Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

REVERSE OSMOSIS

Laporan Praktikum ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktikum Pengolahan Limbah Cair

Dosen Pembimbing : Iwan Ridwan, S.T., M.T., Dr.Eng

Disusun oleh:

Shinta Ardhia Cahyani 201424025

Thofanda Muharam 201424026

Tiara Anjani Suhartono Putri 201424027

Kelompok 8 - 3 TKPB

PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2023
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penjernihan air bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi Reverse
Osmosis. Reverse osmosis dapat memisahkan komponen-komponen yang tidak
diinginkan seperti komponen organik, non organik, bakteri, virus, partikulat serta ion atau
garam terlarut. Sistem RO juga dikenal sebagai media filter yang memiliki pori paling
kecil dibandingkan filter lain 0.001 mikron. Secara spontan kesetimbangan larutan akan
terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut
rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi. Sistem reverse osmosis
(RO) komersial pada awalnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di
kapal laut yang sedang berlayar dalam jangka waktu lama. Sistem ini menggunakan
pompa bertekanan tinggi untuk mendorong air melewati membran dan memisahkannya
dari komponenkomponen yang tidak diinginkan.
Saat pertama kali diluncurkan, sistem RO menggunakan membran yang
cukup tebal serta diperlukan tempat yang luas untuk instalasi peralatannya. Namun
seiring perkembangan membran yang semakin pesat, terutama pada elemen dan sistem
konfigurasi yang digunakan, sistem RO kini telah dapat diaplikasikan pada skala rumah
tangga. Selain itu, penggunaan jenis membran yang sangat tipis dan instalasi peralatan
yang tidak lagi memerlukan tempat luas, turut mendukung sistem RO menjadi sistem
yang umum digunakan untuk proses pemurnian air skala rumah tangga. (Ariyanti, 2011)

1.2 Tujuan Praktikum


1. Memahami proses pemisahan kation, anion, virus, bakteri dalam air baku dengan
system reverse osmosis
2. Membuat kurva atau grafik hubungan antara kadar zat terlarut (Solute) di aliran
parmeat dan konsentrasi terhadap waktu atau volume parmeat.
3. Menghitung persen zat terlarut yang ditolak (% reject)
II. Landasan Teori
Reverse osmosis adalah kebalikan dari fenomena osmosis. Osmosis merupakan
fenomena pencapaian kesetimbangan dua larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi
zat terlarut, dimana kedua larutan ini berada pada suatu bejana dan di pisahkan oleh
lapisan semipermeable. Kesetimbangan terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan
yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut tinggi. Prinsip dasar reverse osmosis adalah memberi tekanan hidrostatik yang
melebihi tekanan osmosis larutan sehingga pelarut dalam hal ini air dapat berpindah dari
larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi ke larutan yang memiliki konsentrasi
zat terlarut rendah. Prinsip reverse osmosis ini dapat memisahkan air dari komponen-
komponen yang tidak diinginkan dan dengan demikian akan didapatkan air dengan
tingkat kemurnian yang tinggi.
Peristiwa perpindahan dalam reverse osmosis dapat didekati dengan teori
solution-diffusion, model membran berpori (prefential sorption capillary model), atau
fenomena termodinamik irreversible. Diantara tiga teori ini, yang banyak digunakan
untuk menjelaskan bagaimana proses reverse osmosis dapat memisahkan antara garam
dan air adalah teori solution-diffusion yang mengasumsikan bahwa baik zat terlarut
(garam) maupun pelarut (air) terlarut secara homogen pada permukaan membran dan
masing-masing akan berdifusi melewati membran. Kecepatan difusi garam dan air
melalui membran RO bergantung pada gradien potensial kimia yaitu perbedaan
konsentrasi dan tekanan antara dua sisi membran. Dengan demikian, perbedaan kelarutan
dan diffusivitas garam dan air di fasa membran sangat menentukan laju perpindahan
(fluks permeat) dan derajat pemisahan (selektivitas).

2.1 Membran Reverse osmosis


Membran semi permeabel pada aplikasi reverse osmosis terdiri dari lapisan tipis
polimer pada penyangga berpori (fabric support). Membran untuk kebutuhan komersial
harus memiliki sifat permeabilitas yang tinggi terhadap air. Selain itu, membran juga
harus memiliki derajat semi permeabilitas yang tinggi dalam arti laju transportasi air
melewati membran harus jauh lebih tinggi dibandingkan laju transportasi ion-ion yang
terlarut dalam umpan. Membran juga harus memiliki ketahanan (stabil) terhadap variasi
pH dan suhu. Kestabilan dari sifat sifat tersebut dalam periode waktu dan kondisi tertentu
dapat didefinisikan sebagai umur membran yang biasanya berkisar antara 3-5 tahun.
Terdapat dua jenis polimer yang dapat digunakan sebagai membran reverse osmosis:
selulosa asetat (CAB) dan komposit poliamida (CPA).
Tabel 1. Jenis Membran RO

Pada aplikasi reverse osmosis, konfigurasi modul membran yang digunakan yaitu spiral
wound. Konfigurasi yang lain yaitu hollow fiber, tubular dan plate and frame tidak terlalu
banyak digunakan pada aplikasi reverse osmosis, hanya diaplikasikan pada industri makanan
serta sistem khusus.

2.3 Faktor – factor yang Mempengaruhi Kinerja Reverse Osmosis


Terdapat beberapa hal yang memengaruhi kualitas air hasil filtrasi dengan metode RO yaitu :
1. Tekanan
Tekanan memengaruhi laju alir bahan pelarut yang melalui membran RO. Laju alir
meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan. Pengaturan tekanan bertujuan untuk
mengoptimalkan olahan sehingga tidak terjadi penurunan volume keluaran (fluks) yang
ditujukan untuk kepentingan komersil.
2. Temperature
Secara umum temperatur yang lebih tinggi akan menghasilkan nilai refluks yang lebih
tinggi pula karena pada temperatur tinggi tidak akan terjadi pengendapan garam tak
terlarut. Penggunaan membran pada temperatur yang tinggi akan meningkatkan nilai fluks
namun memperpendek umur membran.
3. Kecepatan Aliran (Cross Flow)
Semakin tinggi kecepatan alran maka akan mengurangi akumulasi partikel pada
permukaan membran sehingga filtrasi pada membran lebih efisien.
4. Konsentrasi
Aliran Konsentrasi yang tinggi menyebakan penurunan nilai fluks. Konsentrasi yang
tinggi juga dapat mengakibatkan membran cepat tersumbat. Dengan demikian, terdapat
spesifikasi tertentu terhadap konsentrasi zat terlarut pada aliran umpan.
5. Pengolahan awal (Pre-filter)
Pada proses ini dilakukan penurunan nilai TDS sehingga meminimalkan nilai fouling
(endapan) dan membuat membran bekerja secara optimum dengan kualitas permeat yang
lebih murni.

III. Metodologi Penelitian


3.1 Alat Praktikum
1. 1 set alat reverse osmosis
2. Stopwatch
3. Gelas kimia
4. Gelas ukur
5. Turbidimeter
6. Konduktometer

3.2 Bahan praktikum


1. Air baku
3.3 Prosedur Kerja
Mempelajari alat Reverse
Osmosis yang terdiri dari 5
tabung filter berisi medai filter

Memeriksa aliran influent,


parmeat, konsentrat

Membuka semua valve di


aliran influen dan menyalakan
mesin reserve osmosis

mencatat tekanan operasi


pada skala antara 1-3 bar

mengukur laju alir aliran


umpan

menampung aliran parmeat


dan konsentrat setiap waktu
15 menit

mengukur DHL dan TDS aliran


umpan setiap 15 menit

IV. Data Pengamatan


Feed
DHL : 357,5 (µs/cm)
TDS : 173,5 (PPM)
Tabel 2. Data Pengamatan di Aliran Permeat
Permeat
Tekanan
Waktu Laju alir (Q)
operasi (psi) TDS (PPM) DHL (µs/cm)
(mL/s)
0 50 21,67 8,72 14,76
15 50 25,00 9,628 15,92
30 50 20,00 12,76 25,8
45 50 20,00 8,525 17
60 50 20,00 11,21 20,67
75 50 25,00 8,139 16,4
90 50 20,00 13,75 26,38
105 50 21,67 14,913 24,01
120 50 18,33 12,85 26,51

Tabel 3. Data pengamatan di Aliran Konsentrat


Konsentrat
Tekanan
Waktu Laju alir (Q)
operasi (psi) TDS (PPM) DHL (µs/cm)
(mL/s)
0 50 33,33 294,9 599,6
15 50 32,00 307,5 625,7
30 50 30,00 294,4 601,3
45 50 31,00 290,7 592,3
60 50 29,67 298,9 610,4
75 50 28,33 296,6 604,6
90 50 30,00 294,7 599,9
105 50 25,00 291,2 593,9
120 50 26,67 287,4 585,1

V. Pengolahan Data
 Mencari Q feed
Q feed=Q permeat +Q konsentrat
 Mencari Volume

Volume ( menit
ml
) tiap 15 menit =Laju alir mLs x 1560menit
s

 Menghitung persen Reject (%Reject)


konsentrasiawal−konsentrasiakhir
%Reject = x 100 %
konsentrasiawal
 Menghitung persen Recovery (%Recovery)
Q permeat
%Recovery= x 100 %
Q feed

Tabel 4. Pengolahan data %reject TDS DHL dan % recovery


Feed
Tekanan operasi
Waktu Laju alir (Q) Volume
(psi)
(mL/s) (mL/menit)
0 50 55,00 220,00
15 50 57,00 228,00
30 50 50,00 200,00
45 50 51,00 204,00
60 50 49,67 198,67
75 50 53,33 213,33
90 50 50,00 200,00
105 50 46,67 186,67
120 50 45,00 180,00

Tabel 4. Lanjutan Pengolahan data % reject TDS, DHL dan % recovery


Waktu Tekanan %Reject DHL %Reject TDS %Recovery
Operasi (psi)
0 50 95,87 94,97 39,39
15 50 95,55 94,45 43,86
30 50 92,78 92,65 40,00
45 50 95,24 95,09 39,22
60 50 94,22 93,54 40,27
75 50 95,41 95,31 46,88
90 50 92,62 92,07 40,00
105 50 93,28 91,40 46,43
120 50 92,58 92,59 40,74

120.00

100.00

80.00

60.00
%reject (TDS)
%

%recovery
40.00 %reject (DHL)

20.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu

Gambar 5 1 Kurva perbandingan waktu terhadap persen recovery dan persen reject (%)

VI. Pembahasan
Reverse Osmosis merupakan salah satu metode proses pengolahan air dengan
menghilangkan partikel-partikel yang tidak diinginkan seperti ion ion dan zat terlarut
melalui pori filter/ membrane semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi tinggi ke
larutan berkonsentrasi rendah dengan adanya pemberian teknan hidrostatik yang melebihi
tekanan osmosis larutan. Dalam praktikum kali ini, umpan yang digunakan merupakan
air penampungan dari jurusan Teknik Kimia yang biasaya diguanakn untuk kebutuhan
domestic. Hasil dari proses reverse osmosis adalah air demin yang digunakan untuk
kebutuhan praktikum.
1) Pengaruh waktu dan laju alir terhadap TDS di aliran permeat
Air umpan yang digunakan dalam praktikum memiliki jumlah zat padat terlarut
(TDS) sebesar 173,5 ppm sebelum dilakukan proses reverse osmosis. Setelah
melewati proses RO nilai TDS nya mengalami perubahan dan diperoleh data TDS
yang disajikan pada Tabel 2. Menurut Suryani, Faizah. Dkk (2022) menyatakan
bahwa semakin lama waktu operasi, maka nilai TDS pada air akan semakin rendah.
Penurunan nilai TDS ini disebabkan oleh adanya kontak yang semakin lama antara air
dan membrane menjadi semakin baik sehingga proses penyerapan zat padatan terlarut
akan menjadi semakin banyak.
Dalam Tabel 2 nilai TDS terkecil terjadi pada waktu 75 menit dengan nilai TDS
sebesar 8,139 ppm. Sedangkan nilai TDS terbesar terjadi pada waktu 105 menit
dengan nilai TDS sebesar 14,913 ppm. Nilai TDS tersebut tidak sesuai dengan teori
sebelumnya, dimana seharusnya semakin lama waktu operasi maka nilai TDSnya
akan semakin kecil. Namun, dalam praktikum kali ini nilai laju alir nya tidak stabil
sehingga dapat mempengaruhi hasil dari TDS. Pada tabel 2. terlihat bahwa pada
waktu 75 menit memiliki laju alir sebesar 25 mL/s dan pada waktu 105 menit
memiliki laju alir sebesar 21,67 mL/s. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,
dalam penelitian yang dilakukan oleh Kucera (2015) dalam Chairunisaa, dkk., (2021)
dimana nilai TDS akan berbanding terbalik dengan nilai laju alir yang melewati
membrane. Hal ini diakibatkan oleh prinsip kerja dari pada membran apabila aliran
yang melewati membran semakin besar maka nilai fluks akan menjadi semakin besar,
dengan meningkatnya nilai fluks maka nilai dari TDS akan semakin kecil.

2) Pengaruh waktu terhadap DHL di aliran permeat


Daya Hantar Listrik atau konduktivitas merupakan kemampuan larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Nilai konduktivitas akan naik seiring dengan kenaikan
jumlah garam-garam terlarut yang dapat terionisasi. Nilai DHL akan semakin kecil
ketika waktu operasi yang digunakan semakin lama pula, hal ini terjadi karena adanya
kontak yang lebih lama antar membrane dengan air sehingga prosesnya penyerapan
zat terlarut lebih efektif. Namun, data yang didapatkan justru fluktuatif. Hal ini bisa
saja terjadi karena dalam prosesnya tekanan operasi tidak stabil.

3) Pengaruh waktu dan debit aliran terhadap persen reject TDS


Dilihat dari kurva 5.1 dan Tabel 4 nilai persen reject TDS terbesar didapat pada
waktu 75 menit dengan nilai 95,31% sedangkan untuk nilai persen reject terkecil
didapat pada waktu 105 menit dengan nilai persen reject 91,40%. Hal ini tidak sesuai
dengan teori dimana seharusnya semakin lama waktu operasi, maka nilai persen reject
TDS akan semakin besar.
Menurut hasil penelitian sebelumnya oleh Etikasari Yusuf, Tuhu Agung Rachmanto dan
Rudi Laksmono (2011) dalam chairunissa, dkk, (2021) diperoleh bahwa semakin besar
nilai laju alir yang melewati membrane maka semakin tinggi nilai fluks, sehingga
semakin banyak volume air yang melewati membrane maka semakin banyak partikel
terlarut yang dapat disisihkan. Mengakibatkan persen penyisihan akan semakin tinggi
karena semakin banyak zat atau konsentrasi yang disisihkan oleh membrane. Hal ini
sesuai dengan data yang disajikan dalam Tabel 4 dimana pada nilai persen reject
terbesar yaitu 95,31% didapat pada saat laju alirnya 25 mL/s. Sedangkan untuk persen
reject terkeceil yaitu 91,40% didapat saat laju alirnya 21,67 mL/s.

4) Pengaruh waktu terhadap persen DHL di aliran permeat


Nilai persen DHL akan semakin besar ketika waktu operasi yang digunakan semakin
lama pula, hal ini terjadi karena adanya kontak yang lebih lama antar membrane
dengan air sehingga prosesnya penyerapan zat terlarut lebih efektif. Namun, data
yang didapatkan justru fluktuatif. Hal ini bisa saja terjadi karena dalam prosesnya
tekanan operasi tidak stabil.

5) Perbandingan hasil data dengan SNI


Air demin merupakan air yang diperoleh dari proses pemurnian sehingga bebas dari
kandungan mineral. Air dapat dikatakan bebas mineral apabila memiliki syarat-syarat
tertentu, misalnya batas konduktivitasnya tidak boleh melebihi 5µS/cm (Lestari dan Utomo,
2007). Menurut Badan Standardisasi Nasional tentang standar mutu air demin yang
berlaku di Indonesia diatur dalam SNI 6241 : 2015 sebagai berikut
Tabel 5. Standar Mutu Air Demin
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2015)
Berdasarkan standar tersebut, hasil air demin yang diperoleh dari praktikum belum
memenuhi syarat SNI karena terdapat beberapa hasil yang memiliki nilai total zat
terlarut (TDS) yang lebih dari 10 mg/L dan nilai konduktivitas yang lebih dari
5µS/cm.

6) Nilai persen recovery yang didapat dari proses reverse osmosis


Nilai persen recovery merupakan salah satu factor penentu terhadap efektif atau
tidaknya proses Reverse Osmosis. Semakin besar nilai persen recovery menyatakan
bahwa semakin banyak air demineralisasi yang dihasilkan. Dalam Tabel 4 didaptkan
rata rata persen recovery sebesar 41,86%. Hasil tersebut belum mencapai 50% dan
dapat dikatakan kurang baik. Nilai persen recovery ini bisa menjadi kecil karena flok
atau zat terlarut yang ada di air umpan terlalu banyak sehingga air yang dihasilkan
menjadi sedikit.

VII. Kesimpulan
 %Reject menunjukan hasil yang sangat baik yaitu 91-95% artinya zat terlarut
dalam air terfiltrasi secara nanofitrat sehingga membuat air menjadi lebih jernih
karena zat-zat terlarut yang berukuran mikro akan tersaring oleh proses RO
 Tekanan yang digunakan cukup tinggi sehingga dapat membuat air lebih jernih
hingga 91-95% untuk tingkat kejernihannya dan akan lebih jernih jika tekanan
lebih ditingkatkan
 Proses filtrasi stabil antara konsentrasi terhadap waktu yang memiliki rata-rata zat
yang terfiltrat sebanyak 93%
 Cairan yang terecovery cukup tinggi sebanyak 40-50%

VIII. Daftar Pustaka


Ariyanti, Widiasa. 2011. APLIKASI TEKNOLOGI REVERSE OSMOSIS UNTUK
PEMURNIAN AIR SKALA RUMAH TANGGA. Jurusan Teknik Kimia: Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Badan Standardisasi Nasional. (2015). Air Demineral. Diadaptasi dari http://www.bsn.go.id
Chairunnisa, A. A., Prasetyo, D., Mulyadi, E. (2021). Pembuatan Air Demineral Menggunakan
Membran Reverse Osmosis (RO) dengan Pengaruh Debit dan Tekanan. Jurnal Teknik
Kimia, 15, 2, 66-72.

Fairus, et. al., 2015. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Kimia Universitas Bakrie
dengan Metoda Reverse Osmosis. Laporan Akhir Penelitian Universitas Bakrie.
Ghazali Mukhtar. 2022. Petunjuk Praktikum Modul Pengolahan Air dan Limbah: Reverse
Osmosis. Jurusan Teknik Kimia: Politeknik Negeri Bandung
Lestari, D. E. dan Utomo, S. B. (2007). Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem Air
Bebas Mineral (GCA) RSG-GAS. Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir
Yogyakarta, 21-22 November 2007, ISSN 1978-0176
Suryani, F, Madagaskar, Moulita, N. R. A. (2022) Analisis Pengaruh Waktu dan Tekanan
Terhadap Demineralisasi Air Buangan AC dengan Metode Reverse Osmosis. 7, 1.

Anda mungkin juga menyukai