Kata Kunci
Besaran-Satuan-Pengukuran-
Ketidakpastian Pengukuran-Notasi
Ilmiah- Angka Penting-Sistem Satuan
Internasional (SI)-Konversi Satuan-
Dimensi
Tujuan :
Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami hakikat dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian, dan aturan
angka penting).
4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik
yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
1. Mengukur Panjang
Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan mistar,
jangka sorong, atau micrometer sekrup. Akan tetapi, setiap alat ukur panjang
tersebut tentunya mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
a. Mistar
Mistar atau penggaris merupakan alat untuk mengukur panjang yang
biasanya terbuat dari bahan plastic, kayu, atau logam. Pada mistar jarak antara
dua goresan yang berdekatan merupakan skala terkecilnya. Umumnya, skala
terkecil mistar adalah 1 mm, tetapi ada juga mistar yang skala terkecilnya
lebih besar dari imm, misalnya 1 cm. Gambar 1.1 menunjukkan contoh jenis
mistar yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 1.1 Mistar
Penyelesaian :
Pembacaan skala utama yang terdapat sebelum garis nol pada skala nonius
adalah 2,7 cm, sedangkan pembacaan skala nonius yang berhimpit tegak
(tepat) dengan salah satu garis pada skala utama adalah skala ke-9 (0,9 mm)
sehingga diameter silinder kayu tersebut adalah 27 mm + 0,9 mm = 27,9 mm.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat untuk mengukur panjang suatu
benda yang lebih teliti daripada mistar maupun jangka sorong. Hal ini karena
mikrometer sekrup mempunyai skala terkecil 0,01 mm. Alat ini banyak
digunakan dalam bidang teknik untuk mengukur diameter, tebal, atau sudut
yang kecil dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Perhatikan gambar
mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya sebagai berikut.
Contoh 1.2
Penyelesaian :
2. Pengukuran Massa
Untuk mengukur besaran massa, kita dapat menggunakan timbangan
atau neraca. Beberapa neraca atau (timbangan) yang seringkali digunakan
untuk mengukur massa di antaranya seperti neraca lengan, neraca pegas, dan
neraca digital. Beberapa jenis timbangan atau neraca ditunjukkan pada gambar
berikut ini.
3. Mengukur Waktu
Untuk mengukur waktu, kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam
tangan, jam dinding, dan stopwatch. Gambar 1.9 berikut ini menunjukkan alat-alat
untuk mengukur waktu tersebut.
𝒂 𝒙 𝟏𝟎𝒏
Jika bilangan a lebih kecil dari satu, maka notasi ilmiahnya dinyatakan dengan
pangkat negative.
Contoh :
Contoh 1.3
b. Angka penting
Angka penting adalah angka-angka yang diperlukan dalam suatu
bilangan decimal untuk menyatakan ketelitian (akurasi) alat ukur yang
digunakan untuk memperoleh bilangan tersebut, mulai dari angka
pertama bukan nol ke kanan dan berakhir pada angka paling kanan.
Sebagai contoh, panjang benda yang diukur dengan menggunakan
mistar adalah 4,5 cm, jumlah angka pentingnya adalah dua. Dalam hal
ini, 4 dan 5 adalah angka –angka penting dalam pengukuran panjang
tersebut, yang dapat diperoleh secar langsung melalui pembacaan
mistar. Pada saat kapan suatu bilangan dianggap penting? Untuk
mengetahuinya, simaklah aturan-aturan angka penting berikut ini.
1) Semua angka bukan nol adalah angka penting, contohnya 5,45
mempunyai tiga angka penting.
2) Nol yang terdapat diantara dua angka bukan nol adalah angka
penting, contohnya 2,505 mempunyai empat angka penting.
3) Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, nol yang
terdapat di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan
maupun di sebelah kiri koma desimal bukan angka penting,
contohnya 0,345 mempunyai tiga angka penting; 0,0000006
hanya mempunyai satu angka penting.
4) Nol yang terdapat di urutan akhir angka-angka yang dituliskan
di kanan koma desimal merupakan angka penting, contohnya
3,450 mempunyai empat angka penting; 0,004500 mempunyai
empat angka penting.
5) Jika bilangan tidak mempunyai koma desimal, nol yang
terdapat di sebelah kanan angka bukan nol bukan angka
penting, contohnya 5460 mempunyai tiga angka penting; dan
300.000 mempunyai satu angka penting.
6) Pada notasi ilmiah (ax10𝑛 ), a adalah angka penting, contohnya
2,6 x 104 mempunyai dua angka penting; 1,03 x 10−3
mempunyai tiga angka penting.
7) Dalam penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan angka-
angka penting, hasilnya hanya boleh mempunyai satu angka
taksiran (angka-angka kanan), contohnya
105,316 6 sebagai angka taksiran
23,42 2 sebagai angka taksiran
7,8 8 sebagai angka taksiran
136,636 ≈ 136,6 6 sebagai angka taksiran
8) Dalam perkalian atau pembagian (atau pemangkatan dan
penarikan akar) yang melibatkan angka-angka penting
sebanyak bilangan dengan angka penting yang paling sedikit
dari bilangan yang dimasukkan dalam operasi tersebut,
contohnya
32,45 ( mempunyai 4 angka penting )
8,20 ( mempunyai 3 angka penting )
266,090 ≈ 266 (mempunyai 3 angka penting)
5. Bilangan Eksak
Dalam mempelajarai angka penting, terdapat dua jenis bilangan yang
berhubungan dengan angka penting tersebut, yaitu bilangan penting dan bilangan
eksak. Bilangan penting adalah bilangan yang diperoleh dari suatu pengukuran
serta mengandung angka-angka penting dan satu angka taksiran. Sementara itu,
bilangan eksak adalah bilangan yang tidak mempunyai ketidakpastian. Bilangan
eksak mempunyai sejumlah angka penting. Pada dasarnya, untuk menentukan
apakah suatu bilangan eksak atau bukan, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
dari mana bilangan tersebut berasal. Perhatikan penjelasan berikut ini.
a. Bilangan eksak adalah hasil penghitungan benda-benda yang tidak dapat
dibagi. Sebagai contoh. 8 buah telur, 10 buah mobil, dan lain-lain. Dalam hal
ini, 8 dan 10 adalah bilangan eksak.
b. Bilangan eksak terdapat pada definisi yang pasti (eksak). Sebagai contoh, 1 m
= 100 cm; 1L = 1.000 mL. Dalam hal ini, 1, 100, dan 1.000 adalah bilangan
eksak.
c. Bilangan eksak adalah hasil persamaan dan hubungan yang pasti. Sebagai
1 1 1
conth, = 𝑅 (22 − 𝑛2 ). Dalam hal ini, 1 dan 2 pada persamaan tersebut
𝜆
6. Ketidakpastian Pengukuran
Pada dasarnya, semua pengukuran selalu diliputi dengan kesalahan yang
berkontribusi terhadap ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Terdapat dua
jenis kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan acak dan kesalahan sistematis.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang konsep ketidakpastian pengukuran,
sebaiknya kita mempelajari lebih dahulu kedua kesalahan pengukuran tersebut.
a. Kesalahan Acak dan Kesalahan Sistematis
Kesalahan acak adalah kesalahan dalam pengukuran yang
memungkinkan nilai-nilai dari besaran yang diukur menjadi tidak konsisten
ketika pengukuran tersebut diulang. Pada dasarnya, semua pengukuran rentan
terhadap kesalahan acak. Hal ini karena, setiap pengukuran dipengaruhi oleh
banyak sumber kesalahan acak, seperti getaran gedung, fluktuasi listrik, gerak
molekul-molekul udara (gerak brown), dan gesekkan pada setiap bagian alat
yang bergerak. Kesalahan acak terjadi sangat cepat dan hampir tidak dapat
dihindari. Sebagai contoh, fluktuasi tegangan listrik mempengaruhi
pengukuran arus listrik dan tegangan listrik, dan gerak brown molekul-
molekul udara mempengaruhi pembacaan jarum galvanometer.
Sementara itu, kesalahan sistematis adalah kesalahan pengukuran yang
disebabkan oleh ketidaktepatan system pengukuran tersebut. Tidak seperti
kesalahan acak, kesalahan sistematis ini dapat dihindari, dapat diprediksi, dan
dapat diperkirakan, sehingga kesalahan sistematis dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan usaha-usaha berikut.
1) Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang digunakan dalam pengukuran
dengan benar dan pastikan bahwa kita telah memberikan skala yang tepat.
2) Atur titik nol skala alat ukur agar berimpit dengan titik nol jarum penunjuk
skala
3) Periksa keadaan alat sebelum melakukan pengukuran
4) Bacalah skala secara tegak lurus
5) Periksa keadaan lingkungan, seperti suhu, tekanan udara, dan kelembapan
sebelum dan sesudah melakukan pengukuran.
b. Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang
Pengukuran besaran fisika dapat dibedakan menjadi pengukuran
tunggal dan pengukuran berulang. Pada dasarnya, kedua jenis pengukuran
tersebut akan menghasilkan hasil yang berbeda. Untuk mengetahuinya,
simaklah penjelasan berikut ini.
Jika kita akan mengukur suatu besaran fisika, misalnya panjang
suatu benda, kita dapat melakukannya tanpa harus khawatir dengan kesalahan
acak. Pada dasarnya, kesalahan tersebut akan tetap ada, tetapi nilainya akan
kecil, sehingga mungkin saja tidak terdeteksi. Jadi, kesalahan acak bukanlah
sesuatu yang terlalu kita khawatirkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kata lain, jika kita akan mengukur suatu besaran yang dapat diamati secara
langsung, maka kita cukup melakukan pengukuran tunggal secara hati-hati.
Akan tetapi, jika kita akan melakukan pengamatan ilmiah, kita perlu lebih
berhati-hati, khususnya jika kita menggunakan alat ukur yang sensitive untuk
mencapai hasil yang seakurat mungkin (dapat dipercaya).
Pada umunya, pengukuran yang sering dilakukan dalam kegiatan
ilmiah adalah pengukuran berulang. Hal ini karena pengukurn berulang
diyakini dapat mengurangi kesalahan acak. Dalam hal ini, jika kesalahan acak
suatu pengukuran kecil, maka pengukuran tersebut dikatakan akurat atau tepat.
c. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang
Karena semua pengukuran baik pengukuran tunggal maupun
pengukuran berulang selalu diliputi kesalahan, maka hasil suatu pengukuran
harus dilaporkan dengan menyertakan ketidakpastian dari nilai-nilai yang
diukur.Jika kita melakukan pengukuran tunggal, maka data pengukuran
tersebut biasanya dilaporkan sebagai berikut.
𝟏
𝒙 = 𝒙𝟎 ± ∆𝒙 = 𝒙𝟎 ± 𝒏𝒔𝒕
𝟐
Dengan
∆𝑥
Perbandingan adalah ketidakpastian relatif pengukuran. Ketidakpastian
𝑥0
∆𝑥
𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 𝑥 100 %
𝑥0
Contoh 1.4
Penyelesaian :
1
𝑉 = (𝑉0 ± ∆𝑉) = (𝑉0 ± 𝑛𝑠𝑡)
2
1 1
𝑉 = (𝑉0 ± 𝑛𝑠𝑡) = {(10,5 ± (0,1))} 𝑣𝑜𝑙𝑡 = (10,5 ± 0,05)𝑣𝑜𝑙𝑡
2 2
Jadi, hasil pengukuran tersebut adalah V = (10,5 ± 0,05) volt.
Dengan
x̄ = nilai rata-rata x
∆x = ketidakpastian mutlak pengukuran besaran x
𝑥1 +𝑥2 +⋯+𝑥𝑛 ∑ 𝑥𝑖
𝐱̄ = = xi = hasil pengukuran besaran x ke – i
𝑛 𝑛
2
1 𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 −(∑ 𝑥𝑖 )2 ∑(𝑥𝑖 − 𝐱
̄)
∆𝑥 = √ = √ n = jumlah pengulangan
𝑛 𝑛−1 𝑛(𝑛−1)
pengukuran
Contoh 1.5
Tentukan ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relative dari nilai arus
listrik berikut ini :
𝐼 = (4,5 ± 0,05)𝐴
Penyelesaian :
∆𝐼 0,05
𝑋 100% = 𝑋 100 % = 1,11 %
̅𝐼 4,5
𝑥 ∆𝑄 ∆𝑥 ∆𝑦
b) Jika Q = 𝑦, maka 𝑄 = |𝑥 | + | 𝑦 |
0 0 0
𝑥𝑦 ∆𝑄 ∆𝑥 ∆𝑦 ∆𝑧
c) Jika Q = , maka 𝑄 = | 𝑥 | + | 𝑦 | + | 𝑧 |
𝑧 0 0 0 0
∆𝑄 ∆𝑥
d) Jika Q = axn, maka 𝑄 = |𝑛| | 𝑥 |
0 0
𝑛 ∆𝑄 ∆𝑥
e) Jika Q = √𝑥 , maka 𝑄 = 𝑛 |𝑥 |
0 0
∆𝑄 ∆𝑥 2 ∆𝑦 2
= √(𝑛 ) + (𝑚 )
𝑄0 𝑥̅ 𝑦̅
1
h) Jika Q = axn ym; x = x0 ± ∆𝑥 = x0 ± 2 𝑛𝑠𝑡 (pengukuran tunggal) dan
∆𝑄 2 ∆𝑥 2 ∆𝑦 2
= √(𝑛 𝑥 ) + (𝑚 )
𝑄0 3 𝑥0 𝑦̅
Data tersebut dapat diplot dalam grafik gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas
(∆x), seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.10 Grafik gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas (∆x)
Berdasarkan grafik tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin besar
gaya yang diberikan pada pegas, semakin besar pertambahan panjang pegas tersebut.
Dalam hal ini, gaya (F) berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas (∆x)
atau gaya (F) dan pertambahan panjang pegas mempunyai hubungan yang linier. Jika
kemiringan grafik, F = f(∆x) tersebut membentuk sudut sebesar α terhadap sumbu
mendatar (∆x), maka konstanta pegas adalah sama dengan nilai dari tan α yaitu :
𝐹2 − 𝐹1 𝐹
𝑘 = tan 𝛼 = =
∆𝑥2 − ∆𝑥1 ∆𝑥
Oleh karena itu, hubungan gsys, pertambahan panjang pegas, dan konstanta pegas
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.
𝐹 = 𝑘 ∆𝑥
Berdasarkan segitiga ABC pada grafik yang terdapat dalam Gambar 1.10, nilai
konstanta pegas pada percobaan tersebut dapat ditentukan sebagai berikut.
(15 − 0)𝑁
𝑘 = tan 𝛼 = = 300 𝑁/𝑚
(5 − 0)𝑁
C. BESARAN POKOK DAN BESARAN TURUNAN
Dalam fisika, terdapat dua jenis besaran, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran fisika yamh satuannya ditetapkan terlebih
dahulu melalui kesepakatan. Sementara itu, Besaran turunan adalah besaran fisika
yang satuannya diturunkan dari satuan-satuan besaran pokok. Terdapat tujuh besaran
pokok, yaitu seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3 Besaran Pokok dan Satuannya
Besaran Fisika Satuan Lambang
Panjang Meter m
Massa Kilogram Kg
Waktu Detik s
Kuat arus listrik Ampere A
Suhu Kelvin K
Intensitas cahaya Kandela cd
Jumlah zat Mole Mol
Sementara itu, besaran turunan berjumlah sangat banyak. Tabel berikut ini
menampilkan beberapa contoh besaran turunan.
Tabel 1.4 Contoh-contoh Besaran Turunan dan Satuannya
Besaran Fisika Satuan Lambang
Luas Meter persegi m2
Volume Meter kubik m3
Massa jenis Kilogram / meter kubik Kg/m3
Kecepatan Meter / sekon m/s
Energy Joule J
Daya Watt W
Kita telah mempelajari bahwa satuan adalah besaran fisika tertentu yang
didefinisikan dan diadopsi melalui kesepakatan yang digunakan untuk
menyatakan nilai besaran-besaran sejenis lainnya. Dengan kata lain, satuan
merupakan acuan atau standar dari suatu besaran fisika, sehingga satuan harus
memenuhi aturan-aturan sebagai berikut.
a. Harus mempunyai nilai yang tetap
b. Harus bersifat umum
c. Harus dapat dikonversi ke dalam system satuan lain yang sejenis.
yang diperlukan bumi untuk berputar satu kali penuh pada porosnya. Akan
tetapi, kemudian para ahli menemukan bahwa rotasi bumi tidak cukup
konstan, sehingga pada tahun 1967, detik didefiniskan ulang sebagai waktu
yang diperlukan oleh radiasi elektromagnetik yang dipancarkan pada suatu
transisi di antara dua tingkatan energy dalam keadaan dasar dari atom cesium-
133 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali.
d. Satuan Kuat Arus Listrik
Standar satuan arus listrik adalah ampere (A), yaitu arus listrik yang
mengalir melalui dua buah konduktor sejajar yang terpisah sejauh satu meter,
𝜇
yang menghasilkan gaya sebesar 2𝜋0 𝑁 atau 2 x 10-7N.
e. Satuan Suhu
1
Standar satuan suhu adalah kelvin (K). Kelvin adalah 273,16 suhu
termodinamik dari titik tripel air. Dalam hal ini, titik tripel air adalah suhu dan
tekanan yang pada suhu dan tekanan tersebut air dalam bentuk padat, cair dan
gas berada dalam kesetimbangan termal.
f. Satuan Intensitas Cahaya
Standar satuan intensitas cahaya adalah kandela (cd). Pada awalnya,
1
kandela didefiniskan sebagai 60 dari intensitas cahaya yang diradiasikan dari
satu centimeter persegi benda hitam yang disimpan pada suhu platina yang
memebeku. Kandela tersebut sekarang didefinisikan sebagai intensitas sumber
cahaya, dalam arah tertentu, dengan frekuensi sebesra 5,4 x 1014 hertz dan
1
intensitas radiasi sebesar 683 𝑊 tiap steradian dalam arah tersebut. Dalam hal
ini, benda hitam adalah benda ideal yang akan menyerap semua radiasi yang
mengenainya tanpa memantulkan radiasi tersebut.
g. Satuan Jumlah Zat
Standar satuan jumlah zat adalah mol. Pengertian mol adalah jumlah
zat suatu system yang mengandung partikel sebanyak atom yang terdapat pada
12 gram karbon-12, yang sama dengan 6,02 x 1023 partikel. Dalam hal ini 6,02
x 1023 adalah bilangan Avogadro.
3. Konversi Satuan
Pada dasarnya, satuan-satuan daru suatu besaran fisika dapat diubah
(dikonversi) dari satu system satuan ke system satuan lain yangs sejenis. Dalam
mengkonversi suatu satuan, terdapat konsep penting tang disebut factor konversi,
yaitu bilangan pengali yang mengubah ke dalam satuan-satuan yang setara.
Sebagai contoh, jika kita akan mengubah “kaki” ke “meter”, maka factor pengali
yang digunakan adalah 0,3048. Dengan kata lain, 1 kaki sama dengan = 0,3048
meter, sehingga 2 kaki = 0,6096 meter, 3 kaki = 0,9144, dan seterusnya.
Contoh 1.6
Sebuah sepeda motor bergerak dengan laju 60 km/jam. Nyatakan laju sepeda
motor itu dalam SI, mil/jam dan system satuan FPS.
Penyelesaian :
Dalam SI (m/s)
60 𝑥 1.000 𝑚
60 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 = = 16,7 𝑚/𝑠
3.600 𝑠
Dalam mil/jam
60 𝑥 0,061 𝑚𝑖𝑙
60 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 = = 37,26 𝑚𝑖𝑙/𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚
60 𝑥 3.281 𝑘𝑎𝑘𝑖
60 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 = = 54,68 𝑘𝑎𝑘𝑖/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
3.600 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
Sebagian besar baik besaran pokok maupun besaran turunan mempunyai satuan
tertentu. Akan tetapi, ada juga beberapa besaran yang tidak mempunyai satuan,
misalnya indeks bias dan regangan. Karena satuan besaran turunan merupakan
kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok, maka setiap satuan besaran turunan
dapat diuraikan menjadi faktor-faktor satuan dari besaran pokok yang menyusunnya.
Dalam fisika, terdapat cara untuk menyusun suatu besaran turunan dari besaran-
besaran pokok, yaitu menggunakan dimensi. Jadi, dimensi suatu besaran fisika adalah
cara untuk mendefinisikan atau menggambarkan tentang bagaimana suatu besaran
tersusun dari besaran-besaran pokok.
Dimensi besaran pokok dituliskan dengan lambing huruf besar tertentu yang diberi
kurung persegi, seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
Untuk menentukan benar atau tidaknya suatu hubungan antarbesaran fisika dalam
suatu persamaan.
Contoh :
1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (persamaan jarak pada gerak lurus berubah beraturan)
2
Untuk menentukan benar atau tidaknya hubungan antara jarak (s), kecepatan awal
(v0), waktu (t), dan percepatan (a) pada persamaan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis dimensi sebagai berikut.
a. Persamaan pada ruas kiri hanya terdiri dari satu variabel, yaitu jarak (s),
sehingga dimensinya adalah [L].
b. Persamaan pada ruas kanan terdiri dari kecepatan awal (v0), waktu (t), dan
[𝐿] [𝐿]
percepatan (a), sehingga dimensinya adalah [𝑇] [𝑇] + [𝑇]2 = [𝐿]
[𝑇]2
Karena dimensi pada ruas kanan sama dengan dimensi pada ruas kiri, yaitu [L],
1
maka persamaan 𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 benar.
2
Catatan:
Kemampuan Mengamati
Soal :
1. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong. Skala yang ditunjukkan
dari hasil pengukuran tampak pada gambar. Besarnya hasil pengukuran adalah…
a. 3,19 cm d. 3,04 cm
b. 3,14 cm e. 3,00 cm
c. 3,10 cm
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Kemampuan Mengamati
Soal :
2. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer sekrup seperti gambar. Tebal pelat
logam adalah…
a. 4,85 mm
b. 4, 90 mm
c. 4,96 mm’
d. 4,98 mm
e. 5,00 mm
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………...
Kemampuan Mengamati
Soal :
a. 3,00 cm
b. 3,04 cm
c. 3,07 cm
d. 3,17 cm
e. 4,17 cm
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Kemampuan Mengamati
Soal :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Mengamati
Soal :
5.
Gambar di atas adalah micrometer sekrup, tentukanlah bagian-bagian dari alat ukur
tersebut (1, 2 dan 3)….
a. Rahang geser, selubung, selubung luar
b. Rahang geser, rahang tetap, selubung
c. Rahang tetap, selubung luar, selubung
d. Rahang tetap, skala utama, selubung
e. Rahang tetap, selubung, roda bergigi
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Memprediksi
Soal :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Memprediksi
Soal :
7. Panjang sebatang paku diukur dengan jangka sorong adalah 58,8 mm. Alat ukur
tersebut memiliki ketelitian 0,05 mm. Dengan mempertimbangkan ketelitian
angka penting, penulisan hasil pengukuran adalah..
a. (58,80 0,05) mm
b. (58,8 0,05) mm
c. (58,80 0,01) mm
d. (58,8 0,5) mm
e. (58,80 0,06) mm
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Mengamati
Soal :
8. Gambar-gambar berikut merupakan posisi dari skala nonius dengan skala utama
pada jangka sorong
A.
B.
C.
D.
E.
Gambar manakah yang menyatakan hasil pengukuran (0,250 ± 0,005) cm…
a. Gambar A
b. Gambar B
c. Gambar C
d. Gambar D
e. Gambar E
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Mengamati
Soal :
B.
C.
D.
E.
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Soal :
10. Andi melakukan pengukuran panjang benda sebanyak lima kali dan diperoleh data
sebagai berikut :
a. (8,0 ± 0,05) cm
b. (8,1 4,0) cm
c. (8,10 0,05) cm
d. (8,15 0,05) cm
e. (8,1 3,0) cm
Soal :
11. Energi potensial (Ep) dinyatakan oleh Ep= mgh dengan g adalah percepatan
gravitasi dan h ketinggian benda. Dimensi dari Energi Potensial adalah…
a. MLT-1
b. MLT-2
c. ML-1T-2
d. ML-2T2
e. ML2T-2
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Soal :
12. Ahmad mengukur panjang sebatang kayu dengan menggunakan alat ukur mistar.
Perhatikan gambar di bawah ini :
Ternyata Ahmad telah melakukan penyimpangan dalam membaca alat ukur.
Berapakah pembacaan alat ukur yang sebenarnya dan kesalahan sistematis apayang
dilakukan oleh Ahmad . . . .
a. 63,9 dan kesalahan kalibrasi
b. 63,9 dan kesalahan acak
c. 63,5 dan kesalahan titik nol
d. 63,6 cm dan kesalahan paralak
e. 63,6 cm dan kesalahan kalibrasi
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Menerapkan Konsep
Soal :
14. Dengan mentaati aturan bahwa kita hanya dapat menuliskan hasil pengukuran
micrometer sekrup dengan satu angka yang diragukan, maka ketidakpastian yang
benar adalah…
a. (5,32 ± 1) mm
b. (5,32 ± 1) mm
c. (5,32 ± 0,01) mm
d. (5,32 ± 0,1) mm
e. (5,32 ± 2) mm
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Menerapkan Konsep
Soal :
15. Hasil pengukuran panjang dan lebar sebidang tanah berbentuk persegi panjang
15,3 m dan 2,5 m. Luas tanah menurut aturan angka penting adalah…
a. 38, 25 m2
b. 38,2 m2
c. 38,3 m2
d. 3,8 m2
e. 38 m2
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Mengamati
Soal :
16. Ani mengukur massa sebuah benda dengan menggunakan neraca pegas. Hasil
pengukuran ditunjukkan oleh gambar.
Hasil pengukuran yang tepat yang dilakukan oleh Ani adalah…
a. ( 125 ± 10 ) gram
b. ( 125 ± 0,05 ) gram
c. ( 130 ± 0,5 ) gram
d. ( 130 ± 5 ) gram
e. ( 125 ± 0,07 ) gram
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Memprediksi
Soal :
17. Hasil pengukuran kapasitas panas C suatu zat padat sebagai fungsi temperature T
dinyatakan oleh persamaan = 𝛼𝑇 + 𝛽 2 . Menurut Anda satuan untuk α dan β
yang mungkin adalah….
a. J untuk α dan JK-2 untuk β
b. JK2 untuk α untuk J untuk β
c. JK untuk α untuk JK3 untuk β
d. JK-2 untuk α untuk JK-4 untuk β
e. J untuk α untuk JK2 untuk β
Soal :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Soal :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Memprediksi
Soal :
a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 1 dan 4
d. 3 dan 4
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Soal :
Kemampuan Mengamati
Soal :
22. Seorang teknisi mobil mengukur diameter gotri roda dengan menggunakan
mikrometer sekrup seperti tampak pada gambar.
Soal :
23. Tabel ini hasil pengukuran dan volume air laut. Berdasarkan tabel pengukuran
didapat grafik seperti pada gambar. Tentukan massa jenis air laut
Tabel Hasil Pengukuran :
Jumlah air laut Satu gelas Dua gelas Tiga gelas
Massa 300 gr 600 gr 900 gr
Volume 250 cm3 500 cm3 750 cm3
Grafik hubungan massa dengan volume air laut
Soal :
Kemampuan Mengamati
Soal :
Jika massa benda 600 g, maka massa jenis benda tersebut adalah..
KUNCI JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA
No A B C D E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
KUNCI JAWABAN SOAL ESSAY
23. Dari grafik hubungan massa dan volume di dapat hubungan kemiringan grafik atau
gradient grafik yang merupakan besaran massa jenis 𝜌.
∆𝑚 600 𝑔𝑟
𝜌= = = 1,2 𝑔𝑟⁄𝑐𝑚3
∆𝑣 500 𝑐𝑚3
Jadi massa jenis air laut berdasarkan data-data pengukuran adalah 1,2 𝑔𝑟⁄𝑐𝑚3
25.
Volume benda = volume air setelah benda dimasukkan– volume air mula-mula.
Volume benda = 200 ml – 150 ml
= 50 ml
= 12 g/ml = 12 g/cm3
= 12 x 1000 kg/m3
= 12.000 kg/m3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI INTI
K.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K.2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro-
aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif denga lingkungan social
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
K.3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural,
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan konsep pengetahuan procedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
K.4 : Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak, terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggungjawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percobaan, melaporkan dan berdiskusi.
1.3 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian,
dan aturan angka penting).
1.4 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
INDIKATOR
1.1.1 Mengenali dan mengagumi kebesaran akan ciptaan Tuhan yang menjadikan
bumi dan isinya dengan adil dan teratur sehingga dapat diukur untuk mencapai
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
1.1.2 Melakukan percobaan dengan aktif, kerja sama, jujur, teliti, hati-hati,
bertanggungjawab, terbuka, disiplin, tekun, kritis, dan peduli lingkungan.
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Pertemuan Ketiga
Pertemuan Pertama
4.1.2 Menentukan panjang diameter kelereng, massa bola tenis dan waktu bola tenis
jatuh ke tanah dari ketinggian tertentu berdasarkan hasil pengukuran secara
berulang.
Pertemuan Ketiga
4.1.3 Menentukan massa jenis benda dengan peraturan operasi angka penting.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan pembelajaran tentang pengukuran, peserta didik diharapkan
dapat menyadari akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan bumi
dan isinya dengan adil dan teratur sehingga dapat diukur untuk mencapai sesuatu
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
2. Melalui kegiatan percobaan, melaporkan dan berdiskusi, peserta didik diharapkan
dapat menumbuhkan rasa ignin tahu terhadap masalah yang terjadi, objektif, jujur,
teliti, hati-hati, bertanggungjawab, terbuka, kritis, dan peduli lingkungan.
3. Melalui kegiatan mengamati, menanya, dan berdiskusi peserta didik dapat :
Pertemuan Pertama a. Menjelaskan konsep pengukuran dengan
baik dan benar
b. Mengetahui alat ukur yang sesuai dengan
besaran dan satuan
c. Menjelaskan ketelitian alat ukur dan
ketepatan dalam pengukuran dengan akurat
Pertemuan Kedua Menentukan ketidakpastian dan kesalahan
pengukuran dengan baik dan benar
Pertemuan Ketiga Mengetahui aturan penulisan angka penting
dengan benar
D. MATERI
Pertemuan Fakta Konsep Prinsip/Hukum Prosedur
I Seorang anak 1. Pengukuran 1. Besaran dan Percobaan
mengukur tinggi 2. Penggunaan satuan pengukuran
badan dengan alat ukur 2. Rumus panjang
menggunakan 3. Ketepatan menentukan benda dengan
meteran dan dan ketidakpasta menggunakan
berat badan ketelitian in alat ukur yang
menggunakan pengukuran pengukuran memiliki
timbangan tunggal ketelitian
(penayangan yang berbeda
slide).
II Mengukur Ketidakpastian Rumus Percobaan
panjang dan dan kesalahan ketidakpastian pengukuran
lebar meja pengukuran untuk panjang,
peserta didik menentukan massa dan
dan papan tulis, hasil waktu
secara berulang pengukuran
berulang
III Hasil Angka penting Aturan Percobaan
pengukuran penentuan/ menentukan
objek pada penulisan angka massa jenis
pertemuan penting benda
kedua dengan
memperhatikan
angka penting
E. PENDEKATAN/STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN
Pertemuan Kedua
Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan : 25 menit
1. Guru dan peserta didik saling memberikan salam
2. Doa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran
3. Merefleksi ketercapaian materi (indicator) pertemuan sebelumnya
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Bertanya dan menagih tugas rumah tentang macam-macam alat ukur
dan fungsinya
6. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok (1 kelompok terdiri
dari 4-5 orang)
7. Guru memberikan LKS tentang pengukuran panjang, massa dan
waktu
8. Guru bersama peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang
terdapat pada LKS
Kegiatan Inti 100 menit
Tahapan Langkah/kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 Mengamati
Observasi untuk 1. Peserta didik mengamati skala alat ukur yang akan
menemukan digunakan (kalibrasi alat)
masalah 2. Peserta didik menentukan cara menggunakan alat
(mengamati) ukur massa dan alat ukur waktu stopwatch
3. Guru menilai kemampuan (aktif, terbuka, dan
kritis) peserta didik dalam mengamati
Tahap 2 dan 3 Merumuskan Hipotesis
Merumuskan 4. Peserta didik berdiskusi (bertanya) tentang
masalah, percobaan yang harus dilakukan untuk
mengajukan mendapatkan hasil yang benar.
hipotesis a. Mengapa skala alat ukur harus dalam posisi
nol sebelum dilakukan pengukuran?
b. Mengapa pengukuran terhadap objek yang
sama harus dilakukan secara berulang-ulang?
Apakah hasil pengukuran yang pertama akan
sama dengan hasil pengukuran yang kedua
dan seterusnya ?
5. Peserta didik saling berdiskusi untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka
ajukan
6. Guru menilai kemampuan peserta didik dalam
berdiskusi untuk merumuskan masalah dan
membuat hipotesis
Tahap 4 Merencanakan dan Melakukan Penelitian /
Percobaan
Merencanakan 7. Peserta didik berdiskusi bersama teman kelompok
pemecahan mereka masing-masing untuk melakukan
masalah percobaan sesuai LKS untuk menguatkan jawaban
(melalui mereka
eksperimen atau 8. Peserta didik membagi tugas dalam kelompok
cara lain) untuk melakukan pengukuran (menentukan teman
Tahap 5 yang mengukur benda sesuai alat ukurnya masing-
Melaksanakan masing)
eksperimen 9. Peserta didik melakukan percobaan tentang
(atau cara pengukuran tentang diameter kelereng , massa
pemecahan bola tenis dan waktu bola tenis sampai ke tanah
masalah lain) jika dijatuhkan dari ketinggian yang telah
Tahap 6 ditentukan
Melakukan 10. Peserta didik mengamati pembacaan skala hasil
pengamatan dan pengukuran oleh masing-masing alat ukur yang
pengumpulan digunakan
data 11. Peserta didik menentukan hasil pengukuran
panjang diameter kelereng, massa bola, dan waktu
bola tenis sampai ke tanah.
12. Guru menilai kerja sama, kedisiplinan dan
keterampilan peserta didik, dalam melakukan
percobaan.
Tahap 7 Menginterpretasi/Menafsirkan Data
Analisis data 13. Peserta didik menentukan hasil pengukuran yang
dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing
besaran yang diminta pada LKS
14. Dengan fasilitas guru, peserta didik menganalisis
dan merumuskan hasil pengukuran berulang
tersebut
15. Guru menilai ketelitian peserta didik dalam
menganalisis data
Tahap 8 Berkomunikasi
Penarikan 16. Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi
kesimpulan dan pemecahan masalah yang mereka dapatkan sesuai
penemuan percobaan yang dilakukan dimana pengukuran
yang dilakukan berulang-ulang akan mendekati
kebenaran tentang ukuran suatu benda yang diukur
dan juga ada pengaruh ketelitian dan ketepatan
alat ukur terhadap kebenaran hasil pengukuran
17. Guru menilai keaktifan peserta didik dalam
presentasi kelompok
Penutup 10 menit
1. Bersama peserta didik merangkum kesalahan dan ketidakpastian
pengukuran
2. Memberikan tugas tentang pengolahan dan analisis data pengukuran
berulang dan tugas baca mengenai aturan penulisan angka penting
3. Melaksanakan postes
4. Salam dan doa penutup pembelajaran
Pertemuan Ketiga
Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan : 25 menit
1. Guru dan peserta didik saling memberikan salam
2. Doa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran
3. Merefleksi ketercapaian materi (indicator) pertemuan sebelumnya
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Bertanya dan menagih tugas rumah tentang pengolahan dan analisis
data pengukuran berulang
6. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok (1 kelompok terdiri
dari 4-5 orang)
7. Guru memberikan LKS tentang menentukan massa jenis
berdasarkan aturan pengoperasian massa jenis
8. Guru bersama peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang
terdapat pada LKS
Kegiatan Inti 100 menit
Tahapan Langkah/kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 Mengamati
Observasi untuk 1. Peserta didik membaca LKS dengan baik
menemukan 2. Peserta didik mengamati angka-angka hasil
masalah percobaan minggu sebelumnya
(mengamati) 3. Guru menilai kemampuan (aktif, terbuka, dan
kritis) peserta didik dalam mengamati
Tahap 2 dan 3 Merumuskan Hipotesis
Merumuskan 4. Peserta didik berdiskusi (bertanya) tentang hasil
masalah, pengukuran sebelumnya lalu dikatikan dengan
mengajukan angka penting.
hipotesis Berikut pertanyaan yang harus peserta didik
ajukan :
Apa hubungannya hasil pengukuran dengan angka
penting ?
Apakah semua angka hasil pengukuran disebut
angka penting ?
5. Peserta didik saling berdiskusi untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka
ajukan
6. Guru menilai kemampuan peserta didik dalam
berdiskusi untuk merumuskan masalah dan
membuat hipotesis
Tahap 4 Merencanakan dan Melakukan Penelitian /
Percobaan
Merencanakan 7. Peserta didik berdiskusi bersama teman kelompok
pemecahan mereka masing-masing untuk melakukan
masalah percobaan sesuai LKS untuk menguatkan jawaban
(melalui mereka
eksperimen atau 8. Peserta didik membagi tugas dalam kelompok
cara lain) untuk melakukan pengukuran (menentukan teman
Tahap 5 yang mengukur benda sesuai alat ukurnya masing-
Melaksanakan masing)
eksperimen 9. Peserta didik melakukan percobaan tentang
(atau cara pengukuran panjang, lebar dan tinggi balok untuk
pemecahan menentukan massa jenis balok tersebut.
masalah lain) 10. Peserta didik mengamati pembacaan skala hasil
Tahap 6 pengukuran oleh masing-masing alat ukur yang
Melakukan digunakan
pengamatan dan 11. Peserta didik menentukan hasil pengukuran
pengumpulan panjang, lebar, dan tinggi balok
data 12. Peserta didik menentukan massa jenis balok
tersebut menggunakan persamaan massa jenis
13. Guru menilai kerja sama, kedisiplinan dan
keterampilan peserta didik, dalam melakukan
percobaan.
Tahap 7 Menginterpretasi/Menafsirkan Data
Analisis data 14. Peserta didik menentukan hasil pengukuran massa
jenis balok sesuai dengan aturan angka penting
15. Dengan fasilitas guru, peserta didik menganalisis
dan menjawab pertanyaan diskusi pada lembar
LKS serta berdiskusi tentang aturan penulisan
angka penting
16. Guru menilai ketelitian peserta didik dalam
menganalisis data
Tahap 8 Berkomunikasi
Penarikan 17. Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi
kesimpulan dan pemecahan masalah yang mereka dapatkan sesuai
penemuan percobaan tentang angka penting hasil pengukuran
yang dikaitkan dengan ketelitian alat ukur
18. Guru menilai keaktifan peserta didik dalam
presentasi kelompok
Penutup 10 menit
1. Bersama peserta didik merangkum aturan penulisan angka penting
2. Memberikan tugas tentang angka penting
3. Melaksanakan postes
4. Salam dan doa penutup pembelajaran
H. PENILAIAN
Aspek, Metode, dan Instrumen
Aspek Metode Instrumen
Sikap Pengamatan Lembar Pengamatan
sikap dan Rubrik
Keterampilan Tes Unjuk Kerja Tes Penilaian Kerja
Pengetahuan Tes Tertulis Tes Uraian
LAMPIRAN PENILAIAN
Praktikum
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Soal Uraian
1 𝑁 ∑ 𝑋𝐼 2 − (∑ 𝑋𝐼 )2
∆𝑥 = √
𝑁 𝑁−1
1 6(950,31) − (75,50)2
= √
6 6−1
1 1,61
= √
6 5
= 0,167 x 0,32
= 0,09 g
∆𝑥
Ketidakpastian relative 𝑥 100 %
𝑥
0,09
𝑥100%
12,58
= 0,7 %
Menurut aturan yang telah disepakati, ketidakpastian relative
0,7 % atas tiga angka. Jadi, hasil pengukuran dapat
dilaporkan sebagai berikut :
𝑚 = 𝑚0 ± ∆𝑥
= (12,5 ± 0,09)𝑔
PERTEMUAN PERTAMA
A. Tujuan
Peserta didik dapat :
1. Melakukan pengukuran tunggal pada besaran panjang dengan mistar, jangka
sorong, dan micrometer sekrup
2. Menjelaskan ketelitian beberapa alat ukur panjang
3. Menentukan ketidakpastian hasil pengukuran panjang
Mengamati :
1. Perhatikan dengan seksama skala pada mistar, jangka sorong, dan micrometer
sekrup
2. Mana yang disebut skala utama dan skala bantu
3. Amati garis-garis skala pada ketiga alat ukur tersebut.
4. Hitung jarak terdekat antara garis-garis yang berdekatan (skala terkecil) pada
alat ukur.
5. Hitung ketidakpastian ketiga alat tersebut menggunakan rumus ∆𝑥 =
1
𝑥𝑁𝑆𝑇 𝑎𝑙𝑎𝑡
2
Menanya :
Pertanyaan apa yang kalian dapatkan dari pengamatan tersebut mengenaia skala
terkecil (NST) ketiga alat tersebut ?
Rumusan Masalah :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
.
Hipotesis
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
A. Tujuan
1. Melakukan pengukuran berulang pada besaran panjang dengan
menggunakan jangkasorong
2. Menentukan hasil pengukuran dan kesalahan/ketidakpastian pengukuran
diameterkelereng, massa bola, dan waktu yang ditempuh bola dari
ketinggian tertentu, yangdilakukan secara berulang-ulang.
Mengamati:
1. Periksalah skala pada neraca dan stopwatch, apakah sudah tepat di nol
2. Amati cara menggunakan neraca dan stopwacth untuk pengukuran dan
catat langkah-langkahdalam menggunakan/memperoleh hasil pengukuran
(pengukuran berulang)
Menanya:
Apakah ada hal (pertanyaan) yang ditemui dalam pengamatan mengenai
kesalahan/ketidakpastian penggunaan alat ukur dan alat ukur tersebut jika
digunakanberulang-ulang dalam pengambilan hasil pengukuran pada objek
yang sama
Rumusan Masalah
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..
Hipotesis
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
1 𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )2
∆𝑥 = √
𝑁 𝑁−1
∆𝑥
Ketidakpastian relative 𝑥100%
𝑥0
𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
F. Pertanyaan
1. Mengapa pengukuran suatu benda harus dilakukan secara berulang?
2. Pada alat ukur sebelum digunakan, harus diperhatikan skala nol yang tepat
padapenunjukkan skala, mengapa hal ini perlu dilakukan?
G. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
PERTEMUAN KETIGA
Angka Penting
A. Tujuan
1. Menjelaskan aturan angka penting berdasarkan percobaan
2. Menentukan massa jenis benda berdasarkan aturan operasi angka
penting
Mengamati:
Amati angka-angka hasil pengukuran pada percobaan minggu sebelumnya,
kaitkan dengan judul percobaan kita hari ini
Menanya:
Hal apa yang Anda dapatkan dari pengamatan tersebut?
Rumusan Masalah :
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Hipotesis
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
1 𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )2
∆𝑥 = √
𝑁 𝑁−1
∆𝑥
Ketidakpastian relative 𝑥 𝑥100%
0
𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………