). Sampel yang digunakan
untuk analisis degan lebar 6 mm dan 10 mm dari Camag (Muttenz ,Swiss )
Linomat V, sampel aplikator dilengkapi dengan jarum suntik 100 - uL.
Tingkat aplikasi yang konstan adalah 160 nL / s. Pengembangan linier
dengan toluena methanolformic Asam ( 7,0 : 2,7 : 0,3 , v / v / v ) sebagai
fase gerak dilakukan dalam chamber berukuran 20 cm x 10 cm ( Camag )
sampai jenuh dengan fase gerak selama 15 menit pada ruang temperature
(252) C dan kelembaban relatif ( 605) %. Selanjutnya jarak yang
digunakan adalah 8 cm ( waktu pengembangan 10 menit ) dan 20 mL fase
gerak yang digunakan. Lempeng kemudian dikeringkan pada suhu kamar
dan diderivatisasi dengan reagen anisaldehyde dan asam sulphuric hangat
( pada suhu 75 C selama 5 menit ) untuk mengidentifikasi sampel-sampel
yang digunakan untuk analisis. Analisis densitometri dilakukan pada
panjang gelombang 530 nm dalam mode reflektansi dengan TLC Camag
scanner III dioperasikan oleh WinCATS software ( Versi 1.2.0 ). Dimensi
celah yaitu 5,00 mm 0,45 mm dan kecepatan scanning 20 mm/s.
2.4. Preparasi Standar dan QC Sampel
Larutan stok lupeol dan stigmasterol (10 mg / mL) dibuat dalam
metanol, dan dengan pengenceran larutan standar pada rentang konsentrasi
0,1 sampai 1,0 mg / mL. Untuk kalibrasi, larutan standar lupeol (1-10 uL)
diaplikasikan pada HPTLC plate pada rentang 100-1000 ng / band, larutan
standar stigmasterol (0,5-5,0 mL) diaplikasikan pada kisaran 50-500 ng /
band. Luas puncak dan seri yang diaplikasikan diatur dengan regresi linear
kuadrat-terkecil. setiap seri diaplikasikan enam kali. QC sampel rendah,
sedang dan tinggi pada konsentrasi 200, 400 dan 800 ng / band yang diambil

untuk lupeol dan 100, 200 dan 400 dipertimbangkan sebagai metode validasi
stigmasterol.
2.5. HPLC-UV 530nm Fingerprinting dan Analisis Image
Seluruh tanaman A. indicum yang dikeringkan dan serbuk. 500
gram serbuk dikemas dalam kain muslin dan diaplikasikan pada Soxhlet
extractor untuk ekstraksi panas secara terus-menerus dengan metanol selama
72 jam. Setelah itu ekstrak metanol A. indicum yang disaring melalui kertas
Whatman No. 42 dan filtrat dikonsentrasikan di bawah tekanan yang terus
menurun dan akhirnya di vakum kering. Hasil dari ekstrak metanol sebesar
17,3% w / w. Protokol penyiapan larutan sampel dioptimalkan untuk
menghasilkan fingerprint berkualitas tinggi dan juga untuk mengekstrak
senyawa marker dengan efisien. Metanol digunakan untuk ekstraksi karena
metanol dapat melarutkan senyawa marker. Fingerprint dari ekstrak metanol
A. indicum ditandai oleh bercak 10 uL dari pengenceran larutan sampel dari
ekstrak metanol pada HPTLC plate. Setiap seri diaplikasikan enam kali.
Area puncak dan seri yang diaplikasikan diatur dengan regresi linear
kuadrat-terkecil. Area puncak dicatat,

jumlah stigmasterol dan lupeol

dihitung menggunakan kurva kalibrasi.


2.5. Metode Validasi
Metode validasi yang dikembangkan telah dilakukan sesuai
Konferensi Internasional tentang Harmonisasi (ICH) yang merupakan
pedoman untuk linearitas, kisaran, presisi, akurasi, batas deteksi (LOD) dan
kuantifikasi (LOQ), dan Recovery.
2.5.1. Presisi dan Akurasi
Presisi (inter dan intraday) dan akurasi dari pengujian tersebut
dievaluasi dengan melakukan analisis replikasi (n = 6) dari sampel QC
pada tingkat rendah, menengah dan tinggi sebesar 200, 400 dan 800 ng /
band untuk lupeol dan 100, 200 dan 400 ng / band untuk stigmasterol.

Inter-day presisi dan akurasi ditentukan dengan mengulangi pengujian


inter-day

pada tiga hari yang berbeda. Presisi dinyatakan sebagai

koefisien variasi (CV,%) dari konsentrasi pada setiap level kalibrasi


sedangkan akurasi dinyatakan sebagai persen recovery [(Obat didapat /
obat digunakan) 100].
2.5.2 Robustness (ketahanan)
Ketahanan diuji dengan melakukan replikasi tiga kali pada
400ng/band dengan membuat perubahan kecil pada komposisi fase
gerak, Volume fase gerak, durasi dari penjenuhan fase gerak dan aktifasi
TLC plate, efek pada hasil di tentukan dengan menghitung standar
deviasi relatif (RSD%) dan SE dari area puncak. Fase gerak disiapkan
dengan toluena-metanol-asam format pada berbagai proporsi berbeda
(6,5: 3,2: 0,3, v / v / v, 6,8: 2,9: 0,3, v / v / v, 7.2: 2.5: 0.3, v / v / v, dan
7.0: 2.7: 0.3, v / v / v) menjaga volume asam format tetap konstan untuk
digunakan pada kromatografi. Volume fase gerak dan durasi penjenuhan
(20 2) mL (18, 20, dan 22 mL) dan (20 10) min (10, 20, dan 30
menit). Lempeng diaktifkan pada (605) C selama 2, 5 dan 7 menit
sebelum kromatografi.
2.5.3. Sensitifitas
Untuk memperkirakan LOD dan LOQ, metanol murni
diaplikasikan enam kali dan standar deviasi () dari respon analisis
ditentukan. LOD dinyatakan sebagai 3 / slope dari plot kalibrasi dan
LOQ dinyatakan sebagai 10 / slope dari plot kalibrasi.
2.5.4. Recovery
Recovery ditentukan dengan menerapkan metode pada sampel
yang diketahui jumlah dari marker yang sesuai pada 0%, 100%, dan
150% dari lupeol atau stigmasterol yang telah ditambahkan. Setiap
tingkat dianalisis di tiga kali replikasi. Hal ini dilakukan

untuk

memeriksa recovery dari lupeol atau stigmasterol di berbagai tingkatan


dalam ekstrak. Recovery dari marker pada berbagai tingkatan dalam
sampel ditentukan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Penentuan Total Kandungan Fenolat, Flavonoid, Proantosianidin,


Alkaloid dan Saponin
Total kandungan fenolat, flavonoid, proantosianidin, alkaloid dan
saponin dalam ekstrak metanol A. indicum dengan metode yang digunakan
dan hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan total kandungan fenolat, flavonoid, proantosianidin,
alkaloid dan saponin.
Parameter Kuantitatif
Fenolat (g/mL)
Flavonoid (g/mL)
Proantosianidin (g/mL)
Alkaloid (% b/b)
Saponin (% b/b)

A. indicum
98,50 0,56
97,38 1,53
17,71 1,52
2,45 0,39
1,62 0,19

3.2. Kromatografi
Kromatogram digunakan untuk determinasi lupeol dan stigmasterol
dibawah kondisi chamber yang telah dijenuhkan dengan toluene: metanol:
asam format (7.0:2.7:0.3 v/v/v) sebagai fase gerak atau pelarut (gambar 2 dan
3). Fase gerak yang sama juga digunakan untuk memisahkan ekstrak
metanolik A.indicum (gambar 4) dengan waktu optimasi penjenuhan selama
10 menit. UV spektra diukur dari titik yang menunjukkan absorbansi
maksimum pada panjang gelombang 530 nm. Oleh karena itu, analisis UV
densitometri dilakukan pada panjang gelombang 530 nm dengan mode
reflektansi HPTLC-UV530nm. Pita yang padat, tajam, simetris, dengan resolusi
yang tinggi didapatkan pada Rf (0.520.02) dan (0.280.05) masing-masing
untuk lupeol dan stigmasterol (gambar 5). Lupeol dan stigmasterol dapat di
deteksi dengan baik secara berurutan pada Rf 0.52 dan 0.28 dari sampel

ekstrak metanolik A.indicum dalam sistem pelarut yang juga digunakan untuk
standar. Lempeng divisualisasi pada tiga panjang gelombang yang berbeda,
yaitu 254,366, dan 530 nm karena senyawa dapat memberikan absorbansi
pada rentang spektrum tersebut. Sebagai tambahan, hal ini membantu
fingerprint data yang lebih baik agar dapat dilakukan diferensiasi sampel
yang lebih baik pada peningkatan identifikasi visual dari senyawa tunggal.
Metode yang dilakukan bersifat selektif dengan resolusi baseline yang baik
pada tiap senawa (gambar 2 dan 3). Identitas pita dari senyawa 1-11 pada
sampel ekstrak menunjukkan adanya overlaying spektra absorbsi UV atau
(pita yang berhimpit) dengan standar pada panjang gelombang 530 nm (tabel
2).

Gambar 2. Kromatogram dari standar Stigmasterol pada Rf 0.28.

Gambar 3. Kromatogram dari standar lupeol pada Rf 0.52.

Gambar. 4 Kromatogram dari ekstrak metanolik A.indicum yang dianalisis pada


panjang gelombang 530 nm, puncak 1-1, stigamsterol: 0.28, Lupeol: 0.52.

Gambar 5. Kromatogram dari Lupeol dan Stigmasterol (secara berurutan) yang


dideterminasi dalam ekstrak metanolik A.indicum dengan pelarut toluene:
metanol: asam format (7.0:2.7:0.3 v/v/v) pada panjang gelombang 530 nm.

3.3. Kalibrasi
Linearitas senyawa (lupeol dan stigmasterol) divalidasi dari
persamaan regresi linear dan koefisien korelasi. Kurva kalibrasi enam poin
untuk lupeol dan stigmasterol yang didapatkan linear antara 100-1000 ng/pita
dan 50-500 ng/pita. Persamaan regresi dan koefisien korelasi pada senyawa
referensi yaitu Y = 0,005 9x (0,999 4) untuk lupeol, dan Y = 0,013x 0,037
untuk stigmasterol (0,994 1), memberikan respon linearitas yang baik untuk
metode yang dikembangkan dan ditunjukkan dalam Tabel 3. Rata-rata nilai (
SD) dari slope 0,005 9 0,000 8 san 0,013 0,006 dan intercept nol dan
0,037 0,004 masing untuk lupeol dan stigmasterol. Tidak ada perbedaan
signifikan yang diamati pada slope dari plot standar (ANOVA, P>0,05).
Tabel 3. Rf, data regresi linear untuk kurva kalibrasi dan parameter sensitivitas
untuk lupeol dan stigmasterol.

Parameter
Rf
Rentang linearitas (ng/pita)
Persamaan regresi
Koefisien korelasi (r2)
Slope SD
Intercept SD
Kesalahan standar dari slope
Kesalahan standar dari intercept
LOD
LOQ

Lupeol
0,52
100-1000
Y=0,005 9x + 0
0,999 4
0,005 9 0,000 8
0
0,001 1
Tidak ada
45
135

Stigmasterol
0,28
50-500
Y=0,013 x 0,037
0,9941
0,013 0,006
0,037 0,004
0,003
0,014
18
54

3.4. Validasi metode


3.4.1.Presisi dan akurasi
Untuk hasil presisi dan akurasi pada lupeol dan stigmasterol
konsentrasi 200,400, 800 ng/ml. Presisi intramediet sebesar <1,84%
dan presisi intermediet

sebesar

<2,18% sedangkan repeatabilitas

sebesar <1,78% . Untuk rentang akurasi sebesar 97,5-100%. Hasil


akurasiyang didapat dari lupeol sebesar 98,1%-99,7% dan 95,7-99,2%
untuk akurasi stigmasterol. Hasil ini memenuhi persyaratan akurasi,
reliabel dan reproduksibel.

3.4.2.Nilai SD dan %RSD


Nila SD dan %RSD <5% yang berkisar antara 1,53-2,18
menyatakan kekuatan metode ini bagus.

3.4.3.Kepekaan

Nilai LOD untuk lupeol dan stigmasterol 45 dan 18 sedangkan


untuk LOQ sebesar 135 dan 54. Hasil ini baik karena nilai LOQ=3 x
LOD. Hasil ini menunjukan adanya sensivitas yang baik.

3.4.4.Persen Recovery
Persen

recovery

lupeol

berkisar

antara

98,2%

-99,7%

sedangkan untuk stigmasterol berkisar antara 97,2% -99,6%. Hasil ini


memenuhi rentang recovery.

3.4.5.Analisis HPLC
Analisis HPLC dilakukan untuk melihat Kandungan lupeol dan
stigmasterol dalam ekstrak. Kandungan dari lupeol dan stigmasterol
yang diperoleh dalam ekstrak yang 0.59 dan 0.83 ng dengan RSD dari
1,14% dan 1,76% masing-masing.

3.5. HPTLC
HPTLC merupakan metode yang sederhana, cepat dan akurat untuk
menganalisis bahan tanaman. HPTLC fingerprint memiliki resolusi yang
lebih baik dan estimasi untuk menganalisis kandungan senyawa aktif
dilakukan dengan akurat dalam waktu yang lebih singkat. Metode HPTLC
dapat digunakan untuk menentukan profil fitokimia tanaman dan kuantifikasi
senyawa yang ada didalam tanaman tersebut. Dengan meningkatnya
permintaan produk herbal sebagai obat dan kosmetik menimbulkan
kebutuhan

yang

mendesak

untuk

standardisasi

produk

tanaman.

Kromatografi fingerprint merupakan pilihan yang rasional untuk memenuhi


penilaian kualitas yang lebih efektif dan terpercaya. Kromatografi fingerprint
yang dioptimasi tidak hanya sebagai alat analisis alternatif untuk autentikasi,
tetapi juga sebagai pendekatan untuk menampilkan berbagai struktur bahan
kimia yang terkandung dalam obat herbal dan untuk menyimpan data yang
dapat digunakan pada penelitian selanjutnya. Analisis HPTLC fingerprint

telah banyak digunakan karena sederhana dan kemampuannya yang handal.


HPTLC fingerprint berfungsi sebagai alat untuk identifikasi, autentikasi,
analisis kualitatif dan kuantitatif serta kontrol kualitas obat herbal. Penelitian
ini menunjukkan sejumlah bioaktif dari lupeol dan stigmasterol dalam ekstrak
metanol A. indicum. Pelaksanaan kuantifikasi senyawa marker menggunakan
metode HPTLC cukup sederhana, presis, spesifik, sensitif, dan akurat.
Selanjutnya, metode ini dapat digunakan untuk pengendalian kualitas bahan
herbal serta formulasi yang mengandung salah satu atau kedua senyawa
tersebut.

BAB V
KESIMPULAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi kuantitatif dari dua
senyawa biologis triterpenoid aktif

seperti lupeol dan senyawa steroid,

stigmasterol pada Abutilon indicum (A. indicum) menggunakan High


Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC).
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan plat TLC
aluminium yang dilapisi dengan silika-gel 60 F254 (20cm x 10cm) dan
digunakan fase gerak toluena-metanol-asam format dengan perbandingan 7,0:
2,7: 0,3 v / v / v serta penentuan densitometri senyawa yang dilakukan pada
panjang gelombang 530 nm dengan mode reflektansi/absorbansi.
Hasil dalam penelitian ini adalah Compact bands untuk lupeol dan stigmasterol
diperoleh pada Rf 0,520,02 dan 0,280,05. Batas deteksi (45 dan 18 ng
/band), batas kuantifikasi (135 dan 54 ng/band), persen recovery (98,2%
-99,7% dan 97,2% -99,6%) dan presisi (2.18 dan 1.91). Kisaran linearitas
untuk lupeol dan stigmasterol 100-1000 (r2 = 0,9994) dan 50-500 ng/band (r2 =
0,9941)

dan

kandungan

diperkirakan

sebagai

(0.590,10)%

dan

(0.830,10)% w/w.
Metode HPTLC dalam penelitian ini ditemukan untuk reproducible, akurat,
tepat dan bisa mendeteksi dua senyawa di tingkat nanogram pada A. indicum.

Anda mungkin juga menyukai