Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENGUKURAN

Standar Kompetensi:
Menerapkan konsep besaran fisika, menulis dan menyatakan dalam sistem
satuan SI dengan baik dan benar (meliputi lambing, nilai, dan satuan).

Kompetensi Dasar:
Mengukur besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan mengolah
data hasil dengan menggunakan aturan angka penting.

Indikator:
1. Melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran
pokok panjang, massa, waktu, dengan pertimbangan aspek ketepatan
(akurasi) dan ketelitian.
2. Mengeloh data hasil pengukuran dan menyajikannya dalam bentuk
table dan grafik, dengan menggunakan penulisan angka penting dan
mampu menarik kesimpulan tentang besaran fisis, yang diukur
berdasarkan hasil yang telah disajikan dalam bentuk grafik.
======================================================

Fisika di sebut juga “ilmu pengukuran” (science of measurement). Karena,


hampir semua konsep, hukum, dan teori dalam fisika diperoleh dan dikaji
ulang melalui pengukuran. kalaupun ada konsep atau teori yang diperoleh
dari hasil penelaahan matematis maka konsep atau teori itu tentunya masih
berupa dugaan atau hipotesis, yang masih harus dibuktikan kebenarannya
melalui pengukuran. dalam mempelajari dan mengembangkan fisika, juga
diperlukan kegiatan pengukuran. hal ini berarti, dapat dikatakan telah

1
mempelajari fisika apabila telah memiliki kemampuan mengukur dengan
teliti berbagai besaran fisis.

A. Pengertian mengukur
Mengukur adalah membandingkan besaran yang diukur dengan
besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain yang sejenis yang ditetapkan sebagai satuan
misalnya:
Panjang meja = 4 mistar (jika mistar ditetapkan sebagai satuan), dan
panjang meja = 6 pensil (jika pensil ditetapkan sebagai satuah).
Dalam pengukuran besaran-besaran fisis itu, di-perlukan alat ukur
yang kita tentukan sebagai satuan pengukuran. Banyak alat ukur yang kita
kenal memiliki garis-garis skala. Alat seperti ini misalnya mistar ukur, busur
derajat, termometer, amperemeter, barometer, dan sebagainya. Tetapi pada
masa sekarang banyak juga alat ukur yang bisa langsung menunjukkan
nilai besaran yang diukur dengan angka. Alat seperti ini disebut alat digital,
misalnya jam digital, termometer digital, amperemeter digital, dan
sebagainya.

B. Alat-alat ukur
Di bawah ini, kita akan membahas kembali beberapa alat ukur yang
pernah kenali sepintas waktu di Sekolah Menengah; yaitu alat ukur panjang, alat
ukur massa dan berat, alat ukur waktu, dan alat ukur listrik.
1. Alat ukur panjang

Ada tiga macam alat ukur panjang yang sering digunakan dalam kegiatan
pengukuran, yaitu mistarr, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.

a) Mistar ukur
Pada umumnya mistar ukur dibuat dengan skala terkecil 1 mm.
Kepekaan (sensitivitas) peng-ukurannya adalah setengah dari skala

2
terkecilnya yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm. Ada juga mistar ukur yang
dibuat dengan skala terkecil 1 cm, berarti kepekaannya 0,5 cm.

Gambar 1.1 Mistar ukur

b) Jangka sorong
Jangka sorong dapat mengukur lebih peka dari-pada mistar ukur. Umumnya
jangka sorong mem-punyai kepekaan sampai 0,1 mm atau 0,01 cm. Pada alat
ukur ini (gambar 1.3) terdapat rahang tetap (A dan C) dan rahang sorong (B
dan D). Skala pada rahang tetap disebut skala utama dan skala pada
rahang sorong disebut skala nonius atau vernier. Skala utama memiliki
garis-garis skala cm dan mm, sedangkan pada skala nonius terdapat 10
garis skala. Panjang skala nonius itu 9 mm, sehingga 1 skala nonius
panjangnya 9 mm: 10 = 0,9 mm. Jadi, selisih skala nonius dengan skala mm
pada skala utama adalah 1 mm - 0,9 mm = 0,1 mm. Nilai 0,1 mm inilah
yang menyatakan batas kepekaan jangka sorong.

Gambar 1.2 Jangka Sorong

A-B digunakan untuk mengukur bagian luar benda, misalnya: tebal, diameter
batang, diameter bola kecil, dan sebagainya (Lihat gambar 1.3a). Paruh C-D

3
untuk mengukur bagian dalam benda, misalnya: lebar celah, diameter lubang,
dan sebagainya (gambar 1.3b). Ekor E-F yang bisa digeser mengikuti
pergeseran rahang sorong digunakan untuk mengukur kedalaman lubang
atau celah (gambar 1.3c)

Gambar 1.4
Beberapa contoh pengukuran dengan jangka sorong
Berikut ini akan ditunjukkan contoh pembacaanjangka sorong
dengan melihat skala utama dan skala noniusnya. Perhatikan
Gambar 1.5

Gambar 1.5
Pembacaan skala ukuran pada jangka sorong

4
• Skala utama menyatakan bahwa panjang benda yang diukur adalah
22 mm lebih. Nilai ini ditunjuk oleh garis 0 pada skala nonius.

• Untuk mengetahui nilai lebihnya, perhatikan dengan cermat garis-


garis skala nonius! Garis 7 pada skala nonius tepat berimpit dengan
sebuah garis pada skala utama. Ini berarti bahwa skala nonius
menunjukkan nilai 7 X 0,1 mm = 0,7 mm.

• Dengan demikian, panj ang benda yang diukur oleh jangka sorong
tersebut adalah 22 + 0,7 = 22,7mm.

c) Mikrometer sekrup

Alat ukur ini lebih peka lagi daripada jangka sorong. Kepekaannya dapat
mencapai 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup ini pun
mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skala yang tertera pada
teromol (gambar 1.6). Pada waktu mengukur benda, teromol diputar
sehingga jarak antara landasan dan poros dapat menampung benda yang
diukur.

Gambar 1.6
Mikrometer sekrup

Skala pada teromol terbagi dalam 50 bagian, sehingga bila diputar satu kali,
sumbu mikrometer hanya maju l/2 mm tepat pada garis skala utama
bawah. Dua kali diputar, maju lagi 1/2 mm tepat pada garis skala utama

5
atas lagi, dan seterusnya. Jadi, jarak antara garis skala atas sampai garis
skala bawah 0,5 mm.
Perhatikan hubungari antara kedua skala ter-sebut dalam contoh pembacaan
skala mikrometer di bawah ini!

Gambar 1.7
Pembacaan skala mikrometer sekrup
• Pada gambar 1.7 (a), teromol berada di kanan garis atas, berarti lebih
besar daripada 4 mm, sedangkan angka yang berimpit dengan garis
tengah ialah 15. Jadi, jarak atau panjangbenda yang diukur adalah 4 + 0,15
= 4,15 mm.
• Pada gambar 1.7(b) teromol berada di kanan garis bawah, berarti lebih
besar daripada 3,5 mm, sedangkan angka yang berimpit dengan garis
tengah ialah angka 25. Jadi, panjangbenda yang diukur adalah 3,5 + 0,25 =
3,75 mm.

Cara memegang mikrometer sekrup yang benar pada waktu mengukur


diperlihatkan pada gambar 1.9. Dengan cara demikian, pemutaran
teromol mikrometer dapat dilakukan dengan mudah tanpa menghalangi
pembacaan pada skala ukur.

6
(a)

Gambar 1.8
Cara memegang mikrometer sekrup waktu mengukur

2. Alat ukur massa dan alat ukur gaya


Untuk mengukur massa atau be benda, digunakan neraca tuas atau neraca
lengan. Ada beberapa jenis neraca tuas, namun umumnya ialah neraca
dua lengan (neraca berlengan sama), neraca tiga lengan, dan neraca
pegas seperti ditunjukkan gambar 1.9

Gambar 1.9
Neraca dan neraca pegas

7
Untuk mengukur massa benda dengan neraca tiga lengan, pertama kita geser
semua beban-beban geser ke sisi paling kiri. Ini berarti bahwa neraca
menunjuk skala nol. Kemudian benda yanghendak diukur massanya
diletakkan di atas piling neraca. Neraca dibuat seimbang dengan menggeser-
geser-kan beban-beban ke kedudukan yang paling tepat. Massa benda sama
dengan jumlah massa yang ditunjukkan oleh masing-masing beban
geser. Misalnya, jika neraca seimbang pada saat beban-beban geser ada
pada 100 g, 20 g, 5 g, dan 0,6 g, maka massa benda adalah 125,60 g.
Gambar l.9c memperlihatkan neracapegas, sering disebut juga
dinamometer. Alat ini dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai alat ukur
massa (dengan skala kilogramnya) dan sebagai alat ukur gaya atau berat
benda (dengan skala N-nya).

3. Alat ukur waktu


Dalam percobaan-percobaan fisika, waktu dapat diukur denganyam
tangan yang berpetunjuk detik atau dengan stopwatch. Stopwatch yang
menggunakan jarum penunjuk (gambar 1.10b) mempunyai kepekaan
0,2 - 0,1 sekon, sedangkan stopwatch digital (gambar 1.10c) dapat
mencapai kepekaan 0,01 sekon.

(a)
Gambar 1. 10
Alat ukur waktu

4. Alat ukur listrik

8
Alat ukur yang biasa digunakan dalam peng-ukuran besaran-besaran listrik
adalah: amperemeter, voltmeter, meter dasar, multitester, dan osiloskop
a) Amperemeter, voltmeter, dan meter dasar
Amperemeter digunakan untuk mengukur kuat arus listrik,
sedangkan voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial atau
tegangan listrik. Pada masa sekarang, kedua alat tersebut sudah
dirangkum dalam satu alat yang disebut meter dasar (basic meter).
Jadi, meter dasar dapat berfungsi sebagai amperemeter atau voltmeter.

Gambar 1.11
Meter dasar (basicmeter) dapat berfungsi sebagai amperemeter
(pengukur arus listrik) dan voltmeter (pengukur tegangan listrik)

Gambar 1.11 memperlihatkan sebuah meter dasar, dengan bagian-bagian


sebagai berikut:

(a) Binding post untuk memilih batas ukur maksimum;


(b) Sakelar pemilrh fungsi (voltmeter atau amperemeter);
(c) Ground (nol);
(d) Penyetel nol;
(e) Petunjuk fungsi alat (A atau V);
(f) Skala pengukuran.
Waktu digunakan mengukur, amperemeter djrangkai seri sedangkan
voltmeter dirangkai paralel dengan rangkaian listrik yang diukur arus dan
tegangannya. perhatikan gambar 1.12

9
Gambar 1.12
Merangkai amperemeter dan voltmeter dalam rangkaian listrik; untuk
mengukur kuat arus, tegangan, dan hambatan dalam rangkaian itu
b) Multitester
Multitester yang sering disebut juga multimeter atau Avo-meter,
adalah alat ukur yang berfungsi sekaligus sebagai amperemeter,
voltmeter, dan ohm-meter (pengukur hambatan listrik). Di samping itu,
multimeter dapat digunakan dalam pengukuran arus listrik searah
maupun arus listrik bolak-balik. Gambar 1.13 memperlihatkan
multitester analog, yang menggunakan jarum penunjuk untuk pe-
nunjukan ukuran; sedangkan gambar 1.13 adalah multitester digital
yang dapat menyatakan langsung angka (nilai) besaran yang diukur.

(a) (b)

Gambar 1.13
(a)Multitester Analog, (b) Multitester digital

c) Osiloskop

10
Osiloskop (gambar 1.14) umumnya untuk pengukuran arus bolak-
balik. Pada alat ini terdapat layar (seperti layar pesawat TV)
berukuran kecil, yang dapat menampttkan gan arus atau tegangan
bolak-balik. Dari tampilan grafik sinusoida pada layar osiloskop
ini, dapat diketahui juga besar frekuensi arus bolak balik diukur itu.

Gambar
1.14 Osiloskop
C. Akurasi Pengukuran
Pengukuran merupakan proses yang melibatkan tiga pihak yaitu:
benda yang diukur, alat ukur, dan orang yang mengukur. karena
ketidaksempurnaan dari ketiga pihak tersebut maka dalam setiap
pengukuran selalu ada kesalahan (ketidakpastiaan), yaitu adanya perbedaan
antara hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Besar-kecilnya
kesalahan ini ditentukan oleh kondisi alat ukur, kondisi benda yang diukur,
metode pengukuran, dan kecakapan si pengukur.

Ada dua aspek penting yang perlu dipertim-bangkan dalam


pengukuran, yaitu ketelitian (akurasi) dan ketepatan (presisi). Dengan
memahami dua aspek ini, kita dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menimbulkan kesalahan dalam pengukuran.

1. Ketelitian (akurasi)

a. Pengertian ketelitian dan kesalahan sistematis

Ketelitian adalah persesuaian antara hasil pengukuran dengan


harga sebenarnya (ukuran sebenarnya benda yang diukur). Harga
sebenarnya ini tidak pernah diketahui, yang dapat ditentukan
hanyalah harga pendekatan atau harga yang dianggap benar.
Perbedaan antara harga yang diukur dengan harga yang
dianggap,benar disebut kesalahan sistematis. Semakin kecil

11
kesalahan, maka pengukuran dikatakan semakin teliti atau lebih
teliti.

b. Beberapa sumber kesalahan sistematis

Sebagai penyebab terjadinya kesalahan sistematis dalam


pengukuran antara lain sebagai berikut.

1) Kesalahan kalibrasl

Kesalahan ini disebut juga kesalahan mate-matis, yaitu


pemberian atau pembagian skala alat ukur yang tidak tepat. Hal
ini mungkin terjadi pada waktu pembuatan alat ukur itu
.sendiri, atau mungkin karena usianya; atau karena pengaruh
suhu, kelembaban, dan faktor-faktor fisis lain. Kesalahan ini
dapat diperiksa dengan membanding-kan hasjl pengukuran
menggunakan alat ukur tersebut dengan hasil pengukuran
menggunakan alat ukur standar. Perlakuan seperti ini disebut
kalibrasl ulang (ditera ulang).

2) Kesalahan tltik nol

Bila alat ukur saat sebelum dipakai atau saat setelah dipakai
tidak menunjukkan angka nol, berarti alat ukur tersebut
mengalami kesalahan titik nol (zero error). Kesalahan
penunjukan angka nol ini dapat dikoreksi dengan mudah, yaitu
dengan memutar kenop pengatur pada alat ukur itu. Tetapi apabila
tidak bisa diatur kembali ke posisi nol, maka harga kelebihan atau
kekurangan dari harga nol itu harus ditambahkan atau
dikurangkan pada setiap hasil pengukuran dengan alat itu.
3) Kesalahan mutlak dari alat ukur

Setiap alat ukur mempunyai kepekaan (sensi-tivitas) tertentu,


yaitu kemampuan alat ukur menunjukkan suatu perbedaan
yang relatif kecil dengan harga sebenarnya yang diukur.
Misalnya, jangka sorong dapat kita katakan lebih peka

12
daripada mistar ukur, tetapi mikrometer lebih peka lagi daripada
jangka sorong dan mistar ukur. Dengan demikian, alat ukur
yang kurang peka dapat menimbulkan kesalahan yang relatif
lebih besar daripada alat ukur yang lebih peka. Kesalahan
aMbat tingkat kepekaan alat ukur disebut kesalahan mutlak dari
alat ukur.

4) Kesalahan paralaks

Kesalahan paralaks adalah kesalahan pem-bacaan si pengukur


akibat posisi pengamatannya yang tidak tepat. Gambar 1.18
memperlihatkan bagaimana membaca mistar ukur yang paling
tepat dan yang tidak tepat. Perlu diperhatikan, letak mata kita
hendaknya tepat pada garis yang tegak lurus mistar, yang
ditarik dari titik yang diukur. Bila letak mata di luar garis itu
maka panjang yang terbaca akan lebih kecil atau lebih besar dari
yang sebenarnya.

Gambar 1.15
Pembacaan mistar ukur yang tidak tepat dapat menimbulkan
kesalahan paralaks

5) Kesalahan kosinus dan sinus

Apabila garis pengukuran membuat sudut 0 dengan garis yang


diukur (karena pengambilan posisi pengukuran yarig salah)
maka akan terjadi kesalahan yang disebut kesalahan kosinus

13
(gambar 1.19). Bahkan dalam pengukuran dengan mikrometer
mungkin terjadi kesalahan kombinasi, yaitu kesalahan kosinus
dan kesalahan sinus (perhatikan gambar 1.20). Untuk
menghindari kesalahan ini maka saat kita mengukur,
perhatikanlah dengan cermat bahwa garis pengukuran harus
berimpit atau sejajar dengan garis ukuran benda yang diukur!

Gambar 1.16
Kesalahan kosinus. Ukuran benda sebenarnya adalah
L, tetapi karena salah posisi alat ukur, hasilnya menjadiM.
PadahalhargaL=Mcos 0, atauM = L/cosd

Gambar 1.17
Kesalahan kosinus dan sinus. Seharusnya ukuran
benda sebenarnya adalah L, tetapi malah menjadi M.
Dalam hal ini L =Mcos d - d sin 6, atauL ~M-d 6 atau M » L + d 9.

6) Kesalahan karena benda yang diukur

14
Benda yang diukur dapat saja mengalami perubahan bentuk
(deformasi) sewaktu diukur; misalnya karena tertekan (terjepit)
oleh alat ukur, atau benda melengkung oleh beratnya sendiri
karena penyimpanannya tidak tepat. Hal ini mudah terjadi pada
pengukuran benda-benda lunak atau benda-benda yang tipis.
Gambar 1.18 memper-lihatkan contoh kesalahan pengukuran akibat
benda berubah bentuk karena tekanan dari alat ukur.

Gambar 1.18
Silinder berdinding tipis berubah bentuk sewaktu
diukur. Harga sebenarnya d, tetapi terukur d'.
7) Kesaiahan karena ada gesekan
Bila pada alat ukur ada bagian-bagian yang bergesekan ketika alat
itu dipakai, lama-kelamaan
bagian itu akan aus, sehingga menimbulkan kesalahan pada
hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat agak dikurangi dengan
pemeliharaan alat ukur yang baik.

8) Kesalahan fatigue pada pegas

Fatigue pegas berarti .melembeknya pegas karena usia (kelelahan


zat). Alat ukur yang memiliki pegas dan pegasnya sudah lembek,
harus diganti dengan pegas yang sesuai dan ditera kembali.

Ciri khas pengukuran dengan kesalahan siste-matis adalah hasil


pengukuran menyimpang ke arah tertentu dari harga sebenarnya;
kemungkin-an menyimpang ke arah positif atau ke arah negatif.
Gambar 1.19 memperlihatkan contoh pengukuran yang

15
menghasilkan suatu harga yang lebih kecil daripada harga
sebenarnya (Xo).

Gambar 1. 19
Kesalahan sistematis memberikan penyimpangan hanya ke satu
arah saja terhadap harga sebenarnya(X0)

2. Ketepatan (presisi)

a. Pengertian ketepatan dan kesalahan acak

Ketepatan adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan


hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan
identik (sama). Hasil pengukuran selalu terpencar di sekitar harga rata-
ratanya. Semakin dekat harga-harga tersebut dengan harga rata-ratanya
maka dikatakan hasil pengukuran mempunyai ketepatan yang tinggi.
Penyimpangan yang berkaitan dengan ketepatan pengukuran disebut
kesalahan acak (random error).

Andaikan kita dapat mengatasi atau meng-hilangkan semua kesalahan


sistematis yang disebut di atas, tetapi hasil pengukuran selalu me-
nunjukkan penyimpangan dari harga sebenarnya, hal itu disebabkan
masih ada jenis kesalahan lain yang disebut kesalahan acak.

b. Beberapa sumber kesalahan acak

Beberapa sumber yang menimbulkan kesalahan acak antara lain


sebagai berikut.

1) Gerak brown molekul

Jarum alat ukur yang halus dapat terganggu penunjukannya oleh


adanya gerak yang sangat tidak teratur (gerak brown) dari molekul-
molekul udara, sehingga ketepatan penunjukan skalanya menjadi
terganggu.

16
2) Fluktuasi tegangan llstrik

Dalam pengukuran besaran listrik, tegangan pada suatu rangkaian


listrik sering mengalami fluktuasi. Artinya, tegangan mengalami
perubahan kecil yang tidak teratur dan berlalu sangat cepat,
sehingga hasil pengukuran menjadi tidak tepat. Fluktuasi tegangan
dapat terjadi, baik dari sumber listrik PLN maupun dari sumber listrik
baterai (aid).

3) Alas benda yang diukur bergetar

Alat ukur yang sangat peka dapat terganggu oleh bergetarnya alas
(meja) tempat menyimpan benda yang diukur. Sumber getarannya
misalnya: getaran mesin, getaran kendaraan berat yang me-lewati
lokasi pengukuran, getaran ombak dalam pengukuran di samudera,
getaran gempa, dan lain-lain. Pengukuran dalam kondisi seperti ini,
memer-lukan penambahan alat untuk meredam getaran.

4) Nois

Nois adalah gangguan yang sering kita temui pada alat elektronik,
yaitu berupa fluktuasi yang cepat pada penunjukan alat ukur yang
disebabkan komponen-komponen alat ukur naik suhunya. Nois dapat
dikurangi dengan memakai komponen khusus (frendingin) pada
alat ukur itu.

5) Radiasi latar belakang

Alat pencacah (pengukur) radioaktif selalu terganggu oleh adanya


radiasi kosmik (radiasi yang datang dari angkasa luar). Oleh karena itu,
gangguan ini harus ikut dihitung sewaktu kita mengukur radiasi
bahan radioaktif. Radiasi latar belakang ini dapat dikurangi dengan
melapisi peralatan pencacah dengan bahan timbal yang cukup tebal.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kesalahan acak ini bersumber


pada gejala-gejala yang tidak dapat kita cegah sepenuhnya karena

17
pengaturan dan pengontrolannya sering di luar kemampuan kita.
Ciri khas adanya kesalahan acak ini yaitu memberikan hasil
pengukuran yang terpencar agak ke kiri dan ke kanan dari harga
sebenarnya, seperti ditunjukkan gambar 1.20.

Gambar1.20
Kesalahan acak memberikan hasil pengukuran yang terpencar agak ke kiri
dan ke kanan terhadap harga sebenarnya (X0)
D. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan nilainya
dengan angka-angka. Besaran-besaran itu, umumnya mempunyai satuan, tetapi
ada juga besaran yang tidak memiliki satuan, contohnya indeks bias dan berat
relatif. Dalam fisika kita mengenal besaran pokok dan besaran turunan.
1) Besaran pokok adalah

Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan (dibakukan)


terlebih dahulu, untuk digunakan sebagai dasar (patokan) dalam
menentukan satuan-satuan pada besaran turunan. Dalam sidangnya yang
ke-14 tahun 1971, CGPM telah memilih 7 besaran pokok dan menetapkan
satuan-satuannya sebagai berikut:

panjang, satuannya meter (m)


massa, satuannya kilogram (kg)
waktu, satuannya sekon (s)
suhu, satuannya kelvin (K)
kuat arus listrik, satuannya ampere (A)
intensitas cahaya, satuannya kandela (Cd)
jumlah molekul, satuannya mole (mol).

Tabel 1. 1
besaran pokok beserta satuannya
No. Besaran Satuan Simbul

18
1. Panjang Meter M
2. Massa Kilogram Kg
3. Waktu Sekon s
4. Arus listrik Ampere A
5. Suhu Kelvin K
6. Intensitas cahaya Kandela cd
7. Jumlah zat. Mol mol

2) Besaran turunan adalah

Besaran turunan ialah besaran yang diturun-kan atau diperoleh dari hasil
perkalian dan atau pembagian besaran-besaran pokok. Beberapa
besaran turunan yang tentu telah kamu kenal antara lain:

19
Dalam SI ada sebagian besaran turunan yang satuannya siberi nama khusus.
Misalanya satuan baku untuk gaya adalah kgm/s2. Satuan ini diberi nama
khusus yaitu Newton (disingkat N). Pemberian nama khusus tersebut
dimaksudkan selain untuk penyederhanaan, sekaligus juga sebagai
penghargaan atas jasa ilmuan bernama Sir Isac Newton. Sebagian contoh
lainnya lihat tabel di bawah ini!
Tabel 1.2
besaran turunan beserta satuannya

No. Besaran Satuan turunan Nama satuan Simbol


1. Kecepatan ms-1 - -
2. Percepatan ms-2 - -
3. Massa jenis kg ms-3 - -
4. Gaya kg ms-2 Newton N
5. Energi Nm Joule J
6. Tekanan Nm-2 Pascal Pa
7. Daya Js-1 Watt W
8. Induksi w n-2 Tesla T
magnetic

20
No. Besaran Satuan Simbol
1. Sudut datar Radian Rad
2. Sudut ruang steradian Sr

Tabel 1.3
Awalan dalam SI (beserta tabelnya)
Awalan Simbol Kelipatan Contoh
18
Exa- E 10 atau 1 000 000 000 000 000 000 -
15
Peta- P 10 atau 1 000 000 000 000 000 -
Tera- T 1012 atau 1 000 000 000 000 - terameter (Tm)
Giga- G 109 atau 1 000 000 000 - gigameter (Gm)
6
Mega- M 10 atau 1 000 000 - megagram (Mm)
3
Kilo- k 10 atau 1 000 - kilometer (km)
Hekto- h 102 atau 100 - Hektometer (hm)
Deka- da 101 atau 10 - dekagram (dag)
-1
Desi- d 10 atau 1/10 -
Senti- c 10-2 atau 1/100 -
Mili- m 10-3 atau 1/1 000 - milligram (mg)
Mikro- μ 10-6 atau 1/1 000 000 - microgram (μm)
-9
Nano- n 10 atau 1/1 000 000 000 - nanometer (nm)
Piko- p 10-12 atau 1/1 000 000 000 000 - pikometer (pm)
Femto- f 10-15 atau 1/1 000 000 000 000 000 -
Atto- a 10-18 atau 1/1 000 000 000 000 000 000 -

E. Penetapan Satuan Standar

Satuan pokok yang telah ditetapkan dalam SI disebut juga satuan


standar. Untuk menetapkan (mendefinisikan) satuan standar suatu besaran,
harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Satuan standar harus bersifat tetap, tidak boleh mengalami perubahan
oleh sebab apa pun.

21
b. Satuan standar harus dapat digunakan di mana-mana, berlaku secara
internasional.
c. Satuan standar harus mudah ditiru sebagai satuan yang serupa.

Dalam satuan SI, satuan panjang adalah meter, satuan massa adalah
kilogram, dan satuan waktu adalah sekon. System ini dikenal dengan istilah
system MKS (meter-kilogram-sekon). Disamping itu, dikenal cgs, dengan
centimeter sebagai satuan panjang, gram sebagai satuan massa, dan sekon
sebagai satuan waktu. Dalam system inggris dikenal dengan satu inci (inchi)
untuk panjang, pon (pound) untuk gaya, dan sekon (second) untuk waktu.

Berikut ini akan diuraikan sepintas definisi-definisi satuan pokok


dalam SI. Kamu perlu mengetahui definisi-definisi ini, meskipun tidak di-
tuntut untuk menghafalnya.

1. Standar satuan panjang (meter)

Standar panjang yang pertama dibuat para ilmuwan adalah sebuah


batang yang terbuat dari campuran platina-iridium yang disebut meter.
Satu meter didefinisikan sebagai jarak antara dua goresan pada meter
standar pada suhu 0 C. Meter standar ini disimpan di Lembaga Berat dan
Ukuran Internasional (The International Bureau of Weights and Measures),
Sevres, dekat Paris. Dengan menggunakan definisi tersebut, diperoleh jarak
dari kutub Utara ke khatulistiwa melalui Paris sama dengan 10 juta meter

Gambar 1. 21
Satu meter ditetapkan sedemikian rupa sehingga
jarak dari kutub Utara ke khatulistiwa melalui kota

22
Paris sama dengan 10 juta meter

Meter standar, lama-kelamaan dapat berubah. Di samping itu, untuk


menirunya tidak dapat dibuat di sembarang tempat. Oleh karena itu, para
ilmuwan berusaha membuat standar baru yang dapat dibuat dan digunakan
di mana saja dan tidak dipengaruhi oleh waktu, suhu, dan hal-hal lain. Pada tahun
1960, ditetapkan standar satuan panjang yang baru yaitu satu meter didefinisikan
sebagai 1 650 763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan
oleh atom-atom gas krypton-86 di dalam ruang hampapada suatu lucutan
listrik.

Definisi itu pun dianggap masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh


karena itu, pada tahun 1983 dibuat definisi baru bahwa satu meter adalah jarak
yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa selang waktu

1
Sekon.
299792458

2. Standar satuan massa (kilogram)

Satuan massa dalam SI adalah kilogram. Standar satuan massa adalah


sebuah platina iridium yang disebut kilogram standar. Kilogram standar ini
disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional, di Severs, dekat Paris.
Jadi, satu kilogram adalah massa sebuah kilogram standar yang disimpan di
Lembaga Berat dan Ukuran Internasional.

Tiruan kilogram standar dibuat dengan cara membandingkan atau


menimbangnya dengan kilogram standar asli, dengan menggunakan neraca
(alat pengukur massa). Tiruan-tiruan dari kilogram standar ini kemudian
disebarkan ke berbagai negara.

3. Standar satuan waktu (sekon atau detik)


Semula, standar satuan waktu yang digunakan ialah perputaran bum!
atau peredaran semu matahari. Waktu rata-rata yang diperlukan mata-hari
mulai dari satu titik tertentu di atas kepala sampai ke titik itu lagi keesokan
harinya dinyatakan 24 jam. Tetapi karena rata-rata ini ternyata berubah dari

23
tahun ke tahun, maka pada tahun 1967 ditetapkan suatu standar baru yang
didasar-kan atas periode getar atom Cesium-133. Satu detik adalah waktu yang
diperlukan oleh atom Cesium untuk melakukan getaran sebanyak 9192 631 77
kali.

4. Standar satuan suhu (kelvin)

Titik tripel air merupakan titik acuan peng-ukuran suhu dan


dinyatakan besarnya sama dengan 273,16 K. Titik tripel air adalah suhu saat
terjadinya keseimbangan antara wujud cair, padat, dan uap (hal ini akan
dibahas pada pembahasan panas atau kalor). Satu kelvin di definisikan sebagai

1
273,16
x T3 dengan T3 menyatakan suhu titik tripel air.

5. Standar satuan kuat arus (empere)

Semula satu ampere didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik satu


coulomb yang melewati suatu penampang kawat dalam waktu satu detik.
Tetapi karena standar ini tidak memenuhi syarat satuan standar maka
kemudian dibuat standar baru: satu ampere adalah arus listrik yang meng-
hasilkan gaya sebesar 2 x 10~7 newton tiap meter, jika dialirkan melalui dua
kawat penghantar tipis, sejajar, cukup panjang, masing-masing berjarak 1
meter.

6. Standar satuan intensitas cahaya (kandela)

Mula-mulasafu kandela ditentukan sebagai kekuatan pancar sumber


cahaya buatan yang disebut lilin. Tetapi karena pertimbangan per-syaratan
satuan standar, kemudian dibuat definisi baru: satu kandela adalah intensitas
cahaya dalam arah tegak lurus permukuan suatu benda hitam seluas

1
m2, pada suhu platina memijar.
600.000

7. Standar satuan jumlah zat (mole)

24
Satu mole didefinisikan sebagai jumlah zat sedemikian rupa sehingga
mengandung unsur-unsur elementer yang sama dengan jumlah atom karbon
(6C12) pada 0,012 kg. Unsur-unsur elementer yang dimaksudkan di sini dapat berupa
molekul, ion, elektron, dan sebagainya.

G. Dimensi Besaran

Satuan yang dimiliki suatu besaran sesungguhnya menyatakan dimensi


besaran itu. Seperti halnya satuan, dimensi juga dapat dikelompokkan menjadi
dimensi besaran-besaran pokok dan dimensi besaran-besaran turunan.

1. Dimensi besaran pokok

Setiap besaran pokok mempunyai dimensi dan satuan tersendiri. Dimensi


dan satuan besaran pokok sifatnya berdiri sendiri, tidak terikat antara satu
dengan yang lainnya. Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang
huruf tertentu dan diberi kurung persegi. Tabel 1.4 di bawah ini
menyajikan lambang dimensi dari 7 besaran pokok dan 2 besaran tambahan
yang tidak memiliki dimensi. Tetapi dalam bab ini kita hanya akan
membahas tiga dimensi besaran pokok, yaitu: panjang [L], massa [M], dan
waktu [T].

Tabel 1.6
Dimensi besaran-besaran pokok SI

No. Besaran Lambang


Satuan Dimensi
1. Kecepatan ms-1 -
2. Percepatan ms-2 -
3. Massa jenis kg ms-3 -
4. Gaya kg ms-2 Newton
5. Energi Nm Joule
6. Tekanan Nm-2 Pascal
7. Daya Js-1 Watt
8. Induksi magnetic w n-2 Tesla

25
2. Dimensi besaran turunan
Dimensi semua besaran turunan tersusun dari dimensi-dimensi besaran
pokok. Berikut ini kita lihat beberapa contoh dimensi besaran turunan.

Konsep dimensi digunakan untuk keperluan analisis dimensi, yaitu


menyusun hubungan antara besaran-besaran dalam suatu persamaan. Dalam
analisis dimensi ini, ada dua aturan yang harus diperhatikan yaitu:

• dua besaran hanya dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika kedua


besaran itu mempunyai dimensi yang sama;

• besaran-besaran yang terletak di sebelah kiri dan sebelah kanan tanda


sama dengan (=) harus mempunyai dimensi yang sama.

Dua contoh analisis dimensi yang sederhana adalah sebagai berikut.

a. Memeriksa benar atau salahnya suatu persamaan


1
Misalnya kita menemukan persamaan v = v0 + 2 at 2; dengan v =
kecepatan akhir, v0 = kecepatan awal, a = percepatan, dan t =
waktu

26
Untuk memeriksa kebenaran persamaan ter-sebut, kita periksa susunan
dimensi ruas kiri dan ruas kanannya.
Dimensi ruas kiri: Dimensi ruas kanan
[LT1] [LT1] + [LT2] [T2]
[LT-1] + [L]
Dari hasil pemeriksaan ini, ternyata dimensi ruas kiri tidak sama dengan
dimensi ruas kanan. Berarti persamaan tersebut salah.
b. Memeriksa kesetaraan dua besaran

Misalnya kita meragukan bahwa persamaan usaha (W = F.s) setara dengan


persamaan energi potensial (Ep = m.g.h); dengan F = gaya, s =
perpindahan, m = massa, g = percepatan gravitasi bumi, dan h = ketinggian.
• Dimensi usaha:
[MLT-2] [L] = [ML2 T-2]
• Dimensi energi potensial:
[M] [L T -2] [L] = [ML2 T-2]
Dari hasil pemeriksaan tersebut, ternyata dimensi usaha dan dimensi
energi potensial aadlah sama. hal ini menunjukkan bahwa usaha setara
dengan besaran energi potensial.

D. Pengukuran massa
Dalam SI, satuan massa adalah kilogram (kg). Massa standar adalah massa
silinder platina iridium yang disimpan di the international ureau of weight
and measure di sevres.
Massa standar dipilih sedemikian rupa sehingga sama dengan massa 1 liter air
murni yang suhunya 40c.
Satuan massa yang lain yang berdasarkan kilogram ialah sebagai berikut:
1 ton = 103 kg
1 kuintal = 102 kg
1 hektogram = 10-1 kg

27
1 dekagram = 10-2 kg
1 gram = 10-3 kg
1 desigram = 10-4 kg
1 sentrigram = 10-5 kg
1 miligram = 10-6 kg

E. Pengukuran waktu
Dalam SI, satuan pokok waktu adalah sekon (s) atau detik. Pada mulanya
standar ditetapkan berdasarkan perputaran bumi mengelilingi porosnya, yaitu
waktu satu hari. Karena perputaran bumi tidak tetap benar maka digunakan
waktu hari rata-rata dalam satu tahun, disebut hari matahari rata-rata.
Penetapan detik standar menggunakan perhitungan sebagai berikut:
1 hari rata-rata = 24 jam
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
Jadi, 1 hari rata-rata = 24 x 60 x 60 detik = 86.400 detik
Berarti, 1 detik standar = 1/86400 hari rata-rata matahari.
Alat pengukur waktu adalah arloji dan stop watch

G. Angka Penting
1. Pengetian Angka penting

Setiap hasil pengukuran mengandung sejumlah angka pasti dan


satu saja angka taksiran. Semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran yang terdiri atas sejumlah angka pasti dan satu angka
taksiran disebut angka penting atau angka signifi-kan.

Pada pengukuran dengan mistar berskala ter-kecil mm, misalkan


kamu menyatakan hasil pengukuran 26,65 cm. Dalam hal ini angka
26,6 merupakan angka pasti dan angka 5 terakhir merupakan angka

28
taksiran. Hasil pengukuran dengan mistar berskala terkecil mm, dapat
ditulis 4 angka penting.
Dari contoh dua kali pengukuran di atas, dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan alat ukur yang lebih peka dapat diperoleh
hasil pengukuran dengan angka penting yang lebih banyak. Dapat juga
dikatakan bahwa makinpeka alat ukur yang kita gunakan dalam
pengukuran, makin banyak angka penting yang dapat kita nyatakan.

Angka tidak eksak dan angka eksak


Angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran (angka penting)
bersifat tidak eksak. Dikatakan tidak eksak karena banyaknya angka
yang ditulis bergantung pada ketelitian pengukuran, dan di dalam angka-
angka tersebut selalu ada angka taksiran yang bersifat meragukan. Angka
yang eksak adalah angka-angka yang didapat dari hasil membilang
(mencacah), misalnya 1000 rupiah, 30 butir, 15 buah, 10 ekor, dan
sebagainya.

2. Aturan menyatakan banyaknya angka penting


Dalam menyatakan atau menuliskan angka penting, ada aturan-
aturan yang harus kita ikuti yaitu sebagai berikut.

a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.

Contoh:
587,26 meter (lima angka penting)
4,85 gram (tiga angka penting)
b. Semua angka nol yang terletak di antara bukan nol termasuk angka
penting
Contoh:
203 kg (tiga angka penting)
56,002 kg (lima angka penting)

29
c. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka
penting, kecuali bila ada penjelasan khusus, misalnya berupa garis
di bawah angka terakhir yang masih dianggap penting.
Contoh:
800 meter (tiga angka penting)
73,0 kg (tiga angka penting)
83190 mm (empat angka penting)

d. Semua angka nol yang digunakan untuk me-nentukan letak desimal


bukan angka penting.

Contoh:
0,5 newton (satu angka penting)
0,0026 joule (dua angka penting)
0,00408 gram (tiga angka penting)

3. Berhitung dengan angka-angka penting

Angka-angka yang diperoleh dari hasil pengu


kuran, seringkali harus diolah dengan perhitung-
an: dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan, dibagi,
atau ditarik akar. Ada kalanya hasil perhitungan
ini memberikan angka penting yang lebih banyak
daripada angka penting sumbernya, berarti hasil
perhitungan lebih teliti daripada hasil pengukuran
yang menjadi sumbernya. Ini tentu tidak masuk
akal. Hasil perhitungan tidak mungkin menjadi
lebih teliti daripada sumbernya.

Agar tidak terjadi seperti itu, maka ada aturan-aturan yang


perlu diperhatikan dalam berhitung angka-angka penting.
Aturan-aturan ini akan diuraikan dengan contoh-
contoh sebagai berikut.

30
a. Contoh penjumlahan dan pengurangan

Hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan penting


hanya oleh memiliki satu angka yang ditaksir.

252,8 kg (angka 8 merupakan angka taksiran)

2,37 kg + (angka 7 merupakan angka taksiran)

255,17 kg

Pada hasil penjumlahan ini, angka 1 dan 7 merupakan angka


taksiran. Kita hanya boleh menuliskan satu angka taksiran. Maka
hasil penjumlahan tersebut kita bulatkan dan ditulis menjadi 255,2
kg, angka 7 dibulatkan ke atas.

38.500 m
3.740 m +
42.242 m —» ditulis menjadi 42.240 m

570 cm

364 cm +
206 cm —> ditulis menjadi 210 cm

b. Contoh perkalian dan pembagian

Banyaknya angka penting dari hasil perkalian atau pembagian sama


dengan banyaknya angka penting yang paling sedikit dari salah satu
faktor perkalian atau pembagian itu.
Contoh:
0,5242 m  4 angka penting
4,1 m x  2 angka penting
2,14922 m2  2,1 m2 (2 angka penting)

c. Hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dan bilangan


eksak atau sebaliknya, memiliki angka penting sebanyak bilangan
pentingnya

31
Contoh:
8,57 cm  3 angka penting
12 x
102,84 cm  103 cm (3 angka penting)

d. Hasil penarikan akar suatu bilangan penting hanya oleh memiliki


angka penting sebanyak bilangan penting yang ditarik akarnya.
Contoh:
625 m2 = 25,0 (3 angka penting)
3
√125 cm3 = 5,00 m (3 angka penting)

e. Hasil memangkatkan suatu bilangan penting hanya olah memiliki


angka penting sebanyak bilangan penting yang dipangkatkan.
Contoh:
(1,5M)3 = 3,373 m3  3,4 (2 angka penting)
(3,14 dm)2 = 985 96 dm2  986 00 (3 angka penting)

SOAL-SOAL
1) Massa kosong sebuah tangki adalah 8,56 kg. Ketika diisi air massanya menjadi
67,4 kg. Tentukan massa air dalam tangkai itu?
Jawab:
Massa air dalam tangki
= (67,4 – 8,56) kg
= 58,84 kg = 58,8 kg
2) Tebal sebuah batu bata adalah 5,23 cm. Berapa tinggi 60 tumpukan batu bata?
Jawab:
Tinggi 60 tumbukan batu bata
= 60 x 5,23 cm  3 angka penting
= 313,8 cm

32
= 314 cm  3 angka penting
3) Luas persegi panjang adalah 225 cm2. Berapa panjang sisi persegi tersebut?
Luas = (sisi)2 atau (sisi)2 = luas = 225 = cm2
Sisi = √225 cm2 (3 angka penting)
= 15,0 cm  3 angka penting
4) Tentukan volum sebuah rusuk yang panjang rusuknya 8,0?
Volum kubus = (rusuk)3 = (8,0 cm)3
= 512 cm3
= 510 cm3  2 angka penting
5) Nyatakan hasil pengukuran panjang benda dengan jangka sorong pada gambar
berikut ini.

Gambar 1.21

a. Bacaan skala utama yang berimpit dengan garis nonius adalah antara 1,2
cm dan 1,3 cm. Garis nonius yang agak berimpit dengan garis skala utama
adalah garis nonius ke-5. Jadi, bacaan jangka sorong adahan 1,2 cm + 0,05
cm = 1,25 cm.
b. Bacaan skala utAma yang berimpit dengan skala urutan yang berimpit
dengan garis nonius adalah antara 3,4 cm dan 3,5 cm. Garis nonius yang
agak berimpit dengan skala utama adalah garis nonius ke-2. Jadi, bacaan
jangka sorong adalah 3,4 cm + 0,02 cm = 3,42 cm.
6) Tentukan bacaan panjang benda yang ditunjukan oleh micrometer skrup pada
gambar berikut:
Gambar 1.22

33
Jawab:
a) Bacaan skala utama pada selubung dalam yang berimpitan dengan skala
selubung luar adalah antara 5,0 mm dan 5,5 mm. Garis skala selubung luar
yang berimpit dengan garis mendatar skala utama adalah garis ke-21. Jadi
bacaan micorometer sekrup adalah (95.0mm + 21 bagian) = (5,0 mm +
0,21 mm) = 5,21 mm.
b) Bacaan skala utama pada selubung dalam yang berimpit dengan skala
selubung luar adalah antara 6,5 dan 7,0 mm. Garis skala selubung luar
yang teat berimpit dengan garis mendatar skala utama adalah garis ke-44.
Jadi bacaan morcometer sekrup adalah (6,5 mm + 44 bagian) = (65 mm +
0,44 mm) = 6,54 mm.
7) Anton, Tutu, Budi membaca panjang benda dengan kedudukan mata seperti
pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.23

34
a) Berapa panjang benda menurut bacaan ketiganya?
b) Siapakah yang membaca mistar dengan benar?

Jawab:
a) Panjang benda hasil bacaan Anto adalah 6,5 cm, Tuti 6,7 cm, dan Budi 6,9
cm
b) Yang membaca mistar dengan benar adalah Tuti
8) Berapakah hasil kali antara 0,281 cm dan 2,4 cm?
Jawab:
0,281 cm x 2,4 cm = 0,6744 cn
Hasil perkalian atau pembagian bilangan penting menghasilkan bilangan
penting yang paling sedikit angka pentinya. Dari soal, tiga angka penting
dikalikan dua angka penting menghasilkan dua angka penting. Dengan
demikian 0,67 cm2.
9) Berapakah hasil dari (2,5 cm)3
Jawab:
(2,5 cm)3 = (2,5 cm) x (2,5 cm) x (2,5 cm)
= 15,625 cm3
= 16 cm (2 angka penting)

35

Anda mungkin juga menyukai