Anda di halaman 1dari 12

#METIL SELULOSA

a. Karakteristik selulosa
Selulosa merupakan senyawa organik dan juga komponen struktur utama dinding sel
dari tanaman hijau. Selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni dialam selalu
Bersatu dengan lignin, pectin, hemiselulosa, dan xilan. Beberapa karakteristik selulosa
1. Polimer Glukosa: Selulosa adalah polimer dari glukosa, yang merupakan
monosakarida. Molekul-molekul glukosa dihubungkan bersama dalam rantai panjang
melalui ikatan β-1,4-glikosidik.
2. Kekuatan Mekanik: Selulosa memiliki sifat kekuatan mekanik yang tinggi. Ini
memberikan dukungan struktural pada tumbuhan dan membuatnya ideal untuk
digunakan dalam aplikasi teknik dan industri, seperti pembuatan kertas, tekstil, dan
bahan konstruksi.
3. Sifat Hidrofobik: Selulosa bersifat hidrofobik, yang berarti tidak mudah larut dalam
air. Ini membuatnya cocok digunakan dalam produk-produk tahan air dan produk-
produk yang harus bertahan dalam kondisi lingkungan yang lembap.
4. Biodegradabilitas: Selulosa adalah bahan yang mudah terurai oleh mikroorganisme
dalam lingkungan alami. Ini membuatnya menjadi pilihan yang ramah lingkungan
dan dapat diuraikan dalam produk-produk berbasis selulosa, seperti kertas dan
produk pangan tertentu.
5. Sifat Isolasi Panas: Selulosa memiliki sifat isolasi panas yang baik, sehingga
digunakan dalam aplikasi sebagai isolasi termal dalam bangunan dan produk-produk
yang memerlukan perlindungan dari panas.
6. Biokompatibilitas: Selulosa adalah bahan yang relatif aman bagi manusia dan sering
digunakan dalam produk-produk medis, seperti kasa medis, karena
biokompatibilitasnya yang baik.
7. Sumber Bahan Baku: Selulosa ditemukan dalam berbagai jenis tumbuhan, termasuk
kayu, kapas, jerami, dan banyak lagi. Oleh karena itu, selulosa adalah sumber bahan
baku yang melimpah untuk berbagai aplikasi industri.
8. Potensi Bahan Bakar Terbarukan: Selulosa juga memiliki potensi sebagai bahan
bakar terbarukan. Proses pembuatan bioetanol dari selulosa, yang dikenal sebagai
bioetanol selulosik, telah menjadi fokus penelitian dalam upaya untuk mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Figure 1 struktur sselulosa

b. Produk metil selulosa


Selulosa memiliki turunan seperti metil selulosa, karboksil selulosa, etil selulosa, benzil
selulosa, selulosa nitrat, selulosa asetat dan lain-lain. Metil selulosa sering diproduksi
karena metil selulosa banyak digunakan pada industri kosmetil, makanan, farmasi, dan
lain-lain.
c. Alur proses/diagram alir
Produksi metil selulosa umumnya diproduksi menggunakan metode yang sama seperti
eter selulosa, yaitu menggunakan metode alkalisasi (direndam dengan larutan NaOH
dengan Tujuan untuk membersihkan selulosa dari lignin yang terkandung didalam
selulosa)→ netralisasi (proses penetralan dengan car mencuci hasil perendaman dengan
HCl untuk menghilangkan NaOH yang menempel pada alkali selulosa dan direndam air
untuk menetralkan keduanya)→ mereaksikan selulosa dengan ammonium klorida dan di
bilas dengan asam asetat glasial 10-50% untuk menetralkan→cuci Kembali dengan
aquadest panas (80oC) dan disaring→ residu yang terbentuk dikalsinasi pada suhu 50oC
selama 6 jam
#KITOSAN
Kulit udang mengandung senyawa kitin (chitin) yang dapat dirubah atau dikonversi menjadi
kitosan (chitosan). Kitosan inilah merupakan bahan alam yang memiliki prospek yang cerah
di masa mendatang karena bahan bakunya melimpah sebagai limbah padat . Senyawa kitin
tersebut juga ditemukan pada kacoa, kepiting dan serangga. Kitosan dimanfaatkan di bidang
kesehatan atau kedokteran, sebagai obat luka bakar, zat anti kolesterol dan penurun berat
badan [5]. Selain itu dimanfaatkan sebagai bahan pencampur makanan seperti pembuatan
terasi, kerupuk udang, petis dan pakan ternak. Namun jumlah yang dimanfaatkan tersebut
belum seberapa bila dibandingkan dengan jumlah limbah kulit udang yang tersedia.
Pemanfaatan lain untuk meningkatkan nilai tambah yang skala industry yaitu memanfaatkan
limbah kulit udang menjadi bahan baku pengumpal (flokulan) dalam pengolahan air buangan.
Limbah perikanan yang berasal dari kulit udang belum dimanfaatkan secara maksimal,
karena sifatnya mudah mempusuk maka dalam pemanfaatannya terbatas hanya diolah
menjadi pakan ternak. Melalui pendekatan teknologi yang tepat, limbah tersebut dapat
dikonversi menjadi senyawa polisakarida yang di dalamnya mengandung kitin
(C8H13NO5)n. Kitin dapat dikonversi menjadi kitosan (C6H11NO4)n dan glukosamin
(C6H13NO5). Ketiga senyawa tersebut mempunyai sifat mudah terurai dan tidak beracun.
Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar di bidang biokimia, pertanian, obat-obatan, pangan
gizi, mikrobiologi, industri membran (film), tekstil, kosmetik, dan lainnya. Di beberapa
negara, teknologi pengolahan kulit udang relatif maju, sehingga mampu menghasilkan
produk kitosan dengan berbagai variasi dan kegunaan. Kandungan kitin dalam udang 15-
20%, dalam kulit kepiting 18,7-32,2%, kecoa 10-30%, udang 42-57%, kepiting 50-67%,
fungi 10-25%, insekta0-8%, kerang 14-35%.
• Proses
Proses pembuatan kitin sebagai bioflokulan

Proses pembuatan kitosan dari kitin


Proses utamanya 1) deprotenasi, proses penghilangan protein dalam bahan baku dengan
menggunakan NaOH 1N selama 3 jam pada proses refluks pada suhu 90oC → kitin tanpa
ada protein dicuci/direndam dengan larutan HCl untuk menetralkan kitin selama 1 malam.
Campuran disaring dan dinetralkan Kembali hingga benar benar netral → padatan
doleringkan menggunakan freeze-dry. 2) deasetilasi, menambahkan NaOH 50% selama 6
jam pada suhu 80oC → disaring dan dinetralkan Kembali→ padatan dikeringkan
menggunakan freeze-dry.
#KAYU MENJADI BAHAN BAKAR
Kayu pohon merupakan bahan utama yang memiliki manfaat yang sangat banyak bagi
kebutuhan manusia. Pemanfaatan kayu pada zaman ini penggunaannya sudah sangat meluas
mulai dari pemanfaatan kayu pohon untuk pembuatan benang kain, kertas, pencil, dan lainilain.
Pada saat ini pemanfaataan kayu pohon diperluas Kembali yaitu memproduksi Alkohol dari
kayu pohon. Tahapan proses secara garis besar mulai dari kayu yang diubah menjadi selulosa
kemudian dari selulosa menjadi gula, lalu gula tersebut difermentasi sehingga menghasilkan
alkohol.
Proses produksi etanol dari batang kayu dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama
dilakukan proses delignifikasi, proses ini bertujuan untuk menghilangkan lignin jika lignin
tidak dihilangkan maka hasil α-selulosa akan menjadi coklat atau putih kecoklatan (krem).
Kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisis menggunakan HCl, proses hidrolisis HCI
bertujuan untuk menghasilkan glukosa (gula) dari selulosa pada kayu. Kemudian tahap terakhir
mengubah glukosa (gula) menjadi alkohol dengan cara fermentasi menggunakan enzim-
selulose. Reaksi yang terbentuk dari proses fermentasi yaitu:
C6H12O6 + Zymase → 2CH3-CH2-OH + 2CO2
Alur proses produksi Etanol Dari Batang Kayu mulai dari proses delignifikasi, hidrolisis
hingga fermentasi ditunjukan pada gambar 1. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses
produksi alkohol.
Bahan yang digunakan
1. Batang kayu
2. Air pencuci
3. Air proses
4. Na2SO3
5. HCl
6. Enzim (Saccharomyces cerevisiae)
Gambar 1 Proses Produksi Etanol
Proses Pre-treatment
Batang kayu dipotong kecing-kecing dan diayak kemudian direndam dengan rasio
perendaman 1:6 terhadap berat dari batang kayu, kemudian dipanaskan pada suhu 100oC
selama 1 jam. Kemudian dikeringkan dan dihaluskan hingga ukuran partikel sebesar 60 mesh
Proses Delignifikasi
Proses ini harus dilakukan sebelum melakukan hidrolisis agar hasil hidrolisis tidak
coklat karena adanya pengaruh dari lignin sehingga proses ini bertujuan untuk menghilangkan
lignin pada kayu. Setelah proses pre-treatment dilakukan, dimasukan larutan Na2SO3 20% ke
dalam serbuk kayu dengan perbandingan 1:8 selama 1 jam. Kemudian dikeringkan
Proses hidrolisis
Setelah kering kemudian dihidrolisis menggunakan HCl untuk menghasilkan gula
caranya. Hasil pengeringan dari proses lignifikasi ditambahkan HCl dengan konsentrasi 2,5%
dan dipanaskan selama 6 jam. Pisahkan HCl sisa sehinggamenghasilkan larutan gula.
Proses fermentasi
Larutan gula yang telah didapatkan kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi
dengan menambahkan enzim berupa saccharomyces cerevisiae. Proses ini dapat menggunakan
ammobilisasi sel pada alat reaktor kolom.

Seiring perkembangan pengetahuan proses pembuatan etanol menjadi singkat dengan


cara menghidrolisis batang kayu menggunakan asam berupa H2SO4. Hasil hidrolisis ini
kemudian fermentasi menggunakan enzim berupa saccharomyces cerevisiae. Berikut
merupakan alur proses pembuatan etanol menggunakan katalis H2SO4 tercantum pada gambar
2.

Gambar 2 Proses Produksi Etanol menggunakan H2SO4


#PIROLISIS
Pirolisis merupakan proses dekomposisi suatu zat organik atau biomassa bisa berasal dari
tanaman atau hewan. Proses pirolisis ini dilakukan pada suhu yang tinggi dan tidak ada oksigen
didalamnya, faktor yang menyebabkan hasil pirolisis banyak jika suhu yang digunakan sangat
tinggi dan waktu yang digunakan untuk proses pirolisis akan cepat ada beberapa pengaturan
suhu dalam proses pirolisis:
1. Slow/conventional pyrolysis
Pirolisis lambat dari biomassa dialkukan pada laju pemanasan kurang dari 1oC/s.
mekanisme reaksi yang terjadi dan produk yang dihasilkan sangat berbeda dengan fast
dan flash pyrolysis. Banyak produk yang dihasilkan dari proses slow pyrolysis namun
produk utama dari proses slow pyrolysis adalah char dan bio-oil.
2. Fast pyrolysis yang digunakan antara 500 hingga 105 oC/s. ukuran specimen yang
digunakan 2 mm agar panas lebih cepat merata dan waktu pemanasan yang digunakan
relative cepat yaitu 0,5-5 detik. Untuk mendapatkan produk cair yang maksimal, suhu
yang diperlukan kira-kira 500 oC, ukuran partikel biomassa (<2mm), kelembaban
(<10%) dan uap harus segera dipisahkan dari char untuk mencegah terjadinya reaksi
sekunder yang menyebabkan terbentuknya produk gas. Hasil dari proses fast pyrolysis
adalah 60-75% bio-oil, 15-25% char dan 10-20% non-condensable gas, tergantung dari
bahan baku gas yang digunakan
3. Flash pyrolysis
Karakteristik dari flash pyrolysis yaitu laju pemanasan yang sangat ceapt yaitu lebih
besar dari 105 oC/s. jika dibandingkan dengan slow pyrolysis, char dan gas yang
dihasilkan lebih sedikit, pada pyrolysis ini dihasilkan tar yang lebih banyak.
Selain dari pengaruh temperature yang digunakan, faktor yang mempengaruhi hasil
pirolisis adalah terdapat oksigen di dalam proses pirolisis, berikut merupakan beberapa hal
akan terjadi jika pada tahap proses pirolisis terdapat oksigen.
1. Terjadinya pembakaran parsial, oksigen yang terdapat pada proses pirolisis dapat
mengakibatkan pembakaran parsial bahan organik daripada pirolisisnya. Artinya
Sebagian besar bahan organik akan terbakar dan menghasilkan karbon dioksida dan air.
2. Suhu yang tinggi, kehadiran oksigen dapat meningkatkan suhu dalamsistem pirolisis,
proses pirolisis biasanya dilakukan pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan
pembakaran, namun jika ada oksigen suhu dapat naik menjadi lebih tinggi yang dapat
mengubah produk yang dihasilkan.
3. Hasil produk yang berbeda, Kehadiran oksigen dapat mengubah komposisi produk
akhir dari proses pirolisis. Sebagian besar produk pirolisis adalah gas, cairan, dan
padatan yang berasal dari bahan organik yang diuraikan. Oksigen dapat mengarah pada
pembentukan lebih banyak gas oksidasi seperti karbon dioksida (CO2) dan air (H2O)
daripada gas-gas pirolisis yang biasanya dihasilkan.
4. Pengurangan produk karbon, Jika oksigen hadir dalam jumlah yang cukup selama
pirolisis, dapat terjadi pengurangan produk karbon yang dihasilkan. Dalam kondisi
yang kurang oksigen, pirolisis akan menghasilkan produk karbon seperti arang. Tetapi
dengan oksigen yang cukup, lebih sedikit arang akan terbentuk, dan bahan organik akan
lebih cenderung terbakar menjadi gas-gas oksidasi.

A. Produk
Bio-oil adalah bahan bakar cair yang memiliki warna kehitaman, bio-oil berasal
biomassa nabati seperti kayu, kulit kayu, dan limbah industri biomassa lainya melalui proses
pirolisis. Bio-oil merupakan salah satu bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak bumi
yang mengalami penurunan produksi setiap tahunnya. Komponen organik bio-oil yang
dominan adalah turunan lignin, fenol, alkohol, asam organik dan senyawa karbonil seperti
keton, aldehida dan ester. Salah satu keuntungan bio-oil adalah ramah lingkungan karena dapat
mendaur ulang limbah, tidak menghasilkan emisi Sulfur Oksida (SOx) dan pada saat dibakar
emisi Nitrogen Oksid (NOx) yang dihasilkan hanya sekitar 15% karena kandungan nitrogen
dan sulfur yang sangat sedikit pada bio-oil.
B. Proses Pembuatan
Berikut merupakan tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam proses pembuatan bio-oil dari
limbah durian melalui proses pirolisis.
1. Tahap Merakit Alat Pirolisis
Hal yang pertama diawal dengan perancangan bentuk reaktor pirolisis, ruang dan
kondensor. Selanjutnya merakit/membuat alat pirolisisnya.
2. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan berasal dari biomassa, biomassa yang akan dilakukan proses
pirolisis harus dikeringkan terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air
dan agar biomassa dapat terbakar pada ruang tertutup. Setelah kering dimasukan biomassa
sebanyak 10 kg lalu tutup reaktor tersebut.
3. Proses Pembuatan Bio-oil
Proses pembuatan bio-oil, diawali dengan mengalirkan air kondensor dan setelah itu
dilakukan pemanasan dengan menggunakan kompor atau menggunakan biomassa lain
seperti sekam padi. Proses pirolisis dilakukan pada suhu 200-500 oC untuk mendapatkan
hasil produk berupa char dan bio-oil atau disebut juga dengan proses slow pyrolysis. Proses
dihentikan ketika asap cair sudah tidak menetes

Berikut merupakan tahapan proses pirolisis

merakit alat proses pengeringan proses pembuatan


pirolisis bahan baku bio-oil
#ESTER GLUKOSA
Bahan baku, produk, proses
Ester Glukosa merupakan glukosa yang ditambahkan ester, bahan ini biasanya digunakan
untuk surfaktan (sebagai bahan pengental), ester asam lemak-karbohidrat)

Reaksi pembentukan ester glukosa dengan enzim


C11H23-COOH + C8H12O6 ↔ C11H23-COOC6H12O5 + H2O
Asam laurat + glukosa ↔ ester glukosa + air

Reaksi pembentukan Ester glukosa dengan katalis BF3


RCOOH + NaOH + CH3OH → RCOOCH3
Asam Lemak + Soda kaustik + methanol → FAME
Proses mereaksikannya dengan cara mereaksikan terlebih dahulu NaOH dengan Methanol
setelah bereaksih baru dilanjutkan dengan mereaksikan dengan asam lemak dengan batuan
katalis BF3 sehingga akan terjadi proses esterifikasi, jika NaOH dan asam lemak terlebih
dahulu yang bereaksi maka yang terbentuk adalah sabun karena terjadinya reaksi
saponifikasi.

Anda mungkin juga menyukai