Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Teknik Kimia Vol 12, No 1, September 2017

KAJIAN PROSES ASETILASI TERHADAP KADAR ASETIL


SELULOSA ASETAT DARI AMPAS TEBU

Kindriari Nurma Wahyusi*), Siswanto, Lucky Indrati Utami

Program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik UPN “Veteran” Jatim


Jl.Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294
Telepon (031) 8782179, Faks (031) 8782257
E-mail : kindrinurma@gmail.com

Abstrak

Komponen utama ampas tebu adalah serat (fiber) yang termasuk dalam syarat bahan baku
yang dapat dijadikan pulp untuk pembuatan selulosa khususnya selulosa asetat. Asetilasi selulosa
dari ampas tebu dalam pelarut asam phospat merupakan salah satu metode untuk menghasilkan
selulosa asetat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh proses asetilasi
terhadap kadar asetil selulosa asetat dengan variabel jumlah asam asetat glacial dan kecepatan
pengadukan . Proses asetilasi dilakukan dengan mereaksikan selulosa yang terbuat dari ampas tebu
dan asam asetat glacial dalam sebuah reactor dengan menggunakan motor pengaduk. Prosesnya
terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembuatan selulosa yang kemudian dimurnikan.
Tahap kedua adalah melarutkan selulosa ke dalam asam phospat dan mengasetilasi selulosa dengan
asam asetat glacial dan tahap pemulihan produk dengan cara penyaringan dan pengeringan. Dalam
penelitian akan dipelajari pengaruh pemberian volume asam asetat glacial 98% sebanyak 20, 40, 60,
80 dan 100 ml dengan kecepatan pengadukan sebesar 100, 200, 300, 400 dan 500 rpm terhadap
kadar asetil dari selulosa. Dari hasil penelitian ini didapat kadar asetil terbesar adalah 45,16% pada
pemberian volume asam asetat glacial 60 ml dengan kecepatan pengadukan 300 rpm.

Kata kunci : ampas tebu; asetilasi; selulosa asetat

STUDY OF ACETYLATION PROCESS ON ACETYL CONTENT OF


CELLULOSE ACETATE FROM BAGASSE

Abstract

Principal component of bagasse is fiber that included in standard commodity condition that
can be made pulp for cellulose maker especially cellulose acetate. Acetylation of cellulose from
bagasse in phosphoric acid as solvent is one of methods for producing cellulose acetate. The purpose
of this research is to studies the effect of acetylation process on acetyl cellulose acetate content with
variable amount of glacial acetic acid and stirring rate. Acetylation done with reacting cellulose from
bagasse and glacial acetic acid in a reactor by using stirring motor. The process consists of several
stages. The first step is the manufacture of cellulose which is then purified. The second stage is
dissolves cellulose into phosphoric acid and cellulose acetylation with glacial acetic acid and stage
of product recovery by means of filtration and drying. In this research will be studied about influence
of 98% glacial acetic acid gift as much as 20, 40, 60, 80 and 100 ml with mixing speed 100, 200,
300, 400 and 500 rpm to percent acetyl of cellulose. From this research result is got the biggest
percent acetyl 45,16% of glacial acetic acid gift 60 ml with mixing speed 300 rpm.

Keywords : cellulose acetat; bagasse, acetylati; cellulose acetate

PENDAHULUAN dan hanya 20% perkebunan negara. Tebu – tebu dari


perkebunan diolah menjadi gula di pabrik gula.
Di Indonesia, 50% dari seluruh perkebunan tebu Ampas tebu merupakan limbah lignoselulosa yang
adalah perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta dihasilkan oleh pabrik gula setelah tebu diambil
35
Kindriari Nurma Wahyusi*), Siswanto, Lucky Indrati Utami: kajian proses asetilasi terhadap kadar
asetil selulosa asetat dari ampas tebu

niranya. Komponen utama ampas tebu antara lain Selulosa α (Alpha Cellulose): Selulosa
serat (fiber) dengan kandungan sekitar 43 – 52%, air berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH
46 – 52% dan padatan terlarutnya berkisar antara 2 – 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat
3%. Syarat bahan baku yang dapat dijadikan pulp polimerisari) antara 600 – 1500. Selulosa α dipakai
dan kertas adalah bahan baku yang mempunyai serat sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian
yang panjang, harus dengan kadar hemiselulosa selulosa.
tinggi dan ampas tebu memiliki syarat tersebut. Selulosa β (Betha Cellulose): Selulosa
(Hidayati, Sri, 2007). Seperti halnya biomassa pada berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5%
umumnya, ampas tebu (bagasse) memiliki atau basa kuat dengan DP 15 – 90 dan dapat
kandungan polisakarida dengan jenis pentosan yang mengendap bila dinetralkan.
dapat dikonversi menjadi produk atau senyawa Selulosa γ (Gamma Cellulose): Sama seperti
kimia yang dapat digunakan untuk mendukung selulosa β, tetapi DPnya kurang dari 15.
proses produksi sektor industri lainnya. (Witono, Selulosa asetat merupakan salah satu turunan
Anton, Johanes, 2003). selulosa dari asam organik yaitu asam asetat.
Penggunaan bahan – bahan organik dalam Selulosa asetat mempunyai nilai komersial yang
proses pembuatan pulp memiliki beberapa cukup tinggi karena selulosa asetat memiliki
keunggulan antara lain yaitu; bebas senyawa sulfur, beberapa keunggulan diantaranya karakteristik fisik
impregnasi pelarut senyawa organik yang lebih baik dan optik yang baik sehingga bahan ini dapat
dari pelarut anorganik dan proses daur ulang limbah diaplikasikan serat untuk tekstil, filter rokok, plastik,
lebih mudah dan murah dengan kemurnian yang film fotografik, pelapis kertas dan membran. Selain
cukup tinggi. Beberapa variabel yang digunakan itu, selulosa asetat sangat peka, suhu alir yang tinggi
penting dalam proses pembuatan pulp tersebut dan dan sedikit mempunyai kesesuaian dengan bahan
yang perlu diperhatikan diantaranya adalah plasticizer yang baik. Secara fisik sifat zat ini
konsentrasi larutan pemasak dan perbandingan berbentuk padatan, berwarna putih, tidak berbau,
larutan pemasak dengan perbandingan larutan tidak berasa dan tidak beracun serta memiliki
pemasak dengan berat serpih. Konsentrasi larutan kandungan asetil antara 37 – 40,5%. Selulosa asetat
pemasak berpengaruh terhadap kecepatan reaksi atau berguna karena dapat larut dalam aseton, bersifat
delignifikasi. Semakin tinggi konsentrasi larutan termoplastis serta memiliki kestabilan dan ketahanan
pemasak cenderung menurunkan ketahanan sobek, yang baik pada bentuk lapisan pada plastiknya.
ketahanan retak dan pemutusan yang panjang. (Othmer, Kirk, 1952). Untuk mendapatkan serat
(Hidayati, Sri, 2007). selulosa asetat, viskositas yang diinginkan,
Selulosa adalah salah satu senyawa kecepatan reaksi mula – mula, temperatur dan waktu
polisakarida yang tersusun dari kesatuan reaksi keseluruhan harus dikontrol. Selulosa asetat
anhidroglukosa dan mempunyai bentuk empiris dengan derajat substitusi yang bervariasi dipreparasi
C6H10O5 dan menjadi penyusun utama dari dinding dengan mereaksikan selulosa dengan asam asetat
sel pada tumbuhan. Selulosa termasuk dalam kemudian dengan asetat anhidrid dan katalis asam
polimer yang menitikberatkan molekul besar serta mineral. Produk yang terasetilasi sempurna tersebut
tersusun atas unit – unit selulobiosa. Setiap glukosa direaksikan dengan air untuk mencapai derajat
anhidrat adalah sebuah alkohol trihidrat yang substitusi yang diinginkan. Hidrolisis lunak
mengandung dua alkohol sekunder dalam posisi 2 memberikan selulosa yang hampir sempurna
dan 6 serta sebuah alkohol primer. terasetilasi yang dikenal sebagai triasetat. Hidrolisis
Selulosa dari bahan alami yang telah lebih lanjut memberikan suatu produk yang larut
dilarutkan melalui suatu reaksi akan menghasilkan dalam aseton yang disebut dengan asetat sekunder.
suatu selulosa murni yang disebut sebagai Keduanya dipakai dalam aplikasi plastik dan serat,
regenerated cellulose. Selulosa murni ini kemudian dalam aplikasi plastik mereka dikombinasikan
melalui sejumlah reaksi kimia akan menghasilkan dengan bahan – bahan pembuatan plastik yang
sejumlah senyawa yang merupakan turunan dari cocok. Sebagai serat tekstil, selulosa disebut sebagai
selulosa yang dapat digunakan untuk berbagai rayon asetat. Selulosa asetat jauh lebih rendah dari
kebutuhan. Selulosa tersebut relatif higroskopis derajat polimerisasi umpan selulosa (yang rata –
dimana pada kondisi atmosfer (20 ºC dengan ratanya sekitar 200 – 250) karena terjadinya
kelembaban 60%) dapat menyerap 8 sampai 14% pemutusan ikatan – ikatan glucosidic oleh katalis
air. Meskipun selulosa mampu menyerap air namun esterifikasi asam. (Steven, M.P., 1995).
tidak dapat larut dalam air ataupun asam encer. Jenis proses untuk memproduksi selulosa
(Ullmann, 1986). asetat dapat dibagi menjadi tiga macam antara lain
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan (Ullmann, 1986):
kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida Proses asam asetat: Asam asetat disini digunakan
(NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga sebagai acetylating agent sekaligus pelarut dan asam
jenis yaitu (Tarmansyah, S.Umar, 2007): sulfat sebagai katalis.

36
Jurnal Teknik Kimia Vol 12, No 1, September 2017

Proses metilen klorida: Asetat anhidrat digunakan digunakan asam phospat sebagai pelarut dan asam
sebagai acetylating agent, metilen klorida sebagai asetat glacial sebagai acetylating agent yang lebih
pelarut dan asam sulfat sebagai katalis. murah dan lebih mudah didapatkan dibandingkan
Proses fiber asetat: Pada proses ini selulosa dengan asam asetat anhidrat. Pada proses ini terjadi
diesterifikasi dengan menjaga struktur seratnya periode aktivasi antara serat selulosa dengan asam
dengan penambahan non solvent seperti karbon tetra phospat sebagai pelarut dimana pengaturan waktu
klorida, benzene dan toluene pada proses asetilasi. aktivasi dan temperatur diperlukan karena
Akan tetapi penggunaannya terbatas hanya untuk mempengaruhi depolimerisasi serat selulosa pada
penggunaan khusus. proses asetilasi. Pada aktivasi berakhir sekitar 15
Ampas tebu (bagasse) dipotong kecil-kecil menit sampai beberapa jam tergantung dari
sesuai ukuran yang dikehendaki dan dihancurkan banyaknya larutan yang digunakan sedangkan suhu
hingga berbentuk serat, tujuannya untuk lebih yang digunakan dijaga pada suhu ± 40 ºC. Hal ini
mudah dalam proses lebih lanjut yang banyak disebabkan jika melebihi range suhu tesebut akan
menggunakan bahan kimia. Setelah berbentuk serat mengakibatkan kerusakan pada serat selulosa
bahan ini dijemur di bawah sinar matahari untuk sehingga pada penelitian ini pencampuran antara
menghilangkan kadar air yang berlebihan hingga ampas tebu dan asam phospat dilakukan pada suhu
kering. kamar selama ± 15 menit.
Proses pemurnian selulosa dari ampas tebu Tahap selanjutnya merupakan tahap asetilasi
(bagasse) ini dilakukan dengan pengolahan ampas dimana terjadi pencampuran antara selulosa hasil
tebu kering yang menjadi pulp dimana pada proses proses di atas dengan asam asetat glasial sebagai
pulping ini bertujuan untuk menghilangkan acetylating agent. Reaksi proses asetilasi sebagai
kandungan lignin dan zat – zat lain yang terdapat berikut :
dalam kayu. Ampas tebu kering diolah dengan
menggunakan proses soda karena bahan yang C6H7O2(OH)3 + 3CH3COOH C6H7O2(CH3COO)3 + 3H2O (1)
Selulosa Asam asetat glasial Selulosa asetat Air
digunakan merupakan jenis bahan kayu berserat
pendek. Bahan baku terlebih dahulu dilakukan
proses steam untuk membuka serat – seratnya. Selama proses asetilasi berlangsung
Kemudian dilakukan proses pemasakan dengan dilakukan pendinginan untuk mencegah terjadinya
menambahkan natrium hidroksida 10-20% selama 4 panas yang berlebihan karena reaksi ini bersifat
jam dengan perbandingan antara bahan baku dan eksotermis. Reaksi ini akan menghasilkan selulosa
larutan pemasaknya adalah 1 : 4. Kemudian untuk triasetat dengan kadar sebesar 43,5% sedangkan
menghilangkan lignin yang masih tersisa serta untuk kadar asetil pada selulosa asetat yang dibutuhkan
memutihkan bahan pulp maka dilakukan dengan berkisar antara 37 – 40,5% maka dilakukan tahap
menggunakan bahan pemucat warna seperti pemulihan selulosa asetat yang bertujuan untuk
hydrogen peroksida, hypochlorit dan lainnya. menghentikan proses dan melepaskan asam phospat
Pembuatan selulosa asetat secara komersial dari campuran yang dilakukan dengan penambahan
dilakukan dengan proses pelarutan (solution etil eter sebagai presipitant. Setelah itu campuran
process) yang terdiri atas tahap aktivasi, asetilasi, disaring dan dikeringkan sehingga didapatkan
hidrolisis dan presipitasi. Pada proses pelarutan, produk padatan selulosa asetat.
asetilasi terjadi dengan mereaksikan selulosa yang Faktor – faktor yang berpengaruh pada proses
telah diaktivasi dengan asam asetat glasial sebagai asetilasi adalah (Savitri, Emma, 2004):
pelarut. Dalam hal asetilasi diperlukan permukaan Suhu: Suhu tinggi dapat menyebabkan selulosa dan
yang luas pada serat selulosa. Hal ini disebabkan selulosa asetat teregradasi sehingga mengakibatkan
karena laju reaksi dari proses asetilasi ditentukan yield produk turun.
oleh accessibility (kemampuan untuk membuka Waktu asetilasi: Waktu asetilasi yang panjang
permukaan serat) dari selulosa, dimana semakin dapat menyebabkan selulosa dan selulosa asetat
luasnya permukaan serat, maka akan memudahkan terdegradasi sehingga yield produk menjadi kecil.
penyerapan asam asetat sebagai pereaksi (reaktan) Kecepatan pengadukan: Kecepatan pengadukan
oleh serat selulosa sehingga lebih mudah dalam yang tinggi dapat memperbesar perpindahan massa
bereaksi. Untuk meningkatkan accessibility dari sehingga semakin besar kecepatan reaksi dan yield
selulosa maka selulosa dapat dilarutkan dalam yang dihasilkan akan semakin meningkat.
konsentrasi larutan asam kuat seperti 72% asam Jumlah asam asetat: Jumlah reaktan yang besar
sulfat. 40% asam klorida ataupun 85% asam akan memperbesar kemungkinan tumbukan antar
phospat. Selulosa tersebut cepat mengalami reaktan sehingga mempengaruhi kecepatan reaksi
hidrolisis dalam larutan asam mineral pada suhu asetilasi.
kamar, bagaimanapun hidrolisis cukup lambat pada Jumlah pelarut: Jumlah pelarut akan mempe-
suhu rendah. (Othmer, Kirk, 1952). Salah satu proses ngaruhi homogenitas dari larutan tetapi jika
yang sedang dikembangkan dari proses larutan ini jumlahnya terlalu besar akan mengurangi
adalah emil heuser, dimana pada proses ini kemungkinan tumbukan antar reaktan (memperkecil

37
Kindriari Nurma Wahyusi*), Siswanto, Lucky Indrati Utami: kajian proses asetilasi terhadap kadar
asetil selulosa asetat dari ampas tebu

konsentrasi reaktan) sehingga akan memperkecil dilakukan dengan penambahan etil eter yang
yield dari produk. berfungsi sebagai presipitant selama 10 menit.
Tujuan penelitian ini untuk mempelajari Setelah itu dilanjutkan dengan penyaringan dan
pengaruh jumlah asam asetat glacial dan kecepatan dilakukan pencucian dengan menggunakan air
pengadukan terhadap kadar asetil pada selulosa hangat. Selanjutnya dilakukan tahap pengeringan
asetat. sehingga didapatkan produk selulosa asetat padat
dan dianalisa kadar asetilnya dengan menggunakan
METODE PENELITIAN Separation of Acids Organic Chrom Circle 06/07
Analytical HPLC Applications.
Bahan yang digunakan adalah ampas tebu
yang dikeringkan lalu dipotong – potong dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
ukuran ± 0,5 cm dan asam asetat glacial 98%.
Sedangkan bahan pembantu dalam penelitian ini Hasil penelitian untuk setiap masing –
adalah NaOH, asam phospat, H2O2 2%, NaOCl 5%, masing variabel dianalisa kadar asetilnya pada
etil eter dan aquadest. Laboratorium Instrumentasi Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik UPN ”Veteran” Jatim dengan
Variabel yang digunakan. Kondisi tetap: konsen- menggunakan Separation of Acids Organic Chrom
trasi NaOH 10% dan konsentrasi asam phospat 85%. Circle 06/07 Analitycal HPLC Applications.
Sebagai peubah: volume asam asetat glacial 98%
20, 40, 60, 80 dan 100 ml dengan kecepatan Hubungan antara volume asam asetat glasial
pengadukan 100, 200, 300, 400 dan 500 rpm. 98% (ml) dengan kadar asetil (%)

Prosedur Penelitian. Ampas tebu (bagasse) yang


akan digunakan terlebih dahulu dipotong kecil –
kecil dengan ukuran ± 0,5 cm. Kemudian ditumbuk
hingga membentuk serat, setelah itu dijemur di
bawah sinar matahari selama 2 hari hingga kering.

Proses Pemurnian Selulosa. Timbang 200 gr serat


yang telah kering dan dimasak selama 1 jam untuk
mengalami proses pelunakan kemudian serat yang
telah dilunakkan tersebut ditambah dengan NaOH
10% sebanyak 800 ml dimasak selama 2 jam pada
suhu 100 ºC. Lalu pulp yang terbentuk dipisahkan Gambar 1. Hubungan antara Kadar Asetil (%) vs
dari cairan pemasaknya dan dicuci dengan aquadest Volume Asam Asetat Glasial (98%)
hingga bersih. Pulp yang telah dimasak kemudian
diputihkan dengan menggunakan H2O2 2% sebanyak Pengaruh penambahan volume asam asetat
1 liter dan NaOCl 5% sebanyak 125 ml selama 2 glasial terhadap kadar asetil pada Gambar 1. diatas,
jam pada suhu ± 60 ºC. Cuci dan keringkan pulp terlihat bahwa dengan penambahan volume asam
yang dihasilkan dalam oven pada suhu 105 ºC asetat hingga 60 ml pada masing - masing variabel
selama 1 jam hingga kering. Setelah itu dilakukan kecepatan pengadukan cenderung mengalami
analisa kadar α selulosa dengan menggunakan Van kenaikan dan bila penambahan dilanjutkan maka
Soest Spektrofoto-meter. kadar asetil yang diperoleh cenderung menurun
sehingga diperoleh kadar asetil tertinggi pada
Proses Asetilasi. Selulosa seberat 5 gr dilarutkan penambahan volume asam asetat 60 ml, yaitu
dalam asam phospat 85% 100ml, kemudian hasil 45,16%. Peningkatan kadar asetil ini dipengaruhi
larutan ditambahkan dengan asam asetat glasial oleh pembentukan selulosa asetat dengan
dengan volume sesuai variabel yaitu 20, 40, 60, 80 penambahan asam asetat sebagai acetylating agent
dan 100 ml dengan perbandingan 1 : 1. Tahap yang akan meningkatkan kadar asetil. Dari grafik
asetilasi dilakukan selama 15 menit dengan tersebut tampak bahwa kadar asetil mengalami
kecepatan pengadukan sesuai dengan variabel 100, penurunan setelah penambahan volume asam asetat
200, 300, 400 dan 500 rpm sehingga serat – serat glacial di atas 60 ml, karena asetil dalam selulosa
selulosa dapat larut dan dapat terbentuk larutan banyak yang terserap oleh asam asetat glacial pada
viscous yang berupa selulosa asetat. Kemudian volume 60 ml.
dilanjutkan dengan tahap pemulihan selulosa asetat
yang bertujuan untuk menghentikan proses dan
melepaskan asam phospat dari campuran yang

38
Jurnal Teknik Kimia Vol 12, No 1, September 2017

Hubungan antara kecepatan pengadukan (rpm) rpm dengan penambahan asam asetat glacial
dengan kadar asetil (%) sebanyak 60 ml sebesar 45,16%.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Sri, 2007. “Mempelajari Pembuatan Pulp


Acetocell dari Ampas Tebu dan Pemutih
Terhadap Sifat Pulp yang Dihasilkan,
Lembaga Penelitian,
http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp
-gdl-res-2007-srihidayat-909.
Kirk, R.E., Othmer, D.F., 1952. “Encyclopedia of
Chemical Technology”, 4th ed., p.593 – 616,
The International Science Encyclopedia Inc.,
Gambar 2. Hubungan antara Kadar Asetil (%) vs New York.
Kecepatan Pengadukan Savitri, Emma, 2004. “Penentuan Kondisi Optimum
Sintesis Selulosa Asetat Dengan Variabel
Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap Kecepatan Pengadukan, Waktu Asetilasi Dan
kadar asetil pada Gambar 2., terlihat bahwa dengan Jumlah Pelarut”, Proseding Seminar Nasional
kadar asetil tertinggi ditunjukkan pada kecepatan Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono,
pengadukan sebesar 300 rpm dengan penambahan UPN “Veteran”, Surabaya.
volume asam asetat 60 ml, yaitu sebesar 45,16%. Steven, M.P., 1995. “Kimia Polimer”, hal.599,
Peningkatan kadar asetil ini di-pengaruhi kecepatan Pradnya Paramita, Jakarta.
pengadukan yang semakin diperbesar maka Tarmansyah, S. Umar, 2007. “Pemanfaatan Serat
mempermudah proses pembentukan selulosa asetat Rami untuk Pembuatan Selulosa”, Tim
dan bila kecepatan pengadukan terlalu tinggi kadar Puslitbang Indhan Balitbang Dephan,
asetil cenderung menurun karena dapat merusak http://biletinlit
serat – serat selulosa asetat. bang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=18&m
norutisi=3.
SIMPULAN Ullmann, 1986. “Ullmann’s Encyclopedia of
Industrial Chemistry”, vol.5, VCH.
Kadar α selulosa pada proses pemurnian Witono, Anton, Johanes, 2008. “Produksi
selulosa sebesar 49,03% tidak berpengaruh pada Furfural dan Turunannya: Alternatif
proses asetilasi karena masih sesuai dengan literatur Peningkatan Nilai Tambah Ampas Tebu di
yaitu untuk pembuatan selulosa asetat, kandungan α Indonesia”. Departemen Teknik Gas dan
selulosa sekitar 43–52 % sedangkan kadar asetil Petrokimia UI,
tertinggi diperoleh pada kecepatan pengadukan 300 http://www.chemistry.org/?sect=fokus&ext=
15.

39

Anda mungkin juga menyukai