Anda di halaman 1dari 19

BAB I.

BESARAN DAN VEKTOR

1.1 Besaran

Besaran Pokok

Merupakan besaran yang menjadi dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan
besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok sifatnya bebas, artinya tidak bergantung pada
besaran pokok yang lain. Berikut, disajikan besaran pokok yang telah disepakati oleh para
ilmuwan.

Tabel 1.1. Besaran Pokok

Besaran Turunan

Merupakan turunan dari besaran pokok. Satuan besaran turunan disebut satuan turunan dan
diperoleh dengan menggabungkan beberapa satuan besaran pokok. Besaran turunan adalah
besaran yang didefinisikan atas dasar besaran pokok. Definisi ini sekaligus menjawab

1
pertanyaan mengapa besaran ini disebut besaran turunan, dinamakan besaran turunan karena
besaran ini berasal atau diturunkan dari besaran pokok.

Tabel 1.2. Besaran Turunan

1.2 Dimensi

Cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya dinamakan dimensi. Pada sistem
Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua
besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisannya dinyatakan dengan lambang
huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 3.

2
Tabel 1.4 Contoh lain besaran turunan dan dimensinya

3
Analisis Dimensional

Suatu cara untuk menentukan satuan dari suatu besaran turunan, dengan cara memerhatikan
dimensi besaran tersebut. Dimensi menunjukkan Kesetaraan Beberapa Besaran, selain
digunakan untuk mencari satuan, dimensi juga dapat digunakan untuk menunjukkan kesetaraan
beberapa besaran yang terlihat berbeda.

Contoh Analisa dimensi

1.2 Pengukuran

Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi alat,
ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut
diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.

4
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan
waktu.

1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan ukuran
benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedangkan untuk
mengukur lebar jalan raya lebih mudah menggunakan meteran kelos.

Pengukuran Panjang dengan Mistar


Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk lurus,
berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan penggaris
berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan
meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau
0,1 cm.

Gambar 1. Alat Ukur Panjang


Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar. Hal ini
untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut kemiringan
dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.

Gambar 2. Mistar
b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan
ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur
diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong
yaitu:

5
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm

2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.

Gambar 3.Jangka Sorong


c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti
mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.

Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan silinder
bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil untuk skala
putar sebesar 0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.

Gambar 4.Mikrometer Sekrup

2. Pengukuran Massa Benda


Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah keseimbangan
kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur dengan anak timbangan

6
yang digunakan. Dalam dunia pendidikan sering digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau
dua lengan. Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut ini.

Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut:

• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.

• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.

• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

Gambar 5. Neraca
3. Pengukuran Besaran Waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding, jam atom, jam
matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki
ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.

Gambar 6. Alat Ukur Waktu

4. Pengukuran SUHU
1. Pengertian Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran suhu. Jadi,
suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.

7
2. Termometer sebagai Alat Ukur Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi
pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa
kapiler termometer adalah sebagai berikut:

1. Raksa tidak membasahi dinding


2. Raksa penghantar panas yang baik
3. Kalor jenis raksa rendah, sehingga perubahan panas yang kecil akan dapat mengubah
suhunya
4. Jangkauan ukur raksa lebar, titik beku -39 ºC dan titik didihnya 357ºC.

Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol. Alkohol
memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian, termometer alkohol
tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab titik didihnya hanya
78ºC.

Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah.
Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di antara kedua titik tetap
tersebut dibuat skala suhu.

Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas suhu,
pada waktu air mendidih. Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.

a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang
dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik
tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak,
yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol.

8
Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan
angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100
skala.

Gambar 7. Titik Tetap Termometer


Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan termometer
Fahrenheit adalah

C : R : F = 100 : 80 : 180

C:R:F=5:4:9

Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F
dapat ditulis sebagai berikut:

tº C =5/4 tºR

tº C =5/9 (tºF – 32)

tº C =4/9 (tºF – 32)

Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah

t K = t ºC + 273 K

Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita buat dapat
dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik tetap kedua
termometer berada dalam keadaan yang sama.

Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X dengan titik tetap
bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap bawah Yb dan titik tetap
atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua termometer di atas adalah suhu saat es
melebur dan suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.

9
Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval kedua titik tetap masing-masing
termometer, diperoleh hubungan sebagai berikut.

(Tx -Xb)/(Xa- Xb)=(Ty- Yb)/( Ya- Yb)


Keterangan:

Xa = titik tetap atas termometer X


Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y

1.3 Vektor
Dalam Fisika, kita mengenal dua jenis besaran, yaitu besaran skalar dan vektor. Bedanya,
besaran skalar hanya memiliki nilai saja, sedangkan besaran vektor memiliki nilai dan juga
arah. Contoh besaran vektor, antara lain perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, medan
listrik, medan magnet, dan masih banyak lagi.

Contoh :terdapat sebuah vektor , sebagai berikut.

Gambar 8. Contoh vektor


Untuk menentukan nilai vektor , kita bisa lihat pergeseran arahnya. Pertama, untuk mencari

nilai komponen x, kita lihat apakah vektor bergeser ke arah kiri atau kanan. Ternyata,

vektor bergeser sejauh 4 satuan ke kanan, berarti nilai komponen x = 4. Lalu, untuk mencari

nilai komponen y, kita lihat pergeseran vektor ke atas atau ke bawah. Kalau kamu lihat,

vektor bergeser ke atas sejauh 4 satuan, sehingga nilai komponen y = 4. Jadi, diperoleh nilai

vektor , yaitu:

10
Contoh :

Diketahui vektor dan . Tentukan | | dan | | !

Pembahasan:

a. | |= satuan panjang.

b. | |= satuan panjang.

Vektor dalam ruang atau vektor tiga dimensi merupakan vektor yang memiliki tiga buah
sumbu, yaitu x, y, dan z. Ketiga sumbu tersebut saling tegak lurus dan berpotongan di satu
titik yang akan menjadi titik pangkal vektor tersebut. Penulisan vektor tiga dimensi dalam
bentuk matriks sebenarnya tidak jauh berbeda dengan vektor dua dimensi. Hanya saja, pada
vektor tiga dimensi, terdapat tambahan satu komponen, yaitu komponen z.

Misalnya pada gambar di atas, vektor 𝑝̅ terdiri dari tiga titik koordinat, yaitu x = 3, y = 4, dan
z = 1, sehingga:

Operasi Vektor
1. Vektor dapat dijumlahkan
2. Vektor dapat dikalikan
Penjumlahan Vektor
Pada dasarnya, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan operasi
vektor penjumlahan, yakni metode segitiga untuk penjumlahan dua vektor; metode
Jajargenjang untuk penjumlahan dua vektor; serta metode Poligon untuk penjumlahan dua
vektor atau lebih.

11
1. Metode Segitiga
Metode segitiga merupakan metode penjumlahan vektor dengan menempatkan pangkal
vektor kedua pada ujung vektor pertama. Hasil penjumlahan vektornya yaitu vektor yang
memiliki pangkal di titik pangkal vektor pertama dan ujung di ujung vektor kedua.

Gambar 9. Penjumlahan vector dengan cara segitiga


2. Metode Jajargenjang
Metode jajargenjang merupakan metode penjumlahan dua vektor yang ditempatkan pada
titik pangkal yang sama, sehingga hasil kedua vektornya merupakan diagonal jajargenjang.
Misalkan, terdapat dua vektor A dan B, maka penjumlahan kedua vektor tersebut dengan
metode jajargenjang adalah sebagai berikut:

𝑅̅

Gambar 10. Penjumlahan vector dengan jajaran genjang

Besarnya R ( resultan) dari dua buah vektor yang dijumlah dengan cara jajaran genjang
adalah:|𝑅̅ | = √𝐴2 + 𝐵 2 + 2 𝐴𝐵 cos 𝛼…………………………………………(1)
𝛼 merupakan sudut antara vector A dan vector B

12
3. Metode Poligon
Metode poligon merupakan metode penjumlahan dua vektor atau lebih. Metode ini
dilakukan dengan cara menempatkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama,
kemudian menempatkan pangkal vektor ketiga di ujung vektor kedua dan seterusnya.
Resultan dari penjumlahan vektor-vektor tersebut adalah vektor yang berpangkal di
pangkal vektor pertama dan berujung di ujung vektor akhir.
Misalkan terdapat tiga vektor, A, B dan C, maka penjumlahan ketiga vektor tersebut dengan
metode poligon adalah sebagai berikut:

Gambar 11. Penjumlahan vektor dengan cara polygon

4. Penjumlahan Vektor dengan Metode Analitik


Metode ini dilakukan menggunakan acuan berupa sistem koordinat kartesius dengan titik pangkal
di koordinat (0, 0).
Cara Melakukan Metode Analisis dalam Penjumlahan Vektor
Metode analisis dalam penjumlahan atau pengurangan vektor dapat kita lakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. Membuat koordinat yang saling tegak lurus dalam hal ini, sumbu x dan sumbu y berada
pada titik tangkap vektor-vektor tersebut.
b. Menguraikan tiap-tiap vektor menjadi komponen-komponen untuk masing-masing sumbu
x dan sumbu y.
c. Menjumlahkan semua komponen pada sumbu x menjadi Rx dan semua komponen pada
sumbu y menjadi Ry.
d. Vektor resultan yang merupakan hasil penjumlahan tersebut diperoleh dengan
menjumlahkan komponen dari vektor Rx dan Ry.

13
Gambar 12. Penjumlahan Vektor dengan cara analitis

Dari gambar 12 di atas diperoleh bahwa jumlah komponen pada sumbu x (Rx) dan pada sumbu y
(Ry) adalah sebagai berikut.
Rx = Ax + Bx + Cx = A cos α1 + B cos α2 + C cos α3
Ry = Ay + By + Cy = A sin α1 + B sin α2 + C sin α3
Nilai vektor resultannya diperoleh dengan menggunakan rumus:

𝑅 = √𝑅𝑋 2 + 𝑅𝑌 2 ………………………………………………………………………(2)

Arah vektor resultan R terhadap sumbu x positif dapat dihitung dengan persamaan:
𝑅𝑌
𝑡𝑎𝑛 𝛼 = …………………………………………………………………………..(3)
𝑅𝑋

Contoh soal :
Diketahui dua buah vektor gaya F1 = 20 N
dan F2 = 16 N dengan arah seperti
ditunjukkan seperti pada gambar . Tentukan
besar vektor resultan dari kedua vektor
tersebut dan sudut antara vektor resultan
dengan sumbu x.

Jawab:
Jumlah komponen-komponen gaya ke arah sumbu x:
Rx = F1 cos 30o - F2 cos 60o = 20 x 0,87 - 16 x 0,50 = 17,4 - 8,0 = 9,4 N

14
Jumlah komponen-komponen gaya ke arah sumbu y:
Ry = F1 sin 30o + F2 sin 60o = 20 x 0,5 + 16 x 0,87 = 10,0 + 13,92 = 23,92 N
Nilai vektor resultannya adalah
R = √(Rx2 + Ry2)
R = √((9,4)2 + (23,92)2)
R = √(88,36 + 572,17)
R = √(660,53)
R = 25,7 N
Arah vektor resultan R terhadap sumbu x positif dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
tan α = Ry / Rx
tan α = 23,92/9,4 = 2,54
Jadi sudut antara vektor resultan dengan sumbu x adalah 68,5o

5. Perkalian Vektor
Besaran vektor bisa dikalikan dengan besaran vektor maupun besaran skalar. Ada 3
macam perkalian vektor. Berikut ulasan lengkapnya.
a. Perkalian Skalar dengan Vektor
b. Perkalian Titik (Dot Product)
c. Perkalian Silang (Cross Product)

a.Perkalian Skalar dengan Vektor.


Skalar bisa dikalikan dengan sebuah vektor. Misal sobat punya nih vektor B yang
merupakan hasil perkalian dari skalar k dengan vektor A maka B = kA
k adalah bilangan (skalar). Jadi vektor B adalah vektor yang besarnya 4 kali vektor A dan
arahnya searah dengan vektor A.
Perkalian skalar dengan vektor punya sifat distributif
k (A+B) = k A + kB
untuk bentuk vektor komponen 2 dimensi atau tiga dimensi.
r = xi + yj
kr = kx i + ky j

15
b. Perkalian Titik (Dot Product)
Perkalian titik antara dua vektor A.B didefinisikan sebagai suatu skalar yang sama dengan
hasil kali dari besar kedua vektor dengan cosinus sudut apitnya.

Gambar 13. Dua buah vector membentuk sudut


Pada Gambar 13. vektor A dan B membentuk sudut sebesar θ
Hasil Perkalian titik dua buah vektor A dan B , hasilnya adalah skalar, maka
̅ 𝐵̅ = AB sin 𝜃 dan 𝐵̅.𝐴̅ = BA sin 𝜃……………………………………………………(4)
𝐴.
̅ 𝐵̅ = 𝐵̅.𝐴̅
maka berlaku hubungan 𝐴.
Dari Gambar 13, jika diuraikan, maka hasilnya seperti gambar 14

Gambar 14. Penjelasan vektor A.B

Simbol dari perkalian titik adalah (.) yang sering disebut perkalian titik (dot product). Karenan
perkalian titik ini menghasilkan skalar maka sering disebut juga dengan scalar product.
Perkalian Titik mempunyai sifat distributif sehingga
A.(B+C) = A.B + A.C
Pada perkalian titik juga berlaku sifat komutatif A.B = B.A

16
Berikut beberapa hal yang penting dalam perkalian titik
• Pada perkalian titik dua vektor berlaku sifat distributif
• Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus (sudut apit = 90º) maka
A.B = 0
• Jika kedua vektor searah A dan B (sudut apit t = 0º) maka
A.B = AB
• Jika kedua vektor A dan B berlawan arah (sudut apit teta = 180º) maka
A.B = -AB

Perkalian Titik Menggunakan Vektor Satuan

Untuk melakukan perkalian titik dari vektor satuan terlebih dahulu kita nyatakan vektor A
dan B dalam komponen-komponennya. vektor A dan B kita uraikan dulu
Vektor A, memenuhi 𝐴̅ = Ax î + Ay ĵ + Az k̂
Vektor B memenuhi 𝐵̅ = Bx î + By ĵ + Bz k̂
komponen 𝑖,̂ 𝒋̂ , k̂ adalah vektor satuan komponen yang saling tegak lurus dengan membentuk
sudut 90º maka perkalian titiknya
i x i = j x j = k x k = (1) . (1) cos 0º = 1 (berhimpit)
i x j = i x k = j x k = (1).(1) cos 90º = 0 (tegak lurus)

c.Perkalian Silang (Cross Product)


Perkalian silanga A x B pada vektor didefinisikan sebagai suatu vektor yang arahnya tegak
lurus pada bidang dimana vektor A dan B berada dan mengikuti aturan tangan kanan, sementara
besarnya vketor tersebut sama dengan hasil kali dari besar kedua vektor dengan sinus sudut
apit antara kedua vektor tersebut. Secara matematis dirumuskan:
A x B = A sin θ……………………………………………………………………………(5)
Berikut adalah hal-hal penting dalam perkalian silang dua buah vektor
• Nilia 0º Pada perkalian titik dua vektor berlaku sifat distributif sebagaimana
dijelaskan di atas.
• Perkalian silang bersifat anti komutatif
A x B = -B x A
• Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus yaitu sudut apit teta = 90º maka
|A x B| = AB
• Jika kedua vektoe A dan B segaris (teta = 0º) dapat searah atau verlawanan maka
AxB=0

17
Untuk lebih memahami perkalian vektor dan juga penentuan arah menggunakan kaidah tangan
kanan yaitu perkalian silang dua vektor A dan vektor B kita tuliskan sebagai A x B , perkalian
silang ini hasilnya adalah berupa vektor C. Karena berupa vektor maka ia punya besar dan juga
arah.

Besar Vektor Hasil Perkalian Silang


Sesuai rumus di atas, kita dapat menyimpulkan besarnya hasil perkalian silang vektor A dan B
(A x B) adalah hasil kali vektor A dengan komponen vektor B yang tegak lurus dan sebidang
dengan vektor A. Perhatikan Gambar 15

Gambar 15. Penjelasan vektor A dan vektor B

Gambar 16 merupakan hasil perkalian silang A x B adalah vektor C. Arah vektor C tegak lurus
dengan bidang vektor A dan B. Untuk menentukan arahnya kita bisa menggunakan kaidah
tangan kanan. Kita menggunakan tangan dengan empat jari digenggamkan dan ibu jari yang
diacungkan. Kita genggamkan jari searah dengan arah dari A ke B (karena perkalian silang A
x B) sehingga arahnya akan berlawanan dengan arah jarum jam. Kita tegakkan ibu jari dan arah
yang ditunjukkan oleh ibu jari tersebut adalah arah vektor C. Ibu jari menunjuk ke atas. B x A
maka arah genggaman jari (selain ibu jari) sesuai arah B ke A. Arahnya adalah searah dengan
arah jarum jam. Maka ibu jari menunjuk kebawah

Gambar 16.Perkalian silang vektor A dan vektor B

18
Perkalian Silang dengan Vektor Satuan

Kita dapat menghitung perkalian silang jika kita mengetahui komponen vektor yang
diketahui. Cara dan urutannya mirip pada perkalian titik.
Pertama
Kita lakukan perkalian silang vektor satuan i, j, dan k. (ingar perkalian silang A x B = AB sin
θ). Karena ketiga vektor satuan saling tegak lurus maka
i x i = ii sin 0º = 0
j x j = jj sin 0º = 0
k x k = kk sin 0º = 0
maka i x i = j x j = k x k = 0
untuk perkalian silang vektor satuan yang berbeda menggunakan atura siklus berikut

Aturannya
jika perkalian menurut urutan i -> j -> k maka hasilnya positif (sesuai siklus)
jika perkalian berkebalikan k-> j -> i maka hasilnya adalah negatif (berlawanan siklus)
Hasil perkalian vektor A dan B dalam komponen-komponennya, jika menggunakan
perkalian dari vektor-vektor satuannya adalah
A × B = (Ax î + Ay ĵ + Az k̂) × (Bx î + By ĵ + Bz k̂

A × B = Ax î×Bx î +Ax î ×By ĵ +Ax î ×Bz k̂+Ay ĵ ×Bx î +Ay ĵ ×By ĵ +Ay ĵ
×Bz k̂+Az k̂ ×Bx î +Az k̂×By ĵ +Az k̂×Bz k̂
= AxBy k̂−AxBz ĵ −AyBx k̂+AyBz î+AzBx ĵ−AzBy î
= (AyBz − AzBy) î + (AzBx − AxBz) ĵ + (AxBy − AyBx) k̂

19

Anda mungkin juga menyukai