PERTEMUAN KE 1
(Besaran Fisika, satuan, alat ukur dan bagian-bagian alat ukur besaran Fisika)
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai pengukuran panjang, menimbang massa benda, menghitung lama
waktu perjalanan. Sperti gambar di atas, mengukur panjang diameter suatu benda menggunakan jangka sorong.
Mungkin dalam kehidupan sehari-hari jika mengukur panjang suatu benda menggunakan meteran atau mistar.
Tingkat ketelitian dari mistar masih 0,1mm, lebih teliti menggunakan jangka sorong. Ketepatan alat ukur yang
digunakan juga harus sesuai dengan benda yang akan diukur. Mengukur jari-jari suatu benda sangat susah
menggunakan mistar, tingkat ketelitian pada pengukuran di atas juga sangat diperlukan. Pada lingkungan
pendidikan, hasil dari pengukuran juga harus lengkap, misalnya ketidakpastian dalam pengukuran harus
dicantumkan. Untuk lebih memahami tetang pengukuran kalian dapat cermati penjelasan berikut !
a. Mistar/penggaris
Mistar atau penggaris merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur panjang suatu
benda, biasanya terbuat dari plastik, kayu atau logam. Pada mistar terdapat jarak antara
dua goresan yang berdekatan merupakan skala terkecilnya. Pada umumnya mistar
mempunyai skala terkecil yaitu 1 mm, tetapi ada juga mistar yang mempunyai skala
terkecil 1 cm. Gambar 1.1 menunjukkan contoh jenis mistar yang sering diguakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam penggunaan mistar, masih ada juga yang belum mengetahui bagaimana cara
membaca mistar dengan benar. Meskipun dianggap sepele, selisih sekecil apapun dapat
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Berikut adalah cara membaca mistar.
1.3
Pada dasarnya anda telah mengetahui cara mengukur panjang suatu benda dengan
menggunakan mistar. Perhatikan hasil pengukuran panjang berikut!
benda
b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat untuk mengukur panjang yang lebih teliti dan presisi
daripada mistar. Pada dasarnya jangka sorong terdiri dari dua jenis, yaitu jangka sorong
analog dan jangka sorong digital. Selain untuk mengukur panjang, jangka sorong dapat
digunakan untuk mengukur diameter suatu benda beraturan dan kedalaman suatu benda.
Jangka sorong terdiri dari dua bagian, yaitu rahang tetap dan geser (sorong). Skala panjang
yang terdapat pada rahang tetap adalah skala utama, sedangkan skala pendek pada rahang
geser adalah skala nonius. Sebelum melakukan pengukuran, perhatikan terlebih dahulu
gambar 1.5 tentang bagian-bagian jangka sorong analog.
1) Jepit benda yang akan kamu ukur dengan kedua rahang jangka sorong.
Lihat garis angka nol pada skala nonius; menunjukkan angka berapakah garis itu
pada skala utama? pada gambar, garis angka nol pada skala nonius bertepatan
dengan garis keempat setelah angka 2. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 2,4 cm
2) Lihat garis berikutnya pada skala nonius yang berimpit tegak dengan salah satu
garis pada skala utama. Pada gambar, garis berikutnya yang benar-benar berimpit
dengan skala utama adalah garis 0,07 cm(14 skala nonius)
3) Jadi diameter benda pada gambar adalah 2,4 cm + 0,07 cm = 2,47 cm.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang yang lebih teliti daripada mistar dan
jangka sorong. Hal ini dikarenakan mikrometer sekrup mempunyai skala terkecil 0,01
mm. Alat ini banyak digunakan dalam bidang teknik untuk mengukur diameter, tebal
suatu plat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Berikut ini bagia-bagian dari mikrometer
sekrup beserta cara membaca hasil pengukuran dari mikrometer sekrup.
2. Mengukur Massa
Untuk mengukur massa dari suatu benda, kita dapat menggunakan timbangan atau neraca.
Neraaca yang biasa digunakan untuk mengukur massa untuk pembelajaran diantaranya
seperti neraca pegas, dan neraca digital. Ada beberpa jenis neraca atau timbangan
ditunjukkan pada gambar dibawah!
3. Mengukur waktu
Ada berbagai jenis alat ukur waktu yang sering kita gunakan, misalnya jam analog,
jam digital, jam dinding,stopwath, jam matahari, jam pasir. Dari alat-alat tersebut,
stopwatch yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu 0,1 s.
C. Notasi Ilmiah
Dalam pembelajaran fisika sering dijumpai bilangan berpangkat, seperti 2x10 12.
Penulisan tersebut merupakan cara sederhana untuk bilangan 2000000000000, maka dari
itu penulisan dalam notasi ilmiah sudah baku. Penulisan bilangan desimal yang sangat
besat atau sangat kecil diperlukan notasi ilmiah untuk menyederhanakannya. Jadi notasi
lmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang memuat nilai sangat besar atau
sangat kecil dalam bentuk desimal. Notasi ilmiah sering digunakan para ilmuan, insinyur,
dan ahli matematika yang bekerja dengan bilangan bilangan yang bernilai besar. Notasi
ilmiah bisa disebut bentuk baku atau notasi eksonensial. Penulisan notasi ilmiah pada
semua bilangan seperti berikut.
ax10n
dengan :
a = basis (1 ≤ a ≤ 10)
10n = orde
n = pangkat atau eksponen( 0, 1, 2, 3, …)
D. Angka Penting
Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka pasti dan angka taksiran. Nilai setiap hasil pengukuran termasuk angka penting.
Seperti uaraian di atas angka penting terdiri dari dua bagian, yaitu angka pasti dan angka
taksiran.
Seperti apakah bilangan yang bisa dikatakan sebagai angka penting? Utnuk lebih jelasnya
simaklah aturan-aturan angka penting berikut ini.
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh : 15,2 mempunya angka penting
2. Semua angka nol yang teretak diantara angka bukan nol adalah angka penting
Contoh : 21087,02 mempunyai 7 angka penting
3. Angka nol sebelah kanan angka bukan nol tanpa tanda desimal adalah bukan angka
penting, kecuali diberi tanda khusus (garis bawah/atas)
Contoh : 0,000320 mempunyai tiga angka penting.
4. Angka nol di sebelah kanan tanda desimal, dan disebelah kiri angka nol bukan
merupakan angka penting.
Contoh : 0,0054 mempunyai 2 angka penting
5. Semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol adalah
angka penting.
Contoh : 12,00 mempunyai 4 angka penting
0,004500 mempunyai 4 angka penting.
Aturan pembulatan angka penting
1. Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5 dihilangkan
Contoh : 446,87 dibulatkan menjadi 446,9
446,84 dibulatkan menjadi 446,8
2. Apabila tepat angka 5 dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil, dan dihilangkan
jika angka sebelumnya angka genap.
Contoh : 446,65 dibulatkan menjadi 446,6
446,55 dibulatkan menjadi 446,6