Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kartika Gemma Pravitri

NIM : 18/434962/PTP/01623
Prodi : Ilmu dan Teknologi Pangan
Mata Kuliah : Analisis Pangan dan Hasil Pertanian Lanjut

Optimasi dan Pembentukan metode berbasis QuEChERS untuk Penentuan


Propoxycarbazone dan Metabolitnya pada Komoditas Pangan dengan Kromatographi
Cair yang Digabungkan dengan Spektrometri Massa.

Latar belakang dari jurnal ini yaitu karena adanya residu pestisida pada komoditas
pangan seperti sayuran yang dapat menyebabkan bahaya bagi konsumen. Tingkat residu
maksimum (MRL) propoxycarbazone dalam bahan pangan yaitu antara 0,02-0,05 mg/kg.
QuEChERS (Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, and Safe) merupakan salah satu
referensi metode untuk ekstraksi pestisida. Metode QuEChERS dapat digunakan untuk
menganalisa residu pestisida dalam berbagai jenis bahan pangan dimana propoxycarbazone
maupun metabolitnya juga terhitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan dan
memvalidasi metode analitik untuk penentuan simultas propoxycarbazone dan metabolitnya
pada bahan pangan, khususnya selada, buah bit, kedelai dan madu. Metode QuEChERS
dimodifikasi dengan tujuan tersebut. Kemudian Ultra High Performance Liquid
Chromatography dikombinasikan dengan Tandem Mass Spectrometry Triple Quadrupole
(UHPLC-MS/MS) yang digunakan untuk penentuan dan konfirmasi senyawa yang akan
dianalisis. Pemisahan analit dilakukan secara optimal dengan mengevaluasi efek dari
beberapa sorben dan efek matriks pada kuantifikasi.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu selada, bit, madu dan kedelai.
Sampel diambil sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam Directive 2002/63/EC. Sampel
dipotong dan dihomogenisasi terlebih dahulu. Kemudian digunakan sampel kosong sebagai
bahan referensi internal untuk mengoptimalkan ekstraksi sampel dan melakukan validasi
metode.
Reagen dan bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini antara lain, yaitu Standar
referensi propoxycarbazone sodium (>98,0%), standar referensi 2-hydroxy-
propoxycarbazone (>98,7%). Untuk HPLC digunakan Magnesium sulfat (MgSO 4), asam
asetat, sodium asetat anhidrat, amonium asetat dan asetonitril, amina sekunder primer (PSA),
Ikatan C18 (octadecyl), asam format (Optima LC-MS), air ultra murni disiapkan
menggunakan sistem Milli-Q gradien (Millipore), Filter suntik (Econofitr Nylon 0,2 μm, 13
mm).
Instrumen dan peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, antara lain sistem
Agilent seri 1290 RRLC untuk analisis pestisida. Instrumen ini dilengkapi pompa biner
G4220A, autosampler G4226A, termostat autosampler G1330B dan kompartemen kolom
termostat mod G1316C. setelah itu digabungkan ke Agilent triple quadrupole mass
spectrometer model G6460 dengan Jet Stream Electronic Ionization (ESI) G1958-65138.
Kolom Zorbax plus C18 (2,1×100 mm dengan ukuran partikel 1,8 µm) Agilent digunakan
untuk pemisahan kromatografi dari senyawa yang akan dianalisis. Analisis data dilakukan
menggunakan MassHunter 8.02 (Agilent). Sampel dihomogenkan menggunakan blender.
Sentrifugasi dilakukan di Konsul 21 dari Orto Alresa. Menggunakan keseimbangan analitis
AB204-S.
Metode analisis yang digunakan meliputi :
a. Tiga prosedur QuEChERS dioptimalkan berdasarkan kandungannya. Selada dan bit:
ditimbang 10 g sampel dan ditambahkan 10 mL asetonitril yang mengandung 1% (v/v)
asam asetat. Campuran dihomogenkan selama 2 menit kemudian ditambahkan 4 g MgSO4
dan 1 g natrium asetat anhidrat. Setelah itu dilakukan sentrifugasi selama 5 menit
kemudian 1 mL supernatan dipindahkan ke tabung yang berisi 150 mg MgSO 4 dan 50 mg
PSA. Selajutnya divortex dan disentrifugasi kembali. Setelah itu supernatan melewati
0,22 μm filter syringe nilon dan dipindahkan ke botol kecil untuk dilakukan analisis
menggunakan LC. Kedelai: 5 g sampel ditimbang dan dihidrasi dengan 10 mL air Milli-
Q. Kemudian divortex selama 1 menit dan ditambahkan 10 mL asetonitril yang
mengandung 1% (v/v) asam asetat. Campuran dihomogenkan dengan 4 g MgSO 4 dan 1 g
ammonium asetat dan divortex selama 2 menit. Setelah itu, sampel disentrifugasi selama
5 menit lalu 1 mL supernatan dipindahkan ke tabung yang mengandung 25 mg PSA dan
25 mg C18 kemudian divortex dan disentrifugasi. Supernatan dilewatkan melalui 0,22 μm
filter syringe nilon dan dipindahkan ke botol kecil untuk dilakukan analisis menggunakan
LC. Madu: 5 g sampel ditimbang dan dicampur dengan 7,5 mL air Milli-Q dengan vortex
selama 1 menit. Selanjutnya ditambahkan 10 mL asetonitril yang mengandung 1% (v/v)
asam asetat dan dihomogenisasi selama 2 menit. Kemudian ditambahkan 6 g MgSO 4 dan
1g natrium anhidrat asetat kemudian divortex. Sampel disentrifugasi selama 5 menit dan
1 mL supernatan dipindahkan ke tabung yang mengandung 50 mg PSA, 50 mg C18 dan
150 mg MgSO4. Selanjutnya divortex dan disentrifugasi selama 5 menit. Supernatan
dilewatkan menggunakan 0,22 μm filter syringe nilon dan dipindahkan ke dalam botol
untuk analisis LC.
b. Analisis UHPLC-MS/MS dilakukan penentuan kromatografi propoxycarbazone dan 2-
hydroxy-propoxycarbazone dilakukan menggunakan fase gerak biner dengan metanol (A)
dan larutan asam formiat (0,1%, v/v) (B). Laju aliran 0,2 mL/menit ditetapkan untuk
pemisahan senyawa yang dipilih oleh UHPLC. Elusi gradien dimulai pada 90% dari B
yang ditahan selama 2 menit dan dikurangi menjadi 0% dalam langkah berturut-turut:
70% untuk 1 menit, 50% untuk 1 menit lagi, 20% untuk 1 menit dan, akhirnya, menjadi
0% lebih dari 1 min dan ditahan selama 2 menit. Selanjutnya, dikembalikan ke komposisi
awal (90% B) selama 2 menit. Total waktu running adalah 10 menit. Kolom suhu diatur
pada 25°C dan volume injeksi pada 5 µL. Propoxycarbazone dan metabolitnya diionisasi
dalam mode ESI positif dan dideteksi menggunakan multiple reaction monitoring
(MRM). Parameter ESI yaitu suhu gas pengeringan : 325°C, suhu aliran gas silang :
400°C, aliran gas silang: 10 mL/menit, pengeringan aliran gas: 5 mL/menit, nebulizer: 45
psi, kapiler: +3500 V Waktu retensi dan parameter MS/MS ditunjukkan pada Tabel 1.
Optimasi parameter UHPLC-MS/MS dilakukan dengan infus langsung solusi standar
individu, masing-masing pada 1 mg/L dalam metanol dan laju alir 0,2 mL/menit.
Perangkat lunak MassHunter Optimizer (Agilent) digunakan untuk kuantifikasi pestisida
dan metabolitnya.

Tabel 1. Retensi Waktu (RTWs) dan parameter MS/MS dari propoxycarbazone sodium
dan 2-hydroxy-propoxycarbazone.

Hasil dari penelitian ini pada optimalisasi UHPLC-MS/MS dengan rentang laju aliran
fase gerak yang digunakan antara 0,1 dan 1 mL/menit menunjukkan kinerja yang lebih baik
untuk kedua senyawa target menggunakan Electronic Spray Ionization (ESI) dalam mode
positif, karena menunjukkan intensitas sinyal ion prekursor yang lebih tinggi dan patahan
terfragmentasi yang lebih baik. Gambar. 1 menunjukkan spektrum massa dan MS/MS transisi
diperoleh setelah fragmentasi molekul terprotonasi. Transisi paling intens untuk
propoxycarbazone dan metabolitnya m/z dipilih untuk kuantifikasi, dan transisi lainnya
digunakan untuk tujuan konfirmasi (Tabel 1).

Gambar 1. Spektrum MS/MS dari molekul terprotonasi [M+H] + dari senyawa target
menggunakan beberapa pemantauan reaksi. catatan: spektrum massa diperoleh dari larutan
standar pada 100 mg/L.

Tahap pemisahan analit dioptimalkan pada segi recovery rates dan presisi. Sorben
PSA+C18; PSA+GBC dan PSA+C18+GBC diuji. Pemisahan menggunakan PSA+C18
memiliki hasil yang terbaik dengan sampel kedelai, sementara itu untuk sampel madu perlu
ditambahkan MgSO4 untuk pemisahan analitnya. Pada sampel selada dan bit menghasilkan
efek kandungan residu pestisida kurang dari 20%, sehingga dapat dikatakan
propoxycarbazone dan metabolitnya dapat diukur menggunakan standar kalibrasi pelarut.
Namun, madu dan tepung kacang kedelai menunjukkan efek residu pestisida yang tinggi
yaitu |ME|> 20%. Sehingga, kalibrasi dengan kandungan yang sesuai diperlukan untuk
mendapatkan hasil pengkuran yang dapat digunakan dari kedua senyawa pada sampel madu
dan kedelai.

Tabel 2. Karakteristik Hasil Dari Metode yang Dioptimalkan


Tabel 2 menunjukkan tingkat pemulihan (73-110%), dari hari ke hari adalah (4-19%)
dan presisi dari hari ke hari (5-20%). Berdasarkan ketepatan dan kebenaran metode analisisis
ini mampu mengukur 10 µg/kg propoxycarbazone dan metabolitnya pada sampel selada dan
bit serta 25 µg/kg pada sampel kedelai dan madu.
Sampel selada dan bit dikalibrasi dalam pelarut murni pada konsentrasi antara 10 dan
150 µg/kg. Hasil analisis menunjukkan kromatogram untuk sampel buah bit kosong
meningkat menjadi 75 μg/kg. Hasil yang diperoleh baik untuk propoxycarbazone atau residu
2-hidroksi propoxycarbazone berada di bawah LODs dalam semua sampel, sehingga bahan
pangan ini aman untuk dikonsumsi karena rendahnya residu pestisida.

Gambar 2. Kromatogram UHPLC–MS/MS pada sampel buah bit kosong melonjak pada 75
μg/kg dengan propoxycarbazone dan metabolitnya (A), dan ekstraksi kromatogram ion
propoxycarbazone (B) dan 2-hydroxy-propoxycarbazone (C) dalam sampel yang sama.

Kesimpulan dari jurnal ini yaitu metode UHPLC-MS/MS dapat dikembangkan untuk
penentuan simultan herbisida propoxycarbazone dan metabolitnya dalam selada, bit, bungkil
kedelai dan madu sehingga metode ini telah berhasil divalidasi. Pendekatan menggunakan
metode QuEChER yang dimodifikasi untuk setiap acuan yang diikuti dengan pemisahan
analit yang dikombinasi dengan analisis UHPLC-MS/MS menghasilkan selektivitas dan
sensitivitas yang memadai untuk penentuan simultan dari senyawa sampel yang diinginkan.
Metode ini dapat digunakan sebagai metode untuk pengecekan rutin propoxycarbazone dan
residu metabolitnya pada sayuran, sereal dan sampel bahan pangan lainnya untuk memastikan
keamanannya.

Referensi :

Perez, M. V., Saez, J. M., Gonzales, F. J. E., dan Frenich, A. G., 2019. Optimization and
Establishment of QuEChERS Based Method for Determination of Propoxycarbazone
and its Metabolite in Food Commodities. Food Chemistry. 274 : 429-433.

Anda mungkin juga menyukai