Anda di halaman 1dari 79

PENGUKURAN

Kata Kunci

Besaran-Satuan-Pengukuran-
Ketidakpastian Pengukuran-Notasi
Ilmiah- Angka Penting-Sistem Satuan
Internasional (SI)-Konversi Satuan-
Dimensi

Tujuan :

Setelah mempelajari materi ini, Siswa diharapkan


dapat mengukur beberapa besaran fisika menggunakan
beberapa alat ukur yang sesuai; menjelaskan notasi
Nilai Karakter
ilmiah dan angka penting untuk menyatakan nilai suatu
Nilai Karakter yang diharapkan besaran fisika; mengolah hasil pengukuran dan
dalam materi ini adalah : melaporkannya menggunakan grafik; menafsirkan
grafik; menjelaskan dan mengelompokkan besaran
RASA INGIN TAHU pokok dan besaran turunan; mengonversi nilai suatu
besaran fisika ke dalam system satuan lain; menganalisis
suatu besaran fisika menggunakan konsep dimensi;
mendefinisikan dan mengelompokkan besaran skalar
dan besaran vector.
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Kelas X, Semester 1
Kompetensi Inti :
K.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K.2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royon, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
K.3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural,
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
K.4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mendiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuwan.

Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami hakikat dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian, dan aturan
angka penting).
4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik
yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.

Fisika selalu berhubungan dengan besaran, satuan dan pengukuran. Apakah


Anda masih ingat tentang pengertian besaran, satuan dan pengukuran tersebut ? Untuk
menambah pengetahuan Anda, maka materi ini akan memberikan uraian lebih labjut
tentang besaran, satuan dan pengukuran tersebut, yang dilengkapi dengan topic-topik
lain yang berkaitan. Dalam hal ini, topik-topik utama yang akan diuraikan lebih lanjut
dalam Materi ini ditampilkan dalam peta konsep berikut.
A. MENGUKUR BESARAN FISIKA

Di Sekolah Menengah Pertama kita telah mempelajari pengertian besaran


fisika, yaitu besaran fisika adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
nilai (harga). Sementara itu, pengukuran adalah suatu kegiatan membandingkan nilai
suatu besaran dengan besaran lain yang ditetapkan sebagai satuan.
Untuk mengukur besaran fisika kita memerlukan suatu alat ukur. Sebagai contoh,
panjang dapat diukur dengan beberapa alat ukur, seperti mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup. Tabel berikut ini menunjukkan beberapa nama alat ukur.

Nama Alat Besaran Fisika yang Diukur


Meteran / Pita Meter
Penggaris Panjang
Jangka Sorong
Mikrometer Sekrup
Timbangan / Neraca Massa
Dinamometer (Neraca Pegas) Gaya Mekanik, Berat
Tabung Ukur (Gelas Ukur) Volume

1. Mengukur Panjang
Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan mistar,
jangka sorong, atau micrometer sekrup. Akan tetapi, setiap alat ukur panjang
tersebut tentunya mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
a. Mistar
Mistar atau penggaris merupakan alat untuk mengukur panjang yang
biasanya terbuat dari bahan plastic, kayu, atau logam. Pada mistar jarak antara
dua goresan yang berdekatan merupakan skala terkecilnya. Umumnya, skala
terkecil mistar adalah 1 mm, tetapi ada juga mistar yang skala terkecilnya
lebih besar dari imm, misalnya 1 cm. Gambar 1.1 menunjukkan contoh jenis
mistar yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 1.1 Mistar

Pada dasarnya, kita telah mengetahui cara mengukur panjang suatu


benda dengan menggunakan mistar. Perhatikan pengukuran panjang ruas garis
AB dengan menggunakan mistar pada gambar dibawah ini.
b. Jangka Sorong

Gambar 1.3 Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat untuk mengukur panjang yang lebih


teliti atau presisi daripada mistar. Pada dasarnya, jangka sorong terdiri dari
dua jenis yaitu jangka sorong analog dan jangka sorong digital. Dalam buku
ini kita hanya akan mempelajari jangka sorong analog. Untuk menggunakan
jangka sorong jenis ini terdapat beberapa aturan yang harus kita kuasai.
Sementara itu, untuk menggunakan jangka sorong digital, kita dapat
menentukan panjang benda yang diukur dengan membacanya secara langsung
pada layar jangka sorong tersebut. Secara umum, bagian-bagian jangka sorong
analaog ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Selain mempunyai rahang dalam dan rahang luar, jangka sorong
mempunyai dua rahang lainnya, yaitu rahang tetap dan rahang geser (rahang
yang dapat bergerak). Rahang tetap tersebut mempunyai skala panjang yang
disebut skala utama, sedangkan rahang geser mempunyai skala pendek yang
disebut skala nonius seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Bagian-bagian Jangka Sorong Analog

Nilai skala terkecil jangka sorong bergantung pada pembagian skala


nonius terdapat pada rahang geser. Jika pada rahang geser terdapat 11 garis
skala (skala 0 sampai skala 10), maka setiap 1 mm skala utama dibagi menjadi
10 skala nonius. Hal ini berarti skala terkecil jangka sorong tersebut adalah 1
mm : 10 = 0,1 mm. Umumnya, jangka sorong dengan skala terkecil 0,1 mm
banyak beredar di pasaran saat ini, tetapi ada juga jangka sorong dengan nilai
skala terkecil yang lebih kecil dari 0,11 mm, misalnya 0,05 mm dan 0,02 mm.
Untuk jangka sorong dengan nilai skala terkecil 0,05 mm, maka pada rahang
gesernya terdapat 21 garis skala, sehingga skala terkecilnya dapat ditentukan
dengan 1 mm : 20 = 0,05 mm. **Bagaimana dengan jangka sorong dengan
skala terkecil 0,02 mm?

Gambar 1.5 Mengukur panjang (diameter) benda menggunakan


jangka sorong
Bagaimana cara mengukur panjang benda dengan menggunakan
jangka sorong? Gambar 1.5 menunjukkan ilustrasi jangka sorong dengan skala
terkecil 0,1 mm yang digunakan untuk mengukur diameter benda. Berapakah
diameter benda tersebut ?
Langkah-langkah dalam menentukan nilai panjang suatu benda yang diukur
dengan jangka sorong adalah sebagai berikut :
1) Baca skala utama yang terdapat sebelum garis nol skala nonius. Untuk
diameter benda yang digambarkan pada Gambar 1.5, pembacaannya
adalah 1,5 cm = 15 mm.
2) Baca pembacaan skala nonius yang berhimpit tegak (tepat) dengan
salah satu garis pada skala utama. Pada Gambar 1.5, pembacaannya
adalah skala ke-4 yang sama dengan 0,4 mm. Hal ini karena skala
terkecil alat adalah 0,1 mm, sehingga 4 x 0,1 mm = 0,4 mm.
3) Jumlahkan kedua pembacaan tersebut untuk menghasilkan pengukuran
akhir. Untuk diameter benda yang digambarkan pada Gambar 1.5,
diameter benda tersebut adalah 15 mm + 0,4 mm = 15,4 mm.

Contoh Soal 1.1

Seorang siswa menggunakan jangka sorong dengan skala terkecil 0,1


mm untuk mengukur diameter sebuah silinder kayu. Pembacaan skalanya
ditunjukkan dengan gambar berikut.

Tentukan diameter silinder kayu tersebut berdasarkan gambar.

Penyelesaian :

Pembacaan skala utama yang terdapat sebelum garis nol pada skala nonius
adalah 2,7 cm, sedangkan pembacaan skala nonius yang berhimpit tegak
(tepat) dengan salah satu garis pada skala utama adalah skala ke-9 (0,9 mm)
sehingga diameter silinder kayu tersebut adalah 27 mm + 0,9 mm = 27,9 mm.

c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat untuk mengukur panjang suatu
benda yang lebih teliti daripada mistar maupun jangka sorong. Hal ini karena
mikrometer sekrup mempunyai skala terkecil 0,01 mm. Alat ini banyak
digunakan dalam bidang teknik untuk mengukur diameter, tebal, atau sudut
yang kecil dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Perhatikan gambar
mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya sebagai berikut.

Gambar 1.6 Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya

Bagaimana mengukur panjang suatu benda dengan menggunakan micrometer


sekrup ? Untuk mengetahuinya, perhatikan ilustrasi berikut.

Gambar 1.7 Mengukur panjang dengan micrometer sekrup


Berdasarkan Gambar 1.7, kita dapat melihat bahwa panjang benda tersebut
adalah 6,49 mm. Bagaimana cara untuk menentukan atau membaca nilai ?
pada dasarnya langkah-langkah untuk menentukan atau membaca skala
micrometer sekrup adalah sebagai berikut :
1) Pembacaan skala utama yang berhimpit dengan tepi selubung luar
adakah di antara 6,5 mm dan 7,0 mm. Ambil nilai yang lebih rendah,
yaitu 6,5 mm.
2) Garis selubung luar yang berhimpit tepat dengan garis mendatar skala
utama adalah garis ke-44, yang sama dengan 0,44 mm.

Jadi, pembacaan mikrometer sekrup yang diilustrasikan pada Gambar 1.7


adalah 6,5 mm + 0,44 mm = 6,94 mm.

Contoh 1.2

Tentukan pembacaan skala sebuah micrometer sekrup pada gambar dibawah


ini.

Penyelesaian :

Berdasarkan gambar diatas, pembacaan skala utama yang berhimpit dengan


tepi selubung luar adalah di antara 4,5 mm dan 5,0 mm. Sementara itu, garis
selubung luar yang berhimpit tepat dengan garis mendatar skala utama adalah
garis ke-11. Jadi, pembacaan micrometer sekrup tersebut adalah 4,5 mm +
0,11 mm = 4,61 mm.

2. Pengukuran Massa
Untuk mengukur besaran massa, kita dapat menggunakan timbangan
atau neraca. Beberapa neraca atau (timbangan) yang seringkali digunakan
untuk mengukur massa di antaranya seperti neraca lengan, neraca pegas, dan
neraca digital. Beberapa jenis timbangan atau neraca ditunjukkan pada gambar
berikut ini.

Gambar 1.8 Beberapa jenis neraca atau timbangan

3. Mengukur Waktu
Untuk mengukur waktu, kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam
tangan, jam dinding, dan stopwatch. Gambar 1.9 berikut ini menunjukkan alat-alat
untuk mengukur waktu tersebut.

Gambar 1.9 Beberapa alat untuk mengukur waktu

4. Notasi Ilmiah dan Angka Penting


a. Notasi Ilmiah
Pengukuran besaran fisika sering berhubungan dengan bilangan yang
sangat besar atau sangat kecil, sebagai contoh kecepatan cahaya sekitar
299.792.458 𝑚/𝑠.Dan massa sebuah atom hidrogen sekitar
0,000 000 000 000 000 000 000 0017 gram. Untuk menyederhanakan
penulisan bilangan-bilangan tersebut, kita menggunakan suatu cara yang
disebutnotasi ilmiah.
Dalam hal ini, notasi ilmiah merupakan cara menuliskan bilangan-bilangan
yang memuat nilai-nilai yang sangat besar atau sangat kecil untuk dituliskan
dalam notasi decimal yang baku dengan lebih mudah. Notasi ilmiah banyak
digunakan oleh para ilmuwan, ahli matematika, dan insinyur yang bekerja
dengan bilangan-bilangan yang bernilai besar tersebut. Notasi ilmiah disebut
juga bentuk baku atau notasi eksponensial. Dalam notasi ilmiah semua
bilangan dituliskan sebagai berikut.

𝒂 𝒙 𝟏𝟎𝒏

Dengan a = basis (1 ≤ 𝑎 ≥ 10); 10n = orde; n = pangkat atau eksponen


(0,1,2,…..).
Catatan : Notasi ilmiah tersebut biasanya dibaca (“a kali sepuluh pangkat n”).
Notasi ilmiah untuk bilangan decimal negative dinyatakan dengan menuliskan
tanda minus yang diikuti dengan notasi ilmiah untuk lawan dari bilangan ini.
Contoh :
1) 4,51 𝑥 1023 merupakan notasi ilmiah
2) 0,543 𝑥 104 bukan notasi ilmiah. Hal ini karena bilangan tersebut
(0,543) kurang dari satu (1)
3) 3,14 𝑥 100 merupakan notasi ilmiah

Jika bilangan a lebih kecil dari satu, maka notasi ilmiahnya dinyatakan dengan
pangkat negative.

Contoh :

1) 0,00000000000000000000000017 gram = 1,7 x 10-24


2) 0,00523 s = 5,23 x 10-3 s

Contoh 1.3

Nyatakan notasi ilmiah bilangan-bilangan berikut


a. 0,543 x 104 b. 12.346.789 c. 0,00000123
Penyelesaian
a. 5,43 x 103
b. 12.346.789 = 1,2346789 x 10.000.000 = 1,2346789 x 107
c. 0,00000123 = 1,23 x 0,000001= 1,23 x 10−6

b. Angka penting
Angka penting adalah angka-angka yang diperlukan dalam suatu
bilangan decimal untuk menyatakan ketelitian (akurasi) alat ukur yang
digunakan untuk memperoleh bilangan tersebut, mulai dari angka
pertama bukan nol ke kanan dan berakhir pada angka paling kanan.
Sebagai contoh, panjang benda yang diukur dengan menggunakan
mistar adalah 4,5 cm, jumlah angka pentingnya adalah dua. Dalam hal
ini, 4 dan 5 adalah angka –angka penting dalam pengukuran panjang
tersebut, yang dapat diperoleh secar langsung melalui pembacaan
mistar. Pada saat kapan suatu bilangan dianggap penting? Untuk
mengetahuinya, simaklah aturan-aturan angka penting berikut ini.
1) Semua angka bukan nol adalah angka penting, contohnya 5,45
mempunyai tiga angka penting.
2) Nol yang terdapat diantara dua angka bukan nol adalah angka
penting, contohnya 2,505 mempunyai empat angka penting.
3) Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, nol yang
terdapat di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan
maupun di sebelah kiri koma desimal bukan angka penting,
contohnya 0,345 mempunyai tiga angka penting; 0,0000006
hanya mempunyai satu angka penting.
4) Nol yang terdapat di urutan akhir angka-angka yang dituliskan
di kanan koma desimal merupakan angka penting, contohnya
3,450 mempunyai empat angka penting; 0,004500 mempunyai
empat angka penting.
5) Jika bilangan tidak mempunyai koma desimal, nol yang
terdapat di sebelah kanan angka bukan nol bukan angka
penting, contohnya 5460 mempunyai tiga angka penting; dan
300.000 mempunyai satu angka penting.
6) Pada notasi ilmiah (ax10𝑛 ), a adalah angka penting, contohnya
2,6 x 104 mempunyai dua angka penting; 1,03 x 10−3
mempunyai tiga angka penting.
7) Dalam penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan angka-
angka penting, hasilnya hanya boleh mempunyai satu angka
taksiran (angka-angka kanan), contohnya
105,316 6 sebagai angka taksiran
23,42 2 sebagai angka taksiran
7,8 8 sebagai angka taksiran
136,636 ≈ 136,6 6 sebagai angka taksiran
8) Dalam perkalian atau pembagian (atau pemangkatan dan
penarikan akar) yang melibatkan angka-angka penting
sebanyak bilangan dengan angka penting yang paling sedikit
dari bilangan yang dimasukkan dalam operasi tersebut,
contohnya
32,45 ( mempunyai 4 angka penting )
8,20 ( mempunyai 3 angka penting )
266,090 ≈ 266 (mempunyai 3 angka penting)

Selain itu, terdapat aturan-aturan untuk membulatkan angka


penting, yaitu sebagai berikut.
1) Angka-angka yang lebih besar dari 5 dibulatkan keatas.
2) Angka-angka yang lebih kecil dari 5dibulatkan kebawah.
3) 5 dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil dan 5
dibulatkan kebawah jika angka sebelumnya genap.
Contoh:
2,566 dibulatkan menjadi 2,57 2,563 dibulatkan menjadi 2,56
2,565 dibulatkan menjadi 2,56 2,575 dibulatkan menjadi 2,58

5. Bilangan Eksak
Dalam mempelajarai angka penting, terdapat dua jenis bilangan yang
berhubungan dengan angka penting tersebut, yaitu bilangan penting dan bilangan
eksak. Bilangan penting adalah bilangan yang diperoleh dari suatu pengukuran
serta mengandung angka-angka penting dan satu angka taksiran. Sementara itu,
bilangan eksak adalah bilangan yang tidak mempunyai ketidakpastian. Bilangan
eksak mempunyai sejumlah angka penting. Pada dasarnya, untuk menentukan
apakah suatu bilangan eksak atau bukan, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
dari mana bilangan tersebut berasal. Perhatikan penjelasan berikut ini.
a. Bilangan eksak adalah hasil penghitungan benda-benda yang tidak dapat
dibagi. Sebagai contoh. 8 buah telur, 10 buah mobil, dan lain-lain. Dalam hal
ini, 8 dan 10 adalah bilangan eksak.
b. Bilangan eksak terdapat pada definisi yang pasti (eksak). Sebagai contoh, 1 m
= 100 cm; 1L = 1.000 mL. Dalam hal ini, 1, 100, dan 1.000 adalah bilangan
eksak.
c. Bilangan eksak adalah hasil persamaan dan hubungan yang pasti. Sebagai
1 1 1
conth, = 𝑅 (22 − 𝑛2 ). Dalam hal ini, 1 dan 2 pada persamaan tersebut
𝜆

merupakan bilangan eksak.

6. Ketidakpastian Pengukuran
Pada dasarnya, semua pengukuran selalu diliputi dengan kesalahan yang
berkontribusi terhadap ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Terdapat dua
jenis kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan acak dan kesalahan sistematis.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang konsep ketidakpastian pengukuran,
sebaiknya kita mempelajari lebih dahulu kedua kesalahan pengukuran tersebut.
a. Kesalahan Acak dan Kesalahan Sistematis
Kesalahan acak adalah kesalahan dalam pengukuran yang
memungkinkan nilai-nilai dari besaran yang diukur menjadi tidak konsisten
ketika pengukuran tersebut diulang. Pada dasarnya, semua pengukuran rentan
terhadap kesalahan acak. Hal ini karena, setiap pengukuran dipengaruhi oleh
banyak sumber kesalahan acak, seperti getaran gedung, fluktuasi listrik, gerak
molekul-molekul udara (gerak brown), dan gesekkan pada setiap bagian alat
yang bergerak. Kesalahan acak terjadi sangat cepat dan hampir tidak dapat
dihindari. Sebagai contoh, fluktuasi tegangan listrik mempengaruhi
pengukuran arus listrik dan tegangan listrik, dan gerak brown molekul-
molekul udara mempengaruhi pembacaan jarum galvanometer.
Sementara itu, kesalahan sistematis adalah kesalahan pengukuran yang
disebabkan oleh ketidaktepatan system pengukuran tersebut. Tidak seperti
kesalahan acak, kesalahan sistematis ini dapat dihindari, dapat diprediksi, dan
dapat diperkirakan, sehingga kesalahan sistematis dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan usaha-usaha berikut.
1) Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang digunakan dalam pengukuran
dengan benar dan pastikan bahwa kita telah memberikan skala yang tepat.
2) Atur titik nol skala alat ukur agar berimpit dengan titik nol jarum penunjuk
skala
3) Periksa keadaan alat sebelum melakukan pengukuran
4) Bacalah skala secara tegak lurus
5) Periksa keadaan lingkungan, seperti suhu, tekanan udara, dan kelembapan
sebelum dan sesudah melakukan pengukuran.
b. Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang
Pengukuran besaran fisika dapat dibedakan menjadi pengukuran
tunggal dan pengukuran berulang. Pada dasarnya, kedua jenis pengukuran
tersebut akan menghasilkan hasil yang berbeda. Untuk mengetahuinya,
simaklah penjelasan berikut ini.
Jika kita akan mengukur suatu besaran fisika, misalnya panjang
suatu benda, kita dapat melakukannya tanpa harus khawatir dengan kesalahan
acak. Pada dasarnya, kesalahan tersebut akan tetap ada, tetapi nilainya akan
kecil, sehingga mungkin saja tidak terdeteksi. Jadi, kesalahan acak bukanlah
sesuatu yang terlalu kita khawatirkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kata lain, jika kita akan mengukur suatu besaran yang dapat diamati secara
langsung, maka kita cukup melakukan pengukuran tunggal secara hati-hati.
Akan tetapi, jika kita akan melakukan pengamatan ilmiah, kita perlu lebih
berhati-hati, khususnya jika kita menggunakan alat ukur yang sensitive untuk
mencapai hasil yang seakurat mungkin (dapat dipercaya).
Pada umunya, pengukuran yang sering dilakukan dalam kegiatan
ilmiah adalah pengukuran berulang. Hal ini karena pengukurn berulang
diyakini dapat mengurangi kesalahan acak. Dalam hal ini, jika kesalahan acak
suatu pengukuran kecil, maka pengukuran tersebut dikatakan akurat atau tepat.
c. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang
Karena semua pengukuran baik pengukuran tunggal maupun
pengukuran berulang selalu diliputi kesalahan, maka hasil suatu pengukuran
harus dilaporkan dengan menyertakan ketidakpastian dari nilai-nilai yang
diukur.Jika kita melakukan pengukuran tunggal, maka data pengukuran
tersebut biasanya dilaporkan sebagai berikut.

𝟏
𝒙 = 𝒙𝟎 ± ∆𝒙 = 𝒙𝟎 ± 𝒏𝒔𝒕
𝟐

Dengan

x = nilai besaran yang diukur

x0 = pembacaan skala alat ukur pada pengukuran besaran x

∆𝑥 = ketidakpastian mutlak pengukuran besaran x

𝑛𝑠𝑡 = skala terkecil alat ukur

∆𝑥
Perbandingan adalah ketidakpastian relatif pengukuran. Ketidakpastian
𝑥0

relative ini biasanya dinyatakan dalam persen sebagai berikut.

∆𝑥
𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 𝑥 100 %
𝑥0

Contoh 1.4

Dalam suatu pengukuran tegangan listrik diperoleh pembacaan sebesar 10,5


volt. Jika alat ukur yang digunakan mempunyai skala terkecil 0,1 volt,
tentukan hasil pengukuran tersebut.

Penyelesaian :

1
𝑉 = (𝑉0 ± ∆𝑉) = (𝑉0 ± 𝑛𝑠𝑡)
2

𝑉0 = 10,5 𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑠𝑡 = 0,1 𝑣𝑜𝑙𝑡, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎

1 1
𝑉 = (𝑉0 ± 𝑛𝑠𝑡) = {(10,5 ± (0,1))} 𝑣𝑜𝑙𝑡 = (10,5 ± 0,05)𝑣𝑜𝑙𝑡
2 2
Jadi, hasil pengukuran tersebut adalah V = (10,5 ± 0,05) volt.

Sementara itu, jika kita melakukan pengukuran berulang, maka data


pengukuran tersebut biasanya dilaporkan sebagai berikut.
𝒙 = 𝐱̄ ± ∆𝒙

Dengan

x = nilai besaran yang diukur

x̄ = nilai rata-rata x
∆x = ketidakpastian mutlak pengukuran besaran x

𝑥1 +𝑥2 +⋯+𝑥𝑛 ∑ 𝑥𝑖
𝐱̄ = = xi = hasil pengukuran besaran x ke – i
𝑛 𝑛

2
1 𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 −(∑ 𝑥𝑖 )2 ∑(𝑥𝑖 − 𝐱
̄)
∆𝑥 = √ = √ n = jumlah pengulangan
𝑛 𝑛−1 𝑛(𝑛−1)

pengukuran

Pada pengukuran tunggal maupun pengukuran berulang. ∆𝑥 disebut


dengan ketidakpastian mutlak. Ketidakpastian mutlak dapat digunakan untuk
menentukan ketepatan hasil pengukuran. Semakin kecil harga ∆𝑥 suatu
pengukuran, semakin tepat hasil pengukuran tersebut dan sebaliknya.

Berdasarkan nilai ketidakpastian relatifnya, jumlah angka penting yang


dilaporkan dalam pengukuran berulang memenuhi aturan berikut.

1) Jika ketidakpastian relatifnya sekitar 10% maka kemungkinan dua angka


penting
2) Jika ketidakpastian relatifnya sekitar 1% maka kemungkinan tiga angka
penting
3) Jika ketidakpastian relatifnya 0,1% maka kemungkinan empat angka
penting.

Contoh 1.5
Tentukan ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relative dari nilai arus
listrik berikut ini :

𝐼 = (4,5 ± 0,05)𝐴

Penyelesaian :

Karena 𝐼 = (𝐼 ̅ ± ∆𝐼)𝐴, dengan 𝐼 = (4,05 ± 0,05)𝐴

Maka, harga ketidakpastian mutlaknya adalah ∆𝐼 = 0,05 𝐴

Sementara itu, harga ketidakpastian relatifnya adalah :

∆𝐼 0,05
𝑋 100% = 𝑋 100 % = 1,11 %
̅𝐼 4,5

d. Perhitungan Ketidakpastian (Pengayaan)


Ketidakpastian suatu besaran fisika yang diperoleh secara tidak
langsung (dalam hal ini, biasanya diperoleh dari suatu perhitungan),
memenuhi aturan-aturan berikut.
1) Penjumlahan dan Pengurangan
Untuk besaran Q yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan besaran-
besaran lainnya, misalnya x, y, dan z, ketidakpastian mutlak Q adalah
jumlah dari ketidakpastian mutlak x, y, dan z.
a) Jika Q = x + y, maka ∆𝑄 = |∆𝑥| + |∆𝑦|
b) Jika Q = x – y, maka ∆𝑄 = |∆𝑥| + |∆𝑦|
c) Jika Q = x + y – z, maka ∆𝑄 = |∆𝑥| + |∆𝑦| + |∆𝑧|
2) Perkalian, Pembagian, Pangkat dan Akar
Untuk besaran Q yang melibatkan perkalian, pembagian, pangkat, dan akar
dari besaran-besaran lain, misalnya x,y, dan z, ketidakpastian relative Q
adalah jumlah dari ketidakpastian relative x,y, dan z.
∆𝑄 ∆𝑥 ∆𝑦
a) Jika Q = xy, maka = |𝑥 | + | 𝑦 |
𝑄0 0 0

𝑥 ∆𝑄 ∆𝑥 ∆𝑦
b) Jika Q = 𝑦, maka 𝑄 = |𝑥 | + | 𝑦 |
0 0 0

𝑥𝑦 ∆𝑄 ∆𝑥 ∆𝑦 ∆𝑧
c) Jika Q = , maka 𝑄 = | 𝑥 | + | 𝑦 | + | 𝑧 |
𝑧 0 0 0 0

∆𝑄 ∆𝑥
d) Jika Q = axn, maka 𝑄 = |𝑛| | 𝑥 |
0 0
𝑛 ∆𝑄 ∆𝑥
e) Jika Q = √𝑥 , maka 𝑄 = 𝑛 |𝑥 |
0 0

f) Jika Q = axn ym; x = x0 ± ∆𝑥; y = y0 ± ∆𝑦, dan ∆𝑥 & ∆𝑦 diperoleh


dari pengukuran tunggal, maka
∆𝑄 ∆𝑥 ∆𝑦
= |𝑛| | | + |𝑚| | |
𝑄0 𝑥0 𝑦0
g) Jika Q = axn ym; x = x̄ ± ∆𝑥;y =𝑦̅ ± ∆𝑦, dan ∆𝑥 & ∆𝑦 diperoleh dari
pengukuran berulang maka

∆𝑄 ∆𝑥 2 ∆𝑦 2
= √(𝑛 ) + (𝑚 )
𝑄0 𝑥̅ 𝑦̅
1
h) Jika Q = axn ym; x = x0 ± ∆𝑥 = x0 ± 2 𝑛𝑠𝑡 (pengukuran tunggal) dan

y = 𝑦̅ ± ∆𝑦∆ (pengukuran berulang) maka

∆𝑄 2 ∆𝑥 2 ∆𝑦 2
= √(𝑛 𝑥 ) + (𝑚 )
𝑄0 3 𝑥0 𝑦̅

B. MELAPORKAN HASIL PENGUKURAN


Data hasil pengukuran suatu besaran fisika pada dasarnya dapat disajika
dalam beberapa cara. Salah satu cara yang umum dilakukan oleh para ahli fisika
adalah dengan menyajikannya dalam bentuk grafik. Melalui grafik kita dapat
memperoleh informasi tentang pengaruh besaran fisika tertentu terhadap besaran
fisika lainnya pada kondisi tertentu. Selain itu, melalui grafik kita juga dapat
memperoleh pernyataan matematis dari suatu konsep atau teori fisika, sehingga teori
atau konsep tersebut menjadi lebih mudah dipelajari. Berikut ini adalah contoh dari
hasil percobaan (pengukuran) yang kemudian dinyatakan dalam grafik beserta analisis
matematisnya, yaitu data hasil percobaan untuk menentukan konstanta pegas (k) yang
memenuhi hokum hooke.
Tabel 1.2 Data hasil percobaan untuk menentukan konstanta pegas
No Gaya (F) Pertambahan panjang pegas (∆x)
1 3N 1 cm
2 6N 2 cm
3 9N 3 cm
4 12 N 4 cm
5 15 N 5 cm

Data tersebut dapat diplot dalam grafik gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas
(∆x), seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.10 Grafik gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas (∆x)

Berdasarkan grafik tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin besar
gaya yang diberikan pada pegas, semakin besar pertambahan panjang pegas tersebut.
Dalam hal ini, gaya (F) berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas (∆x)
atau gaya (F) dan pertambahan panjang pegas mempunyai hubungan yang linier. Jika
kemiringan grafik, F = f(∆x) tersebut membentuk sudut sebesar α terhadap sumbu
mendatar (∆x), maka konstanta pegas adalah sama dengan nilai dari tan α yaitu :

𝐹2 − 𝐹1 𝐹
𝑘 = tan 𝛼 = =
∆𝑥2 − ∆𝑥1 ∆𝑥

Oleh karena itu, hubungan gsys, pertambahan panjang pegas, dan konstanta pegas
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.

𝐹 = 𝑘 ∆𝑥

Berdasarkan segitiga ABC pada grafik yang terdapat dalam Gambar 1.10, nilai
konstanta pegas pada percobaan tersebut dapat ditentukan sebagai berikut.

(15 − 0)𝑁
𝑘 = tan 𝛼 = = 300 𝑁/𝑚
(5 − 0)𝑁
C. BESARAN POKOK DAN BESARAN TURUNAN
Dalam fisika, terdapat dua jenis besaran, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran fisika yamh satuannya ditetapkan terlebih
dahulu melalui kesepakatan. Sementara itu, Besaran turunan adalah besaran fisika
yang satuannya diturunkan dari satuan-satuan besaran pokok. Terdapat tujuh besaran
pokok, yaitu seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3 Besaran Pokok dan Satuannya
Besaran Fisika Satuan Lambang
Panjang Meter m
Massa Kilogram Kg
Waktu Detik s
Kuat arus listrik Ampere A
Suhu Kelvin K
Intensitas cahaya Kandela cd
Jumlah zat Mole Mol

Sementara itu, besaran turunan berjumlah sangat banyak. Tabel berikut ini
menampilkan beberapa contoh besaran turunan.
Tabel 1.4 Contoh-contoh Besaran Turunan dan Satuannya
Besaran Fisika Satuan Lambang
Luas Meter persegi m2
Volume Meter kubik m3
Massa jenis Kilogram / meter kubik Kg/m3
Kecepatan Meter / sekon m/s
Energy Joule J
Daya Watt W

1. Sistem Satuan Internasional


Dalam fisika, terdapat beberapa system satuan, seperti system satuan MKS
(system metric), system satuan CGS dan system sataun FPS (system inggris).
Tabel berikut ini menunjukkan satuan panjang, massa, dan waktu dalam system
satuan MKS, CGS, dan FPS.
Tabel 1.5 Satuan beberapa besaran dalam system satuan MKS, CGS dan FPS
No Besaran Fisika Satuan
MKS CGS FPS
1 Panjang Meter Centimeter Kaki
2 Massa Kilogram Gram Pon
3 Waktu Detik detik Detik

Kita telah mempelajari bahwa satuan adalah besaran fisika tertentu yang
didefinisikan dan diadopsi melalui kesepakatan yang digunakan untuk
menyatakan nilai besaran-besaran sejenis lainnya. Dengan kata lain, satuan
merupakan acuan atau standar dari suatu besaran fisika, sehingga satuan harus
memenuhi aturan-aturan sebagai berikut.
a. Harus mempunyai nilai yang tetap
b. Harus bersifat umum
c. Harus dapat dikonversi ke dalam system satuan lain yang sejenis.

Berdasarkan aturan-aturan satuan diatas, terdapat sebuah system satuan yang


digunakan secara internasional, yaitu Sistem Satuan Internasional. Sistem ini
diadopsi dari Konferensi Umum Ke-11 tentang Berat dan Ukuran, yang diadakan
di Paris-Perancis pada tahun 1960. Sistem satuan internasional umumnya dikenal
di seluruh dunia dengan sebutan SI. Pada dasarnya, Sistem Satuan Internasional
dikembangkan dari system MKS.

Sistem Satuan Internasional mempunyai beberapa kelebihan, salah satu


diantaranya adalah lebih mudah dikonversi ke dalam system satuan lain yang
sejenis. Hal ini karena pada system SI digunakan awalan untuk menyatakan
bilangan decimal (kelipatan sepuluh) yang dituliskan sebelum satuan yang
digunakan. Sebagai contoh 0,003 meter dapat dinyatakan menjadi 3 milimeter.

Tabel 1.6 Awalan-awalan Satuan SI

Faktor Pengali Awalan Lambang


1000 000 000 000 000 000 = 1018 Exa E
1 000 000 000 000 000 = 1015 Peta P
1 000 000 000 000 = 1012 Tera T
1 000 000 000 = 109 Giga G
1 000 000 = 106 Mega M
1 000 = 103 Kilo k
100 = 102 Hekto h
10 = 101 Deka da
0,1 = 10-1 Desi d
0,01 = 10-2 Centi c
0,001 = 10-3 Mili m
0,000 001 = 10-6 Mikro 𝜇
0,000 000 001 = 10-9 Nano n
0,000 000 000 001 = 10-12 Piko p
0,000 000 000 000 001 = 10-15 Femto f
0,000 000 000 000 000 001 = 10-18 Ato a

2. Standar Satuan Besaran Pokok


a. Satuan Panjang
Standar satuan panjang adalah meter (m). Pada awalnya, melalui
perjanjian internasional, meter tersebut didefinisikan sebagai jarak di antara
dua goresan yang terdapat pada batang campuran logam platina-iridium yang
disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran di Sevres, Perancis. Pada tahun 1960,
meter tersebut didefinisikan ulang sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang
cahaya merah-jingga yang dipancarkan oleh isotope krypton-86. Pada tahun
1983 meter tersebut kembali didefiniskan ulang sabagai panjang lintasan
1
ditempuh cahay di ruang hampa (vakum) dalam selang waktu 299 𝑠.
792 458

Definisi ini digunakan sampai sekarang.


b. Satuan Massa
Standar satuan massa adalah kilogram (kg). Miula-mula kilogram
tersebut didefinisikan sebagai massa 1 desimeter kubik air murni pada suhu
massa jenis maksimumnya (4,0oC atau 39,2o F). Kilogram tersebut kemudian
didefiniskan ulang sebagai massa sebuah silinder platina-iridium yang juga
disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional di Sevres, Perancis.
Definisi ini digunakan hingga sekarang dan tiruan dari silinder platina-iridium
tersebut banyak digunakan di setiap Negara.
c. Satuan Waktu
Standar satuan waktu adalah sekon atau detik (s). Mula-mula, detik
1
didefiniskan sebagai 86.400 hari matahari rata-rata yang sama dengan waktu

yang diperlukan bumi untuk berputar satu kali penuh pada porosnya. Akan
tetapi, kemudian para ahli menemukan bahwa rotasi bumi tidak cukup
konstan, sehingga pada tahun 1967, detik didefiniskan ulang sebagai waktu
yang diperlukan oleh radiasi elektromagnetik yang dipancarkan pada suatu
transisi di antara dua tingkatan energy dalam keadaan dasar dari atom cesium-
133 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali.
d. Satuan Kuat Arus Listrik
Standar satuan arus listrik adalah ampere (A), yaitu arus listrik yang
mengalir melalui dua buah konduktor sejajar yang terpisah sejauh satu meter,
𝜇
yang menghasilkan gaya sebesar 2𝜋0 𝑁 atau 2 x 10-7N.

e. Satuan Suhu
1
Standar satuan suhu adalah kelvin (K). Kelvin adalah 273,16 suhu

termodinamik dari titik tripel air. Dalam hal ini, titik tripel air adalah suhu dan
tekanan yang pada suhu dan tekanan tersebut air dalam bentuk padat, cair dan
gas berada dalam kesetimbangan termal.
f. Satuan Intensitas Cahaya
Standar satuan intensitas cahaya adalah kandela (cd). Pada awalnya,
1
kandela didefiniskan sebagai 60 dari intensitas cahaya yang diradiasikan dari

satu centimeter persegi benda hitam yang disimpan pada suhu platina yang
memebeku. Kandela tersebut sekarang didefinisikan sebagai intensitas sumber
cahaya, dalam arah tertentu, dengan frekuensi sebesra 5,4 x 1014 hertz dan
1
intensitas radiasi sebesar 683 𝑊 tiap steradian dalam arah tersebut. Dalam hal

ini, benda hitam adalah benda ideal yang akan menyerap semua radiasi yang
mengenainya tanpa memantulkan radiasi tersebut.
g. Satuan Jumlah Zat
Standar satuan jumlah zat adalah mol. Pengertian mol adalah jumlah
zat suatu system yang mengandung partikel sebanyak atom yang terdapat pada
12 gram karbon-12, yang sama dengan 6,02 x 1023 partikel. Dalam hal ini 6,02
x 1023 adalah bilangan Avogadro.

3. Konversi Satuan
Pada dasarnya, satuan-satuan daru suatu besaran fisika dapat diubah
(dikonversi) dari satu system satuan ke system satuan lain yangs sejenis. Dalam
mengkonversi suatu satuan, terdapat konsep penting tang disebut factor konversi,
yaitu bilangan pengali yang mengubah ke dalam satuan-satuan yang setara.
Sebagai contoh, jika kita akan mengubah “kaki” ke “meter”, maka factor pengali
yang digunakan adalah 0,3048. Dengan kata lain, 1 kaki sama dengan = 0,3048
meter, sehingga 2 kaki = 0,6096 meter, 3 kaki = 0,9144, dan seterusnya.

Contoh 1.6

Sebuah sepeda motor bergerak dengan laju 60 km/jam. Nyatakan laju sepeda
motor itu dalam SI, mil/jam dan system satuan FPS.

Penyelesaian :

Dalam SI (m/s)

60 𝑥 1.000 𝑚
60 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 = = 16,7 𝑚/𝑠
3.600 𝑠

Dalam mil/jam

60 𝑥 0,061 𝑚𝑖𝑙
60 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 = = 37,26 𝑚𝑖𝑙/𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚

Dalam system satuan FPS (kaki/sekon)

60 𝑥 3.281 𝑘𝑎𝑘𝑖
60 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 = = 54,68 𝑘𝑎𝑘𝑖/𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
3.600 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

D. DIMENSI BESARAN FISIKA

Sebagian besar baik besaran pokok maupun besaran turunan mempunyai satuan
tertentu. Akan tetapi, ada juga beberapa besaran yang tidak mempunyai satuan,
misalnya indeks bias dan regangan. Karena satuan besaran turunan merupakan
kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok, maka setiap satuan besaran turunan
dapat diuraikan menjadi faktor-faktor satuan dari besaran pokok yang menyusunnya.
Dalam fisika, terdapat cara untuk menyusun suatu besaran turunan dari besaran-
besaran pokok, yaitu menggunakan dimensi. Jadi, dimensi suatu besaran fisika adalah
cara untuk mendefinisikan atau menggambarkan tentang bagaimana suatu besaran
tersusun dari besaran-besaran pokok.

Dimensi besaran pokok dituliskan dengan lambing huruf besar tertentu yang diberi
kurung persegi, seperti yang tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1.7 Dimensi Besaran Pokok

Besaran Pokok Dimensi Besaran Pokok Dimensi


Panjang [L] Suhu [𝜃]
Massa [M] Intensitas cahaya [J]
Waktu [T] Jumlah zat [N]
Kuat arys listrik [I]
Dimensi suatu besaran fisika mempunyai beberapa kegunaan, di antaranya adalah
sebagai berikut.

Untuk menentukan benar atau tidaknya suatu hubungan antarbesaran fisika dalam
suatu persamaan.
Contoh :
1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (persamaan jarak pada gerak lurus berubah beraturan)
2

Untuk menentukan benar atau tidaknya hubungan antara jarak (s), kecepatan awal
(v0), waktu (t), dan percepatan (a) pada persamaan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis dimensi sebagai berikut.

a. Persamaan pada ruas kiri hanya terdiri dari satu variabel, yaitu jarak (s),
sehingga dimensinya adalah [L].
b. Persamaan pada ruas kanan terdiri dari kecepatan awal (v0), waktu (t), dan
[𝐿] [𝐿]
percepatan (a), sehingga dimensinya adalah [𝑇] [𝑇] + [𝑇]2 = [𝐿]
[𝑇]2
Karena dimensi pada ruas kanan sama dengan dimensi pada ruas kiri, yaitu [L],
1
maka persamaan 𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 benar.
2

Catatan:

Koefisien pada persamaan tidak mempengaruhi analisis dimensi.


SOAL-SOAL PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS)

Kemampuan Mengamati

Soal :

1. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong. Skala yang ditunjukkan
dari hasil pengukuran tampak pada gambar. Besarnya hasil pengukuran adalah…

a. 3,19 cm d. 3,04 cm
b. 3,14 cm e. 3,00 cm
c. 3,10 cm

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Kemampuan Mengamati

Soal :

2. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer sekrup seperti gambar. Tebal pelat
logam adalah…

a. 4,85 mm
b. 4, 90 mm
c. 4,96 mm’
d. 4,98 mm
e. 5,00 mm
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………...

Kemampuan Mengamati

Soal :

3. Perhatikan gambar pengukuran panjang balok dibawah ini.

Hasil pengukuran yang diperoleh adalah...

a. 3,00 cm
b. 3,04 cm
c. 3,07 cm
d. 3,17 cm
e. 4,17 cm
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Kemampuan Mengamati

Soal :

4. Suatu benda berbentuk bola kecil diukur diameternya menggunakan mikrometer


skrup seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Bacaan skala yang tepat dari pengukuran diameter benda tersebut adalah..
a. 5, 31 mm
b. 6, 31 mm
c. 7, 31 mm
d. 8, 31 mm
e. 8, 41 mm

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Mengamati

Soal :

5.

Gambar di atas adalah micrometer sekrup, tentukanlah bagian-bagian dari alat ukur
tersebut (1, 2 dan 3)….
a. Rahang geser, selubung, selubung luar
b. Rahang geser, rahang tetap, selubung
c. Rahang tetap, selubung luar, selubung
d. Rahang tetap, skala utama, selubung
e. Rahang tetap, selubung, roda bergigi
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Memprediksi

Soal :

6. Budi melakukan pengukuran diameter silinder dengan menggunakan jangka


sorong. Pengukuran dilakukan satu kali dan hasil pengukurannya adalah 52,4 mm.
apabila jangka sorong memiliki skala terkecil 0,1 mm maka dengan
mempertimbangkan ketelitian dan angka penting maka hasil pengukuran tersebut
dapat ditafsirkan…
a. Diameter silinder yang diukur oleh Budi berukuran antara (52,40 - 0,5) mm
dan (52,40 + 0,5) mm
b. Diameter silinder yang diukur oleh Budi berukuran antara (52,40 - 0,1) mm
dan (52,40 + 0,1) mm
c. Diameter silinder yang diukur oleh Budi berukuran antara (52,40 - 0,001) mm
dan (52,40 + 0,001) mm
d. Diameter silinder yang diukur oleh Budi berukuran antara (52,40 - 0,05) mm
dan (52,40 + 0,05) mm
e. Diameter silinder yang diukur oleh Budi berukuran antara (52,40 – 0,06) dan
(52,40 + 0,06) mm
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Memprediksi
Soal :
7. Panjang sebatang paku diukur dengan jangka sorong adalah 58,8 mm. Alat ukur
tersebut memiliki ketelitian 0,05 mm. Dengan mempertimbangkan ketelitian
angka penting, penulisan hasil pengukuran adalah..
a. (58,80 0,05) mm
b. (58,8 0,05) mm
c. (58,80 0,01) mm
d. (58,8 0,5) mm
e. (58,80 0,06) mm
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Mengamati
Soal :
8. Gambar-gambar berikut merupakan posisi dari skala nonius dengan skala utama
pada jangka sorong
A.

B.

C.

D.

E.
Gambar manakah yang menyatakan hasil pengukuran (0,250 ± 0,005) cm…

a. Gambar A
b. Gambar B
c. Gambar C
d. Gambar D
e. Gambar E

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Mengamati

Soal :

9. Hasil pengukuran sebuah benda yang diukur dengan menggunakan micrometer


sekrup adalah (8,970 ± 0,005) mm. Gambar yang menyatakan hasil pengukuran
tersebut adalah…
A.

B.

C.

D.
E.

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Menginterpretasi Data

Soal :

10. Andi melakukan pengukuran panjang benda sebanyak lima kali dan diperoleh data
sebagai berikut :

Hasil pengukuran panjang benda tersebut adalah..

a. (8,0 ± 0,05) cm
b. (8,1 4,0) cm
c. (8,10 0,05) cm
d. (8,15 0,05) cm
e. (8,1 3,0) cm

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Menerapkan Konsep

Soal :

11. Energi potensial (Ep) dinyatakan oleh Ep= mgh dengan g adalah percepatan
gravitasi dan h ketinggian benda. Dimensi dari Energi Potensial adalah…
a. MLT-1
b. MLT-2
c. ML-1T-2
d. ML-2T2
e. ML2T-2

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Menerapkan Konsep

Soal :

12. Ahmad mengukur panjang sebatang kayu dengan menggunakan alat ukur mistar.
Perhatikan gambar di bawah ini :
Ternyata Ahmad telah melakukan penyimpangan dalam membaca alat ukur.
Berapakah pembacaan alat ukur yang sebenarnya dan kesalahan sistematis apayang
dilakukan oleh Ahmad . . . .
a. 63,9 dan kesalahan kalibrasi
b. 63,9 dan kesalahan acak
c. 63,5 dan kesalahan titik nol
d. 63,6 cm dan kesalahan paralak
e. 63,6 cm dan kesalahan kalibrasi
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Menerapkan Konsep


Soal :
13. Jika M dimensi massa L panjang dan T dimensi waktu, maka dimensi gaya
adalah…
a. ML-1T2
b. ML2T-3
c. ML2T-2
d. MLT-2
e. MLT-1
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Menerapkan Konsep
Soal :
14. Dengan mentaati aturan bahwa kita hanya dapat menuliskan hasil pengukuran
micrometer sekrup dengan satu angka yang diragukan, maka ketidakpastian yang
benar adalah…
a. (5,32 ± 1) mm
b. (5,32 ± 1) mm
c. (5,32 ± 0,01) mm
d. (5,32 ± 0,1) mm
e. (5,32 ± 2) mm

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Menerapkan Konsep
Soal :
15. Hasil pengukuran panjang dan lebar sebidang tanah berbentuk persegi panjang
15,3 m dan 2,5 m. Luas tanah menurut aturan angka penting adalah…
a. 38, 25 m2
b. 38,2 m2
c. 38,3 m2
d. 3,8 m2
e. 38 m2
Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Mengamati
Soal :
16. Ani mengukur massa sebuah benda dengan menggunakan neraca pegas. Hasil
pengukuran ditunjukkan oleh gambar.
Hasil pengukuran yang tepat yang dilakukan oleh Ani adalah…

a. ( 125 ± 10 ) gram
b. ( 125 ± 0,05 ) gram
c. ( 130 ± 0,5 ) gram
d. ( 130 ± 5 ) gram
e. ( 125 ± 0,07 ) gram

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Memprediksi

Soal :

17. Hasil pengukuran kapasitas panas C suatu zat padat sebagai fungsi temperature T
dinyatakan oleh persamaan = 𝛼𝑇 + 𝛽 2 . Menurut Anda satuan untuk α dan β
yang mungkin adalah….
a. J untuk α dan JK-2 untuk β
b. JK2 untuk α untuk J untuk β
c. JK untuk α untuk JK3 untuk β
d. JK-2 untuk α untuk JK-4 untuk β
e. J untuk α untuk JK2 untuk β

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Menerapkan Konsep

Soal :

18. Gaya elastis sebuah pegas dinyatakan dengan F = k . ∆𝑥 , dengan k menyatakan


konstanta pegas dan ∆𝑥 menyatakan pertambahan panjang pegas. Dimensi k
adalah…
a. [L] [T]-1
b. [M[ [T]-2
c. [M] [L] [T]-1
d. [M[ [L] [T]-2
e. [M] [L]-2 [T]-1

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Menerapkan Konsep

Soal :

19. Persamaan gas ideal memenuhi persamaan dengan P, V dan T menyatakan


tekanan, volume, suhu. Dimensi dari konstanta C adalah..
a. [M] [L]-1 [T]-2 [ ]-1
b. [M] [L]2 [T]-2 [ ]-1
c. [M] [L]2 [T]-1 [ ]-1
d. [M] [L]-2 [T]2 [ ]-1
e. [M] [L]-2 [T]-2 [ ]-1

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kemampuan Memprediksi

Soal :

20. Perhatikan data-data berikut ini !


1. Kuat arus listrik merupakan besaran pokok
2. Sudut ruang diukur dengan satuan radian
3. Massa bukan merupakan besaran turunan
4. Gaya diukur dengan satuan pascal

Menurut perkiraan Anda, manakah pernyataan yang benar ?

a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 1 dan 4
d. 3 dan 4

Berikan alasan anda mengapa anda memilih jawaban tersebut :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Kemampuan Melakukan Percobaan

Soal :

21. Lakukan kegiatan berikut :


a. Sediakan alat – alat percobaan sebagai berikut : mistar, jangka sorong dan
micrometer sekrup
b. Diskusikan dalam kelompok, berapa skala terkecil masing-masing alat
tersebut!
c. Gunakan alat-alat ukur tersebut untuk mengukur benda tertentu yang sesuai,
lalu laporkan hasil pengukuran tersebut dengan menyertakan
ketidakpastiannya.

Kemampuan Mengamati

Soal :
22. Seorang teknisi mobil mengukur diameter gotri roda dengan menggunakan
mikrometer sekrup seperti tampak pada gambar.

Diameter gotri tersebuti adalah ….

Kemampuan Menginterpretasi Grafik

Soal :

23. Tabel ini hasil pengukuran dan volume air laut. Berdasarkan tabel pengukuran
didapat grafik seperti pada gambar. Tentukan massa jenis air laut
Tabel Hasil Pengukuran :
Jumlah air laut Satu gelas Dua gelas Tiga gelas
Massa 300 gr 600 gr 900 gr
Volume 250 cm3 500 cm3 750 cm3
Grafik hubungan massa dengan volume air laut

250 500 750

∆𝑣 = 𝑣3 − 𝑣1 = 750 − 250 = 500

Kemampuan Menginterpretasi Data

Soal :

24. Perhatikan tabel berikut ini !


No Besaran Satuan Dimensi
1 Momentum Kg m s-1 [M] [L] [T]-1
2 Gaya Kg m s-2 [M] [L] [T]-2
3 Daya Kg m s-3 [M] [L] [T]-3
Dari tabel diatas, maka perkiraan yang mempunyai satuan dan dimensi yang benar
adalah…

Kemampuan Mengamati

Soal :

25. Perhatikan gambar !

Jika massa benda 600 g, maka massa jenis benda tersebut adalah..
KUNCI JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

No A B C D E

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

KUNCI JAWABAN SOAL ESSAY

21. Mistar, Jangka sorong, Mikrometer sekrup, Neraca lengan, Stopwatch.


Skala Terkecil dari Mistar : 1 mm atau 0,1 cm
Jangka Sorong : Skala utama ( 1 mm), skala nonius (0,1 mm)
Mikrometer sekrup : Skala utama (0,1 mm), skala nonius (0,01 mm)
Lakukan kegiatan pengamatan sesuai perintah !

22. Hasil pengukuran : 9,5 mm + 0,5 mm = 10 mm

23. Dari grafik hubungan massa dan volume di dapat hubungan kemiringan grafik atau
gradient grafik yang merupakan besaran massa jenis 𝜌.
∆𝑚 600 𝑔𝑟
𝜌= = = 1,2 𝑔𝑟⁄𝑐𝑚3
∆𝑣 500 𝑐𝑚3
Jadi massa jenis air laut berdasarkan data-data pengukuran adalah 1,2 𝑔𝑟⁄𝑐𝑚3

24. Satuan momentum, gaya dan daya:


Momentum → kg . m . s-1 → [M] [L] [T]-1
Gaya → kg . m . s-2 → [M] [L] [T]-2
Daya → kg . m2 s-3 → [M] [L]2 [T]-3

25.

Volume benda = volume air setelah benda dimasukkan– volume air mula-mula.
Volume benda = 200 ml – 150 ml
= 50 ml

= 12 g/ml = 12 g/cm3
= 12 x 1000 kg/m3
= 12.000 kg/m3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas


Nama Sekola : SMAN 4 Palembang
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : X/1
Tema / Topik : Pengukuran
Sub.Tema/ Sub. Topik : Besaran dan Satuan
Alokasi Waktu : 3 x 3 JP

A. KOMPETENSI INTI
K.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K.2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro-
aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif denga lingkungan social
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
K.3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural,
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan konsep pengetahuan procedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
K.4 : Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak, terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggungjawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percobaan, melaporkan dan berdiskusi.
1.3 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian,
dan aturan angka penting).
1.4 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.

INDIKATOR
1.1.1 Mengenali dan mengagumi kebesaran akan ciptaan Tuhan yang menjadikan
bumi dan isinya dengan adil dan teratur sehingga dapat diukur untuk mencapai
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
1.1.2 Melakukan percobaan dengan aktif, kerja sama, jujur, teliti, hati-hati,
bertanggungjawab, terbuka, disiplin, tekun, kritis, dan peduli lingkungan.

Pertemuan Pertama

3.1.1 Menjelaskan konsep pengukuran


3.1.2 Menggunakan alat ukur yang sesuai dengan besaran dan satuan
3.1.3 Menentukan ketelitian beberapa alat ukur panjang
3.1.4 Menyajikan data hasil pengukuran tunggal beserta ketidakpastiannya

Pertemuan Kedua

3.1.5 Menjelaskan kesalahan dan ketidakpastian pengukuran berulang


3.1.6 Menentukan ketidakpastian dan kesalahan pengukuran sesuai percobaan yang
dilakukan

Pertemuan Ketiga

3.1.7 Menjelaskan aturan penulisan angka penting


3.1.8 Menjelaskan operasi-operasi dalam angka penting
3.1.9 Menentukan angka penting hasil pengukuran

Pertemuan Pertama

4.1.1 Melakukan percobaan pengukuran panjang (diameter kelereng, pensil baru,


diameter kawat, tebal buku fisika)
Pertemuan Kedua

4.1.2 Menentukan panjang diameter kelereng, massa bola tenis dan waktu bola tenis
jatuh ke tanah dari ketinggian tertentu berdasarkan hasil pengukuran secara
berulang.

Pertemuan Ketiga

4.1.3 Menentukan massa jenis benda dengan peraturan operasi angka penting.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan pembelajaran tentang pengukuran, peserta didik diharapkan
dapat menyadari akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan bumi
dan isinya dengan adil dan teratur sehingga dapat diukur untuk mencapai sesuatu
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
2. Melalui kegiatan percobaan, melaporkan dan berdiskusi, peserta didik diharapkan
dapat menumbuhkan rasa ignin tahu terhadap masalah yang terjadi, objektif, jujur,
teliti, hati-hati, bertanggungjawab, terbuka, kritis, dan peduli lingkungan.
3. Melalui kegiatan mengamati, menanya, dan berdiskusi peserta didik dapat :
Pertemuan Pertama a. Menjelaskan konsep pengukuran dengan
baik dan benar
b. Mengetahui alat ukur yang sesuai dengan
besaran dan satuan
c. Menjelaskan ketelitian alat ukur dan
ketepatan dalam pengukuran dengan akurat
Pertemuan Kedua Menentukan ketidakpastian dan kesalahan
pengukuran dengan baik dan benar
Pertemuan Ketiga Mengetahui aturan penulisan angka penting
dengan benar

4. Melalui kegiatan percobaan, peserta didik dapat :


Pertemuan Pertama Menggunakan jangka sorong, micrometer sekrup,
dan mistar sebagai alat ukur panjang dengan baik
Pertemuan Kedua Menentukan hasil pengukuran data yang
mendekati benar (kesalahan/ketidakpastian kecil).
Pertemuan Ketiga Menentukan angka penting berdasarkan hasil
pengukuran berulang

D. MATERI
Pertemuan Fakta Konsep Prinsip/Hukum Prosedur
I Seorang anak 1. Pengukuran 1. Besaran dan Percobaan
mengukur tinggi 2. Penggunaan satuan pengukuran
badan dengan alat ukur 2. Rumus panjang
menggunakan 3. Ketepatan menentukan benda dengan
meteran dan dan ketidakpasta menggunakan
berat badan ketelitian in alat ukur yang
menggunakan pengukuran pengukuran memiliki
timbangan tunggal ketelitian
(penayangan yang berbeda
slide).
II Mengukur Ketidakpastian Rumus Percobaan
panjang dan dan kesalahan ketidakpastian pengukuran
lebar meja pengukuran untuk panjang,
peserta didik menentukan massa dan
dan papan tulis, hasil waktu
secara berulang pengukuran
berulang
III Hasil Angka penting Aturan Percobaan
pengukuran penentuan/ menentukan
objek pada penulisan angka massa jenis
pertemuan penting benda
kedua dengan
memperhatikan
angka penting
E. PENDEKATAN/STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN

Pertemuan Pendekatan Model Metode


I Keterampilan Proses Inkuiri 1. Demonstrasi
II Sains 2. Eksperimen
III 3. Diskusi
4. Tanya jawab

F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN


Pertemuan Media Alat dan Bahan Sumber Belajar
I Laptop dan LCD Mistar/meteran, Buku Fisika SMA
micrometer sekrup, Kelas X, Lks
jangka sorong, Pengukuran,
kelereng, pensil Artikel
baru, kawat, kertas, Pengukuran.
dan buku fisika.
II Kelereng, bola Buku Fisika SMA
tenis, jangka Kelas X, Lks
sorong, stopwatch, Pengukuran,
meteran, neraca Artikel
O’Hauss. Pengukuran.
III Jangka sorong, Buku Fisika SMA
neraca O’Hauss, Kelas X, Lks
Balok besi. Pengukuran,
Artikel
Pengukuran.
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan : 25 menit
1. Guru dan peserta didik saling memberikan salam
2. Doa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran
3. Merefleksi materi yang berkaitan dengan pengukuran yaitu besaran
dan satuan serta dimensi beberapa besaran
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Bertanya dan memberi informasi secara lisan maupun menayangkan
slide tentang pengukuran dalam kehidupan sehari-hari
6. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok (1 kelompok terdiri
dari 4-5 orang)
7. Guru memberikan LKS tentang pengukuran panjang dengan
menggunakan alat ukur panjang dengan ketelitian yang berbeda
8. Guru bersama peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang
terdapat pada LKS
Kegiatan Inti 100 menit
Tahapan Langkah/kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 Mengamati
Observasi untuk 1. Peserta didik menyebutkan alat ukur yang mereka
menemukan ketahui sesuai dengan besaran yang akan diukur
masalah 2. Peserta didik menyimak dan mengamati cara
(mengamati) menggunakan alat ukur yang akan digunakan pada
saat percobaan
3. Peserta didik mengamati skala alat ukur panjang
yang disediakan untuk percobaan yaitu mistar,
jangka sorong, dan micrometer sekrup.
4. Guru menilai kemampuan (aktif, terbuka, dan
kritis) peserta didik dalam mengamati
Tahap 2 dan 3 Merumuskan Hipotesis
Merumuskan 5. Peserta didik berdiskusi (bertanya) tentang
masalah, perbedaan ketelitian dan ketidakpastian ketiga alat
mengajukan ukur tersebut.
hipotesis Berikut pertanyaan yang harus peserta didik
ajukan:
Mengapa alat ukur yang fungsinya sama untuk
mengukur panjang tetapi ketelitiannya dan
ketidakpastiannya berbeda ?
Apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut ?
6. Peserta didik saling berdiskusi untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka
ajukan
7. Guru menilai kemampuan peserta didik dalam
berdiskusi untuk merumuskan masalah dan
membuat hipotesis
Tahap 4 Merencanakan dan Melakukan Penelitian /
Percobaan
Merencanakan 8. Peserta didik berdiskusi bersama teman kelompok
pemecahan mereka masing-masing untuk melakukan
masalah percobaan sesuai LKS untuk menguatkan jawaban
(melalui mereka
eksperimen atau 9. Peserta didik membagi tugas dalam kelompok
cara lain) untuk melakukan pengukuran (menentukan teman
Tahap 5 yang mengukur benda sesuai alat ukurnya masing-
Melaksanakan masing)
eksperimen 10. Peserta didik melakukan percobaan tentang
(atau cara pengukuran panjang dengan menggunakan alat
pemecahan ukur panjang yang memiliki ketelitian yang
masalah lain) berbeda.
Tahap 6 11. Peserta didik mengamati pembacaan skala hasil
Melakukan pengukuran oleh masing-masing alat ukur yang
pengamatan dan digunakan
pengumpulan 12. Peserta didik menentukan hasil pengukuran
data panjang pensil tebal buku fisika, tebal kertas,
diameter kelereng, dan diameter kawat.
13. Guru menilai kerja sama, kedisiplinan dan
keterampilan peserta didik, dalam melakukan
percobaan.
Tahap 7 Menginterpretasi/Menafsirkan Data
Analisis data 14. Peserta didik menentukan hasil pengukuran yang
dilengkapi dengan ketidakpastian masing-masing
alat ukur
15. Dengan fasilitas guru, peserta didik menganalisis
dan merumuskan hasil pengukuran tersebut
16. Guru menilai ketelitian peserta didik dalam
menganalisis data
Tahap 8 Berkomunikasi
Penarikan 17. Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi
kesimpulan dan pemecahan masalah yang mereka dapatkan
penemuan tentang ketelitian alat ukur yang berebda dan
penyebabnya.
18. Guru menilai keaktifan peserta didik dalam
presentasi kelompok
Penutup 10 menit
1. Bersama peserta didik merangkum konsep pengukuran dan prinsip-
prinsip dalam pengukuran (ketelitian, kesalahan/ketidakpastian
pengukuran tunggal)
2. Memberikan tugas tentang macam-macam alat-alat ukur dan
fungsinya
3. Melaksanakan postes
4. Salam dan doa penutup pembelajaran

Pertemuan Kedua
Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan : 25 menit
1. Guru dan peserta didik saling memberikan salam
2. Doa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran
3. Merefleksi ketercapaian materi (indicator) pertemuan sebelumnya
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Bertanya dan menagih tugas rumah tentang macam-macam alat ukur
dan fungsinya
6. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok (1 kelompok terdiri
dari 4-5 orang)
7. Guru memberikan LKS tentang pengukuran panjang, massa dan
waktu
8. Guru bersama peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang
terdapat pada LKS
Kegiatan Inti 100 menit
Tahapan Langkah/kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 Mengamati
Observasi untuk 1. Peserta didik mengamati skala alat ukur yang akan
menemukan digunakan (kalibrasi alat)
masalah 2. Peserta didik menentukan cara menggunakan alat
(mengamati) ukur massa dan alat ukur waktu stopwatch
3. Guru menilai kemampuan (aktif, terbuka, dan
kritis) peserta didik dalam mengamati
Tahap 2 dan 3 Merumuskan Hipotesis
Merumuskan 4. Peserta didik berdiskusi (bertanya) tentang
masalah, percobaan yang harus dilakukan untuk
mengajukan mendapatkan hasil yang benar.
hipotesis a. Mengapa skala alat ukur harus dalam posisi
nol sebelum dilakukan pengukuran?
b. Mengapa pengukuran terhadap objek yang
sama harus dilakukan secara berulang-ulang?
Apakah hasil pengukuran yang pertama akan
sama dengan hasil pengukuran yang kedua
dan seterusnya ?
5. Peserta didik saling berdiskusi untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka
ajukan
6. Guru menilai kemampuan peserta didik dalam
berdiskusi untuk merumuskan masalah dan
membuat hipotesis
Tahap 4 Merencanakan dan Melakukan Penelitian /
Percobaan
Merencanakan 7. Peserta didik berdiskusi bersama teman kelompok
pemecahan mereka masing-masing untuk melakukan
masalah percobaan sesuai LKS untuk menguatkan jawaban
(melalui mereka
eksperimen atau 8. Peserta didik membagi tugas dalam kelompok
cara lain) untuk melakukan pengukuran (menentukan teman
Tahap 5 yang mengukur benda sesuai alat ukurnya masing-
Melaksanakan masing)
eksperimen 9. Peserta didik melakukan percobaan tentang
(atau cara pengukuran tentang diameter kelereng , massa
pemecahan bola tenis dan waktu bola tenis sampai ke tanah
masalah lain) jika dijatuhkan dari ketinggian yang telah
Tahap 6 ditentukan
Melakukan 10. Peserta didik mengamati pembacaan skala hasil
pengamatan dan pengukuran oleh masing-masing alat ukur yang
pengumpulan digunakan
data 11. Peserta didik menentukan hasil pengukuran
panjang diameter kelereng, massa bola, dan waktu
bola tenis sampai ke tanah.
12. Guru menilai kerja sama, kedisiplinan dan
keterampilan peserta didik, dalam melakukan
percobaan.
Tahap 7 Menginterpretasi/Menafsirkan Data
Analisis data 13. Peserta didik menentukan hasil pengukuran yang
dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing
besaran yang diminta pada LKS
14. Dengan fasilitas guru, peserta didik menganalisis
dan merumuskan hasil pengukuran berulang
tersebut
15. Guru menilai ketelitian peserta didik dalam
menganalisis data
Tahap 8 Berkomunikasi
Penarikan 16. Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi
kesimpulan dan pemecahan masalah yang mereka dapatkan sesuai
penemuan percobaan yang dilakukan dimana pengukuran
yang dilakukan berulang-ulang akan mendekati
kebenaran tentang ukuran suatu benda yang diukur
dan juga ada pengaruh ketelitian dan ketepatan
alat ukur terhadap kebenaran hasil pengukuran
17. Guru menilai keaktifan peserta didik dalam
presentasi kelompok
Penutup 10 menit
1. Bersama peserta didik merangkum kesalahan dan ketidakpastian
pengukuran
2. Memberikan tugas tentang pengolahan dan analisis data pengukuran
berulang dan tugas baca mengenai aturan penulisan angka penting
3. Melaksanakan postes
4. Salam dan doa penutup pembelajaran

Pertemuan Ketiga
Rincian Kegiatan Waktu
Pendahuluan : 25 menit
1. Guru dan peserta didik saling memberikan salam
2. Doa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran
3. Merefleksi ketercapaian materi (indicator) pertemuan sebelumnya
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Bertanya dan menagih tugas rumah tentang pengolahan dan analisis
data pengukuran berulang
6. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok (1 kelompok terdiri
dari 4-5 orang)
7. Guru memberikan LKS tentang menentukan massa jenis
berdasarkan aturan pengoperasian massa jenis
8. Guru bersama peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang
terdapat pada LKS
Kegiatan Inti 100 menit
Tahapan Langkah/kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 Mengamati
Observasi untuk 1. Peserta didik membaca LKS dengan baik
menemukan 2. Peserta didik mengamati angka-angka hasil
masalah percobaan minggu sebelumnya
(mengamati) 3. Guru menilai kemampuan (aktif, terbuka, dan
kritis) peserta didik dalam mengamati
Tahap 2 dan 3 Merumuskan Hipotesis
Merumuskan 4. Peserta didik berdiskusi (bertanya) tentang hasil
masalah, pengukuran sebelumnya lalu dikatikan dengan
mengajukan angka penting.
hipotesis Berikut pertanyaan yang harus peserta didik
ajukan :
Apa hubungannya hasil pengukuran dengan angka
penting ?
Apakah semua angka hasil pengukuran disebut
angka penting ?
5. Peserta didik saling berdiskusi untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka
ajukan
6. Guru menilai kemampuan peserta didik dalam
berdiskusi untuk merumuskan masalah dan
membuat hipotesis
Tahap 4 Merencanakan dan Melakukan Penelitian /
Percobaan
Merencanakan 7. Peserta didik berdiskusi bersama teman kelompok
pemecahan mereka masing-masing untuk melakukan
masalah percobaan sesuai LKS untuk menguatkan jawaban
(melalui mereka
eksperimen atau 8. Peserta didik membagi tugas dalam kelompok
cara lain) untuk melakukan pengukuran (menentukan teman
Tahap 5 yang mengukur benda sesuai alat ukurnya masing-
Melaksanakan masing)
eksperimen 9. Peserta didik melakukan percobaan tentang
(atau cara pengukuran panjang, lebar dan tinggi balok untuk
pemecahan menentukan massa jenis balok tersebut.
masalah lain) 10. Peserta didik mengamati pembacaan skala hasil
Tahap 6 pengukuran oleh masing-masing alat ukur yang
Melakukan digunakan
pengamatan dan 11. Peserta didik menentukan hasil pengukuran
pengumpulan panjang, lebar, dan tinggi balok
data 12. Peserta didik menentukan massa jenis balok
tersebut menggunakan persamaan massa jenis
13. Guru menilai kerja sama, kedisiplinan dan
keterampilan peserta didik, dalam melakukan
percobaan.
Tahap 7 Menginterpretasi/Menafsirkan Data
Analisis data 14. Peserta didik menentukan hasil pengukuran massa
jenis balok sesuai dengan aturan angka penting
15. Dengan fasilitas guru, peserta didik menganalisis
dan menjawab pertanyaan diskusi pada lembar
LKS serta berdiskusi tentang aturan penulisan
angka penting
16. Guru menilai ketelitian peserta didik dalam
menganalisis data
Tahap 8 Berkomunikasi
Penarikan 17. Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi
kesimpulan dan pemecahan masalah yang mereka dapatkan sesuai
penemuan percobaan tentang angka penting hasil pengukuran
yang dikaitkan dengan ketelitian alat ukur
18. Guru menilai keaktifan peserta didik dalam
presentasi kelompok
Penutup 10 menit
1. Bersama peserta didik merangkum aturan penulisan angka penting
2. Memberikan tugas tentang angka penting
3. Melaksanakan postes
4. Salam dan doa penutup pembelajaran

H. PENILAIAN
Aspek, Metode, dan Instrumen
Aspek Metode Instrumen
 Sikap  Pengamatan  Lembar Pengamatan
sikap dan Rubrik
 Keterampilan  Tes Unjuk Kerja  Tes Penilaian Kerja
 Pengetahuan  Tes Tertulis  Tes Uraian

LAMPIRAN PENILAIAN

a. Lembar Pengamatan Sikap


Pengamatan Perilaku Ilmiah
No Aspek yang Dinilai 3 2 1 Keterangan
1. Rasa ingin tahu (Curiosity)
2. Ketelitian dan kehati-hatian dalam
melakukan percobaan
3. Ketekunan dan tanggungjawab
dalam belajar dan bekerja baik
secara individu maupun kelompok
4. Keterampilan berkomunikasi pada
saat belajar
Nilai Siswa = (Jumlah Skor/12) x 4
Rubrik Penilaian Perilaku
No Aspek yang Dinilai Rubrik
1. Menunjukkan rasa ingin 3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar,
tahu antusias, aktif dalam dalam kegiatan
kelompok
2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak
terlalu antusias, dan baru terlibat aktif dalam
kegiatan kelompok ketika disuruh
1: tidak menunjukkan antusias dalam
pengamatan, sulit terlibat aktif dalam
kegiatan kelompok walaupun telah didorong
untuk terlibat
2. Ketelitian dan hati-hati 3. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur,
hati-hati dalam melakukan percobaan
2. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur,
kurang hati-hati dalam melakukan percobaan
1. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur,
kurang hati-hati dalam melakukan percobaan
3. Ketekunan dan 3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan
tanggungjawab dalam hasil terbaik yang bisa dilakukan, berupaya
belajar dan bekerja baik tepat waktu.
secara individu maupun 2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan
berkelompok tugas, namun belum menunjukkan upaya
terbaiknya
1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas, dan tugasnya tidak
selesai
4. Berkomunikasi 3. aktif dalam tanya jawab, dapat
mengemukaan gagasan atau ide,
menghargai pendapat siswa lain
2. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut
mengemukaan gagasan atau ide,
menghargai pendapat siswa lain
1. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut
mengemukaan gagasan atau ide, kurang
menghargai pendapat siswa lain

Praktikum

Penilaian keterampilan Praktikum

Pertemuan Pertama

No Aspek yang Dinilai Rubrik


1. Menggunakan peralatan 3. Menggunakan mistar, jangka sorong dan
praktikum micrometer sekrup dengan tepat
2. Menggunakan mistar, jangka sorong dan
micrometer sekrup dengan kurang tepat
1. Menggunakan mistar, jangka sorong dan
micrometer sekrup tidak tepat
2. Melakukan percobaan sesuai 3. Melakukan percobaan berdasarkan seluruh
prosedur prosedur yang ada
2. Melakukan percobaan berdasarkan sebagian
prosedur yang ada
1. Melakukan percobaan tidak berdasarkan
prosedur yang ada
3. Mengambil data dalam 3. Mengambil data hasil pengukuaran sesuai
praktikum dengan alat ukuryang ditentukan dengan
tepat
2. Mengambil data hasil pengukuran sesuai
dengan alat ukur yang ditentukan kurang
tepat
1. Mengambil data hasil pengukuaran sesuai
dengan alat ukur yang ditentukan tidak tepat
4. Menyajikan hasil pengamatan 3. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
dengan tepat
2. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
kurang tepat
1. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
tidak tepat
5. Menyimpulkan data 3. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan panjang pensil baru, tebal buku
dan kertas, diameter kelereng dan kawat
dengantepat
2. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan panjang pensil baru, tebal buku
dan kertas, diameter kelereng dan kawat
kurangtepat
1. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan panjang pensil baru, tebal buku
dan kertas, diameter kelereng dan kawat
tidak tepat

Pertemuan Kedua

No Aspek yang Dinilai Rubrik


1. Menggunakan peralatan 3. Menggunakan meteran, jangka sorong,
praktikum stopwatch dan neaca O’haus dengan tepat
2. Menggunakan mreteran, jangka sorong,
stopwatch dan neraca O’haus kurang tepat
1. Menggunakan meteran, jangka sorong,
stopwatch dan neraca O’haus tidak tepat
2. Melakukan percobaan sesuai 3. Melakukan percobaan berdasarkan seluruh
prosedur prosedur yang ada
2. Melakukan percobaan berdasarkan sebagian
prosedur yang ada
1. Melakukan percobaan tidak berdasarkan
prosedur yang ada
3. Mengambil data dalam 3. Mengambil data hasil pengukuaran sesuai
praktikum dengan alat ukur yang ditentukan dengan
tepat
2. Mengambil data hasil pengukuran sesuai
dengan alat ukur yang ditentukan kurang
tepat
1. Mengambil data hasil pengukuaran sesuai
dengan alat ukur yang ditentukan tidak tepat
4. Menyajikan hasil pengamatan 3. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
dengan tepat
2. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
kurang tepat
1. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
tidak tepat
5. Menyimpulkan data 3. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan diameter kelereng, massa bola,
dan waktu yang ditempuh bola dari
ketinggian tertentu dengan tepat
2. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan diameter kelereng, massa bola,
dan waktu yang ditempuh bola dari
ketinggian tertentu kurang tepat
1. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan diameter kelereng, massa bola,
dan waktu yang ditempuh bola dari
ketinggian tertentu tidak tepat
Pertemuan Ketiga

No Aspek yang Dinilai Rubrik


1. Menggunakan peralatan 3. Menggunakan jangka sorong dan neraca
praktikum O’haus dengan tepat
2. Menggunakan jangka sorong dan neraca
O’haus kurang tepat
1. Menggunakan jangka sorong dan neraca
O’haus tidak tepat
2. Melakukan percobaan sesuai 3.Melakukan percobaan berdasarkan seluruh
prosedur prosedur yang ada
2.Melakukan percobaan berdasarkan sebagian
prosedur yang ada
1.Melakukan percobaan tidak berdasarkan
prosedur yang ada
3. Mengambil data dalam 3. Mengambil data hasil pengukuran sesuai
praktikum dengan alat ukur yang ditentukan dengan
tepat
2. Mengambil data hasil pengukuran sesuai
dengan alat ukur yang ditentukan kurang
tepat
1. Mengambil data hasil pengukuran sesuai
dengan alat ukur yang ditentukan tidak tepat
4. Menyajikan hasil pengamatan 3. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
dengan tepat
2. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
kurang tepat
1. Menyajikan hasil pengamatan dalam tabel
tidak tepat
5. Menyimpulkan data 3. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan angka penting hasil percobaan
dengan tepat
2. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan angka penting hasil percobaan
kurang tepat
1. Meyimpulkan data dengan membandingkan
hasil percobaan dengan data analisis untuk
menentukan angka penting hasil percobaan
tidak tepat

C. INSTRUMEN SOAL PENGETAHUAN

Soal Uraian

1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ?


2. Sebutkan macam-macam alat ukur beserta fungsinya ?
3. ketidakpastian pengukuran dengan jangka sorong adalah ?
Berapa ketidakpastian pengukuran micrometer sekrup ?
4. Perhatikan gambar berikut ini !

Tentukan hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur tersebut lengkap


beserta ketelitiannya !
Hasil pengukuran dengan mistar adalah..

Dinyatakan dalam mm…


5. Dari pengamatan mengukur ketebalan dengan menggunakan jangka sorong
(ketelitian 0,025 mm) dari suatu bahan secara berulang-ulang , didapatkan
hasilnya sebagai berikut.
No Skala Utama Skala Nonius Hasil Pengukuran
1. 1,2 cm 3 ………..
2. 1,4 cm 5 ………..
3. 1,6 cm 7 ……….
Tentukanlah hasil pengukuran tersebut berdasarkan tabel berikut !
6. Suatu pengukuran berulang massa sebuah benda menghasilkan data sebagai
berikut : 12,5g , 12,3g, 12,8g, 12,4g, 12,9g, dan 12,6g. Laporkan hasil pengukuran
berulang tersebut lengkap dengan ketidakpastiannya !
7. A. Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil pengukuran 0,0007060 m.
Banyak angka penting hasil pengukuran tersebut adalah..
B. Tentukanlah banyaknya angka penting dari hasil pengukuran berikut.
a. 0,56 kg
b. 25, 060 cm
c. 2000 N
d. 1,3672 A
8. 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm dan panjangnya 125,5 cm, maka
luas pita mempunyai angka penting sebanyak…
2. Dengan menggunakan 2,74 x 104g + 5,950 x 103g adalah…
3. Hasil operasi pengurangan dengan menggunakan aturan angka penting dari
468,39 m dengan 412 m adalah…
4. Sebuah balok panjang 20 mm, tinggi 15 mm dan 12 mm, sesuai aturan
berhitung angka penting maka volume balok adalah…
5. Suatu balok memiliki panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 1,3cm, 3,28 cm,
dan 4,04 cm. Volume balok tersebut menurut aturan angka penting adalah…
9. Bagaimana cara anda menentukan banyak angka yang harus dituliskan dalam
pengukuran berulang ?

Rubrik Penilaian Uraian

No Kunci Jawaban Skor


1. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran 2
dengan besaran lain yang telah ditetapkan sebagai standar
pengukuran.
2. 1. Mistar 10
Fungsinya yaitu sebagai alat ukur untuk mengukur panjang
suatu benda
2. Rollmeter

Fungsinya sebagai untuk mengukur alat ukur panjang yang


dapat digulung.
3. Jangka sorong

Fungsinya untuk mengukur diameter dalam, diameter luar


serta kedalaman suantu benda yang akan diukur.
4. Mikrometer Sekrup

Fungsinya untuk mengukur ketebalan benda yang tipis dan


diameter benda yang kecil.
5. Neraca O’Hauss

Fungsinya untuk mengukur massa benda atau logam dalam


praktek laboratorium.
6. Stopwatch
Fungsinya untuk mengukur waktu yang memiliki skala
utama (detik) dan skala terkecil (mildetik).

3. 1. Nilai ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah 6


dari skala terkecil sehingga jika dituliskan secara matematis,
diperoleh :
1
∆𝑥 = 𝑥0,05 𝑚𝑚 = 0,025 𝑚𝑚
2
2.
1
∆𝑥 = 𝑥0,01 𝑚𝑚 = 0,005𝑚𝑚 = 0,0005 𝑐𝑚
2

4. 1. Hasil pengukuran oleh micrometer sekrup ini adalah = 3 8


mm + (15 x 0,01 mm) = (3,150 ± 0,005) mm
2. Hasil pengukuran tersebut adalah 1,4 cm = 14,0 mm
5. Ketelitian jangka sorong menjadi = 0,0025 cm 10

6. Sebaiknya Anda buat tabel hasil pengukuran seperti berikut : 30

Berdasarkan tabel Anda peroleh N = 6; ∑ 𝑥𝑖 = 75,50;dan


∑ 𝑥𝑖 2 = 950,31 . Selanjutnya dapat Anda tentukan nilai
mendekati benda, ketidakpastian, dan ketidakpastian
relatifnya.
∑ 𝑥𝑖 75,50
𝑥0 = = = 12,5833 𝑔
𝑁 6

1 𝑁 ∑ 𝑋𝐼 2 − (∑ 𝑋𝐼 )2
∆𝑥 = √
𝑁 𝑁−1

1 6(950,31) − (75,50)2
= √
6 6−1

1 1,61
= √
6 5

= 0,167 x 0,32
= 0,09 g
∆𝑥
Ketidakpastian relative 𝑥 100 %
𝑥
0,09
𝑥100%
12,58
= 0,7 %
Menurut aturan yang telah disepakati, ketidakpastian relative
0,7 % atas tiga angka. Jadi, hasil pengukuran dapat
dilaporkan sebagai berikut :
𝑚 = 𝑚0 ± ∆𝑥
= (12,5 ± 0,09)𝑔

7. A. Mengandung 3 angka penting 10


B. 1) 2 angka penting
2) 5 angka penting
3) 1 angka penting
4) 5 angka penting
8. 1. (12,3 x 1255) mm = 15.436,5 ditulis 15400,0 20
Mengandung 3 angka penting, karena pada operasi perkalian
atau pembagian, jumlah penulisan angka penting disesuaika
dengan jumlah deretan angka penting yang paling sedikit.
2. Penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan dengan
berpedoman pada aturan angka penting, hasil operasi
penjumlahan atau pengurangan itu hanya boleh mengandung
satu angka yang diragukan, sehingga menjasi 3,34 x 104g
3. Hasilnya 56,39 m ditulis 56,4 m
4. Pada operasi perkalian atau pembagian, jumlah penulisan
angka penting disesuiakan dengan jumlah deretan angka
penting yang paling sedikit sehingga 4.200 x 10-6 m3 ditulis
4 x 10-6m3
5. Hasilnya 17,22656 cm3 ditulis 17 cm3
9. Yaitu dengan mencari ketidakpastian relatif pengukuran 4
berulang tersebut. Ketidakpastian relatif dapat ditentukan
dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai
rata-rata pengukuran.
Skor Total 100

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


Nilai Kognitif = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PERTEMUAN PERTAMA

Melakukan Pengukuran Besaran Panjang

A. Tujuan
Peserta didik dapat :
1. Melakukan pengukuran tunggal pada besaran panjang dengan mistar, jangka
sorong, dan micrometer sekrup
2. Menjelaskan ketelitian beberapa alat ukur panjang
3. Menentukan ketidakpastian hasil pengukuran panjang

Mengamati :

1. Perhatikan dengan seksama skala pada mistar, jangka sorong, dan micrometer
sekrup
2. Mana yang disebut skala utama dan skala bantu
3. Amati garis-garis skala pada ketiga alat ukur tersebut.
4. Hitung jarak terdekat antara garis-garis yang berdekatan (skala terkecil) pada
alat ukur.
5. Hitung ketidakpastian ketiga alat tersebut menggunakan rumus ∆𝑥 =
1
𝑥𝑁𝑆𝑇 𝑎𝑙𝑎𝑡
2

Menanya :

Pertanyaan apa yang kalian dapatkan dari pengamatan tersebut mengenaia skala
terkecil (NST) ketiga alat tersebut ?

Rumusan Masalah :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
.
Hipotesis

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

B. Alat dan Bahan


1. Mistar
2. Micrometer sekrup
3. Jangka sorong
4. Kelereng
5. Pensil baru
6. Kawat
7. Kertas
8. Buku fisika
C. Prosedur Kerja
1. Ukurlah panjang pensil baru dengan mistar satu kali saja.
2. Ukurlah tebal buku Fisika satu kali saja berturut-turut dengan mistar, jangka
sorong, dan micrometer sekrup.
3. Ukur diameter kelereng satu kali saja berturut-turut dengan mistar dan jangka
sorong.
4. Ukur diameter kawat dengan micrometer sekrup satu kali saja
5. Ukur tebal kertas dengan jangka sorong dan mikrometer sekrup masing-
masing satu kali saja
6. Catat hasil pengukuranmu no.1- 5 pada tabel hasil pengamatan.
Catatan:
Setiap laporan hasil pengukuran harus lengkap dengan ketidakpastiannya.
Perhatikan jugabahwa banyak desimal hasil pengukuran harus sama dengan
banyak decimalketidakpastiannya.
D. Tabel Hasil Pengamatan
No. Benda Hasil pengukuran dengan alat ukur panjang (mm)
x0 Mistar (cm) x0 Jangka x0
sorong (cm) Mikrometer
Sekrup
(cm)
1. Pensil baru
2. Buku
3,. Kelereng
4. Kawat
5. Kertas
E. Analisis Data
Dalam melaporkan hasil dari suatu pengukuran harus dinyatakan dengan
ketidakpastiannya, dengan menggunakan rumus berikut :
𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………...
F. Pertanyaan Diskusi
1. Pada prosedur di atas, alat ukur manakah yang memberikan hasil pengukuran
palingteliti? Sebutkan alasan dari jawaban Anda.
2. Mengapa Anda tidak menggunakan jangka sorong untuk mengukur diameter
kawat?
3. Mengapa Anda tidak menggunakan mistar untuk mengukur tebal kertas?
G. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
PERTEMUAN KEDUA
Pengukuran Berulang pada Besaran Panjang, Massa, dan Waktu

A. Tujuan
1. Melakukan pengukuran berulang pada besaran panjang dengan
menggunakan jangkasorong
2. Menentukan hasil pengukuran dan kesalahan/ketidakpastian pengukuran
diameterkelereng, massa bola, dan waktu yang ditempuh bola dari
ketinggian tertentu, yangdilakukan secara berulang-ulang.
Mengamati:
1. Periksalah skala pada neraca dan stopwatch, apakah sudah tepat di nol
2. Amati cara menggunakan neraca dan stopwacth untuk pengukuran dan
catat langkah-langkahdalam menggunakan/memperoleh hasil pengukuran
(pengukuran berulang)
Menanya:
Apakah ada hal (pertanyaan) yang ditemui dalam pengamatan mengenai
kesalahan/ketidakpastian penggunaan alat ukur dan alat ukur tersebut jika
digunakanberulang-ulang dalam pengambilan hasil pengukuran pada objek
yang sama
Rumusan Masalah

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..

Hipotesis

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

B. Alat dan Bahan


1. Kelerang
2. Bola tenis
3. Jangka sorong
4. Stopwatch
5. Meteran
6. Neraca O’Hauss
C. Prosedur Keja
1. Siapkan sebuah kelereng, ukurlah diameter kelereng paling sedikit pada 3
sisi yangberbeda dengan menggunakan jangka sorong
2. Catatlah hasil pengukuranmu pada table hasil pengamatan
3. Ukurlah massa bola menggunakan neraca
4. Jatuhkan bola dari ketinggian 1 m. Untuk mengetahui tinggi tersebut
dengan pasti
5. Gunakanlah meteran
6. Catat waktu hingga sampai ke tanah
7. Ulangi prosedur 1 dan 2 hingga 3 kali
8. Ulangi prosedur no 4 untuk ketinggian 2 m
9. Catat hasil pengukuranmu dalam tabel pengamatan
D. Hasil Pengamatan
Pengukuran diameter kelereng
Pengukuran ke- x1 – x3 Diameter kelereng (mm)
1 ……………..
2 …………….
3 …………….
Pengukuran Massa Bola
Pengukuran ke- x1 – x3 Massa bola (g)
1 ……………..
2 …………….
3 …………….
Pengukuran Waktu
Pengukuran ke- Ketinggian bola (m) x1 – x3 Waktu yang
ditempuh sampai ke
tanah (s)
1 1 ………………
2 ………………
3 ………………
1 2 ………………
2 ………………
3 ………………
E. Analisis Data
Dalam melaporkan hasil dari suatu pengukuran harus dinyatakan dengan
ketidakpastiannya, dengan menggunakan rumus berikut :
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑁 ∑ 𝑥𝑖
𝑥0 = =
𝑁 𝑁

1 𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )2
∆𝑥 = √
𝑁 𝑁−1
∆𝑥
Ketidakpastian relative 𝑥100%
𝑥0

𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
F. Pertanyaan
1. Mengapa pengukuran suatu benda harus dilakukan secara berulang?
2. Pada alat ukur sebelum digunakan, harus diperhatikan skala nol yang tepat
padapenunjukkan skala, mengapa hal ini perlu dilakukan?
G. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
PERTEMUAN KETIGA
Angka Penting

A. Tujuan
1. Menjelaskan aturan angka penting berdasarkan percobaan
2. Menentukan massa jenis benda berdasarkan aturan operasi angka
penting
Mengamati:
Amati angka-angka hasil pengukuran pada percobaan minggu sebelumnya,
kaitkan dengan judul percobaan kita hari ini
Menanya:
Hal apa yang Anda dapatkan dari pengamatan tersebut?
Rumusan Masalah :
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Hipotesis

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

B. Alat dan Bahan


1. Jangka sorong
2. Neraca O’Hauss
3. Balok besi
C. Prosedur Kerja’
1. Ukurlah panjang, tebal dan tinggi balok besi sebanyak 5 kali dengan
sisi yng berbedabedadengan menggunakan jangka sorong
2. Timbang massa balok besi sebanyak 5 kali dengan menggunakan
neraca ohaus
3. Catat hasil percobaanmu dalam tabel pengamatan
D. Hasil Pengamatan
No Panjang Lebar Tinggi Volume Massa Massa
(mm) (mm) (mm) (m3) (kg) jenis =
x0
(kg/m3)
1. x1=…..
2.
3.
4.
5. x5=…..
E. Analisis Data
Dalam melaporkan hasil dari suatu pengukuran harus dinyatakan dengan
ketidakpastiannya, dengan menggunakan rumus berikut :
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑁 ∑ 𝑥𝑖
𝑥0 = =
𝑁 𝑁

1 𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )2
∆𝑥 = √
𝑁 𝑁−1
∆𝑥
Ketidakpastian relative 𝑥 𝑥100%
0

𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Catatan : Hasil pengukuran harus disesuikan dengan aturan penulisan


angka penting dan operasi dalam angka penting
F. Pertanyan Diskusi
1. Dari hasil pengukuran 𝑚 = 𝑥0 ± ∆𝑥mengandung berapa angka
penting? Tandai angkapenting tersebut!
2. Dari hasil pengukuran itu juga, mana angka yang merupakan angka
pasti dan mana yangmerupakan angka taksiran?
G. Kesimpulan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai