Kelompok 1:
Dendry Asharrudin - 062011030
Tansa Nona Maria - 062011050
KIMIA Inggit Ismayanti – 062011006
ANALITIK 2 Elina Rizky Utami – 062011016
Nofi Chantika Sari - 062011013
LATAR BELAKANG
• Penyalahgunaan Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak.
Pengguna dari usia belasan sampai puluhan tahun, dari kelas ekonomi rendah sampai tinggi, baik laki –
laki maupun perempuan. Korban penyalahgunaan narkoba di Indonesia menunjukkan prevalensi dan
peningkatan yang sangat tinggi. Tahun 2007 s/d 2010 ditemukan 582 kasus metamfetamin atau 45% dari
1305 kasus narkotika.
• Metamfetamina yang sering disebut shabu – shabu merupakan jenis psikotropika golongan II (kedua),
berbentuk bubuk berwarna putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil, dengan bau amina
serta mudah larut dalam air dan alkohol.
• Metamfetamina yang masuk kedalam tubuh secara berlebihan dapat langsung mengakibatkan kematian,
gejala yang ditimbulkan sebelum kematian adalah tremor berat, meningkatnya aktivitas motorik yang
berlebihan, dan gangguan pernafasan yang hebat hingga nafas berhenti.
2
TUJUAN PENELITIAN METODE PENELITIAN
3
METAMFETAMINA
• MA termasuk salah satu dari derivate metal amphetamine yang mempunyai 2 isomer: d-
metamphetamina dan l-metamphetamina dimana masing-masing memiliki perbedaan efek
farmakologi.
• Ketika mengkonsumsi metamphetamina maka obat tersebut turun melalui esophagus
(kerongkongan), masuk lambung, dan menuju ke usus halus. Sejumlah kecil zat yang
terkandung pada obat diserap melalui aliran darah dalam membrane mukus, dan sebagaian
besar masuk ke aliran darah melalui dinding usus halus. Zat yang terkandung pada obat
terlarang tersebut larut dalam air dan aliran darah dengan cepat menyalurkan keseluruh bagian
tubuh dan diserap kedalam jaringan tubuh.
4
METODE GC-MS
• Kromatografi gas adalah metode analisis, dimana sampel terpisahkan secara fisik
menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa
kromatogram).
• Spektrofotometri massa adalah metode analisis, dimana sampel yang dianalisis akan
diubah menjadi ion – ion gasnya. Masa dari ion – ion tersebut dapat diukur
berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa.
• Metode ini digunakan untuk menganalisis obat – obatan terlarang baik pada sampel
urine, serum, maupun darah.
5
PRINSIP KROMATOGRAFI GAS (GC)
Suatu fase gerak berbentuk gas mengalir dibawah tekanan melewati pipa yang dipanaskan dan disalut
dengan fase diam cair, atau dikemas dengan fase diam cair yang disalut pada suatu penyangga padat.
Analit tersebut dimuatkan kebagian atas kolom melalui suatu portal injeksi yang dipanaskan, tempat
analit menguap. Analit ini kemudian berkondensasi dibagian atas kolom tersebut, yaitu pada suhu yang
lebih rendah. Suhu oven dijaga konstan atau diprogram agar meningkat secara bertahap. Ketika sudah
berada dikolom, pemisahan suatu campuran yang terjadi bergantung pada waktu lamanya waktu relatif
yang dibutuhkan oleh komponen – komponen didalam fase diam. Apabila terdapat campuran (terdiri
dari) dua atau lebih komponen), maka campuran tersebut akan didistribusikan pada kedua fase
tersebut (fase gerak dan fase diam). Koefisien distribusi (k) dari masing-masing komponen dalam fase
gerak dan fase diam didasarkan pada persamaan:
6
PRINSIP KERJA SPEKTROMETRI MASSA
Prinsip dasar Spektrometri Massa adalah molekul bermuatan atau fragmen molekul dihasilkan dalam
suatu ruang sangat hampa atau segera sebelum suatu sampel memasuki ruang sangat hampa, dengan
menggunakan berbagai metode untuk produksi ion. Ion – ion dihasilkan dalam fase gas sehingga ion
tersebut kemudian dapat dimanipulasi dengan penerapan pada medan magnet atau medan listrik agar
dapat menentukan bobot molekulnya dan bobot molekul semua fragmen yang dihasilkan dari
pemecahan molekul.
7
INSTRUMEN GC-MS
Gas Kromatografi
• Carrier Gas Supply
• Control System
• Injeksi Sampel
• Oven
• Kolom
Spektrometri Massa
• Sumber Ion
• Filter
• Detektor
• Recorder
8
ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
• Lemari es • NaOH
• Mikropipet • MA-HCl
• pH meter
9 • Seperangkat alat GC - MS
LANGKAH KERJA
10
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR MA 1000
• Menimbang kristal murni MA-HCl sebanyak 12,42 mg yang setara dengan MA=10 mg.
• Larutan standar metamfetamina 100 ppm dibuat dengan cara memipet 1 mL larutan standar 1000 ppm
• Masukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu tambahkan metanol sampai garis tanda
• Larutan standar metamfetamina 50 ppm dibuat dengan cara memipet 5 mL larutan standar 100 ppm
• Larutan standar metamfetamina 25 ppm dibuat dengan cara memipet 5 mL larutan standar 50 ppm
11
PREPARASI SAMPEL DARAH
• Menuangkan eksterlute (SPE Bond Elute C-18) kedalam cartridge SPE sampai tanda
batas (secukupnya)
• Keluarkan sampel darah pengguna narkoba
12
PREPARASI SAMPEL DARAH
• Pipet ekstrak darah yang sudah dilarutkan dengan metanol sebanyak 100 µl
13
PENGUJIAN PADA ALAT GC-MS
14
HASIL PENELITIAN
Sampel Darah A B C
Luas Area 459511 154523 Tidak Terdeteksi
Read Time (Rt) 10.9 10.97 Tidak Terdeteksi
Konsentrasi 12.8 ppm 5.64 ppm Tidak Terdeteksi
Konsentrasi (x pengenceran) 64 ppm 28.2 ppm Tidak Terdeteksi
15
PEMBAHASAN
• Pembuktian hubungan linier antara konsentrasi dan luas area dapat ditentukan persamaan
regresi dan kurva kalibrasi.
• Berdasarkan data GC-MS secara kuantitatif didapatkan data senyawa standar dengan
konsentrasi 25 ppm dengan luas area 319077, 50 ppm dengan luas area 1130990, dan 100
ppm dengan luas area 3424455.
• Sehingga didapatkan persamaan regresi linier y=42043x- 82765 dengan nilai regresi R2=0,993.
• Hal ini menunjukkan bahwa secara analisis senyawa metamfetamina dapat terdeteksi dengan
nilai ketepatan yang cukup tinggi.
16
PEMBAHASAN
• Diperoleh hasil analisis pada tiga orang pengguna metamfetamina terdeteksi hanya dua orang
yang positif yaitu:
• Sampel darah A: 64ppm, sampel darah B: 28,2 ppm
• Pada sampel darah C: tidak terdeteksi kemungkinan terjadi karena jeda waktu menggunakan
obat tersebut (sudah lama tidak menggunakan).
• Faktor lama penggunaan MA, Pecandu kronis serta pengguna pemula, konsentrasi MA pada
sampel darah C sangat kecil dibawah nilai limit deteksi.
• Karena telah hilang saat proses ekstraksi, faktor metabolisme dalam tubuh, faktor rute
perjalanan MA setelah dikonsumsi belum sampai pada peredaran darah.
17
PEMBAHASAN
• Senyawa metamfetamin (MA) dapat terdeteksi dalam darah dengan kadar yang kecil, walaupun
pada urinnya sudah tidak terdeteksi.
• Hal ini terjadi karena dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi maka sekitar 70% dosis obat
akan tereliminasi melalui ginjal dan disekresikan dalam bentuk urine.
• Dalam kondisi normal lebih dari 43% dari dosis disekresikan, tingkat ekskresi dan jumlah
presentase sebagai metabolit obat dalam bentuk tidak berubah tergantung pada pH urine,
• Akan bertambah jika urine dalam keadaan asam dan akan berkurang 2% jika urine dalam
keadaan basa.
18
KESIMPULAN
• Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa:
19
KESIMPULAN
20
SARAN
Saran yang dapat disampaikan: perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai NAPZA
dengan mengambil sampel bagian tubuh yang lain, perlu dilakukan pengawasan lebih
ketat dan berkesinambungan terhadap NAPZA.
21